• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Curriculum Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Curriculum Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

4 (1) (2021) 24-29

Journal of Curriculum Indonesia

http://hipkinjateng.org/jurnal/index.php/jci

Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan dengan Model Problem

Based Learning Kompetensi Sistem Ekskresi Manusia

Siti Shofiyah*

SMPN 3 Mranggen Kabupaten Demak, Indonesia

Info Articles ____________________ History Articles: Submitted 26 January 2021 Revised 19 February 2021 Accepted 9 March 2021 ____________________ Keywords:

problem based learning, kom-petensi sistem ekskresi manu-sia

_________________________

Abstract

________________________________________________________________ Pembelajaran kompetensi sistem ekskresi manusia di SMPN 3 Mranggen belum memanfaatan kegiatan di laboratorium, berpusat pada guru, dan belum mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan, keterampilan, dan respon dengan model problem based learning kompetensi sistem ekskresi manusia siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun pelajaran 2017/ 2018. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan di SMPN 3 Mranggen Kabupaten Demak. Subyek penelitian siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun pelajaran 2017/ 2018 sejumlah 32 siswa, guru pengampu, dan observer. Instrumen yang digunakan berupa silabus, RPP, LDS, LKS, Lembar Observasi, dan alat evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan yaitu dari siklus I rata-rata 77 dengan jumlah siswa tuntas 26 dan belum tuntas 6, pada siklus II rata-rata 82 dengan siswa tuntas sejumlah 31 dan belum tuntas 1, kemudian untuk keterampilan siklus I rata-rata 81 dan siklus II rata-rata 85. Respon positif terhadap pembelajaran sebesar 84,07 %. Simpulan dari penelitian bahwa terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan dengan problem based learning kompetensi sistem ekskresi manusia siswa kelas 8C semester 2 tahun pelajaran 2017/ 2018.

*Address correspondence:

(2)

Journal of Curriculum Indonesia 4 (1) (2021) PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan alam adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan yang paling sederhana namun akurat dan konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam (Kemdikbud 2016).

Prospek pengembangan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2006).

Hasil observasi awal yang dilakukan di SMPN 3 Mranggen menunjukan bahwa pembelajaran kompetensi terkait sistem ekskresi manusia masih bersifat satu arah, berpusat pada guru, belum menekankan pemberian pengalaman langsung peserta didik dan belum mengaitkan pembelajaran IPA dengan kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Pembelajaran kompetensi terkait sistem ekskresi manusia dapat dilaksanakan melalui diskusi, observasi, dan praktikum namun selama ini pembelajaran hanya mementingkan aspek kognitif saja. Hal ini nampak bahwa kemampuan, dan keetrampilan siswa yang rendah. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa.

Model pembelajaran yang mengaitkan konsep pembelajaran dengan fenomena alam yang terjadi pada kehidupan sehari-hari peserta didik adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning). Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah. . Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya (Saleh 2013)

SMPN 3 Mranggen memiliki laboratorium memadai dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan pembelajaran secara langsung. Laboratorium di SMPN 3 Mranggen tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran.

Kompetensi dalam penelitian ini adalah “Sistem Ekskresi Manusia” dengan pelaksanaan pembelajaran pada peserta didik SMP kelas VIII. Hal yang mendorong untuk menerapkan model Problem Based Learning dengan kompetensi tersebut adalah siswa dapat memanfaatkan potensi yang ada di SMPN 3 Mranggen yaitu laboratorium melalui diskusi, observasi, dan praktikum secara optimal.

Berdasarkan uraian tersebut diperlukan pembelajaran dengan model Problem Based Learning kompetensi terkait sistem ekskresi pada manusia yang diharapkan dapat membantu siswa didik dalam mempelajari IPA secara menyeluruh, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan kenyamanan dalam belajar agar dapat terjadi peningkatan pemahaman dan ketrampilan.

METODE

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Mranggen yang beralamat di Jalan Pucanggading Raya Batursari, Mranggen, Demak. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2018.

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.C semester 2 dengan jumlah 32 siswa, sedangkan guru yang dijadikan obyek adalah guru pengampu mata pelajaran IPA, dan untuk observer adalah guru IPA yang mengampu kelas 8 juga. Observer bertugas sebagai pengamat

(3)

Journal of Curriculum Indonesia 4 (1) (2021)

pembelajaran selama peneliti mengadakan penelitian dan pembelajaran di kelas dengan membawa lembar observasi.

Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus adalah putaran secara berulang-ulang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada penelitian ini dilakukan dua siklus. Pada siklus I kompetensi ginjal dan paru-paru. Pada siklus II kompetensi kulit dan hati.

Pengambilan data penelitian menggunakan teknik tes dan observasi yang dilakukan guru dan observer. Data yang diperoleh berupa tes tertulis dari pre test, post test siklus I, post test siklus II, nilai keterampilan saat diskusi, dan nilai keterampilan saat praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa pembelajaran IPA di SMPN 3 Mranggen masih mengandalkan ceramah dan diskusi. SMPN 3 Mranggen memiliki laboratorium yang memadai sebagai tempat pembelajaran sehingga dapat digunakan studi kompetensi sistem ekskresi manusia.

Kemampuan awal sebelum proses pembelajaran dilaksanakan masih di bawah standar minimal, dari jumlah 32 siswa hanya ada 3 siswa yang nilainya mencapai KKM dengan persentase 9,38 %. Sedangkan sebanyak 29 siswa belum tuntas dengan persentase 90,63 %. Nilai tertinggi 78, nilai terendah 16, dan nilai rata-rata 54.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan kompetensi sistem ekskresi manusia pada siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun pelajaran 2017/ 2018 yaitu pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 77 dan siswa yang tuntas 26 dari 32 siswa, pada siklus II rata-rata nilai 82 dan siswa yang tuntas 31 siswa dari 32 siswa.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan keterampilan siswa kompetensi sistem ekskresi manusia pada siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun pelajaran 2017/ 2018 yaitu pada siklus I nilai keterampilan 81 dan siklus II nilai 85.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran yaitu 84,07 %, sebagian besar siswa menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran dengan model problem based learning kompetensi sistem ekskresi manusia.

Pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL) penggunaannya untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Berbeda dengan pembelajaran langsung yang menekankan pada presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan oleh guru, peran guru dalam model PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Siswa mendapat fasilitas untuk berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam menemukan kemampuan dan keterampilan kompetensi dengan berinteraksi dengan sesama siswa, dengan guru atau dengan lingkungan. Proses ini siswa dapat belajar melakukan, belajar untuk mengembangkan kemampuan sosial atau kerja sama dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

Problem based learning menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Pola pikir tersebut didasari oleh keyakinan siswa bahwa fenomena IPA tersusun dari konsep yang saling terkait antara satu dengan konsep yang lain. Pembelajaran dengan problem based learning menghasilkan pemahaman kompetensi yang lebih mendalam karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

Pemahaman yang diperoleh dengan problem based learning pada kompetensi sistem ekskresi pada manusia dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman

(4)

Journal of Curriculum Indonesia 4 (1) (2021)

jawaban ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kompetensi sistem ekskresi pada manusia. Hasil penelitian yang dilakukan dua siklus memberikan data bahwa pada pelaksanaan siklus I kemampuan kompetensi sistem ekskresi pada manusia siswa sangat renponsif dalam belajar dengan cara mereka sendiri, menemukan jawaban dari pertanyaan yang disediakan meskipun siswa masih mengalami kesulitan, karena belum terbiasa mendapat perlakuan pembelajaran dengan problem based learning. Pada pelaksanaan siklus II siswa dengan teknik yang sama siwa mulai terbiasa mengembangkan belajar dengan menemukan sendiri untuk memahami kompetensi sistem ekskresi pada manusia. Pembelajaran dengan problem based learning efektif siswa dengan belajar secara berkelompok sehingga mereka mampu berinteraksi dengan siswa lain untuk memecahkan masalah untuk dalam mencapai kompetensi.

Pembelajaran dengan model problem based learning lebih efektif dengan penggunaan LDS, LKS, peralatan dan bahan praktikum serta buku penunjang, sedangkan guru sebagai fasilitator.

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan pemahaman kompetensi siswa pada siklus I dan siklus II. Siklus II lebih tinggi dibanding pelaksanaan siklus I.

Pembelajaran dengan model problem based learning memerlukan keterampilan proses sains dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, keterampian mencari alternatif jawaban dan mengorganisir data, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Kemudian hasil kesimpulan dipresentasikan pada teman kelompok lain. Pembelajaran dengan problem based learning dapat membuat siswa belajar menjadi bermakna dan tidak membosankan sehingga dapat membuat perilaku dalam meningkatkan keterampilan berpikir siswa yang awalnya rendah. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nafiah (2014) bahwa penerapan problem based learning dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan problem based learning adalah (1) melaksanakan persiapan pembelajaran ;(2) pemberian rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi, (3) mengidentifikasi masalah, (4) mengumpulkan data yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan diskusi dan praktikum yang berhubungan dengan kompetensi, (5) mengolah data, (6) membuktikan hasil pembelajaran, (7) menarik kesimpulan.

Hasil observasi guru pada siklus I dapat dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran cukup baik, namun belum optimal karena pada pelaksanaan diskusi kelas ada siswa yang masih bermain sendiri, mengganggu teman lain yang baru diskusi. Pada siklus II setelah diadakan perbaikan kelompok dan penjelasan oleh guru siswa dapat melaksanakan diskusi dengan baik dan pembelajaran menjadi bermakna.

Hasil wawancara melalui penyebaran angket siswa dan guru mendapatkan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning mendapat respon positif dari guru dan siswa. Problem based learning menyediakan fasilitas untuk dapat meningkatkan kemampuan kompetensi dan keterampilan siswa.

Implikasi yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah upaya peningkatan kemampuan kompetensi dan keterampilan siswa. Penerapan model problem based learning dalam pembelajaran IPA diorientasikan pada pengembangan berpikir siswa, mengaktifkan pengetahuan awal siswa, belajar tentang dunia nyata yang berbasis penyelidikan. Semua proses tersebut memberi kesempatan siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

SIMPULAN

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan kompetensi sistem ekskresi manusia pada siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun

(5)

Journal of Curriculum Indonesia 4 (1) (2021)

pelajaran 2017/ 2018 yaitu pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 77 dan siswa yang tuntas 26 dari 32 siswa, pada siklus II rata-rata nilai 82 dan siswa yang tuntas 31 siswa dari 32 siswa.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan keterampilan siswa kompetensi sistem ekskresi manusia pada siswa kelas 8C semester 2 SMPN 3 Mranggen tahun pelajaran 2017/ 2018 yaitu pada siklus I nilai keterampilan 81 dan siklus II nilai 85.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran yaitu 84,07 %, sebagian besar siswa menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran dengan model problem based learning kompetensi sistem ekskresi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu. 2008. Assesssment of The Inquiry-Based Project Implementation Process in Science Education Upon Students Points of Views. International Journal of Instruction. Vol. 1 No 1

Arikunto S, Suhardjono Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Birgili Bengi. 2015. Creative and Critical thinking Skill in Problem-based Learning Environments.

Journal of Gifted Education and Creativity, 2(2), 71-80.

Clarke J & Dede C. 2005. Making Learning Meaningful: An Exploratory Study of Using Multi User

Environments (MUVEs) in Middle School Science. Harvard Graduate School of Education.

Deen IS, Bettye PS. 2006. Contextual Teaching and Learning Practices in The Family and Consumer Science Curriculum. Journal of Family and Cosumer Science Educational. 24(1): 14-23. Djamarah SB. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta

Gafar, A.A dan ridwan, T. 2008.. Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Nomor VII, 12.

Hasrul Bakril. 2009. Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada siswa SMK Negeri 3 Makasar. Jurnal Medtek Vol 1

Nomor 1 April, 2-8.

Hmelo. CE. Holton. DL., & Kolodner. JL.2000. Designing to learn about complex systems. Journal

of the Learning Sciences, volume 9 no3, 247–298.

Kemdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Isi,

Lampiran 2 Mengenai Standar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2017. Ilmu pengetahuan Alam SMP/ MTs Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah

Pertama. Jakarta: Kemdikbud.

Mueller. 2005. The Authentic Assessment Toolbox: Enhancing Student Learning Through Online Faculty Development. Journal of Online Learning and Teaching. Vol 1 No 1.

Nafiah YN. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi. Yogyakarta: Program stusi Pendidikan teknologi dan Kejuruan PPs UNY

Pratiwi dkk. 2006. Biologi Untuk SMA. Jakarta: Erlangga.

Purwanto. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Rasyid H, Mansur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Saleh Marhamah. 2013. Strategi Pembelajaran Fiqh dengan Problem Based Learning. Jurnal Ilmiah

Didaktika Agustus Vol. XIV.I, 190-220.

Schonborn and Bogeholz.2009. Knowledge Transfer in Biology and Translation Across External Representations Experts Views and Challenges for Learning. International Journal of Science and

(6)

Journal of Curriculum Indonesia 4 (1) (2021) Sukidin dkk. 2008. Manajemen Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia. Yamin M. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Referensi

Dokumen terkait

bekerja mengalami peningkatan namun jumlah penduduk yang bekerja di Sektor Pertanian mengalami penurunan dari 2,50 juta pada Agustus 2014 menjadi 2,48 juta pada Februari

Konsentrasi nitrat di

Tentukan koordinat titik Q yang membagi ruas garis AB dengan perbandingan 5:

Berdasarkan gambar Linesplan yang dapat dilihat pada Gambar yang sudah di desain, maka dilanjutkan dengan pembuatan General Arrangement untuk merencakan ruangan

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

perantara-perantara pemikiran yang dianggap sebagai rujukan dalam membaca, memahami literatur klasik secara kompre- hensif, dan menyeleseksi kegunaannya untuk pemikiran dan

c) Pada hari Minggu warga jemaat atau pun anggota Majelis juga dapat menyampaikan persembahan ke Gedung Induk Papringan maupun Pepanthan Nologaten, pelayanan

PENGARUH METODE PROCESS GOAL SETTING TERHADAP MOTIVASI OLAHRAGA DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR DROPSHOT CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS PADA ATLET PEMULA PB. 27) menyatakan