• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan UKDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembahasan UKDI"

Copied!
414
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. C. Reaksi antibodi imunologi

• Keywords : Anak dengan edema, hematuria,

proteinuria, riwayat ISPA (+) 2 minggu sebelumnya  Mengarah ke Glomerulonefritis akut pasca

Streptococcus (GNAPS)

• GNAPS dimediasi oleh proses imunologi, terutama sistem imun humoral. Teori yang ada adalah:

1. Kompleks imun yang terperangkap dalam glomerulus 2. Kompleks antigen-antibodi in situ akibat antibodi

bereaksi dengan komponen kuman Streptococcus yang terdeposit didalam glomerulus.

(3)

GNAPS

• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx hipersensitifitas tipe 3) pada GBM dan atau

mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi 

gangguan fungsi ginjal  komplikasi: ensefalopati hipertensif, gagal jantung, edema paru dan gagal ginjal

• Didahului oleh infeksi Streptococcus beta

hemoliticus group A nefritogenik (tipe 4, 12, 16, 25, dan 49) di saluran napas atas. Reaksi Ag-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas atas telah usai.

(4)

• SN (Sindrom nefrotik)

– Keluhan utamanya adalah edema yang masif. Keluhan hematuria biasanya hanya mikroskopik. Disertai

parameter lab lain : Hipoalbuminemia, proteinuria, hiperkolesterolemia

• GNA (Glomerulonefritis akut)

– Merupakan sebutan lain untuk glomerulonefritis akut pasca streptococcus. Jika ada pilihan GNAPS maka

jawaban yang sesuai adalah GNAPS. • GNK (Glomerulonefritis kronik)

(5)

2. D. Hipospadia

• Keywords : Kencing tidak normal, uretra ada di ventral

• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak

berada di ujung glans penis, tetapi di bagian bawah (ventral), keluhan pasien: kencing

(6)

• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan nyeri saat berkemih, perlu mengedan dan sebelum berkemih ada gelembung di penis

• Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat diretraksi tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan keadaan emergency dalam urologi • Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis

(7)
(8)

3. D. Permeabilitas kapiler terganggu

• Keywords : Anak demam tinggi mendadak,

keluhan gastrointestinal, lemas, Rumple leede (+)  Demam dengue / demam berdarah

dengue.

• Yang menyebabkan pemeriksaan rumple leede (+) adalah adanya gangguan pada

(9)

Rumpel Leede / Tourniquet test

• Disebut juga sebagai Rumpel-Leede Capillary-Fragility Test. • Merupakan metode diagnostik untuk menilai

kecenderungan perdarahan, gangguan permeabilitas kapiler dan trombositopenia.

• Alat pengukur tekanan darah diaplikasikan pada lengan pasien, tekanan diatur pada pertengahan sistolik dan

diastolik selama 5 menit. Hasil tes ini positif bila didapatkan lebih dari 10-20 petekiae per inci persegi.

• Bisa ditemukan false positive : Wanita premenstruasi, postmenstruasi tanpa terapi hormonal, luka bakar akibat matahari.

(10)
(11)

DERAJAT DEMAM DENGUE + DEMAM

BERDARAH DENGUE

• Demam dengue (DD)  demam akut 2-7 hari disertai gejala 1/lebih: nyeri kepala, retroorbita, mialgia, artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan(jarang), leukopenia, IgM/IgG positif. Tidak ada kebocoran plasma (hemokonsentrasi,

efusi pleura, asites, hipoproteinemia)

• DBD derajat 1  gejala DD + uji tourniquet (+) • DBD derajat 2  gejala DD + perdarahan spontan

• DBD derajat 3  gejala DD + kegagalan sirkulasi (nadi melemah)

(12)

4. A.Defek septum atrium

• Keywords : Anak 10 tahun dengan gejala penyakit jantung bawaan, asianotik, auskultasi: Split S2, bising sistolik ics4 parasternal kiri.

• Fixed split S2 khas untuk ASD

• Normalnya secara fisiologis split S2 terjadi pada saat inspirasi dan menghilang saat ekspirasi karena saat inspirasi terjadi peningkatan

venous return overload di ventrikel kanan yang menunda

penutupan katup pulmonal.

• Dengan adanya ASD, ventrikel kanan terus menerus dalam keadaan overload karena ‘left to right shunt’ menyebabkan suara S2 yang terpisah jauh. Karena atrium kanan dan kiri saling berhubungan melalui defek, inspirasi tidak membuat perubahan tekanan antara kedua atrium tersebut sehingga bunyi split S2 selalu menetap pada inspirasi dan ekspirasi.

(13)

PJB

Sianotik Asianotik

Darah kaya O2tercampur dengan miskin O2

TOF TGA

Darah kaya O2bocor, beban jantung

bertambah

VSD ASD PDA

(14)

ASD

• Left to right shunt

• RA, RV, dan PA enlargement  pulmonary vascular obstructive disease  pulmonary hypertension (PH)  eisenmenger syndrome • Tidak bergejala s/d 20-30 th

• PF: Fixed split S2, sistolik ejection murmur

(relative pulmonal stenosis [PS]), mid diastolic murmur (relative tricuspid stenosis [TS])

(15)

VSD

• Left to right shunt

• LA, LV, dan PA enlargement  pulmonary vascular obstructive disease  pulmonary hypertension (PH)  eisenmenger syndrome

• PF: murmur pansistolik di sela iga ke 3 dan ke 4 tepi kiri sternum menjalar ke sepanjang tepi kiri sternum.

(16)

PDA

• Left to right shunt

• LA, LV, ascending Ao and PA enlargement  pulmonary hypertension (PH)  eisenmenger syndrome

(17)

TOF

• VSD, pulmonary stenosis, overriding aorta and right ventricular hypertrophy

• Cyanotic spell: biru  jadi tambah biru karena sistemik perifer resistance ↓ (nangis). Dapat diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer (jongkok)

• PF: single second heart sound (PS) • Foto thoraks: boot shape

(18)

5. B. Ketoasidosis diabetikum tipe 1

• Keywords : Anak dengan penurnan kesadaran, nafas kussmaul. GDS meningkat . Ketonuria

(+), asidosis.

• Semua gejala mengarah ke ketoasidosis diabetikum / diabetic ketoacidosis (DKA). • DKA paling sering terjadi pada DM tipe1

(19)

• Anak dengan DKA rentan terhadap terjadinya edema otak, menyebabkan keluhan nyeri

kepala, penurunan kesadaran hingga koma, hilangnya refleks pupil, hingga kematian.

• Edema otak terjadi pada 0,3 – 1,0 % pasien dengan DKA.

(20)
(21)

American Diabetes Association categorizes DKA in adults into one of three stages of severity:

• Mild: blood pH mildly decreased to between 7.25 and 7.30 (normal 7.35–7.45); serum bicarbonate

decreased to 15–18 mmol/l (normal above 20); the patient is alert

• Moderate: pH 7.00–7.25, bicarbonate 10–15, mild drowsiness may be present

• Severe: pH below 7.00, bicarbonate below 10, stupor or coma may occur

(22)

6. C. Torsio testis

• Keywords : Anak dengan nyeri pada skrotum, setelah aktivitas berat, eritema (+), demam(-), phrehn sign (-) • Torsio testis terjadi saat terjadi karena perputaran /

terpuntirnya pembuluh darah yang memperdarahi

testis, dapat menyebabkan nekrosis. Nyeri (+), bengkak (+)

• Paling sering terjadi pada laki-laki usia 10-25 tahun, namun dapat terjadi pada semua usia.

Demam/tanda radang lain (-), riwayat terkena

(23)
(24)

Prehn’s sign

• Elevation of scrotum

• Negative: no pain relief with lifting the affected testicle  testicular torsion  surgical emergency and must be relieved within 6 hours

• Positive: pain relief with lifting the affected testicle  epididymitis

• Phren sign positif jika testis diangkat rasa nyeri akan hilang atau berkurang

(25)

• Epididimitis: inflamasi epididimis • Gejala:

– Gradual onset of scrotal pain and swelling, often developing over several days (as opposed to hours, as in testicular

torsion) – Unilateral

– Dysuria, frequency, and/or urgency

– Fever and chills (in only 25% of adult patients with acute epididymitis but in up to 71% of children with the condition) – Usually no nausea or vomiting (as opposed to testicular

torsion)

– Urethral discharge preceding the onset of acute epididymitis (in some cases)

• Prehn’s sign (+) khas epididimitis

(26)

• Orchitisnyeri (karena ada inflamasi), transiluminasi (-)

• Hidrokelisinya cairan jadi transiluminasi (+) • Varikokeldilatasi pleksus pampiniformis dan

vena spermatikia. Sering disebut sebagai ‘bag of worms’ (teraba seperti cacing)  seringkali

infertil.

• Elephantiasis pembengkakan dan penebalan jaringan lunak dan kulit.

(27)

7. C. Tuli sensorineural

• Keywords : Anak belum dapat berbicara. Ibu riwayat campak saat hamil.

• Congenital rubella dapat terjadi pada fetus dimana ibu terinfeksi dengan rubella pada

trimester pertama kehamilan (risiko hingga 51%) • Trias klasiknya adalah

– Tuli sensorineural (58% pasien)

– Kelainan penglihatan; retinopati, katarak, dan microphtalmia (43%)

– Penyakit jantung kongenital ; stenosis pulmonal dan PDA (50%).

(28)
(29)
(30)

8. B.Haemophylus influenzae

• Keywords : Anak dengan nyeri menelan, demam tinggi. Sesak, suara nafas muffled/teredam,

berliur,

Radiologi gambaran Thumb sign

• Gambaran thumb sign didapatkan pada foto soft tissue leher proyeksi lateral, merupakan

manifestasi dari epiglotis yang membesar dan edematous  Sugestif terhadap diagnosis

(31)
(32)

Epiglotitis

• Gejala : nyeri menelan, suara teredam/berubah, sulit berbicara, berliur, demam, takikardia, dan kesulitan bernafas

• Anak biasanya datang dalam ‘sniffing position’ yaitu badan condong ke depan, kepala dan hidung

menghadap keatas seperti menghendus.

• Kuman penyebab tersering adalah H.influenzae tipe

B, diikuti oleh S.Pneumoniae, Varicella zoster, herpes simpex virus type 1, dan S.aureus.

• Etiologi non infeksi mencakup trauma termal

(makan/minum terlalu panas), trauma inhalasi (bahan korosif),ataupun mekanik (benda tajam/tumpul).

(33)

Category 1: Severe respiratory distress with imminent or actual

respiratory arrest. People typically report a brief history with a rapid illness that quickly becomes dangerous.

Category 2: Moderate-to-severe clinical symptoms and signs of

considerable risk for potential airway blockage. Symptoms include sore throat, inability to swallow, difficulty in lying flat, muffled "hot potato" voice (speaking as if they have a

mouthful of hot potato), stridor, and the use of accessory respiratory muscles with breathing.

Category 3: Mild-to-moderate illness without signs of potential

airway blockage. These people often have a history of illness that has been occurring for days with complaints of sore throat and pain upon swallowing.

(34)

9. D. TB milier

• Keywords : Anak 4 tahun dengan demam tinggi dan batuk, PF : Ronki (-), Ro/toraks : Gambaran snow storm

appearance.

• Gambaran snowstorm pada foto toraks menunjukkan adanya multipel nodul kecil yang tersebar di parenkim

paru, menunjukkan letak kelainan ada di interstisial paru, bukan di alveolar.

• Gambaran ini dapat ditemukan pada kasus TB milier atau HMD stage lanjut  Usia pasien 4 tahun lebih dalam PF tidak didapatkan ronki lebih sesuai untuk diagnosis TB milier.

(35)
(36)

10. B. Resisten steroid

• Keywords : Anak dengan edema, proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia 

Gejala sindrom nefrotik. Telah berobat namun setelah 4 minggu masih proteinuria.

(37)

Klasifikasi sindrom nefrotik

• Batasan term sindrom nefrotik

– Remisi: proteinuria negatif atau trace (<4

mg/m2/LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1

minggu

– Relaps: proteinuria ≥2+ (>40 mg/m2/LPB/jam) 3

hari berturut-turut dalam 1 minggu

• Relaps jarang: relaps kurang dari 2x dalam 6 bulan

pertama setelah respons awal atau kurang dari 4x per tahun pengamatan

• Relaps sering: relaps ≥2x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau ≥4x dalam periode 1tahun

(38)

– Dependen steroid: relaps 2x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan

– Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada

pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu

– Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu

(39)

Sindroma Nefrotik – Definisi,

Patogenesis

• Definisi

– Proteinuria masif (>40 mg/m2/jam atau

dipstik ≥2+),

– Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), – Edema, dan

– Hiperkolesterolemia >200 mg/dl • Patogenesis

– Terjadi akibat kegagalan/gangguan filtrasi di glomerulus yang kemudian menyebabkan terjadinya albumin leakage

– Membran filtrasi glomerulus: endotel kapiler (pores/fenestration) , GBM (negative discharge), foot proces podocyte (filtration slit)

• Oval fat bodies patognomonik pada urinalisis pasien sindrom nefrotik • Edema terjadi karena albumin

berkurang sehingga tekanan onkotik menurun

(40)

11. E.Absence seizure

• Keywords : Anak tampak sering melamun, ‘tidak sadar’ selama 10-20 detik kemudian

sadar kembali.  Khas untuk absence seizure, kemungkinan tipe umum.

(41)

Epilepsi – Klasifikasi (ILAE)

• Kejang parsial

– Parsial sederhana – Parsial kompleks

– Parsial generalisata sekunder

• Kejang umum

– Absance/lena/petit mal – Tonik klonik/grand mal – Tonik – Klonik – Myoklonik – Atonik – Spasme infantil • Unclassified

(42)

Tipe-Tipe Kejang

Kejang parsial (fokal) : berasal dari bagian tertentu dalam korteks serebri • Sederhana : Tidak ada penurunan

kesadaran. Gejala bisa sensoris, motoris, otonom, atau psikis. • Kompleks : Ada penurunan

kesadaran (amnesia). Gejalanya

biasanya berupa bengong

mendadak yang diikuti dengan automatisme dan kebingungan pasca-serangan.

• Kejang tonik-klonik umum

sekunder : kejang parsial yang berlanjut menjadi kejang tonik klonik umum

Kejang umum : berasal dari seluruh hemisfer korteks serebri

• Absens/lena (petit mal) : Bengong mendadak, tanpa aura, tanpa

kebingungan pasca-serangan, bisa disertai automatisme maupun tidak. • Mioklonik : kedutan motorik tidak

teratur

• Klonik : kedutan motorik teratur

• Tonik : ekstensi atau fleksi mendadak pada kepala, badan, atau ekstremitas • Tonik-klonik umum primer (grand

mal) : berawal sebagai ekstensi tonik ekstremitas atas dan bawah beberapa detik, kemudian menjadi gerakan

klonik ritmik, kebingungan pasca-serangan

• Atonik : Tonus tubuh hilang

(43)

• Absence (petit mal)  bengong, kemudian biasa lagi.

o Umum  <18 tahun, serangan mendadak, sering berkedip, berakhir cepat

o Atipikal  sampai dewasa, serangan mulai dan berakhir perlahan

• Tonik klonik (grand mal)  kehilangan

kesadaran, kejang seluruh badan, keluar liur

• Mioklonus  kedutan (kontraksi-relaksasi) otot sesaat yang terjadi mendadak

• Tonik  peningkatan tonus otot-otot ekstensor secara mendadak

(44)

Tatalaksana Profilaksis Kejang

• Kejang umum

– Tonik-klonik: asam valproat (DOC), carbamazepine – Absans: asam valproat (DOC)

• Kejang parsial: carbamazepine (lini ke-1), fenitoin (lini ke-1), asam valproat

• Fenitoin banyak efek samping (mis. hiperplasia gingival) dan interaksi obatnya, sehingga lebih sering dipilih asam valproat atau

(45)

12. B.Hipoalbuminemia

• Keywords : Anak dengan edema anasarka,

jarang kencing, urine keruh  Gejala fisik dari sindroma nefrotik.

• Trias laboratorium dari sindroma nefrotik : Hipoalbuminemia, proteinuria, edema.

(46)

Sindroma Nefrotik – Definisi,

Patogenesis

• Definisi

Sindrom klinis dengan gejala

proteinuria masif (>40 mg/m2/jam),

hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), edema dan hiperkolesterolemia

• Patogenesis

– Terjadi akibat

kegagalan/gangguan filtrasi di membran filtrasi glomerulus yang kemudian menyebabkan gejala klinis tersebut

– Membran filtrasi glomerulus: endotel kapiler

(pores/fenestration) , GBM (negative discharge), foot

(47)

Sindrom Nefrotik

Definisi • Proteinuria • Hipoalbuminemia • Edema • Hiperkolesterolemia Penunjang

Urinalisis: oval fat bodies

Tata laksana

• Anak: diuretik, suplemen

protein (termasuk albumin), batasi Na, prednison untuk sindrom nefrotik primer

• Dewasa: diuretik, suplemen protein, batasi Na, atasi

hiperlipidemia, ACE-I/ARB untuk sindrom nefrotik

(48)

Sindrom Nefritik

Definisi

• Hematuria • Edema

• Hipertensi

• Penurunan fungsi ginjal • Yang sering dibahas adalah

reaksi kompleks imun

pasca-infeksi streptokokus (GNAPS)

Gejala dan tanda

• Hematuria (dengan silinder eritrosit), proteinuria <3,5 g/hari, hipertensi, uremia, azotemia, dan oliguria.

• Riwayat infeksi kulit atau faring

Penunjang Titer ASTO

Tata laksana atasi penyakit

(49)

13. E. TSH menurun, FT4 menigkat

• Keywords : Anak dengan benjolandi leher, gejala tirotoksikosis (+)

• Hipertiroid relatif jarang didapatkan pada anak, jika terjadi mayoritas adalah Grave’s disease.

• Etiologi lain : Adenoma toksik, toxic nodular goiter, McCune-Albright syndrome , subacute thyroiditis, hashitoxicosis, bacterial thyroiditis, exogenous

(50)
(51)
(52)

14. A.usus halus

• Keywords : Anak dengan lemas, mual, muntah, ditemukan cacing ancylostoma

duodenale

• Spesies cacing tambang / hookworm yaitu

Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus memiliki siklus hidup yang sama,

(53)
(54)

15. D.Asma bronkhial

• Keywords : Anak dengan gejala rhinitis alergi • Riwayat yang harus digali adalah adanya

manifestasi atopi yang lain seperti asma, dermatitis atopi, konjungtivitis alergi.

(55)

Tanda Alergi

• Allergic shiners

– Dark circles under the eyes are due to swelling and discoloration from congestion

• Allergic salute

– The way that many

children use the palm of their hand to rub and raise the tip of their nose to relieve nasal itching and congestion

(56)

• Allergic crease

– A line across the bridge of the nose usually the result of allergic salute

• Dennie morgan lines

– Crease-like wrinkles that form under the lower eyelid folds (double skin folds)

(57)

• Mouth breathing

– Akibat kongesti nasal  disertai dengan

development of a high, arched palate, an

elevated upper lip, and an overbite

• Allergic (adenoidal) face (long face syndrome)

– Akibat pembesaran adenoid 

menyebabkan ‘tired and droopy appearance’

(58)

16. C. Pseudoephedrine

• Keywords : Pasen anak dengan ISPA, kongesti nasal (+). Yang dapat diberikan?

• Pasien anak dengan ISPA pada umumnya tidak membutuhkan obat-obatan spesifik karena

etiologinya kebanyakan adalah infeksi viral. Jika terjadi kongesti nasal dapat dilakukan bilas hidung dengan dekongestan.

(59)

17. D.Defisiensi Vit K

• Keywords : Anak dengan perdahan yang sulit

berhenti dari lokasi bekas imunisasi. Pemeriksaan darah tepi dbn, PT dan APTT meningkat.

• Hemofilia A/B : Hanya APTT yang memanjang • DIC : Gangguan koagulasi berat, manifestasi

perdarahan berat

• ITP : Hanya trombosit yang turun, PT-APTT biasanya normal

(60)

• Tanda secara klinis adalah manifestasi perdarahan, seperti epistaksis, hematoma, GI bleeding, menorhagia, hematuria, perdarahan gusi, dan lebam pada area injeksi

• Jika terjadi pada neonatus manifestasi dapat lebih berat, bisa terjadi perdarahan intrakranial dan gastrointestinal berat

• Hasil lab: Biasanya terjadi peningkatan PT dengan nilai

aPTT normal. Namun pada kasus yang berat dapat terjadi peningkatan PT dan APTT.

• Pemeriksaan yang sensitif terhadap defisiensi vit K adalah meningkatnya kadar des-gamma-carboxy prothrombin

(DCP) / dikenal juga sebagain protein-induced by vitamin K absence/antagonist-II (PIVKA-II)

(61)

18. C.PTU

• Keywords : Anak dengan struma, gejala dan pemeriksaan laboratorium hipertiroid. Terapi yang sesuai?

• Terapi terpilih adalah secara farmakologi

– Methimazole / carbimazole : 0,4-0,7 mg/kgBB/hari  Drug of choice

– PTU : 5-7 mg/kgBB/hari dibagi 3x dosis/hari ; sudah jarang digunakan, karena dapat meningkatkan risiko liver failure

(62)

• Alternatif terapi lain adalah :

– Pembedahan : Angka residif tinggi, harus disertai dengan modalitas terapi lain

– Terapi supresi/ablasi thyroid menggunakan

radiofarmaka iodine  Pilihan terapi utama pada dewasa

(63)

19. D.GERD

• Keyword : Anak dengan rasa terbakar dan

nyeri pada ulu hati. Meningkat setelah makan. Heartburn (+)

• Heartburn pada anak-anak menunjukkan adanya GERD, biasanya nyeri meningkat setelah makan

(64)

GERD in children

• Heartburn is the most common symptom of GERD in kids

and teens. It can last up to 2 hours and tends to be worse

after meals. In infants and young children, GERD can lead to problems during and after feeding, including:

– frequent regurgitation or vomiting, especially after meals

– choking or wheezing, if the contents of the reflux get into the windpipe/trachea and lungs

– wet burps or wet hiccups

– spitting up that continues beyond the first year of life (when it typically stops for most babies)

– irritability or inconsolable crying after eating – refusal to eat, at all or in limited amounts – failure to gain weight

(65)

GERD terapi

• Tujuan terapi pada GERD adalah untuk meneka produksi asam lambung, dan menurunkan waktu pengosongan lambung dengan cara :

– Nonpharmacotherapy : Small frequent feeding, posisi tegak setelah makan, posisi tengkurap untuk bayi>6bulan

– Untuk usia lebih besar dapat dilakukan hal seperti : Menghindari makanan mengandung tomat, jeruk, jus buah, peppermint,

coklat, dan minuman berkafein, makanan rendah lemak, makan tepat waktu, dan penurunan berat badan

– Pharmacotherapy

• Antacids (eg, aluminum hydroxide, magnesium hydroxide)

• Histamine H2 antagonists (eg, nizatidine, cimetidine, ranitidine, famotidine)

• Proton pump inhibitors (eg, lansoprazole, omeprazole, esomeprazole, dexlansoprazole, rabeprazole sodium, pantoprazole)

(66)

20. E. Rehidrasi intravena

• Keywords : Remaja dengan ketonuria, GDS tinggi, riwayat gejala DM (+)  Diabetic ketoacidosis

• Terapi inisial yang tepat adalah rehidrasi dengan cairan kristaloid (Ringer laktat / NaCl)

• Tatalaksana utama DKA : Fluid replacement. Baru disertai dengan terapi lain seperti Bicarbonate, terapi elektrolit, dan terapi suportif untuk

(67)
(68)

21. A. Difteri

• Keywords : Anak dengan gejala ISPA, hipertrofi tonsil +membran keabu-abuan.

Pembengkakan di leher (Bull neck +) • Gejala mengarah ke difteri

(69)
(70)
(71)

22. B.Lakukan tes mantoux dulu

• Keywords : Anak 1 bulan akan diimunisasi. Riwayat kontak TB (+), yang harus dilakukan?

• Usia Pemberian Imunisasi BCG adalah dibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,

disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif.

• Pada bayi ini, terdapat kontak TB sejak lahir. Maka perlu dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu untuk penentuan skoring TB. Jika skor TB ≥ 6, maka anak diterapi OAT

• Bila Skor TB<6 maka bayi hanya diberi profilaksis INH. Imunisasi BCG diberikan setelah selesai pengobatan OAT maupun setelah profilaksis INH.

(72)

TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)

Class Contact Infection Disease Management

0 - - -

-I + - - 1st proph.

II + + - 2nd proph.

III + + + OAT thera.

• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan pasien TB di sekitar

lingkungan

• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux • Disease dinilai dengan TB scoring

(73)

TB Anak –

Pencegahan/Kemoprofilaksis

• Kemoprofilaksis primer

– Diberikan untuk mencegah infeksi

– Diberikan pada anak dengan kontak TB (+) tetapi uji tuberkulin (-) – Obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan • Kemoprofilaksis sekunder – Diberikan untuk mencegah sakit TB

– Diberikan pada kontak TB (+), uji mantoux (+), tetapi klinis (-), Ro (-) – Obat: INH 5-10

mg/kgBB/hari selama 6-9 bulan

(74)

23. B.IgE

• Keywords : Anak dengan disengat lebah. Gejala alergi (+). Mediator yang berperan? • Hipersensitivitas yang langsung terjadi

(immediate tipe) dimediasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1.

(75)
(76)
(77)

24. C.Kripta melebar

• Keywords : Anak dengan gejala tonsilitis. • Kripta yang melebar spesifik terhadap

(78)

Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan risk factor: perokok berat, higien mulut,

makanan tertentu, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, pengoabtan tonsilitis akut yang anadekuat

Gejala nyeri tenggorokan, odinofagia, demam, lesu, nyeri sendi, otalgia

Mengganjal ditenggorokan, rasa kering, napas berbau

PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus

(leukosit PMN): folikel/lakuna, membran semu, KGB Submandibula teraba, nyeri tekan (+)

Tonsil membesar, permukaan tidak rata, kriptus melebar, kripti yang terisi detritus

Terapi Viral: istirahat, minum cukup, analgetik or antivirus jika berat.

Bakteri: penisilin, eritromisin, antipiretik dan obat kumur.

Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika: infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga neoplasma

(79)

25. C. Atresia bilier

• Keywords : Anak usia 3 bulan dengan ikterik sejak usia 1 bulan. Gejala obstruksi (+)

• Ikterik persisten diatas usia anak 1 bulan

dengan gejala obstruktif kemungkinan ke arah atresia bilier.

(80)

Ikterus Neonatorum – Klasifikasi,

Etiologi

• Ikterus Fisiologis

– Terjadi pada bayi aterm (5-6 mg/dl)

– Onset ikterus setelah 24 jam pertama

– Puncak ikterus pada hari ke 3-5 – Ikterus membaik dalam 1

minggu

• Ikterus Patologis

– Dapat terjadi pada semua bayi – Onset ikterus <24 jam

– Puncak ikterus lebih lambat – Ikterus membaik dalam 2

minggu • • Etiologi – Produksi ↑ (hemolisis): hematoma, ABO/Rh inkompatibilitas, G6PD def, sferositosis, polisitemia – ↓sekresi bil: prematur,

hipotiroid, bayi ibu DM, def enzim konjugasi

– ↑sirkulasi enterohepatik: ↓asupan enteral

(breastfeeding jaundice), stenosis pilorus, atresia usus, MH

– Gangguan obstruktif:

kolestasis, atresia bilier, kista koledokus

(81)

Ikterus Neonatorum – Warning Sign!

• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak hari pertama kehidupan

• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat (>5mg/dL)

• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL

• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau lebih

(82)

Ikterus Neonatorum – DDx/

• Ikterik pada 24 jam pertama

– Dapat disebabkan erythroblastosis fetalis, perdarahan tersembunyi, sepsis, atau infeksi intrauterine, termasuk sifilis, rubella,

sitomegalo, rubella, dan toxoplasmosis kongenital

• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3

– Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan breast feeding

ikterik, sepsis bakteri atau infeksi saluran kemih, maupun infeksi lainnya seperti sifilis,

toksoplasmosis, sitomegalovirus, atau enterovirus.

• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu

– breast milk ikterik, septicemia, atresia congenital, hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia hemolitik kongenital

(spherocytosis), anemia hemolitik akibat obat.

• Ikterik yang persisten selama satu bulan

– kondisi

hyperalimentation-associated cholestasis, hepatitis, cytomegalic inclusion disease, syphilis, toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia bilier, atau galaktosemia. Ikterik fisiologis dapat berlangsung beberapa

minggu pada kondisi hipotiroid atau stenosis pilori

(83)

Atresia bilier

• Kelainan kongenital dimana duktus biliaris komunis tidak terbentuk atau terobstruksi total. • Angka kejadian di USA

1/10.000 – 1/15.000 kasus • Gejala obstruksi biasa

didapatkan di usia 1 – 6 minggu.

(84)

Atresia bilier

• Three main types of extrahepatic biliary atresia: – Type I: atresia restricted to the common bile duct.

– Type II: atresia of the common

hepatic duct.

– Type III: atresia of the right and left hepatic duct.

(85)

Ikterus Neonatorum - Tatalaksana

• Tatalaksana

– Fototerapi

• NCB-SMK: bil tot ≥ 12 mg/dl

• NKB sehat: bil tot > 10 mg/dl

– Transfusi tukar

• Bil indirek ≥ 20 mg/dl • Digunakan bil indirek

karena ditakutkan kernikterus Usia Fototerapi (Bil tot) Transfusi Tukar (Bil indir) <24 jam 10-12 mg/dl 20 mg/dl 24-48 jam 12-15 mg/dl 20-25 mg/dl 48-72 jam 15-18 mg/dl 25-30 mg/dl >72 jam 18-20 mg/dl 25-30 mg/dl

(86)

26. A. Pemberian 1 dosis HAV imunoglobulin intramuskular

• Keywords:

– demam sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai mata kuning, nyeri perut kanan atas dan muntah-muntah. Nafsu makan hilang, nyeri otot dan sendi serta demam ringan. 10 hari kemudian diikuti

menguningnya kulit dan air kencing berwarna coklat gelap.

– PF: tampak lemas, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 37,8oC. Pada pemeriksaan

hepar teraba pembesaran hepar dan nyeri hipokondrium kanan. – Lab: peningkatan SGPT.

• Bagaimana profilaksis yang sebaiknya dilakukan untuk anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien?

(87)

• Untuk orang sehat berusia antara 1-40 tahun, vaksinasi Hepatitis A sesungguhnya lebih

dipilih untuk profilaksis, meskipun immunoglobulin juga bisa digunakan

• Kalau begitu mengapa pilihannya bukan B? Karena vaksinasi hepatitis A itu 2 kali, dengan interval 6-12 bulan. Pilihan B adalah seri untuk vaksinasi hepatitis B.

(88)

27. E. pemasangan WSD

• Keywords:

• Sesak yang memberat Batuk berdahak yang berwarna kecoklatan. Riwayat demam tinggi (+). Riwayat DM tidak terkontrol (+).

• TTV: TD 120/70mmHg, RR 28x/menit, S: 38oC , N 100x/menit. PF: hemitoraks kanan tertinggal, redup hemitoraks kanan, trakea deviasi kiri.

• Foto thoraks : opasitas homogen seluruh paru kanan. • Pungsi pleura didapatkan cairan dengan kesan pus. • Apakah tindakan yang tepat pada pasien ini?

(89)

Sumber: Right LW. Pleural Effusion. N Engl J Med. Vol.

(90)

28. A. Asma Intermiten

• Keywords:

• Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, mengi (+). Sesak sejak dirasakan hilang timbul sejak 6 bln yang lalu. • PF lain normal. BTA (-/-/-).

• Diagnosis?

(91)
(92)

29. D. pneumothoraks spontan primer

• Keywords:

• Sesak secara tiba-tiba. Pasien batuk selama 4 hari dengan dahak yang sulit keluar dan tidak didapatkan demam.

• TTV: TD 110/80mmHg, N 100x/menit, RR 28x/menit dan S: 37oC. PF: deviasi trakea ke kiri, dada kanan

tertinggal, suara nafas yang menurun dan hipersonor pada dada kanan.

• Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

(93)

PNEUMOTHORAX

Sumber: Pedoman Pelayanan Medis PAPDI

• Akumulasi udara di rongga pleura disertai kolaps paru. Pneumotoraks spontan: terjadi tanpa

trauma atau penyebab jelas

• Pneumotoraks spontan primer : Pada orang sehat.

– Faktor risiko : merokok. Penyebab : umumnya ruptur bleb subpleural atau bullae

• Pneumotoraks spontan sekunder : pada

penderita PPOK, TB paru, asma, cystic fibrosis, pneumonia pneumocystis carinii, dll.

(94)

30. D. Bronkiektasis

• Laki-laki 78 tahun mengeluh batuk lama & sesak. Pemeriksaan radiologi didapatkan honeycomb appearance.

• Diagnosis yang tepat? Bronkiektasis

(95)

http://www.learningradiology.com/notes/chestnotes/bronchiectasis.htm

X-RAY

• “Tramlines” or “honeycombing” represents dilated, thickened bronchial walls

• Volume loss due to destruction of lung tissue

• Multiple small nodular densities from plugged alveoli • Signet ring appearance on CT

– normally, the vessel is larger than the corresponding bronchus.

– In bronchiectasis, the bronchus is larger than the corresponding vessel

• Lack of bronchial tapering

• Non uniform bronchial dilation • Bronchial wall thickening

(96)

31. D

• Keywords:

– Perempuan 55 tahun, nyeri dada yang dirasakan memberat setelah naik tangga.

– Keluhan dialami sejak 1 tahun terakhir. Nyeri dada dirasakan berkurang dengan istirahat. Pasien saat ini control teratur di PKM dengan captopril.

• Apakah terapi yang paling tepat? ISDN (untuk mengurangi nyeri)

(97)

32. C. Amiodarone

• Keywords:

• berdebar-debar yang baru dirasakan sejak 3 jam

terakhir.

• PF: TD 160/90, N 60x/I, P 24x/I dan pasien dalam keadaan sadar.

• Pada saat dilakukan

pemeriksaan EKG didapatkan (lihat gambar).

• Berikut ini obat yang

mungkin dapat diberikan pada pasien adalah...

(98)
(99)

33. A. Furosemid

• Keywords:

• Laki-laki 62 tahun, sesak nafas yang dirasakan semakin memberat dengan aktivitas sejak 1 minggu yang lalu. • Pasien sering terbangun tengah malam karena sesak. • TTV: TD 150/100 mmHg, N 100x/mnt, P 24 x/mnt. PF:

rhonki pada kedua basal paru.

• Dari pemeriksaan radiologi thoraks didapatkan pembesaran jantung.

• Terapi yang paling tepat diberikan?

Furosemid  obat pokok utama pada edema paru akut (ACLS Indonesia 2013)

(100)

34. B. Captopril+HCT

• Keywords:

– Perempuan 55 tahun, keluhan tegang pada leher sejak 3 hari terakhir.

– TTV: TD 160/100. Saat ini pasien mengkonsumsi metformin untuk DM.

• Apakah terapi yang sesuai? Captopril+HCT

Drug of Choice untuk Hipertensi dengan DM: diuretik, ACE-I, ARB, CCB, dan Beta Blocker

(101)
(102)

35. C. Terapi AB spektrum luas

• Keywords:

• Pasien perempuan 28 tahun, datang dengan

keluhan batuk lebih dari 1 bulan. Disertai dahak berwarna putih. Berat badan turun.

Kadang-kadang demam. BTA SPS 3x (-,-,-).

• Kalau BTA semuanya negatif, berikan antibiotik non-OAT (jangan fluorokuinolon) selama 2

minggu. Kalau ada perbaikan, berarti bukan TB. Kalau tidak ada perbaikan, berarti TB.

(103)
(104)

36. C. HbeAg

• Keywords:

• Seorang laki-laki usia 35 tahun, hasil pemeriksaan HBs Ag(+). Kakek meninggal karena sirosis. Kakak meninggal karena kanker hati.

• Pemeriksaan apa untuk memastikan replikasi virus?

(105)
(106)

Sumber: Harisson 17th

(107)

37. C. Penyakit Graves

• Keywords:

• Perempuan, 35 tahun, keluhan berdebar-debar sejak 2 bulan yang lalu. Disertai benjolan pada leher dan penurunan berat badan sejak 3 bulan yang lalu.

• TD 110/70, N 110x/m.

• Pemeriksaan Lab. TSHs <0,0005 U/L, T4 6,2 mU/L.

• Apa diagnosis yang tepat pada pasien diatas? Penyakit Graves

(108)

• Suspek Graves disease. Klinis : Berat badan ↓, nafsu makan ↑, berdebar-debar, tremor,

cemas, diare, berkeringat, iritabel. Pada graves terdapat exophtalmus.

• Lab : TSH ↓ , FT4 ↑, FT3 ↑

• Tatalaksana : PTU, Methimazole. Pada ibu

hamil trimester I harus dengan PTU. Selain itu juga diberikan b-bloker (propranolol).

(109)

38. A. Kombinasi metformin dan

sulfonylurea

• Keywords:

• Penurunan berat badan dan sering buang air kecil

terutama malam hari dan sering merasa haus. Keluhan ini dirasakan sejak beberapa bulan lalu.

• TTV: TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit.

• Pemeriksaan Lab : gula darah 310 mg/dl, HBA1C 8,5 %.

• Penanganan yang tepat menurut PERKENI 2011 adalah?

– Karena HbA1c antara 7-8%, dibutuhkan kombinasi dua obat DM

– Sulfonilurea lebih dipilih untuk menyertai metformin dibanding acarbose

(110)

39. B. Golongan gemfibrozil

• Keywords:

• BB berlebih. Riwayat DM tapi tidak terkontrol.

• Pemeriksaan Lab: kolesterol 230, LDL 98, HDL 25, Trigliserida 458.

• Apa terapi yg tepat?

Karena TG > 400, maka prioritas kita adalah menurunkan TG untuk mencegah pankreatitis akut. Gunakan golongan fibrat.

(111)

Dislipidemia

• Kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma.

• Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar trigliserid serta penurunan kadar kolesterol HDL.

• Dalam proses terjadinya aterosklerosis ketiganya mempunyai peran penting dan berkaitan, sehingga dikenal sebagai triad lipid.

Klasifikasi :

• Hiperkolesterolemia • Hipertrigliseridemia • Campuran

(112)
(113)

40. B. Korteks zona retikularis

• Keywords:

• Pria 31 tahun, keluhan tidak punya anak setelah menikah 5 tahun.

• Didiagnosis infertilitas oleh dokter.

• Hasil pemeriksaan penunjang di dapatkan hasil terdapat

gangguan morfologi dan jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh testis.

• Dimana gangguan pada kasus di atas : • A. Medulla adrenal

• B. Korteks zona retikularis • C. Korteks zona fasikulata • D. Korteks zona granulisata • E. Testis

(114)

Sumber: Campbell-Walsh Urology 10th Edition

• Three cell layers can be identified in the adrenal cortex.

• The outermost layer is the zona glomerulosa, which produces aldosterone in response to stimulation by the renin-angiotensin system. • Centripetally located are the zona fasciculata

and zona reticularis, which produce

(115)
(116)

Sumber: EAU Guidelines on Male Infertility 2014

• oligozoospermia: spermatozoa < 15 million/mL;

• asthenozoospermia: < 32% motile spermatozoa;

(117)

41. B. Defisiensi iodine

• Keywords:

• Pria 25 tahun, keluhan benjolan pada leher bagian depan sejak 1 bulan yang lalu. Tidak disertai nyeri.

• Banyak penduduk dekat tempat tinggal di pegunungan memiliki kelainan yang sama.

• TD 140/90 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 37,5 oC. • PF: status lokalis ditemukan struma, nyeri tekan (-)

dan bergerak saat menelan.

• Apakah etiologi dari keadaan tersebut? Defisiensi iodine

(118)

Etiology and Pathophysiology

(Toronto Notes 2011)

• primary hypothyroidism (90%)

– inadequate thyroid hormone production secondary to intrinsic thyroid defect – iatrogenic: post-ablative (131I or surgical thyroidectomy)

– autoimmune: Hashimoto's thyroiditis, chronic thyroiditis, idiopathic, burnt out Graves'

– hypothyroid phase of subacute thyroiditis – drugs: goitrogens (iodine), PTU, MMI, lithium

– infiltrative disease {progressive systemic sclerosis, amyloid)

– iodine deficiency

– congenital (1:4000 births) – neoplasia

• secondary hypothyroidism: pituitary hypothyroidism

– insufficiency of pituitary TSH

• tertiary hypothyroidism: hypothalamic hypothyroidism

– decreased TRH from hypothalamus (rare)

(119)

42. C. Ulkus peptikum

• Keywords:

• Nyeri ulu hati sejak 8 bulan yang lalu disertai mual dan muntah.

• Pekerja dan sering merasa pusing karena stress sering minum obat analgetik untuk mengatasinya.

• Dari hasil pemeriksaan penunjang di dapatkan defek bergaung pada antrum pylorus dan hasil pewarnaan H. pilori (+).

• Apakah diagnosanya : Ulkus peptikum

(120)

Sumber: emedicine

• defek bergaung pada antrum pylorus dan hasil pewarnaan H. pilori (+) menunjukkan adanya gastritis kronis.

• gastritis eosinofilik ditandai dengan

banyaknya eosinofil pada pemeriksaan histopatologi

• Sedangkan gastritis autoimun cenderung terjadi pada fundus.

(121)

43. C. Entamoeba

• Keywords:

• Nyeri perut kanan atas dan demam. Pasien juga mengalami mual, muntah dan diare berdarah. • Dari pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali

dan splenomegali. Dari pemeriksaan ditemukan trofozoit.

• Mikroorganisme penyebab yang mungkin adalah?

(122)

Sumber: Toronto Notes 2011

Amoebic abscesses

• most common in liver (hematologic spread); presents with RUQ pain, weight loss, fever, Hepatomegaly Investigations

• serology, fecal/serum antigen testing, stool exam (for cysts and trophozoites), colon biopsy

(123)

44. D. Pirazinamid

• Keywords:

– Nyeri pada sendi kakinya. Pemeriksaan lab didapatkan kadar asam urat 9 mg/dl. Pasien mengkonsumsi OAT sejak 3 bulan lalu.

• Apakah OAT yang mungkin menyebabkan keluhan tersebut?

(124)
(125)

45. B. Gagal Ginjal Kronik

• Keywords:

• Mual muntah sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai lemas, kulit terasa kering dan gatal, serta sesak nafas. BAK pasien juga berkurang.

• PF: TD 140/90 mmHg, N 92x/menit, RR 26x/menit, S 37,5◦C.

• Terlihat bekas garukan di kulit, konjunctiva anemis, perkusi redup di kedua lapangan paru.

• Lab: Hb 7.9 Ur 105, Cr 8.4. • Diagnosis pada pasien ini?

(126)

Sumber: Pedoman Pelayanan Medis PAPDI

Anamnesis

• Lemas, mual, muntah, sesak napas, pucat

• BAK berkurang

Pemeriksaan Fisik

• Anemis, kulit kering, edem tungkai/palpebra • Tanda bendungan paru

Laboratorium

(127)

46. B. Karsinoma buli

• Keywrods:

– Pasien laki-laki 49 tahun, datang dengan keluhan kencing berdarah, hilang timbul, tidak dirasakan nyeri.

• Apakah kemungkinan diagnosisnya? Karsinoma buli

(128)
(129)

47. B. Artesunat IV

• Keywords:

– Kejang berulang diawali demam tinggi disertai menggigil, PF didapatkan TD 110/80 , RR

20x/menit, suhu 40,5 oC. Kaku kuduk tidak ada,

didapatkan hasil pemeriksaan malaria falsifarum.

• Terapinya : Artesunat IV

(130)

Manifestasi Malaria Berat

Sumber: Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia 2008

(131)

Tatalaksana Malaria Berat

• Pilihan utama:

– Artesunat IM/IV – Artemeter IM

• Alternatif: Kina (Parenteral)

• Apabila pasien sudah dapat minum obat peroral:

(132)

48. A. Anemia sel sabit

• Keywords:

– Muntah dan BAB warna merah kehitaman. – PF: splenomegali dan limfadenopati.

– Lab: Hb 6,8 gr/dl, leukosit 6800, trombosit 105.000.

• Apakah diagnosa pasien tersebut?

– Keyword: riwayat malaria yang sembuh sendiri  anemia sel sabit

(133)

Gejala:

• Nyeri tulang • Anemia.

• Nyeri dada dan sesak • Stroke

• Hambatan aliran darah di limpa dan liver

(134)

49. A. limfadenitis tuberkulosa

• Keywords:

– Benjolan di leher kanan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan batuk lama yang tidak kunjung sembuh, nafsu makan berkurang, BB turun drastis, sering berkeringat di malam hari. – Pemeriksaan fisik: Colli dextra: tanda radang (+). – Biopsi: sel Datia Langhans (+), kaseosa (+).

• Diagnosis?.

(135)

Sumber: Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease

• Limfadenitis TB merupakan TB ekstraparu yang sering terjadi

• Central caseation surrounded by epithelioid

and multinucleated giant cells adalah

(136)

50. C. OAT diberikan setelah

pengobatan TB selesai

• Keywords:

– Batuk lama, penurunan berat badan, pada bagian leher terdapat benjolan dengan dasar ulkus.

Pasien penderita HIV. CD4=400.

– Pemeriksaan histopatologi didapatkan sel langerhans.

• Maka terapi pemberian OAT yang benar adalah….

(137)

CD4

• <200: terapi ARV 2 minggu setelah mulai obat TB

• 200-350: terapi ARV setelah TB fase intensif selesai

• >350: terapi ARV setelah selesai pengobatan TB

(138)

Jangan lupa diberikan tambahan cotrimoxazole  profilaksis PCP

Pasien TB hamil dengan CD4 < 350/mm3 harus segera memulai pengobatan

(139)
(140)

51. C. Pembuatan VeR

• Rianto, 30 tahun, datang diantar polisi dengan keluhan luka bacok pada kedua tangan akibat

perampokan. (kasus pidana)

• Dokter kemudian melakukan pemeriksaan dan mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menganjurkan pasien dirawat inap untuk

diobservasi. Setelah 7 hari perawatan, pasien dibolehkan pulang dan kontrol di poliklinik

(141)

Pilihan lainnya

• A. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan pasien  fungsi rekam medis bagi pasien, dasar pembuatan resume

• B. Dasar pembayaran biaya pemeriksaan

kesehatan pasien  fungsi rekam medis bagi RS

• D. Persetujuan tindakan medis bisa terdapat dalam Redkam medis

(142)

52. C. Melakukan informed consent

pada pasien disaksikan oleh pengasuh

• Tn. Partoni, 75 tahun, dibawa oleh pengasuh ke praktek dokter dengan keluhan buang air tidak

puas. Anak-anak pasien tidak tinggal bersamanya. Pada saat pemeriksaan didapatkan pembesaran prostat yang permukaannya tidak rata dan teraba keras. Dokter kemudian ingin melakukan

pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan

radiologi dan pemeriksaan darah untuk antigen prostat. Bagaimana dokter seharusnya melakukan informed consent?

(143)

Permenkes nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

• Bab III ( Informasi)

– a) Pasal 4 ayat (1) : Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta.

– b) Pasal 4 ayat (2) : Dokter harus memberikan informasi selengkap lengkapnya kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.

– c) Pasal 4 ayat (3) : Dalam hal sebagaimana dimaksud ayat (2), dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga

terdekat dengan didampingi oleh seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi.

– d) Pasal 5 ayat (4) : Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medis yang akan dilakukan, baik diagnostic maupun terapeutik.

– e) Pasal 5 ayat (5) : Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3), dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.

(144)

Permenkes nomor

585/Menkes/Per/IX/1989 tentang

Persetujuan Tindakan Medis

• Bab IV ( Yang berhak memberikan persetujuan)

– a) Pasal 8 ayat (1) : Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadar dan sehat mental.

– b) Pasal 8 ayat (2) : Pasien dewasa sebagaimana dimaksud ayat (1)

adalah yang telah berumur 21 (duapuluh satu) tahun atau telah menikah. – c) Pasal 9 ayat (1) : Bagi pasien dewasa yang berada dibawah

pengampuan (curatele), persetujuan diberikan oleh wali / curator. – d) Pasal 9 ayat (2) : Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan

mental, persetujuan diberikan oleh orangtua / wali / curator.

– e) Pasal 10 : Bagi pasien dibawah umur 21 (duapuluh satu) tahun dan tidak mempunyai orangtua / wali dan / atau orangtua / wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang

(145)

• Dengan demikian, informasi harus diberikan kepada pasien (karena pasien dewasa)

• Tetapi karena pasien dibawah pengasuhan persetujuan diberikan oleh wali/curator

• Sehingga  informasi diberikan pada pasien dengan disaksikan pengasuh..karena

pengasuh akan turut berperan dalam memberikan persetujuan

(146)

53.

C.Menjelaskan mengenai kemungkinan baik dan buruk yang akan terjadi bila kandungan dipertahankan

dan menyerahkan keputusan pada pasien

• Lionina, 34 tahun, G2P1A0 datang bersama keluarganya untuk cek kehamilan. Pasien sedang mengkonsumsi obat untuk Angina Pectoris karena ia memang memiliki riwayat serangan jantung dan darah tinggi. Keluarga, terutama ibu pasien, meminta untuk

menggugurkan kandungan karena khawatir pada pasien. Tindakan dokter yang sebaiknya dilakukan adalah

(147)

• Dalam kasus seperti ini, pasien perlu

mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya dan seutuhnya sebelum ia membuat keputusan

(informed consent)

• Yang berhak mengambil keputusan (autonomi) adalah pasien karena ia

telah berumur > 21 tahun dan telah

menikah

Permenkes nomor

585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

• Bab IV ( Yang berhak memberikan persetujuan) – a) Pasal 8 ayat (1) : Persetujuan diberikan

oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadar dan sehat mental.

– b) Pasal 8 ayat (2) : Pasien dewasa

sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah yang

telah berumur 21 (duapuluh satu) tahun atau telah menikah.

– c) Pasal 9 ayat (1) : Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatele), persetujuan diberikan oleh wali / curator. – d) Pasal 9 ayat (2) : Bagi pasien dewasa

yang menderita gangguan mental,

persetujuan diberikan oleh orangtua / wali / curator.

– e) Pasal 10 : Bagi pasien dibawah umur 21 (duapuluh satu) tahun dan tidak mempunyai orangtua / wali dan / atau orangtua / wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang (guardian).

(148)

54. B. Ya, karena dalam kasus ini azas nonmaleficence diutamakan dari autonomi

• Doni, 30 tahun, dibawa ke UGD rumah sakit

setelah kecelakaan lalu lintas oleh pengantar dan petugas PMI. Pasien membutuhkan operasi

sesegera mungkin karena adanya perdarahan

otak background kondisi emergency

• Dokter langsung melakukan operasi tanpa informed consent

(149)

Prinsip autonomy:

Menghargai hak pasien untuk menentukan nasib sendiri

Berterus terang menghargai privasi pasien

Menjaga rahasia

Melaksanakan informed consent

Prima facie: kaidah bioetik dasar yang satu lebih diutamakan , meskipun ada kaidah lain yang terpaksa dilanggar. Dalam kasus ini non maleficence

(150)

55. D. Kontak mata, sambil menepuk bahu pasien

• Dr. Inferno menghampiri keluarga pasien yang

meninggal dan berkata “ Saya mengerti apa yang anda rasakan”. Sikap

dokter yang baik saat mengucapkan hal

tersebut adalah?

Dont’s:

Melipat tangan didada (mengesankan dokter menjaga jarak, bersikap tertutup, atau malah terkesan bosan dengan

pembicaraan yang dilakukan), kontak mata dijaga

Tangan masuk saku (menunjukkan sikap tidak bersahabat, merasa berkuasa, dan terancam oleh lawan bicara)

Menghindari kontak mata

(memperlihatkan rasa kurang percaya diri, gugup serta tidak siap)

Do’s

•Mempertahankan kontak mata

•Menunjukkan sikap empati (menepuk bahu)

•Berbicara dengan tempo yang tidak terlalu cepat

•Posisi duduk condong ke arah pasien (menunjukkan kepedulian akan isi pembicaraan yang akan disampaikan) •Memberi jeda waktu setelah

(151)

56. C. Menjaga kerahasiaan informasi

medis pasien dan tidak memberikan

informasi kepada wartawan

Warga desa lahap mengalami keracunan

massal setelah menghadiri acara pernikahan. Warga mengalami diare hebat dan muntah kemudian dibawa ke RS Sehat Selalu.

Wartawan datang karena ingin meliput. Apa yang sebaiknya dokter lakukan?

(152)

57. D. Anak laki-laki disodomi oleh

pengasuh di panti asuhan.

Yang termasuk KDRT?

(153)

UU no. 23 tahun 2004

Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang KDRT a. suami, isteri, dan anak;

b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau

c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. (2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c dipandang sebagai anggota keluarga

dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

(154)

58. C. Berdiskusi dengan pasien dan menjelaskan mengenai

pentingnya untuk memberitahukan keadaan tersebut kepada suaminya dan manawarkan untuk membantu menjelaskan apabila

pasien bersedia

• Tintin, 44 tahun, telah dinyatakan positif HIV dari

hasil pemeriksaan ELISA dan rapid test 3 kali. Pasien memiliki 3 anak dan suami. Dokter telah

menjelaskan hasil pemeriksaan dan diagnosis pada pasien da meminta pasien agar menjelaskan ke

suaminya tentang hasil pemeriksaan. Pasien

menolak untuk menjelaskan ke suaminya. Tindakan yang tepat dilakukan oleh dokter adalah ...

(155)

• Dalam kasus ini dokter berkewajiban menjaga rahasia pasien

• Disisi lain, dokter tetap harus memperhatikan normal sosial

• Dengan demikian solusi yang dapat diambil adalah memberi penjelasan mengenai

pentingnya pasien memberitahukan pasangannya

(156)

59. A. Tes metode visual

• Nona X, 33 tahun, ditemukan tewas di kamar hotel dengan kondisi tanpa busana. Olah TKP yg dilakukan penyidik menemukan adanya bercak kering yang dicurigai air mani di atas bed cover.

Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan?

– Tes metode visual bercak mani berbatas tegas dan berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang lama berwarna kekuningan

– tes dengan sinar UV dibawah sinar UV, bercak semen akan menunjukkan fluoresensi putih (terutama pada

bahan katun; kurang jelas pada sutra/nilon) setelah itu baru diperiksa imunohistokimia di lab

– analisis sperma  mikroskopik, bahan dari forniks posterior

– analisis kekentalan bercak 

menggunakan elektroforesis, dasar: kecepatan gerak protein yang berbeda

(157)

60. B. Refleksi perasaan

• laki2, 50 tahun didiagnosis menderita Ca paru. Dokter melihat pasien menunduk dan meremas-remas tangannya. Lalu dokter mengatakan “ ibu terlihat khawatir”

• Hal ini termasuk?

Refleksi perasaan

• upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien kemudian

merefleksikan kepada klien kembali (Willis, 2009:184).

• ketrampilan mikro yang paling bermanfaat ketika dipraktikan dengan benar dan pada saat yang tepat selama proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan

kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien. (Geldard &

Geldard (2011: 81) )

Contoh

Mengemukakan pernyataan refleksi dengan awalan kata yang sesuai dengan petunjuk dari klien, apakah

disampaikan secara visual, auditori atau kinestetik. Contoh respon refleksi:

Berdasarkan penyampaian visual:

“Sepertinya Anda kecewa saat ini”

Contoh respon refleksi yang auditori:

“ kedengarannya Anda kecewa saat ini ’’

Contoh respon Refleksi Kinestik:

(158)

• A. Refleksi isi mengulang ISI pembicaraan (apa yang disampaikan pasien)  untuk

memastikan pemahaman pasien • C. Refleksi pengalaman

• D. Interupsi memotong pembicaraan pasien • E. informed consent

permohonan izin

melakukan tindakan setelah menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan, efek samping, tujuan.

(159)

61. C. Anisometropia

• Toni, 17 tahun dengan keluhan nyeri kepala setelah membaca. Matanya sering berair dan terasa sakit. Pada pemeriksaan didapatkan

VOD +2 D dan VOS -2 D

• Perbedaan kelainan refraksi mata kanan-kiri

amat jauh anisometropia

• Antimetropia  istilah untuk satu mata myopia dan mata lainnya hipermetropia

(160)

Pilihan lain

• A. Hemianopia kehilangan penglihatan (buta) setengah lapang pandang

• B. Isometropia kondisi mata dimana kedua mata

memiliki kekuatan refraksi yang sama: co. Bila satu mata miopia, mata yang lainnya juga miopia atau kondisi

dimana kedua mata mengalami hipermetropia

• D. Anisokonia  ukuran gambar yang dihasilkan di retina berbeda, disebabkan oleh anisometropia

(161)

62. E. Pemeriksaan tekanan intraokuler

• Keywords

– Wowi, 30 tahun, datang ke IGD dengan nyeri pada mata kanan setelah terkena

lemparan batu 1 jam yang lalu, disertai mual dan

muntah, pada pemeriksaan ditemukan hifema total pada bilik mata depan. Apakah

pemeriksaan selanjutnya yang harus dilakukan ?

Keluhan mengarah ke diagnosis glaukoma akut maka

pemeriksaan awal yang selanjutnya perlu

dilakukan adalah pemeriksaan untuk mengetahui tekanan bola mata

(162)

63. C. Xeroftalmia

• Keyword: penglihatan kabur, kulit pasien kering dan bersisik. Pemeriksaan mata didapatkan tidak ada kelainan.

• Xeroftalmia: rabun senja akibat kekurangan vitamin A, terutama pada

anak Balita dan sering ditemukan pada penderita gizi buruk dan gizi kurang

(163)

Pilihan lainnya

• Xerosis: kondisi kering, menebal, berkeriput, dan keruh karena banyak bercak pigmen. Bisa pada:

– konjungtiva – Kornea

• Retinitis Pigmentosa: penyakit turunan, berupa degenerasi progresif pada retina. Biasanya

keluhan berupa gangguan penglihatan yang berat dan menurun dalam keluarga

(164)

64. E. Keratitis fungal

• 64. Bono, 47 tahun, datang dengan keluhan mata merah sejak seminggu yang lalu. Padangan buram, mengeluarkan kotoran mata, susah membuka mata.

• Riw. tergores padi ketika bekerja di sawah (trauma dengan tanaman)

• Pada pemeriksaan oftalmologis ditemukan visus OD 6/60, palpebra edem dan spasme, sekret putih keabu-abuan,

injeksi konjungtiva, injeksi silier, terdapat infiltrat

parasentral kornea berwarna putih, bulat, diameter 1mm

kedalaman 1/3 anterior stroma dengan feathery edge dan

permukaan kering dan kasar, serta terdapat lesi satelit.

Pada bilik mata depan, terdapat flare. • Diagnosis: keratitis fungal

(165)

Manifestasi klinis keratitis fungal

• Anamnesis: riwayat trauma

– Gejala: terasa seperti ada benda asing, penglihatan terganggu, mata merah, epifora, fotofobia

• PF:

– injeksi konjungtiva – Defek epitel kornea

– Reaksi bilik mata depa (bisa ada flare) – Hipopion

– White ring pada kornea, lesi satelit

– Infiltrat ireguler dengan tepi seperti berbulu (feathery edged infiltrate)

Referensi

Dokumen terkait

beruntung sekali, akhirnya ada sebuah buku beliau, The Indonesian Development Experience: A Collection of Writings and Speeches of Widjojo Nitisastro, yang berisi catatan, pidato,

menjelaskan tentang bagaimana rumusan pendidikan akhlak menurut Al-Ustadz Umar bin Baradja dan materi akhlak apa saja yang ingin disampaikan hasil penelitiannya, bahwa

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pemberian kompres hangat dan aromateraphy terhadap penurunan nyeri

Berdasarkan hasil persentase data (Gambar 4.1), diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar obat tradisional oleh masyarakat

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada wadah non TPA selalu dapat ditemukan larva Aedes dibandingkan dengan wadah TPA yang tidak selalu ditemukannya larva

penting ialah bahwa pada semua keadaan ini dengan reaksi. miastenik,

Kemudian kami mengadakan pertemuan atau musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat serta aparat desa untuk menyelesaikan perencanaan program kerja baik yang sudah disusun

Dewa Dalem di Bali khususnya di desa Songan raja Masula-Masuli, karena raja Masula-Masuli adalah sang raja yang terlahir kembar pada saat itu. Dan seterusnya