• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN

BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

ENI ARDIANTI

NIM.110563201008

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN

BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

ENI ARDIANTI

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH, Eni.ardianti08@gmail.com RUMZI SAMIN

Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH, Rumzi@hotmail.co.id EDISON

Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH, Edison4086@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan yang dihadapi pemerintah menjadi masalah penting dan memerlukan upaya untuk menanggulanginya, Program Keluarga Harapan merupakan salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan dengan melalui pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin di dalam upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, khususnya di dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi Program keluarga harapan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di kecamatan bukit bestari. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan snow ball sampling. Dalam mengungkapkan penelitian ini peneliti menggunakan model implementasi yang dikembangkan oleh Edward III. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis secara deskriptif kualitatif yaitu Reduksi data, Display data dan Verfikasi data.

Hasil penelitian dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bukit Bestari berdasarkan 4 dimensi yaitu, pada dimensi komunikasi, proses penyaluran informasi belum efektif dan informasi yang diterima belum jelas, sehingga banyak masyarakat yang belum mengerti dan memahami tentang PKH. Pada dimensi Sumber Daya, Pendamping PKH belum memadai, yaitu berjumlah 1 orang pendamping bertanggung jawab atas 823 penerima manfaat bantuan PKH yang menyebabkan kurangnya optimalisasi terhadap Implementasi PKH di Kecamatan Bukit Bestari. Pada dimensi Disposisi, sikap pendamping sudah mendukung dalam pelaksanaan PKH, pendamping rutin melakukan pertemuan kelompok dengan peserta yang diadakan setiap bulan sekali. namun masih ada masyarakat penerima manfaat yang tidak mengikuti pertemuan kelompok. Dimensi struktur birokrasi, dalam pelaksanaan PKH kecamatan maupun pendamping sudah memiliki SOP sebagai petunjuk teknis tentang alur proses maupun tata kerja PKH. Namun PKH belum sepenuhnya mampu mensejahterakan masyarakat miskin, dengan adanya PKH belum bisa mengubah kondisi sosial ekonomi RTSM. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan belum berjalan secara maksimal. Sosialisasi belum dilakukan secara menyeluruh, proses pengawasan dan pendampingan masyarakat belum dilakukan secara optimal karena tidak didukung dengan jumlah pendamping yang memadai. Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya kerjasama yang baik dari dinas terkait untuk melakukan sosialisasi dan pengawasan serta penambahan jumlah pendamping agar tujuan dari pelaksanaan PKH dapat tercapai.

(3)

ABSTRACT

Poverty faced by the government becomes an important issue and it requires an effort of this, Cash Conditional Transfer is one of the programs of poverty reduction with the acceleration throught the granting of conditional cash aid to the very poor household in an effort to improve the quality of human resources, particuraly in the areas of health and education. The purpose of this study was to describe the implementation of the program of Cash Conditional Transfer in an effort improve the welfare of poor people in the sub-District Bukit Bestari. The technique of determination of the informant used in this research is purposive sampling and snow ball sampling. In expressing this research using the implementation model developed by Edward III. Data analysis technique used in this research is descriptive in qualitative analysis techniques.

The result from the research implementation of the cash conditional transfer in district of bukit bestari upon 4 dimensions that is, on the dimension of cimmunication, the process of chanelling information has not been effective and the information received is unclear, so that many people who do not yet know and understand about PKH. On dimension of resources, adequate yet PKH companion that amounted to 1 person escort responsible for 823 beneficiaries help PKH which causes lack of optimisation of towards implementation of the PKH in Bukit Bestari. On the dimension ofthe Disposition, attitude Companion already supports the provision of routine escort, PKH doing group meetings with participants that is held eery month but there is still the community beneficiaries who do not follow the meetings of the group.. The dimensions of the bureaucratic structure, in the implementation or sub escort PKH already have the SOP as technical instruction about the process flow as well as grammar work PKH. But not yet fully capable of PKH prosper the poor, yet conditions could change the PKH socio economic RTSM.

The conclusions in this study is in the implementation of cash conditional transfer program in didtrict of Bukit Bestari has yet to run its full potential, it is seen from the process of chanelling information that has not been effective and community information received is unclear, so that many people who do not yet know and understand about cash conditional transfer program. Advice from the research need for good coorperation from related department to conduct socializing and supervivion as well as the addition of a number of companion so that the purpose of the implementation of the PKH can be achieved.

(4)

A. Latar Belakang.

Kemiskinan merupakan masalah penting yang menjadi perhatian seluruh negara, termasuk indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat luas, selain itu indonesia juga memiliki Sumber daya alam yang melimpah, namun pada kenyataannya indonesia tidak luput dari masalah kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan menggambarkan belum berhasilnya upaya-upaya pemerintah dalam melakukan pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat miskin.

Menurut Bappenas yang dikutip Wardan (2009:14) memberikan penjelasan tentang kemiskinan yaitu kondisi seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk me mpertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.

PKH merupakan salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial dengan melalui pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin di dalam upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, khususnya di dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Dasar pelaksanaan PKH yaitu keputusan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua tim koordinasi

penanggulangan kemiskinan,

No:31/KEP/MENKO/KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga Harapan”.

PKH Mulai di laksanakan di indonesia pada tahun 2007. Namun di Kota tanjungpinang PKH ini baru di laksanakan pada tahun 2013. PKH ini memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin dengan catatan mengikuti persyaratan yang diwajibkan.

Sasaran dari PKH di dalam bidang kesehatan adalah ibu hamil, nifas, memiliki anak balita, anak Pra sekolah dan pada komponen pendidikan yaitu anak usia sekolah setingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas sederajat atau anak usia 7-21 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12 tahun.

Penerima bantuan ini adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan, jika tidak ada ibu maka nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat

menjadi penerima bantuan. Jadi, pada kartu kepesertaan Program Keluarga Harapan akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga.

Sumber dana bantuan PKH yang di berikan kepada Rumah tangga sasaran berasal dari APBN.

Penyaluran bantuan di lakukan 4 tahap dalam setahun, yaitu bulan maret, juli, september dan desember.

PKH diharapkan dapat memberikan manfaat dalam jangka pendek berupa income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban ekonomi dalam hal pengeluaran rumah tangga serta dalam jangka panjang program ini diharapkan

(5)

dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi (Pedoman Umum PKH, 2016:25).

Di Tanjungpinang, khususnya Kecamatan Bukit Bestari, penyaluran Bantuan PKH pada tahun 2016 di berikan kepada RTSM berjumlah 823 jiwa, yaitu terdiri dari : ibu hamil sebanyak 6 orang, balita 110 anak, Apras sebanyak 55 anak, murid Sekolah Dasar 282 orang, pelajar Sekolah Menengah Pertama 210 orang dan pelajar Sekolah Menengah Atas sebanyak 160 orang.

Implementasi Program Keluarga Harapan masih banyak mengalami masalah-masalah dan kendala-kendala. berikut gejala – gejala

permasalahan PKH yang ada di Kecamatan Bukit Bestari diantaranya adalah :

1. Kurangnya tenaga pendamping dalam pelaksanaan PKH, sehingga kurang efektifnya dalam menjalankan proses sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini dapat di lihat dari jumlah pendamping yang ada di Kantor Camat Bukit Bestari yang berjumlah hanya 1 orang, 1 orang pendamping ini bertanggung jawab atas 823 orang penerima manfaat bantuan PKH di Lima kelurahan yang ada di Kecamatan Bukit Bestari.

2. Masih terdapat RSTM yang tidak mengetahui tentang apa saja yang menjadi hak dan kewajiban sebagai penerima bantuan PKH, yang mengakibatkan penerima bantuan tersebut menerima sanksi pemotongan jumlah dana bantuan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang”.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Implementasi.

Menurut Nurdin Usman (2002:70) menyatakan bahwa implementasi adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Hinggis (1985) dalam Pasolong (2010:57) mendefinisikan implementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran strategi.

Edward III dalam subarsono, (2011: 90-92) mengemukakan bahwa terdapat empat variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni; 1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi

kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

2. Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan

(6)

sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial. 3. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang

dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Komunikasi (Communication)

Menurut widodo (2011:97) Komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy

maker) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Komunikasi dalam implementasi

kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu transformasi informasi (transmisi), kejelasan informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency).

Proses sosialisasi Program Keluarga Harapan dikecamatan Bukit Bestari sejauh ini belum dilaksanakan dengan baik, sosialisasi sudah pernah dilakukan oleh dari pihak dinas sosial maupun dari Kecamatan Bukit Bestari, Namun proses penyampaian informasi terkait PKH dilaksanakan oleh Dinas sosial hanya 1 kali pada tahun 2014. Sosialisasi tidak pernah khusus dilakukan oleh kecamatan Bukit Bestari secara menyeluruh, sosialisasi hanya dilakukan dengan kelurahan, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang kemudian RT/RW diharapkan menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait program Keluarga Harapan tersebut. sehingga sosialisasi yang dilakukan bisa dikatakan belum tepat sasaran, hal ini dibuktikan dengan kurangnya pemahaman masyarakat dan peserta Program Keluarga Harapan tentang apa yang menjadi hak dan kewajibannya.

Melakukan Sosialisasi secara menyeluruh merupakan salah satu usaha dalam membantu masyarakat memahami tentang kebijakan tersebut, memahami bagaimana proses penetapan peserta, dan sebagai tempat untuk mengajukan pertanyaan seputar keluhan dan kendala masyarakat terkait pelaksanaan Program Keluarga Harapan ini

Kurang efektifnya pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan berdampak pada masih kurangnya pemahaman masyarakat dan penerima manfaat Program Keluarga Harapan tentang visi, misi, hak, kewajiban dan sanksi serta proses penetapan dan pemilihan peserta Program Keluarga Harapan informasi terkait data penerima dan syarat menjadi peserta, sehingga menimbulkan komplain dari masyarakat tentang data penerima yang dinilai tidak tepat sasaran.

Dalam observasi yang peneliti lakukan diKecamatan Bukit Bestari peneliti tidak menemukan pengumuman, brosur, pamflet dan selebaran sebagai upaya melakukan sosialisasi

(7)

melalui media terkait pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

Untuk mewujudkan tujuan dan harapan dari implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bukit Bestari, sosialisasi harus dilakukan secara tepat, akurat, optimal dan menyeluruh baik secara langsung maupun melalui media oleh pihak-pihak yang bersangkutan agar masyarakat dan penerima manfaat Program Keluarga Harapan memahami tentang Program Keluarga Harapan secara mendalam, untuk meningkatkan proses sosialisasi dapat diupayakan menggunakan media-media sosial dan website. Proses sosialisasi dinilai sangat penting dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan karena berkaitan langsung dengan pemahaman masyarakat sebagai penerima kebijakan tersebut, terutama pemahaman tentang tujuan dari pelaksanaan PKH untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi.

2. Sumber Daya (Resources) a. Staf atau Pegawai.

Kecamatan Bukit Bestari belum memiliki sumber daya manusia yang memadai dalam pelaksanaan PKH ini, Berdasarkan ketentuan yang di keluarkan oleh kementerian tersebut pada Kecamatan Bukit Bestari seharus nya memiliki dua (2) atau Tiga (3) pendamping dalam proses pelaksanaan PKH di lapangan. Kurang nya jumlah tenaga pendamping ini menyebabkan tidak meratanya informasi, Pengawasan, dan pendampingan maupun proses validasi data tentang PKH. Masih terdapat sebagian peserta penerima manfaat bantuan PKH yang tidak bisa hadir dalam pertemuan kelompok namun pendamping tidak melakukan pendampingan pada penerima tersebut, jadi pendamping PKH hanya memfokuskan pendampingan pada penerima manfaat yang hadir di pertemuan kelompok saja. Hal ini berdampak

kurangnya informasi terbaru yang di terima oleh peserta PKH tersebut.

Hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan masih ada masyarakat penerima bantuan yang tidak melakukan kewajiban sehingga mendapatkan sanksi yaitu pemotongan dana bantuan.

Sehingga untuk meningkatkan kualitas pendampingan, pengawasan dan melakukan sosialisasi dalam pelaksanaan PKH di kecamatan Bukit Bestari perlu adanya penambahan atau perekrutan tenaga pendamping. Jumlah pendamping yang seimbang dengan jumlah peserta sangat menentukan keberhasilan Program Keluarga harapan dalam mengupayakan pengentasan kemiskinan.

b. Fasilitas.

pemenuhan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan PKH, pendamping Program Keluarga Harapan sudah didukung oleh pemerintah daerah dengan diberikan Laptop guna mempermudah pendamping dalam pelaksanaan tugas, berhubung tugas pendamping tidak hanya melakukan pengawasan, pendampingan, validasi dan verivikasi dilapangan, melainkan pendamping diharuskan membuat laporan, memperbaharui dan menyimpan formulir serta kegiatan rutin administrasi lainnya. namun dikecamatan Bukit Bestari pendamping belum disediakan ruangan yang bisa di gunakan untuk melaksanakan tugas tersebut, karena pendamping merupakan personel UPPKH tingkat kecamatan, seharusnya pendamping duduk dan memiliki ruangan di Kecamatan Bukit Bestari. Sehingga untuk mendukung pelaksanaan tugas pendamping dan meningkatkan kinerja pendamping secara optimal, diharapkan kerjasama dari Kecamatan Bukit Bestari agar menyediakan ruangan dan sarana yang diperlukan pendamping, selain untuk mendukung pelaksanaan tugas, posisi pendamping dikecamatan Bukit Bestari mempermudah masyarakat untuk bertemu dengan

(8)

pendamping jika ada keperluan mengenai Program Keluarga Harapan atau menyampaikan keluhan dan saran terkait Program Keluarga Harapan diKecamatan Bukit Bestari.

3. Disposisi (Dispositions)

Implementasi kebijakan dapat berhasil sesuai dengan apa yang diinginkan tentu tidak lepas dari sikap pelaksana, jika pelaksana memahami tentang apa yang akan di laksanakan dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan, maka kebijakan tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan. Terlaksananya kebijakan yang efektif harus didukung oleh kemampuan dan kompetensi didalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

a. Kemampuan Pegawai.

Dalam pelaksanaan PKH di kecamatan bukit bestari terdapat seorang personel dari Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Yaitu pendamping PKH. Kehadiran pendamping di butuhkan guna membantu peserta PKH memperoleh hak yang selayaknya mereka terima dari PKH. Selain untuk kepentingan peserta, pendamping memiliki tugas pokok antara lain validasi, pertemuan bulanan dan vervikasi. Tugas pokok ini membantu dalam mendeteksi segala permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam kurun waktu cepat dan tepat.

Sikap atau perilaku serta komitmen dari pendamping juga sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Tanpa adanya sikap dan komitmen yang tinggi dari pelaksananya, maka program tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

sikap pendamping sudah mendukung pelaksanaan Program Keluarga Harapan di kecamatan bukit bestari, hal ini ditunjukkan dengan keaktifan pendamping PKH melaksanakan pertemuan kelompok dengan peserta PKH yang di adakan rutin setiap bulan sekali. namun dari hasil

observasi langsung ke lapangan, peneliti menemukan masih adanya masyarakat miskin penerima manfaat PKH tidak mengikuti pertemuan kelompok, hal ini menunjukkan masih perlunya meningkatkan kedisiplinan pendamping dalam proses pendampingan tidak hanya perkelompok namun perindividu untuk melakukan kunjungan kepada penerima bantuan PKH. Kecamatan bukit bestari menjadi salah satu kecamatan yang menjadi penerima bantuan PKH terbanyak sehingga sangat di perlukan sikap implementor yang mendukung dengan pelaksanaan Program Keluarga Harapan ini, kedisiplinan dan keaktifan pendamping dalam proses pelaksanaan PKH perlu di upayakan agar lebih maksimal.

Untuk meningkatkan kedisiplinan dan keaktifan Sikap implementor dalam melakukan Pendampingan kepada penerima bantuan Program Keluarga Harapan di kecamatan bukit bestari masih perlunya pengawasan dari pihak kecamatan, dinas sosial maupun masyarakat terhadap kinerja pendamping dalam melaksanakan tugasnya, selain itu kurangnya tenaga pendamping yang ada di kecamatan bukit bestari memiliki potensi berkurangnya kedisiplinan dan keaktifan pendamping.

b. Insentif.

Insentif adalah tambahan kompensasi diluar gaji atau upah yang di berikan oleh organisasi atau bisa di artikan isentif merupakan penghargaan yang di kaitkan

dengan penilaian kinerja pegawai. Pemberian isentif kepada para pegawai merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan sebagai bentuk apresiasi terhadap apa yang di lakukan dalam pekerjaannya.

Pada kecamatan Bukit Bestari, pendamping PKH tidak mendapatkan insentif

(9)

sebagai bentuk penghargaan maupun apresiasi dari pemerintah atas pekerjaan dan tugas yang menjadi tanggung jawab pendamping PKH, selain itu sering terjadinya keterlambatan dalam proses pencairan gaji pendamping PKH berdampak menurunnya semangat kerja pendamping dalam melaksanakan tugasnya.

Sehingga untuk meningkatkan semangat pendamping PKH dalam melaksanakan tugas nya yang sebagian besar berada di lapangan, seperti pengecekan kehadiran anak di sekolah, pengecekan di puskesmas, maupun melakukan pertemuan kelompok dengan peserta PKH perlu adanya dukungan finansial, selain gaji pendamping yang harus di berikan secara tepat waktu namun juga diperlukan pemberian insentif sebagai dana tambahan untuk meningkatkan semangat kerja pendamping PKH.

4. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adaya kerjasama banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan. Menurut Edward III dalam Winarno (2005:150) terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: “Standard

Operational Procedur (SOP) dan fragmentasi”. a. SOP (standar operasional prosedure)

Adalah dokumentasi tertulis tentang panduan kerja yang akan dilaksanakan, dan berisi aturan-aturan atau petunjuk teknis tentang alur kerja secara rinci dan mudah dipahami dari struktur birokrasi maupun untuk kepentingan masyarakat sasaran penerima bantuan dalam mengimplementasikan program keluarga harapan di kecamatan Bukit Bestari.

Berdasarkan jawaban dari responden tentang Standar operasional prosedure (SOP) dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan PKH kecamatan bukit bestari maupun pendamping sudah memiliki SOP sebagai petunjuk teknis tentang alur proses maupun tata kerja PKH. Hal ini dilihat dari ketersediaan buku-buku pedoman tentang pelaksanaan PKH , sehingga implementor pelaksanaan PKH memiliki acuan dalam melaksanakan tugas dan komitmennya sesuai dengan standar yang sudah di tentukan agar program ini terlaksana dengan baik.

b. Fragmentasi.

Pembagian tugas dilakukan dalam organisasi bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan pekerjaan. Pembagian tugas perlu dilaksanakan secara seksama dengan penuh pertimbangan, dengan kata lain harus ada penyesuaian antara kemampuan dan jenis pekerjaan yang akan menjadi tanggungjawabnya, disamping itu harus disertai dengan prosedure dan disiplin kerja yang mudah dipahami oleh implementor dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bukit Bestari.

Setiap tingkat pemerintahan memiliki tanggung jawab dan fungsi yang berbeda pula, implementor diharuskan tidak hanya mengerti tugas tapi juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan profesinya.

Kerjasama yang baik dari berbagai pihak untuk mensukseskan Program pemerintah yang bertujuan mensejahterakan masyarakat salah satunya PKH sangat penting dilakukan karena dengan adanya kerjasama baik dari pemerintah maupun dari masyarakat maka tujuan dari program tersebut akan tercapai.

pembagian tugas dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan dikecamatan bukit bestari sudah dibagikan dengan jelas berdasarkan tugas mereka masing-masing, pembagian tugas yang tepat dan sesuai keahlian menjadi kunci keberhasilan dalam pelaksanaan PKH. Namun

(10)

Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah belum berjalan dengan baik, masih diperlukan kerjasama pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih memberikan dukungan terhadap pelaksanaan PKH, salah satunya dalam melaksanakan sosialisasi sehingga program bantuan Tunai bersyarat ini yang di berikan kepada keluarga miskin ini bisa di manfaatkan secara maksimal. Selain itu diperlukan kerjasama guna mengatasi kendala-kendala seperti melakukan perbaikan data penerima bantuan PKH agar lebih tepat sasaran dengan memberikan solusi yang baik untuk kepentingan masyarakat dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan PKH agar PKH menjadi Program yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga miskin di kecamatan bukit bestari.

Menurut Todaro dan Stephen C. Smith (2006:11), Kesejahteraan masyarakat menujukan ukuran hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi: Pertama, peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar seperti makan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan. Kedua, peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusian. Dan ketiga, Memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu dan bahasa.

Program Keluarga Harapan belum bisa mengurangi angka kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat secara signifikan, namun dengan adanya Program Keluarga Harapan ini dapat membantu mengurangi beban RTSM untuk memenuhi kebutuhan anak dalam bersekolah seperti buku pelajaran, pensil, tas, seragam sekolah dll dan memeriksakan kesehatan anak, yang berdampak pada menurunnya angka putus sekolah, gizi buruk dan kematian pada bayi.

Dari hasil observasi peneliti ditemukan bahwa dalam pencairan dana sering terjadi keterlambatan dari jadual yang telah ditentukan, sehingga masyarakat tidak bisa menggunakan bantuan tersebut secara optimal.

Tingkat pendapatan yang rendah dari RTSM berdampak tidak optimalnya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Pelaksanaan PKH dikecamatan Bukit Bestari dari tahun 2013 belum sepenuhnya mampu mensejahterakan masyarakat miskin, dengan adanya PKH belum bisa mengubah kondisi sosial ekonomi RTSM, masyarakat masih memerlukan program-program pemerintah lainnya yang bisa meningkatkan penghasilan RTSM, namun dengan adanya PKH ini pemerintah memperbaiki kualitas anak-anak dari RTSM baik dari segi pendidikan maupun kesehatannya, sehingga diharapkan dalam jangka panjang anak-anak RTSM bisa meningkatkan status sosial ekonomi keluarganya dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai.

F. Kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan

Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bukit Bestari kota Tanjungpinang belum berjalan secara maksimal, untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Pada dimensi komunikasi, penyampaian informasi terkait PKH belum dilaksanakan secara maksimal, Kerjasama dari dinas sosial, kecamatan, RT/RW belum berjalan dengan baik khususnya dalam melakukan sosialisasi terkait pemberian pemahaman tentang hak, kewajiban sanksi, proses penetapan dan pemilihan peserta Program Keluarga Harapan, hal ini dilihat dari masih terdapat masyarakat penerima manfaat yang tidak mengerti bagaimana cara memanfaatkan dana bantuan

(11)

yang diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kewajiban agar tidak diberikan sanksi pemotongan jumlah dana bantuan. 2. Pada dimensi Sumber Daya, Pendamping

Program Keluarga Harapan (PKH) belum memadai, yaitu berjumlah 1 orang pendamping bertanggung jawab atas 823 penerima manfaat bantuan PKH di Kecamatan Bukit Bestari yang menyebabkan kurangnya optimalisasi terhadap Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bukit Bestari, sehingga pelayanan dalam proses pendampingan, pengawasan dan sosialisasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bukit Bestari hanya dilakukan pada saat pertemuan kelompok yang diadakan sebulan sekali. Terkait sarana dan prasarana yang dibutuhkan pendamping untuk melaksanakan tugasnya Dinas sosial kota Tanjungpinang dan pemerintah daerah kota tanjungpinang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan PKH dengan memberikan Laptop untuk memudahkan pendamping melaksanakan tugasnya, namun Kecamatan Bukit Bestari belum menyediakan ruangan yang bisa digunakan pendamping, terkait implementasi PKH, hal ini diperlukan untuk meningkatkan kinerja pendamping. 3. Pada dimensi Disposisi, sikap pendamping

sudah mendukung Program keluarga Harapan dikecamatan bukit pendamping rutin melakukan pertemuan kelompok dengan peserta yang diadakan setiap bulan sekali. namun masih ada masyarakat penerima manfaat yang tidak mengikuti pertemuan kelompok. Pendamping tidak mendapatkan insentif sebagai penghargaan maupun apresiasi dari pemerintah atas pekerjaan dan tugas yang menjadi tanggung jawab serta

sering terjadi keterlambatan dalam proses pencairan gaji pendamping.

4. Dimensi struktur birokrasi, dalam pelaksanaan PKH kecamatan maupun pendamping sudah memiliki SOP sebagai petunjuk teknis tentang alur proses maupun tata kerja PKH. Implementasi PKH di kecamatan Bukit Bestari yang telah dilaksanakan dari tahun 2013, menjadi salah satu program yang membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dikecamatan Bukit Bestari dalam memenuhi kebutuhan hidup berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, anak maupun balitanya dan memberikan kemudahan dalam mengakses Pendidikan. PKH belum sepenuhnya mampu mensejahterakan masyarakat miskin, dengan adanya PKH belum bisa mengubah kondisi sosial ekonomi RTSM, masyarakat masih memerlukan program-program pemerintah lainnya yang bisa meningkatkan penghasilan RTSM. B. Saran.

Saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya kerjasama yang baik dari dinas terkait untuk melakukan sosialisasi dan pengawasan serta penambahan jumlah pendamping agar tujuan dari pelaksanaan PKH dapat tercapai, untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Pada dimensi komunikasi, Untuk mewujudkan tujuan dan harapan dari implementasi PKH di Kecamatan Bukit Bestari, pelaksana PKH yaitu Dinas sosial, Kecamatan, pendamping maupun dinas terkait lainnya diharapkan dapat meningkatkan proses sosialisasi. sosialisasi harus dilakukan secara tepat, akurat, optimal dan menyeluruh baik secara langsung maupun melalui media oleh pihak-pihak yang bersangkutan agar masyarakat dan penerima manfaat Program

(12)

Keluarga Harapan memahami tentang Program Keluarga Harapan secara mendalam, untuk meningkatkan proses sosialisasi dapat diupayakan menggunakan media-media sosial dan website.

2. Pada dimensi Sumber Daya, Diperlukan penambahan tenaga pendamping dalam PKH di Kecamatan Bukit Bestari yang memiliki jumlah penerima bantuan PKH dengan jumlah yang banyak, mengingat penerima bantuan PKH dikecamatan Bukit Bestari berjumlah 823 orang dengan pendamping 1 orang, maka seringkali pendamping mengalami kesulitan untuk melaksanakan tugasnya seperti pendampingan dan pengawasan secara menyeluruh. Penambahan jumlah pendamping ini bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan proses Implementasi PKH dilapangan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas pendamping dan meningkatkan kinerja pendamping secara optimal, diharapkan kerjasama dari Kecamatan Bukit Bestari agar menyediakan ruangan dan sarana yang diperlukan pendamping, selain untuk mendukung pelaksanaan tugas, posisi pendamping dikecamatan Bukit Bestari mempermudah masyarakat untuk bertemu dengan pendamping jika ada keperluan mengenai PKH atau menyampaikan keluhan dan saran terkait PKH di Kecamatan Bukit Bestari.

3. Pada dimensi Disposisi, untuk meningkatkan kedisiplinan dan keaktifan pendamping, diharapkan dinas sosial dan kecamatan maupun masyarakat bekerjasama untuk mengawasi pendamping dalam melaksanakan tugasnya, dan untuk meningkatkan semangat pendamping PKH diperlukan dukungan finansial selain gaji pendamping, namun juga

diperlukan pemberian insentif sebagai dana tambahan.

4. Pada dimensi Struktur birokrasi, Pemerintah daerah diharapkan bisa bekerjasama dengan pendamping untuk memberikan motivasi kepada penerima bantuan manfaat PKH agar memanfaatkan bantuan ini sebaik mungkin dengan melaksanakan kewajiban yang semestinya sehingga dalam jangka panjang akan berdampak baik bagi generasi selanjutnya, yang kemudian akan memperbaiki perekonomian RTSM itu sendiri.

Demikian saran-saran yang dituangkan penulis dalam penelitian yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Diharapkan semoga kedepan Program ini dapat berjalan dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah yang seharusnya, dan diharapkan kedepan program ini juga depat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi masyarakat miskin kususnya di wilayah Kecamatan Bukit Bestari.

(13)

G. Daftar Pustaka

Buku :

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan

Publik. Bandung:CV. Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian :

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

---. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan dari formulasi ke implementasi kebijaksanaan negara.

Jakarta : Bumi Aksara.

Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika ekonomi

daerah. Edisi pertama. Yogyakarta: UPP

STIM Y KPN.

Bungin, burhan. 2009. Penelitian kualitatif.

Jakarta. Kencana.

Dahlan, Rukmini. 1998. Tingkat Keberhasilan

Program. Jakarta : Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis

Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Edward, George. C . 1980. Implementing Public

Policy. Washington D.C. Congressional

Quarterly Inc.

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji,

2011. Pedoman penulisan Usulan

PenelitiaN & Skripsi Serta Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Fermana, surya. 2009. Kebijakan publik sebuah

tinjauan filosofis. Yogyakarta. Ar-ruzz

media.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Dasar,

Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan

Publik (Public Policy). Diterjemahkan

oleh Ricky Istamto, Jakarta Rajawali Pers.

Pasolong. Harbani. 2010. Teori administrasi

publik. Bandung. Alfabeta.

Supriatna, Tjahya. 1997. Birokrasi pemberdayaan,

dan pengentasan kemiskinan. Bandung.

Humaniora Utama Press.

Suharto. Edi. 2006. Analisis Kebijakan Publik

(Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial). Bandung. Alfabeta.

---. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan

Sosial di indonesia. Bandung. Alfabeta.

Santosa, pandji. 2008. Administrasi publik, teori

dan aplikasi Good Governance. Eresco.

Refika aditama

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:CV.Alfabeta.

(14)

---. 2011. Metode Peneliian Administrasi. Bandung. Alfabeta.

---. 2013. Metode Penelitian pendidikan

pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Subarsono, A.G. 2011. Analisis Kebijakan Publik:

Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar.

Todaro, Michael, P dan Smith, Stephen, C. 2006.

Pembangunan Ekonomi.

Jakarta:Erlangga

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi

Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Wardan, Anang solihin. 2009. Peduli kemiskinan. Bandung. Remaja rosdakarya.

Dokumen :

Direktorat jenderal Bantuan dan jaminan sosial. 2015. Pedoman operasional Program Keluarga Harapan (PKH). Jakarta. Indonesia.

Direktorat jenderal Bantuan dan jaminan sosial. 2013. Pedoman operasional Program Keluarga Harapan (PKH). Jakarta. Indonesia.

Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.

Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga Harapan” tanggal 21 September 2007

Keputusan Menteri Sosial Republik

Indonesia No.

02A/HUK/2008 tentang “Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari 2008.

(15)

Sumber Wabsite : http://bisnis.tempo.co/read/news/2017/07/17/0908 92130/maret-2017-jumlah-penduduk-miskin- indonesia-capai-27-77-juta#6AlqxSJLE8oJIVxF.99 http://haluankepri.com/tanjungpinang/104168-maret-2017-kemiskinan-di-kepri-bertambah.html http://jurmafis.untan.ac.id) http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/ind ex.php/jap/article/view/731) http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/ind ex.php/jap/article/view/460) http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity _forms/1ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/20 17/02/JURNAL-ATIKA-CHANDRA.pdf)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung darah dalam pakan puyuh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Simpulan umum penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan diklatpim tingkat IV pada Badan Diklat Kota Lubuklinggau dikelola oleh Bidang Diklat Struktural dengan

Mutta sitten, kun ensimmäisten seminaarien jälkeen meidän signaali oli kuitenkin aika voi- makas, että ei, me hankitaan sitä dataa ja me hankitaan sitä dataa

Seperti yang kita ketahui dalam menentukan tinggi badan adalah dengan cara berdiri tegak, kemudian diukur menggunakan meteran dari ujung kaki sampai ujung kepala,

Oleh karena itu dilakukanlah suatu penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki sistem informasi akademik pada Bimbingan Belajar Rumah Terang, karena Proses pendaftaran

Selama 10 hari penyimpanan terjadi penurunan nilai pH dan viabilitas bakteri asam laktat (BAL), peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dan viskositas, serta tidak

Dokumen Subbidang Layanan di Badan Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, September 2015... 2) Subbidang layanan kerjasama dan teknologi informasi.. Jenis

Inflasi Kota Bukittinggi terjadi karena adanya peningkatan indeks pada lima kelompok pengeluaran, yaitu : kelompok sandang sebesar 1,35 persen, kelompok transpor,