• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Seni adalah pengungkapan pengalaman dan merupakan hasil kreativitas manusia dalam menghayati dan memaknai kehidupan. Seorang seniman bermaksud menyampaikan isi hati dan perasaan tentang apa yang dialami atau disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus memenuhi hukum estetis agar layak disebut sebagai karya seni.

Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1962). Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi dalam Djojosuroto, 2006:17). Karya sastra yang menjadi bagian dari sebuah karya seni memiliki bentuk tersendiri dan menempatkan kehidupan manusia sebagai objeknya. Dalam sebuah karya sastra tentu saja kekuatan bahasa menjadi sangat penting. Kehidupan manusia yang sarat dengan permasalahannya, sering kali menjadi menarik untuk diangkat.

Eksistensi bahasa sebagai alat komunikasi digunakan dalam berbagai tujuan. Satu diantaranya adalah untuk menghibur. Menghibur dalam konteks bahasa salah satunya melalui lagu. Lagu merupakan cara berkomunikasi yang khas karena memiliki ciri-ciri yaitu satu arah (tanpa melakukan dialog dengan

(2)

audiens), berirama, bahasanya padat dan bernilai estetik (Pasaribu, 1986:19). Lagu merupakan salah satu wujud dari karya seni.

Puisi bermakna ragam sastra yang terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga bermakna gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 2012:7) mengemukakan bahwa puisi memiliki unsur-unsur yaitu emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata -kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Terdapat tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang mencakup pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuk; dan yang ketiga adalah kesannya. Semuanya terungkap dengan media bahasa.

Lirik lagu bermakna karya sastra yang bergenre puisi, yang berisi curahan perasaan pribadi atau susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2008:835). Lirik lagu adalah salah satu genre sastra populer yang lahir dan memiliki ciri-ciri puisi populer (Faruk dan Sayuti, 1997). Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi juga terdapat di dalam lirik lagu. Karakteristik lagu dikatakan mirip dengan puisi dalam hal wujud ekspresi linguistiknya. Berdasarkan pengertian di atas, dengan menggunakan batasan-batasan definisi puisi sebagai landasan, lirik lagu dapat dikaji menggunakan sudut pandang sastra.

Michael Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry, mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami

(3)

dan memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah: (1) puisi adalah ekspresi tidak langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif), (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram. Ciri penting puisi menurut Riffaterre adalah mengekspresikan konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Inilah yang membedakan puisi dengan bahasa pada umumnya. Puisi memiliki cara yang khusus dalam membawa maknanya (Faruk, 2012: 141).

Berbicara mengenai lagu, lagu-lagu berbahasa Korea bisa menjadi salah satu kajian yang menarik. Korea Selatan, yang belakangan ini menjadi fenomena dunia dengan fenomena Hallyu, budaya K-popnya, merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan. Bisa dikatakan, Korea Selatan saat ini sedang menginvasi dunia dengan pengaruh budaya kontemporernya. Banyaknya grup musik yang muncul setiap tahunnya membuat persaingan antar-grup menjadi tinggi. Tidak hanya dilihat dari penampilan luarnya seperti perawakan yang tinggi, tampan dan cantik, tetapi juga dari skill atau bakatnya, pandai menari dan menyanyi. Para penggemar dimanjakan dengan visualisasi yang menarik. Lagu-lagu yang menarik dan gerakan tarian yang dinamis juga merupakan nilai tambah. Lagu-lagu Korea Selatan banyak diminati tentu saja oleh para penggemarnya di seluruh dunia. Tentu saja yang bertemakan cinta, fantasi, dan kritik sosial pastilah ada. Dari berbagai tema yang diusung, salah satunya yang menarik perhatian adalah lagu yang bertemakan ibu.

Sejak abad ke 14 Konfusianisme telah menjadi filosofi dasar yang penting untuk masyarakat Korea, sehingga mempengaruhi struktur dan kehidupan sosial

(4)

di Korea. Konfusianisme mengatur hubungan hierarki antara orang tua dan yang lebih muda serta pembagian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan itulah peran perempuan dalam bidang sosial maupun politik sangat terbatas. Perempuan diharapkan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial ataupun bekerja di luar rumah. Hal ini disebabkan karena perbedaan kekuatan yang mencolok antara laki-laki dan perempuan. Hal inilah yang kemudian menjadi awal terjadinya ketidakadilan gender di Korea. Masyarakat Korea pada umumnya tidak menyadari terjadinya ketimpangan ini, bahkan sebagian besar kaum perempuan di Korea menganggap apa yang terjadi adalah berdasarkan Konfusianisme yang memang merupakan bentuk keserasian antara laki-laki dan perempuan.

Dalam puisi (atau pada penelitian ini menggunakan obyek material lirik lagu), untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat gambaran menjadi lebih hidup di dalam pikiran dan penginderaan, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran) (Pradopo, 2010: 79). Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan (imagery). Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya (Altenbernd dalam Pradopo, 2010: 80). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas di dalam karya prosa dan puisi. Ibu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti seseorang yang melahirkan anak dan sebutan untuk orang yang telah bersuami.

(5)

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini membahas tentang citra ibu yang terkandung di dalam lirik lagu bahasa Korea. Alasan memilih lirik lagu bertemakan ibu sebagai objek material adalah untuk dapat mengetahui bagaimana pandangan masyarakat Korea terhadap sosok ibu dari segi karya sastra populer, khususnya dalam lirik lagu. Lirik-lirik lagu tersebut mengedepankan tentang sosok seorang ibu, bagaimana peranan dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya dan rasa cinta seorang anak terhadap ibunya. Citra seorang ibu yang terkandung di dalam lirik-lirik lagu menunjukkan bahwa di dalam karya sastra Korea, tidak hanya mengedepankan sisi naturalis seperti unsur-unsur alam dalam karya sastranya, tetapi juga konsep Konfusianisme yang masih tetap terjaga hingga sekarang. Di dalam konsep Konfusianisme terdapat satu poin yang menyebutkan tentang rasa hormat anak kepada orang tua.

Lirik-lirik lagu yang dijadikan objek material dalam penelitian ini memiliki benang merah yang menghubungkan ketujuhnya. Ketujuh lirik lagu tersebut bertemakan tentang ibu. Ketujuh lirik lagu tersebut adalah „엄마‟ [Eomma] yang dinyanyikan Ra. D (2010), „엄마‟ [Eomma] yang dinyanyikan INFINITE (2013), „Dear Mom‟ milik 소녀시대 [SoNyeoShiDae] atau Girls’ Generation (2009), „어머님께‟ [Eomeonimkke] milik G.O.D (1999), „어머니‟ [Eomeoni] milik 1TYM (2001), „Mother‟ milik Standing Egg (2012) „엄마 딸이니까요‟ [Eomma Ttalinikkayo] dari 박기영 [Park Gi Young]. Judul-judul lagu tersebut merupakan lagu yang dirilis sekitar tahun 1998 hingga 2013. Lagu-lagu ini dipilih karena dianggap merepresentasikan sudut pandang masyarakat Korea tentang perempuan khususnya ibu pada masa sekitar tahun-tahun tersebut.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana pemaknaan lirik lagu dengan menggunakan pembacaan heuristik dan hermeneutik dalam lirik lagu bahasa Korea yang bertemakan ibu?

b. Seperti apakah pencitraan ibu dalam lirik lagu bahasa Korea?

c. Apa saja ide-ide feminis yang terkandung di dalam lirik lagu tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tujuan teoretis yang ingin dicapai. Tujuan teoretisnya yang pertama adalah mampu melakukan analisis pemaknaan lirik lagu dengan penerapan teori semiotika Riffaterre menggunakan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Tujuan teoretis yang kedua adalah dapat menganalisis citra ibu yang terdapat dalam lirik-lirik lagu yang bertemakan ibu. Tujuan teoretis yang ketiga adalah untuk dapat menentukan ide-ide feminis yang terkandung di dalam lirik lagu tersebut.

(7)

1.4 Batasan Masalah

Lirik lagu yang diteliti dalam penelitian ini adalah tujuh buah lirik lagu dari grup musik populer (boyband dan girlband) dan solois Korea Selatan. Penelitian ini berfokus pada tema ibu yang diusung lagu-lagu tersebut, penyampaian rasa (feeling) dari lirik lagu-lagu tersebut dari sudut pandang penyanyinya, bukan dari sudut pandang pengarang/penyairnya. Ketujuh lirik lagu tersebut adalah „엄마‟ [eomma] yang dinyanyikan oleh solois Ra. D (2010), „엄마‟ [eomma] yang dinyanyikan oleh grup musik idola INFINITE (2013), „Dear Mom‟ milik grup musik idola 소녀시대 [SoNyeoShiDae] (2009), „어머님께‟ [eomeonimkke] milik G.O.D (1999), „어머니‟ [eomeoni] milik 1TYM (2001), „Mother‟ yang dipopulerkan oleh Standing Egg (2012) „엄마 딸이니까요‟ [eomma ttalinikkayo] dari solois 박기영.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas, ada dua manfaat yang bisa didapat, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritisnya adalah dapat mengaplikasikan teori semiotika Rffaterre dan kritik sastra feminis dan memberikan sumbangan ide-ide feminis yang merepresentasikan tokoh ibu. Manfaat praktisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca untuk dapat memahami atau memaknai lirik lagu yang bertemakan tentang ibu.

(8)

1.6 Tinjauan Pustaka

Selama ini penelitian tentang lirik lagu dalam program studi Bahasa Korea di Universitas Gadjah Mada terbatas pada relasi makna dan kajian kebahasaan. Penelitian yang berfokus pada citra ibu dalam lirik lagu merupakan penelitian yang tergolong baru, apalagi dalam Program Studi Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Skripsi yang menggunakan kajian kritik sastra feminis antara lain adalah Skripsi yang disusun oleh Evita (2011) dari Program Studi Bahasa Korea angkatan 2007. Dalam skripsi tersebut Evita menganalisis tentang ide-ide feminis yang terkandung dalam film, seperti dalam judul skripsinya “Ide-Ide Feminis Sebagai Resistensi terhadap Ketidakadilan Gender: Kajian Feminis terhadap Film Hwang Jin Yi.”. Winni Jati Islami (2013) dari Program Studi Bahasa Korea angkatan 2009 menganalisis ide-ide feminis yang terkandung dalam cerpen, seperti dalam judul skripsinya “Ide-Ide Feminis Sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Ketidakadilan Gender Dalam Cerpen 경희 (Kyeonghee) Karya 나혜석(Na Hye Seok): Kajian Kritik Sastra Feminis.”.

Ada pula penelitian dari Sekar Handayani (2013), Program Studi Bahasa Korea yang meneliti tentang ketidakadilan gender dalam antologi puisi. Skripsi tersebut berjudul “Ketidakadilan Gender dalam Antologi Puisi Nae Ane Bichi Itda Karya Lee Eun Sook: Kajian Kritik Sastra Feminis.”. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang bahasa kiasan dan gaya bahasa yang digunakan, dan menjelaskan tentang bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang ada di dalam puisi-puisi tersebut.

(9)

Adapun beberapa skripsi yang memiliki keterkaitan dengan penelitian citra ibu dalam lirik lagu dan menggunakan kajian kritik sastra feminis adalah penelitian Victa Etriany (2012) dari Jurusan Sastra Indonesia angkatan 2008 yang berjudul “Citra Ibu dalam Lirik Lagu “Ibu”, “Bunda”, dan “Siapa Bilang? (Disko Mama)”: Kajian Kritik Sastra Feminis”. Penelitian ini berisi citra ibu dalam lirik lagu yang bertemakan ibu dalam Bahasa Indonesia. Berisi tentang citra ibu dalam ruang domestik dan juga ruang publik. Victa juga menganalisis aspek kebahasaan yaitu gaya bahasa dan pilihan kata atau diksi di dalam lirik lagu yang bertema ibu.

Skripsi yang menggunakan lirik lagu sebagai obyek penelitiannya adalah skripsi yang disusun oleh Yogi Achmad Fajar, yang berjudul “Analisis Unsur Kebahasaan Lirik Lagu Anak-Anak dalam Bahasa Korea (Studi Kasus pada Lirik Lagu Grup Musik Anak „7 Princess‟ dalam Album “Princess Diary”” yang menganalisis unsur kebahasaan lirik lagu anak-anak Bahasa Korea. Yogi mengambil lima sampel dari album tersebut dan menganalisis unsur kebahasaannya yaitu ciri morfologis, ciri sintaksis dan ciri leksikal dari lirik lagu tersebut.

1.7 Landasan Teori

Lirik lagu bermakna karya sastra yang bergenre puisi, yang berisi curahan perasaan pribadi atau susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2008:835). Lirik lagu adalah salah satu genre sastra popular yang lahir dan memiliki ciri-ciri puisi popular (Faruk dan Sayuti, 1997). Berdasarkan pengertian di atas, dengan

(10)

menggunakan batasan-batasan definisi puisi sebagai landasan, lirik lagu dapat dikaji menggunakan sudut pandang sastra. Berdasarkan batasan-batasan definisi puisi, secara garis besar dapat disimpulkan unsur-unsur puisi adalah tema, nada, rasa, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata kongkret, ritme, dan rima. Dalam lirik lagu, lebih ditekankan kepada tema atau makna, rasa (feeling), nada, dan amanat.

Dengan menggunakan batasan-batasan definisi puisi sebagai landasan, lirik lagu dapat dikaji menggunakan teori semiotika struktural Riffaterre. Teori semiotika struktural Riffaterre digunakan karena puisi, atau pada penelitian ini digunakan lirik lagu, cenderung dipahami sebagai sistem makna dan makna tersebut terbentuk secara struktural. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Michael Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry, mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami dan memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah: (1) puisi adalah ekspresi tidak langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif), (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram. Ciri penting puisi menurut Riffaterre adalah mengekspresikan konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Inilah yang membedakan puisi dengan bahasa pada umumnya. Puisi memiliki cara yang khusus dalam membawa maknanya (Faruk, 2012: 141).

Untuk memahami lirik lagu yang digunakan sebagai obyek dalam penelitian ini, seperti yang telah diungkapkan Riffaterre dalam bukunya, ada tiga cara, yaitu pergeseran makna (displacing), perusakan makna (distorting), dan penciptaan makna (creating) (Riffaterre, 1978: 2).

(11)

1. Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi

Ciri penting puisi menurut Riffaterre adalah mengekspresikan konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Bahasa puisi bersifat semiotik sedangkan bahasa sehari-hari bersifat mimetik. Ketidaklangsungan ekspresi puisi terjadi karena adanya pergeseran makna, perusakan atau penyimpangan makna, dan penciptaan makna.

Pergeseran makna terjadi apabila suatu tanda mengalami perubahan dari satu arti ke arti yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang lain. Umumnya, penyebab pergeseran makna adalah penggunaan bahasa kiasan seperti metafora dan metonimi. Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, kontradiksi dan non-sense. Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frase, kalimat, maupun wacana yang disebabkan oleh munculnya penafsiran yang berbeda-beda menurut konteksnya. Kontradiksi muncul karena adanya penggunaan ironi, paradoks, dan antithesis. Non-sense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (dalam kamus) tetapi memiliki makna sesuai dengan konteks.

Penciptaan makna berupa pemaknaan terhadap segala sesuatu yang dalam bahasa umum dianggap tidak bermakna. Penciptaan arti terjadi karena pengorganisasian ruang teks, diantaranya enjambemen, tipografi, dan homolog. Enjambemen adalah peloncatan baris dalam sajak yang menyebabkan terjadinya peralihan perhatian pada kata akhir atau kata yang “diloncatkan” ke baris berikutnya. Peloncatan itu menimbulkan intensitas arti atau makna liris.

(12)

Tipografi adalah tata huruf. Tata huruf dalam teks biasa tidak mengandung arti tetapi dalam sajak akan menimbulkan arti, sedangkan homolog adalah persejajaran bentuk atau baris. Bentuk yang sejajar itu akan menimbulkan makna yang sama.

2. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Pembacaan heuristik adalah pembacaan sajak sesuai dengan tata bahasa normatif, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pembacaan heuristik menghasilkan arti secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan sistem semiotik tingkat pertama.

Setelah melalui pembacaan tahap pertama, pembacaan tahap kedua disebut pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik. Pada tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua. Pembaca berusaha melihat kembali dan melakukan perbandingan berkaitan dengan yang telah dibaca pada proses pembacaan tahap pertama. Pembaca berada di dalam efek decoding. Artinya pembaca mulai dapat memahami bahwa segala sesuatu yang pada awalnya, pada pembacaan tahap pertama, terlihat sebagai keidakgramatikalan, ternyata merupakan fakta-fakta yang berhubungan.

Berkaitan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik, Riffaterre (dalam Faruk, 2012:141) membedakan konsep makna dan arti. Makna (meaning) adalah semua informasi dalam tatanan mimetik yang disajikan teks kepada pembaca, sedangkan arti (significance) adalah kesatuan antara aspek bentuk dan semantik. Secara sederhana, dapat dinyatakan bahwa makna sepenuhnya besifat referensial

(13)

sesuai dengan bahasa dan bersifat tekstual, sedangkan arti bisa saja “keluar” dari referensi kebahasaan dan mengacu kepada hal-hal di luar teks. Pada tataran pembacaan heuristik pembaca hanya mendapatkan makna sebuah teks, sedangkan arti diperoleh ketika pembaca telah melampaui pembacaan retroaktif atau hermeneutik.

Seks dan gender adalah dua hal yang tidak dapat diabaikan dalam kajian feminis karena hanya dengan memahami pebedaan kedua hal tersebut maka kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat diliat dengan baik. Menurut Fakih (2010:71-72), seks merupakan pembagian dua jenis manusia berdasarkan organ biologis tertentu yang didapatkan secara kodrati, sedangkan gender adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat, melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses kultural dan sosial yang panjang.

Feminisme merupakan sebuah kepercayaan bahwa perempuan diperlakukan secara tidak adil dalam masyarakat yang dibentuk untuk memprioritaskan cara pandang laki-laki dan kepentingannya. Dalam pola patriarkal, perempuan menjadi citra yang tidak diinginkan laki-laki, atau citra yang bertolak belakang dari sifat laki-laki, seperti laki-laki itu kuat, perempuan itu lemah. Secara umum, feminisme adalah ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya (Humm, 2007:158).

(14)

Batasan umum kritik sastra feminis (Culler via Sugihastuti-Suharto, 2009:7) adalah bahwa kritik sastra feminis adalah “membaca sebagai perempuan” yang merupakan kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra.

Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan derajat laki-laki. Berkaitan dengan itu, muncullah istilah equal rights movement atau gerakan persamaan hak. Cara lainnya adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan rumah tangga dan keluarga (Djajanegara, 2000:4). Menurut Saparinah dan Sadli (1995:15) inti pandangan feminis adalah setiap perempuan juga mempunyai hak untuk memilih apa yang menurutnya baik. Pilihan itu tidak ditentukan oleh laki-laki ataupun orang lain, tetapi ditentukan oleh perempuan itu sendiri. Pilihan itu membuat perempuan menjadi dirinya seutuhnya. Pada akhirnya, diharapkan perempuan bisa menentukan sendiri apa yang sebenarnya menjadi kebutuhannya.

Feminisme dapat dibagi menjadi empat jenis. Feminisme yang pertama adalah feminisme radikal. Feminisme ini merupakan fenomena diskriminasi sosial berdasarkan jenis kelamin di Eropa pada akhir tahun 1960-an. Feminisme radikal merupakan penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki seperti hubungan seks adalah bentuk penindasan terhadap perempuan. Patriarki adalah dasar dari ideologi penindasan yang merupakan sistem hierarki seks, yang dalam hal ini laki-laki memiliki kekuasaan yang superior.

(15)

Kedua, feminisme marxis yang merupakan tolak belakang dari feminisme radikal. Feminisme marxis menolak keyakinan kaum feminis radikal yang menyatakan bahwa biologi sebagai dasar pembedaan gender. Feminisme marxisme meletakkan persoalan perempuan dalam kerangka kritik atas kapitalisme. Kaum feminis marxis meyakini bahwa akar dari masalah ketidaksetaraan gender ini adalah sistem kapitalis yang berkembang. Tujuan dari feminisme marxis adalah mendeskripsikan basis material ketundukan perempuan, dan hubungan antara model-model produksi dan status perempuan, serta menerapkan teori-teori perempuan dan kelas pada peran keluarga (Humm, 2007: 270).

Ketiga, feminisme sosialis. Feminisme sosialis merupakan lanjutan dari feminisme marxisme yang manganggap analisis patriarki perlu dikawinkan dengan analisis kelas. Feminisme sosialis mengaggap bahwa ketidakadilan bukan akibat dari perbedaan biologis, melainkan karena penilaian dan anggapan terhadap perbedaan itu (Fakih via Sofia, 2009: 13). Seperti contohnya keluarga inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin.

Keempat, feminisme liberal. Feminisme liberal memandang manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama meskipun mengakui adanya perbedaan tugas antara laki-laki dan perempuan. Feminisme liberal berakar pada kebebasan (freedom) dan kesetaraan (equality) yang berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan dunia politik. Setiap manusia memiliki

(16)

kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, termasuk perempuan. Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada posisi sub-ordinat. Berdasarkan keempat aliran feminisme di atas, penelitian yang akan dilakukan akan fokus pada feminisme liberal, dan juga akan mengangkat sedikit dari feminisme marxis.

Kritik feminis dalam karya sastra digunakan sebagai materi pergerakan kebebasan perempuan dalam mensosialisasikan ide feminis. Kritik sastra feminis mempermasalahkan asumsi tentang perempuan yang kemudian menimbulkan isu tertentu tentang perempuan. Sasaran kritik sastra feminis adalah memberikan respon kritis terhadap pandangan-pandangan yang terwujud dalam karya sastra yang diberikan oleh budayanya kemudian mempertanyakan hubungan antara teks, kekuasaan, dan seksualitas yang terungkap dalam teks (Millett via Culler, 1983: 47). Ruthven (1985:24) menyatakan bahwa kritik sastra feminis merupakan suatu alat untuk mengamati dalam sebuah pengetahuan baru yang dikonsep dengan megembalikan komponen yang tidak tampak dari gender dalam semua tulisan yang dihasilkan manusia dalam ilmu pengetahuan sosial. Penggunaan kritik sastra feminis diharapkan membuka pandangan baru terutama yang berkaitan dengan bagaimana karakter-karakter perempuan diwakili melalui tokoh dan penokohan dalam karya sastra (Ruthven, 1985:30).

Kritik sastra feminis yang digunakan untuk mengungkap citra ibu dalam lirik lagu Korea merupakan penjabaran mengenai sebuah bentuk atau gambaran

(17)

perempuan Korea khususnya dalam menjalani perannya sebagai seorang istri dan ibu, yang merupakan ruang domestik. Dalam hal ini, lebih mengacu pada feminisme liberal. Subordinasi pada kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu masalah perempuan. Bentuk subordinasi adalah tidak diprioritaskan dalam pengambilan keputusan politik dan beban kerja yang berat (lebih panjang waktunya dan lebih banyak jumlahnya). (Fakih, 1997: 12- 13). Contohnya tanggung jawab mendidik anak, mengelola, merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai kodrat perempuan., padahal, hal tersebut adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat tertentu.

1.8 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kepustakaan. Metode ini digunakan karena objek material yang digunakan adalah lirik lagu bahasa Korea yang bertemakan tentang ibu. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, untuk mendeskripsikan suatu informasi yang terkandung di dalam sebuah teks tersebut.

Tahap awal adalah mengumpulkan data, menentukan atau memilih teks yang akan dikaji, yaitu lirik lagu, menerjemahkan teks (lirik lagu) ke dalam bahasa Indonesia, menentukan persoalan yang muncul, kemudian bisa dijelaskan atau dicarikan solusi melalui penelitian.

Setelah teks dan permasalahan ditentukan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, langkah selanjutnya adalah menentukan fokus penelitian.

(18)

Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah penelitian menggunakan kajian kritik sastra feminis, yang menghubungkan teks objek material dengan realitas kehidupan.

1.9 Sistematika Penyajian

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka yang berisi daftar buku yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan dan berisi daftar karya dari penulis yang pernah meneliti tentang objek formal yang sama dan penelitian yang menggunakan teori yang sama, landasan teori yang digunakan dalam penelitian, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab 2 merupakan isi dari karya tulis yang dibuat. Dalam bab 2 ini berisikan analisis lirik lagu menggunakan teknik pembacaan Heuristik dan Hermeneutik digunakan untuk dapat memahami arti dan makna dari lirik-lirik lagu.

Bab 3 juga merupakan isi dari karya tulis, berisikan tentang pencitraan ibu yang terkandung di dalam lirik lagu yang menjadi objek material dari penelitian ini. Citra ibu yang terkandung dalam masing-masing lirik lagu yang dianalisis merupakan cerminan sosok ibu dalam pandangan masyarakat Korea atau tidak.

(19)

Bab 4 berisikan tentang ide-ide feminis yang terkandug di dalam lirik lagu. Ada tidaknya ide-ide feminis yang tersirat dalam lirik lagu tersebut.

Bab 5 merupakan penutup yang berisikan simpulan dari hasil analisis yang telah dituliskan di bab 2, bab 3, dan bab 4 dan juga berisikan saran yang diberikan penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain dalam perspektif pengujian peraturan perundang-undangan memunculkan persoalan baru, yaitu masuknya kembali Ketetapan MPR dalam jenis dan hierarki

Dalam berbagai permasalahan terkait tingkat partisipasi politik yang rendah tersebut tentunya tidak relevan dengan makna dan cita-cita negara yang demokratis

Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi masyarakat melalui Sistem Peradilan Tata Usaha Negara juga diteliti oleh Delta Arga Prayudha dan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Trenggalek yang timbul akibat berbagai aktivitas

Padjonga Daeng Ngalle adalah OPD yang target pelayanannya hanya diperuntukkan untuk masyarakat yang datang berkunjung ke rumah sakit (pasien) sehingga tidak ada

Peneliti tertarik untuk meneliti tentang permintaan masyarakat terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun dikarenakan banyak

Pada perusahaan Indonesia power motivasi memang sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan dan bentuk dari motivasi yang diberikan ada 2 yaitu intrinsic

Secara umum, pada tahun 2020 Biro Perencanaan telah melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan koordinasi dan penyusunan perencanaan program dan anggaran di bidang ekosistem