• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi Negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan Negara.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) dengan tujuan yan terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi Human Immunodeficiency Virus- Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), Tuberculosis (TB) dan Malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait secara langsung yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (Dinkes Prov. Jatim, 2011:1).

(2)

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi disebuah Negara akan sangat mempengaruhi derajat kesehatan penduduknya dan berkaitan erat pula dengan kemampuan Negara tersebut untuk mengembangkan pelayanan kesehatan maupun kegiatan-kegiatan lain disektor kesehatan. Kebijaksanaan dibidang kesehatan dan pelaksanaannya juga sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi secara makro. Program-program kesehatan hendaknya dipandang sebagai suatu strategi yang menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi dari suatu penduduk. Strategi tersebut membutuhkan pilihan program-program yang dapat meningkatkan derajat kesehatan secara efisien, misalnya, pengembangan jaringan pelayanan kesehatan, pembangunan infrastruktur air bersih, peningkatan gizi masyarakat, imunisasi dan sebagainya.

Faktor kesehatan dilihat dari perspektif ekonomi berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (quality of human resources) itu sendiri. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) akan ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita (Ananta dan Hatmadji, 1985:22). Indikator kualitas sumber daya manusia dalam kegiatan perekonomian secara tidak langsung juga akan berimbas pada tinggi rendahnya produktifitas sumber daya manusia, dalam hal ini khususnya produktifitas tenaga kerja . Teori ekonomi mikro tentang permintaan (demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good, makin tinggi income keluarga maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Jenis jasa pelayanan

(3)

kesehatan tersebut merupakan inferior good, meningkatnya pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut (Folland et al., 2001:25).

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Andersen dkk (1975:115), membagi faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi tiga yaitu:

1) Faktor predisposing atau kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang di tentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, agama, etnik, pekerjaan), sikap/kepercayaan yang muncul (terhadap pelayana kesehatan, terhadap tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit).

2) Faktor pendukung, yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan oleh variabel sumber pendapatan keluarga, sumber daya yang ada di masyarakat yang tercermin dari ketersediaan kesehatan termasuk jenis dan rasio masing-

(4)

masing pelayanan dan tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduk, kemudian harga pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka.

3) Faktor kebutuhan, yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kemampuan ini ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan. Pelayanan terhadap suatu penyakit termasuk bagian dari kebutuhan.

Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Laksono (2005:23) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu: kebutuhan berbasis fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatan, variabel-variabel ekonomi tarif, penghasilan masyarakat, adanya asuransi kesehatan dan dan jaminan kesehatan, variabel- variabel demografis dan umur, dan jenis kelamin.

Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan relatif masih rendah. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010 menunjukkan bahwa 63,2% penderita yang ditemukan sakit sudah berobat; 24,2% penderita berobat ke Puskesmas, 8,9% ke praktek dokter, 8,1% ke praktek para medis dan 13,9% berusaha mengobati sendiri.

Derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan menjadi lebih baik kualitasnya oleh Pemerintah Kabupaten Madiun melalui Dinas Kesehatan dengan terus berusaha mendekatkan pelayanan kepada masyarakat secara lebih merata.

(5)

Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Madiun sebanyak 26 Puskesmas, 58 Puskesmas Pembantu, 122 Polindes dan 92 Ponkesdes. Terdiri dari 4 Puskesmas Rawat Inap PONED, 1 Puskesmas PONED Non Rawat Inap, 21 Puskesmas Non Rawat Inap, 1 Puskemas Pembantu Gawat Darurat dan Observasi. Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan jiwa di sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Madiun tahun 2012 per hari adalah untuk rawat jalan sebanyak 1678 dan rawat inap sebanyak 7 dan jiwa 42 orang (LKPJ Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012).

Peneliti tertarik untuk meneliti tentang permintaan masyarakat terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun dikarenakan banyak berdiri sarana pelayanan kesehatan swasta yang akan bersaing dengan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama menjelang diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tanggal 1 Januari 2014 oleh Pemerintah , maka dari itu perlu adanya analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun.

Penelitian ini akan melihat sejauh mana pengaruh beberapa faktor seperti pendapatan, biaya atau harga kunjungan, jarak, pendidikan, jenis penyakit dan waktu pelayanan dapat mempengaruhi permintaan jasa pelayanan kesehatan di Kabupaten Madiun. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat

.

(6)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh antara pendapatan, biaya kunjungan, jarak, pendidikan, jenis penyakit, waktu pelayanan, umur, jenis kelamin, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter pada permintaan masyarakat terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Madiun?

2. Bagaimana trend kunjungan masyarakat terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan mengukur besarnya pengaruh pendapatan, biaya kunjungan, jarak, pendidikan, jenis penyakit, waktu pelayanan, umur, jenis kelamin, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter pada permintaan masyarakat terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Madiun.

2. Untuk mengetahui trend kunjungan masyarakat terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun.

(7)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana perilaku dan pilihan yang dilakukan oleh individu atau keluarga untuk mencapai status kesehatan yang optimum yang tercermin pada pemanfaatan (utilization) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Madiun.

b. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi tentang permasalahan kesehatan pada umumnya dan pelayanan pusat kesehatan masyarakat pada khususnya.

c. Bagi pembuat kebijakan, Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Kabupaten Madiun khususnya Dinas Kesehatan untuk menentukan kebijakan pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

2. Manfaat Iptek

Penelitian ini akan memberikan sumbangan pustaka dan bukti empiris bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada masalah Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS).

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat dengan jelas bahwa program-program UZV di Halmahera bagian utara dan NZV di Jawa Tengah, mendapat perhatian serius dari kalangan Pemerintah Belanda

Pada kecepatan 10 -50 m/s algoritma locally optimal semakin rendah dan nilai hampir konstan seiring jumlah handoff semakin kecil dan kecepatan yang semakin

Padjonga Daeng Ngalle adalah OPD yang target pelayanannya hanya diperuntukkan untuk masyarakat yang datang berkunjung ke rumah sakit (pasien) sehingga tidak ada

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tindakan perawatan luka di ruang bedah RSUD Bangkinang ditemukan kesenjangan antara teori dan pelaksanaan di lapangan, seperti :

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan, yaitu apakah pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan dalam proses persalinan yang dilakukan oleh

Kesenjangan antara masalah dan peraturan terjadi bahwa seharusnya dibuat Informed consent dalam setiap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter, namun karena ada

Memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang hukum kesehatan yang berkaitan dengan seberapa

Tersedianya fasilitas layanan kesehatan dasar yang mudah diakses oleh masyarakat saat mereka membutuhkan masih menjadi tantangan yang nyata di Provinsi.