• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKE A MATCH

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

SDN SENTUL 2 PADA KONSEP KOPERASI

Tati Sri Hartanti

Email :[email protected]

Nenden Sundari

1

Neneng Sri Wulan

2

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang,

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Adanya permasalahan siswa kelas IV SDN Sentul 2 yang memiliki hasil belajar IPS rendah lebih banyak daripada yang memiliki hasil belajar tinggi serta kurangnya metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran IPS membuat siswa menjadi cepat jenuh belajar dan sulit memahami materi pembelajaran, ditambah lagi dengan beberapa orang siswa yang belum lancar membacanya merupakan latar belakang penelitian ini. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yang akan mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa, salah satu upayanya adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Make a match yang membuat seluruh siswa aktif bekerja sama dan belajar dengan suasana menyenangkan sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan model Make A Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Sentul 2 pada konsep Koperasi. Metode penelitian eksperimen, desain eksperimen kuasi dengan bentuk non-equivalent control group design yaitu peneliti membutuhkan kelas IV A sebagai kelas yang menggunakan model make a match dan kelas IV B sebagai kelas dengan model konvensional. Pemberian perlakuan diberikan sebanyak empat kali dan dari hasil analisis data yang sudah peneliti olah diperoleh nilai para siswa pada tes awal di kelas IV A adalah 34,29 dan di kelas IV B 31,79. Nilai keduanya tidak seberapa berbeda karena memang kedua kelas tersebut belum mempelajari materi koperasi. Pada tes akhir nilai yang diperoleh kedua kelasnya meningkat yaitu kelas IV A mendapat rata-rata nilai 65,71 dan kelas IV B mendapat rata-rata nilai kelas 42,68. Dari hasil rata-rata nilai kedua kelas tersebut terlihat yang mengalami peningkatan lebih besar adalah kelas yang sudah melaksanakan model

make a match. Dengan demikian artinya make a match memang terbukti mempengaruhi hasil belajar IPS para siswa kelas eksperimen di SDN Sentul 2.

Kata Kunci: Cooperative Learning tipe make a match, hasil belajar IPS, Koperasi

1Nenden Sundari

(2)

Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sentul 2 Pada Konsep Koperasi.

EFFECT OF THE USE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL MAKE A

MATCH TYPE OF LEARNING OUTCOMES THE SOCIAL LESSON

CLASS IV SDN SENTUL 2 ON THE CONCEPT OF COOPERATION

Tati Sri Hartanti

Email: [email protected]

Nenden Sundari

1

Neneng Sri Wulan

2

Primary School Teacher Education Program, Regional Campus Serang,

Indonesia University of Education

ABSTRACT

their problems of fourth grade students of Elementary School Sentul 2 education outcomes the social lesson low more than education outcomes are high and the lack of learning methods are used in dilevering social studies make the students become quickly saturated learn and difficult to understand learning materilas, coupled with some students are not fluent reading is the background of this research. Thera are many efforts should be made to resolve the issue that will bi able to improve learning outcomes of the social lesson students, one of the efforts is to use a learning model cooperative learning type make a match that makes all students actively working and learning with a pleasant ambience that will affect the study results. The purpose of this study was to determine the effect of the use of models make a match to learning outcomes the social lesson of fourth grade of elementary school Sentul 2 on the concept of cooperatives. Methods of experimental research, quasi experimental design with a nonequivalent control group design that require researchers to class IV A as the class that uses the odel make a match and class IV B as a class with the conventional model. Giving treatment given four times and the results of data analysis that have been obtained if researchers value the students at the beginning of the test in class IV A was 34,29 and in class IV B 31,79. The value of the two is not much different because these two classes have not ben cooperative study material. At the end of the best values obtained second of fourth grade class A rose that gets the average value of 65,71 and class IV B gets an average value 42,68 class. From the results of the average value of these two classes who have seen larger increases are classes that already implement the models make a match. That means make a match was found to affect the results of social studies students in the experimental class Elemntary school Sentul 2.

Keywords: cooperative learning type make a match, the results of social studies, cooperatives

1

Nenden Sundari

2

(3)

delapan pelajaran yang ada di sekolah dasar. Mata pelajaran ini kurang banyak diminati oleh para siswa karena konten dari pelajarannya memiliki banyak bacaan yang harus diingat dan dipahami. Berdasarkan hasil observasi penelitian terdapat enam orang siswa di kelas IV yang belum lancar membaca. Bagi siswa yang belum lancar membaca tentu ini menjadi sebuah permasalahan yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu metode pembelajaran ceramah merupakan metode yang paling banyak dan sering diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Dengan metode tersebut para siswa lama-kelamaan akan menjadi jenuh, cepat bosan dan cenderung lebih pasif dalam belajar sehingga sulit untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru dan akan berakibat pada hasil belajar IPS siswa yang belum memenuhi KKM yang ditentukan. Padahal IPS penting bagi siswa sekolah dasar untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan sosial para siswa, bila dalam penerapan pembelajaran IPS baik di sekolah dasar maka mata pelajaran ini mampu meningkatkan rasa peka para siswa terhadap lingkungannya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tentu membutuhkan kerjasama yang baik pula antara guru, proses pembelajaran dan siswanya.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk menjadikan permasalahan yang ada untuk diteliti. Ada banyak upaya untuk mengurangi permasalahan tersebut salah satunya bisa dengan mengganti model pembelajaran konvensional menjadi model pembelajaran lain yang sesuai dengan keadaan para siswa di kelas. Model cooperative learning tipe make a match merupakan model yang cocok digunakan pada keadaan kelas IV di SDN Sentul 2. Melalui pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian keadaan siswa di kelas IV pada dasarnya lebih

dengan keadaan siswa kelas IV karena dalam model cooperative learning tipe

make a match dibutuhkan kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Kecepatan, ketepatan dan kekompakan juga diperhatikan dalam model pembelajaran ini. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran, dan pembelajaranpun akan terasa lebih menyenangkan dari sebelumnya sehingga siswa mampu memahami materi yang disampaikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model cooperative learning tipe make a match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Sentul 2. Model

cooperative learning tipe make a match

ini akan digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan konsep koperasi.

(4)

Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sentul 2 Pada Konsep Koperasi.

music untuk menandakan bahwa waktu permainan telah berakhir. Untuk itu peneliti memilih menggunakan langkah-langkah yang dijelaskan oleh Suprijono (2015) yaitu menyiapkan kartu-kartu , kemudian membagi 3 kelompok Kelompok A mendapatkan kartu pertanyaan, kelompok B mendapatkan kartu jawaban dan kelompok C menjadi tim penilai yang belum mengetahui jawaban sesungguhnya. Guru memberikan instruksi, jika sudah siap guru membunyikan peluit sebagai tanda mulai dilanjutkan dengan menyalakan instrument music dan masing-masing kelompok mencari pasangan kartu yang didapatkannya, saat music berhenti artinya pencarian kartu sudah selesai dan guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan informasi dari kegiatan tersebut. Siswa yang benar akan mendapatkan penghargaan dari guru.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Desain metode eksperimen yang digunakan desain eksperimen semu dengan pendekatan non-equivalent control one group design. Desain penelitian ini membutuhkan dua kelas yang akan diberikan tes awaldan tes akhir tetapi hanya 1 kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran make a match sedangkan kelompok lain akan diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Tes awal diakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas IV A dan IV B sebelum belajar Koperasi. Tes awal dan tes akhir hanya dilakukan sebanyak satu kali. Tes awal dilakukan sebelum treatment diberikan dan tes akhirdilakukan setelah treatment diberikan. Treatment diberikan sebanyak empat kali pertemuan yang membahas menganai konsep koperasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang berada di SDN Sentul 2 Kec. Kragilan Kab. Serang dengan sampel adalah siswa kelas IV A dan kelas IV B di SDN Sentul 2. Jumlah siswa kela IV A sebanyak 28 siswa dan jumlah siswa di kelas IV B adalah 28 siswa. Kelas IV A akan dijadikan sebagai kelas yang diberikan perlakuan menggunakan model make a match dan kelas IB B yang akan diberi perlauan model belajar konvensional.

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa uji tes, wawancara dan observasi. Uji tes dilaksanakan di awal dan di akhir sebelum dan sesudah perlakuan.

(5)

dan aktifitas siswa di dalam kelas.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normlitas yang akan dilakukan mengolah data hasil tes awal dan tes akhir, uji homogenitas pada tes awal dan tes akhir, uji t pada tes awal dan tes akhir serta uji n-gain ternormalisasi untuk membandingkan selisih nilai siswa pada tes awal dan tes akhir.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SDN Sentul 2 Kec. Kragilan Kab. Serang. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas IV A sebagai kelas yang menggunakan model make a match dan kelas IV B sebagai kelas yang menggunakan model konvensional Jumlah siswa kelas IV A adalah 28 siswa dengan siswa perempuan 11 siswa dan laki-laki 17 siswa. Dan kelas IV B memiliki 28 siswa dengan siswa perempuan ada 13 siswa dan jumlah siswa laki-laki ada 15 siswa. Kedua kelas ini akan diberikan kegiatan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal seluruh siswa kelas IV A dan IV B sebelum diberikan perlakuan. Setelah data tes awal didapatkan selanjutnya peneliti memberikan perlakuan atau

treatment kepada kedua kelas tersebut dengan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen akan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran make a match dan kelas kontol akan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Perlakuan ini dilakukan sebanyak empat kali. Setelah perlakuan diberikan maka peneliti memberikan kegiatan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah menerima materi.

penelti sudah mengujicobakan soal untuk diuji validitasnya kepada kelas uji coba. dari 20 soal pilihan ganda yang dibuat oleh peneliti seluruh soal tersebut valid dan dapat digunakan untuk kebutuhan penelitian. Selain uji validitas diperlukan juga uji reliabilitas tes. Pada tahap uji reliabilitas peneliti menggunakan aplikasi Anates v.04 yang kemudian didapatkan hasilnya adalah 0,89 yang berarti masuk kedalam klasifikasi hubungan tinggi karena berada pada koefisien 0,70 – 0,90. Artinya soal yang dibuat dapat digunakan dan dapat diandalkan. Pada analisis tingkat kesukaran menggunakan aplikasi anates v.04 diperoleh data bahwa soal nomor 3, 5, 10, 15, 18 adalah termasuk kategori soal mudah. Soal nomor 1, 2, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 17, 20 adalah termasuk soal sedang dan yang termasuk soal sulit adalah nomor 6, 13, 14, 16, 19. Hasil analisis daya pembeda dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah didapatkan hasil secara keseluruhan sudah menempati koefisien korelasi sedang dan baik.

(6)

Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sentul 2 Pada Konsep Koperasi.

normalitas dilakukan untuk mengatahui apakah data dari kedua sampel itu berdistribusi normal atau tidak, dan hasil dari uji normalitas Shapiro-wilk

menggunakan aplikasi Softwere Statistic Passage for the social science version 22.0 (SPSS) adalah terlihat bahwa nilai signifikansi Shapiro-wilk pada kelas eksperimen 0,118. Nilai signifikansi 0,118 lebih dari 0,05 maka sampel yang diambil dari populasi adalah normal dan pada kelas kontrol nilai signifikansinya adalah 0,86. Artinya lebih dari dari 0,05 maka sampel yang diambil dari populasi juga normal. Bila diperhatikan kedua kelas tersebut memiliki nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ketika data sudah normal maka selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas data tes awaluntuk mengetahui perbedaan varians skor antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas tes awal tersebut diketahui nilai signifikansi pretest based on mean adalah 0,961. Nilai signifikansi 0,961 lebih dari 0,05 maka berlaku ketentuan dasar sampel kelas IV A dan IV B yang dijadikan penelitian ini berasal dari populasi yang sama atau bersifat homogen.

Setelah hasil pengujian normalitas serta homogenitas sudah sesuai dengan ketentuan dasar maka selanjutnya peneliti dapat memebrikan perlakuan terhadap kedua kelas tersebut dengan model pembelajaran yang berbeda. Kelas IV A sebagai kelas eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran make a match dan kelas IV B sebagai kelas kontrol akan mendapatkan perlakuan metode pembelajaran konvensional kedua kelas tersebut sama-sama melakukan empat kali perlakuan dengan materi yang sama yaitu tentang koperasi di kelas IV Sekolah dasar. Pada treatment pertama di

kelas yang menggunakan model make a match terlihat masih ada lima siswa yang duduk di belakang yang tidak memperhatikan guru bicara. Mereka sibuk dengan coret-coret buku menggambar sesuatu. Pada treatment

kedua siswa dikelas yang menggunakan model make a match di awal belajar mereka sudah hampir seluruh siswa memperhatikan tampilan video tentang koperasi yang diberikan guru. Disana mulai terlihat adanya respon positif siswa terhadap pembelajaran. pada saat permainannya dimulai mereka semangat sekali dan berharap akan mendapat hadiah dari bu guru. Selanjutnya

treatment ke tiga pada kelas yang menggunakan model make a match sudah seluruh siswa memeprhatikan dengan baik apa yang bu guru bicarakan hal ini karena mereka termotivasi dengan pembelajaran pada pertemuan satu dan dua yang sangat mengasyikakan, sehinga mereka bersemangat dalam belajar dan lebih serius dalam mempelajari materi koperasi ini. Dalam mencari pasangan kartu pun siswa sudah dapat melakukannya dengan baik. Dan dapat menemukan pasangannya dalam waktu singkat. Ini membuktikan bahwa mereka sudah memahami materinya. Ketika di beri perintah untuk menjelaskan tentang kartu yang sudah lengkappun mereka dapat melakukannya. Pada pertemuan terakhir dikelas make a match seluruh siswa mempertahankan respon positifnya serta semangatnya dalam belajar. Sudah tidak terlihat lagi lima orang siswa yang duduk paling belakang yang sebelumnya suka ngbrol dan coret-coret buku. Mereka semua aktif berperan dalam belajar koperasi ini.

(7)

Selama empat kali pertemuan maka observasipun dilakukan selama empat kali pembelajaran. untuk pengamatan pada kelas eksperimen peneliti sendiri yang mengamati, pada kelas kontrol peneliti meminta bantuan rekan peneliti untuk melakukan observasi di kelas kontrol selama empat kali pertemuan. Pada pertemuan pertama hasil observasi kegiatan pembelajaran pada kelas percobaan sebesar 92% dan kelas kontrol hanya 32%. Itu berarti kelas eksperimen sudah hampir melaksanakan semua kegiatan namun masih ada beberapa yang terlewat. Selanjutnya pada pertemuan kedua diperoleh hasil observasi kelas eksperimen sebesar 96% dan kelas kontrol sebesar 36% itu berarti dari perlakuan sebelumnya ada sedikit peningkatan terhadap proses pembelajaran di kelas. Pada pertemuan ketiga diperoleh hasil sebesar 100% pada kelas eksperimen dan 40% pada kelas kontrol ini berarti memang ada peningkatan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Pada treatment teakhir diperoleh hasil observasi kelas ekspermen adalah 100% dan kelas kontrol adalah 40% ini berarti kelas eksperimen mencoba mempertahankan proses pembelajaran yang sesuai sama seperti saat treatment 3 dilakukan sedangkan kelas kontrol hasil yang diperoleh juga sama dengan hasil sebelumnya tidak ada peningkatan yang signifikan. Dari keempat pemberian treatment, peneliti mencoba untuk mengemas hasil observasi menjadi rata-rata kelas selama empat kalai treatment adalah: kelas eksperimen memiliki rata-rata hasil observasi proses pembelajaran sebesar 97% dan hasil observasi proses pembelajaran di kelas kontrol sebesar 37%. Selain mengobservasi kegiatan pembelajaran peneliti juga akan mengobservasi aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas yang dilakukan siswa di

dengan model pembelajaran konvensional. Dan berikut ini adalah hasil dari masing-masing pertemuan. Pada pemberian treatment 1 hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen sebesar 85% dan pada kelas kontrol sebesar 45%. Kemudian pada pemberian treatment 2 diperoleh hasil pada kelas eksperimen sebesar 95% dan di kelas kontrol menjadi 50%, ini artinya dalam pemberian treatment 2 sudah ada peningkatan aktifitas belajar meskipun belum sempurna. Pada pemberian

treatment 3 hasil aktivitas siwa pada kelas eksperimen sebesar 100% dan kelas kontrol 55% ini ada peningkatan dari sebelumnya. Kelas eksperimen memiliki aktivitas pembelajaran 100% tetapi kelas kontrol hanya memiiki 55% aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan ke empat terlihat kelas eksperimen masih mempertahankan hasilnya sebesar 100% sedangkan pada kelas kontrol mengalami penurunan aktivitas belajar siswa. dari empat kali pemebrian treatment peneliti menghitung rata-rata nilai keaktivan belajar siswa dan didapatkan kelas eksperimen memiliki aktivitas belajar sebesar 95% dan kelas kontrol hanya memiliki 49% aktivitas belajar dikelasnya. Ini bisa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(8)

Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sentul 2 Pada Konsep Koperasi.

memberikan pernyataan bahwa siswa-siswa jadi menyukai pembelajaran IPS siswa juga sangat menyukai proses pembelajaran dengan model cooperative learning tipe make a match. Alasan

mereka menyukai proses

pembelajarannya karena dalam pembelajaran tersebut siapa yang dapat menenmukan pasangan kartu secara cepat dan tepat maka akan diberikan penghargaan oleh guru. Selain itu pembelajarannya juga diiringin musik dan video. Mereka juga berpendapat bahwa dengan cara seperti itu materinya akan lebih mudah dipahami dan ingat siswa. Pada kelas kontrol siswa –siswi menjawab prose pembelajaran yang biasa dilakukan membuat mereka cepat bosan dan jenuh dan mereka mengeluh kalau mereka tidak memahami materinya sekalipun siswa tersebut menyukai pembelajaran IPS namun belum tentu saat belajar mereka paham dengan materi yang disampaikan.

Setelah treatment selesai diberikan pada kelas make a match dan kelas konvensional, selanjutnya peneliti memberikan tes akhir atau terhadap kedua kelas tersebut. Soal tes akhir yang diberikan sama dengan soal yang diberikan saat tes awal dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Tes akhirdilakukan untuk melihat kemampuan siswa menjawab soal setelah siswa menerima materi koperasi. Apakah hasilnya meningkat atau malah menurun. Berikut ini adalah data hasil tes akhir di kelas make a match dan kelas konvensional. Pada kelas make a match nilai tes akhir adalah 65,71 dan pada kelas konvensional nilainya adalah sebesar 42,68. Nilai rata-rata kedua kelas tersebut meningkat dari tes sebelumnya. Namun data ini bukan merupakan hasil akhir karena masih ada pengujian normalitas, reliabiitas lagi untuk mengolah data tes akhir siswa kelas IV

SDN Sentul 2. Berikut ini adalah hasil dari uji normalitas, nilai signifikansi kelas eksperimen adalah 0,244 sedangkan pada kelas kontrol nilai signifikansinya adalah 0,153. Kedua nilai signifikansi tersebut memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berasal dari populasi normal. Setelah data normal maka dilakukan uji homogenitas dengan hasil nilai signifikansi postest based on mean adalah 0,812. Nilai tersebut signifikansinya lebih dari 0,05 dengan demikian data bersifat homogen. Melalui uji t dapat terlihat bahwa rata-rata hasil belajar pretest bernilai signifikansi 2-tailed 0,524. Dengan nilai signifikansi 0,524 > dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan pada hasil postest

terlihat nilai signifikansi 2-tailed adalah 0,000. Nilai signifiansi tersebut < dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya tidak ada perbedaan hasil belajar sebelum menggunakan model make a match dan adanya perbedaan hasil belajar setelah menggunakan make a match.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas IV A yang menggunakan model pembelajaran make a match dan IV B yang menggunakan model pembelajaran konvensional di SDN Sentul 2, dapat ditarik kesimpulan:

(9)

para siswa. Karena adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa materi koperasi tersebut guru disarankan sebaiknya untuk mencoba menggunakan model pembelajaran make a match ini untuk diterapkan serta di aplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tentunya dengan melihat kesesuaian model dengan keadaan kelas juga.

DAFTAR PUSTAKA

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mudjiono & Dimyati. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Riduwan. (2006). Dasar dasar statistika. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus (2015). Cooperative learning teori dan aplikasi paikem.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga menguji peran komitmen keluarga sebagai pengaruh keluarga yang unik, yang mencerminkan komitmen keluarga, loyalitas, dan kebanggaan dalam bisnis

Produk makanan dengan penambahan kalsium karbonat umumnya memiliki penerimaan panelis yang lebih rendah dari segi rasa dibanding dengan trikalsium fosfat (Gerstner,

Terdapat beberapa hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini diantaranya yaitu diduga ada perbedaan tingkat produktivitas dan tingkat keuntungan usaha perkebunan kopi

Buku pegangan untuk matakuliah pengembangan kurikulum akan layak digunakan jika telah mengalami serangkaian validasi dan revisi sesuai dengan hasil validasi. Validasi yang

Penelitian ini menyimpulkan bahwa : (a ) Budaya organisasi pada PDAM Kabupaten Kudus kuat, begitu pula dengan lingkungan kerja fisik pada PDAM Kabupaten Kudus Baik;

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke yang terdiri

Self-compassion yang dimiliki perawat rawat inap RSUD Kota Salatiga berada dalam kategori tinggi (91,43%) yang berarti bahwa perawat mampu untuk mengolah kondisi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat di simpulkan bahwa terdapat pengaruh Media Audio-Visual Terhadap Motivasi pembelajaran