• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA BONTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA BONTANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

III-1

BAB III

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

UNTUK KOTA BONTANG

3.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional ditetapkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kota Bontang sebagai Lokasi Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) bersama Kota Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi

Kalimantan Timur, Kota Balikpapan, Kota Tenggarong dan Kota Tarakan dengan

Tahapan Pengembangan Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat

Pertumbuhan Nasional (Pengembangan/Peningkatan Fungsi). Pusat Kegiatan Nasional

yang dimaksud adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan

skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

I. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Arahan sistem perkotaan nasional Kota Bontang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan

Nasional maka untuk mendukung kegiatan tersebut sistem jaringan transportasi

nasional Kota Bontang di arahkan sebagai tahap pengembangan jaringan jalan bebas

hambatan

antar

kota

Samarinda–Bontang

dan

Bontang–Sangata

untuk

mempermudah aksesbilitas transportasi darat antar Kota Bontang terhadap kota

disekitarnya serta Arahan Pemantapan Bandar Udara Tersier sebagai aksesbilitas

transportasi udara.

II. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

Arahan Pola Ruang Wilayah Nasional untuk Kota Bontang adalah penetapan

kawasan lindung Taman Nasional Kutai dengan Tahap pengembangan Rehabilitasi

dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional (Taman Nasional dan Taman

Nasional Laut). Penetapan Kawasan Budi Daya untuk Kota Bontang terdiri dari

kawasan andalan darat meliputi Kawasan Bontang–Samarinda–Tenggarong,

Balikpapan

Penajam

dan

Sekitarnya

(Bonsamtebajam)

dengan

Tahapan

Pengembangan Kawasan Andalan disektor unggulan industri, perkebunan,

pertambangan, kehutanan, perikanan dan pariwisata. Kawasan andalan laut meliputi

Bontang –Tarakan dan sekitarnya dengan tahapan pengembangan kawasan andalan

sektor perikanan, pertambangan dan pariwisata.

3.2.

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau

Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden

(Pepres) Nomor 3 Tahun 2012 merupakan rencana rinci yang disusun sebagai

penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

I. Arahan Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang

Arahan pengembangan struktur ruang teridiri atas sistem perkotaan nasional

meliputi :

a) pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil

pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh

(2)

III-2

pengelolaan limbah industri terpadu, Kota Bontang termasuk dalam pusat industri

hilir pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi

di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang dan

PKN Tarakan.

b) Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan

industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan

ramah lingkungan , Kota Bontang termasuk dalam pusat industri hilir pengolahan

hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin,

dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

c) Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan

yang berdaya saing dan ramah lingkungan , Kota Bontang termasuk dalam pusat

industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya, dan PKN Kawasan

Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

d) Pengembangan PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang juga sebagai pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa

hasil perikanan yang ramah lingkungan.

e) Pengembangan PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.

f) Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/

menghadap badan air termasuk PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

g) Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir dan

pengendalian perkembangan fisik untuk kelestaarian lahan pertanian pangan

berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

Arahan pengembangan struktur ruang untuk sistem jaringan transportasi nasional

meliputi :

a) Pengembangaan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer pada jaringan

jalan lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari jaaringan jalan

Trans Kalimantan yang menghubungkan Samarinda–Bontang–Sangatta–Simpang

Perdau–Muara

Wahau–Labanan-Tanjung

Redeb–Tanjung

Selor–Malinau–

Mensalong–Simanggaris.

b) Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubngkan kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandaar udara untuk

mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan

areri primer yang menghubungkan PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontangdengan Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan),

Pelabuhan Samarinda (Kota Samarinda), Pelabuhan Tanjung Santan (Kota

Bontang), dan Bandar Udara Sepinggan (Kota Balikpapan), Bandar Udara

Samarinda Baru (Kota Samarinda), serta Bandar Udara Bontang (Kota Bontang).

c) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat

pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang

menghubungkan Samarinda–Bontang dan Bontang–Sangatta.

(3)

III-3

d) Pelabuhan Tanjung Santan Kota Bontang dan Bandar Udara Bontang termasuk

dalam Pengembangan jaringan jalan nasional yaitu Jaringan Jalan Lintas Selatan

Pulau Kalimantan,

e) Pengembangan jaringan jalur kereta api untuk menghubungkan kawasan

perkotaan nasional, sentra produksi komoditas unggulan, jaringan jalan,

pelabuhan dan bandar udara meliputi; Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan

Pulau Kalimantan Bagian Timur yaitu Batas

negara–Simanggaris–Malinau-Tanjung Selor-Tanung Redeb–Sangkulirang –Sangatta –Bontang serta

Bontang-Samarinda-Balikpapan.

f) Pelabuhan Tanjung santan Kota Bontang termasuk dalam pengembangan akses

dan jasa kepelabuhan di sepanjng Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan Alur Laut

Kepulauan Indonesia II dan pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan

pertahnan dan keamanan negara serta pengembangan alur pelaayaran yang

menghubungkan antar pelabuhan.

g) Bandar Udara Kota Bontang sebagai bandar udara pengumpul dengan skala

pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas

Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau

Kalimantan Bagian Timur

.

Arahan sistem Jaringan Energi Nasional dan sistem jaringan telekomunikasi nasional,

meliputi :

a) Pengembangan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanjung

Santan-Kutai Kartanegara-Bontang, jaringan distribusi Samarinda dan jaringan distribusi

Balikpapan untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.

b) Pengembangan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai Timur –

Penajam Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut, jaringan

distribusi Banjarmasin dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani PKN

Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong - Samarinda - Bontang, PKW

Tanah Grogot, dan PKW Kotabaru.

c) Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi untuk

melayani kawasan andalan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanjung

Santan-Kutai Kartanegara-Bontang, jaringan distribusi Samarinda dan jaringan

distribusi Balikpapan untuk melayani Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan

Sekitarnya, serta jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai - Penajam

Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut, jaringan distribusi

Banjarmasin dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani Kawasan Andalan

Bonsamtebajam dan Sekitarnya serta Kawasan Andalan Batulicin.

d) Pengemabangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTMG Kota

Bontang.

e) PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang dan

kawasan Andalan Bonsamtebajam di arahkan pada pengembangan jaringan

terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional.

(4)

III-4

Arahan sistem jaringan sumber daya air meliputi :

a) Pendayagunaan sumber air berbasis Wilayah Sungai Mahakam yang melayani

PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW

Sendawar dan Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan Sekitarnya.

b) Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknya untuk

mempertahankan daya tampung air yaitu Waduk Manggar Kota Balikpapan,

Waduk Benaga Kota Samarinda, dan Waduk Wain Kota Balikpapan yang

melayani PKN Kawsan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang

dan kawasan Andalan Bonsamtebajam.

II. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya di Kota Bontang

yaitu :

a) pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai kawasan

perkotaan yang rawan banjir,

b) pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan bencana

alam geologi, Kota Bontang termasuk dalam kawasan rawan gerakan tanah dan

kawasan rawan tsunami di pesisir timur.

c) Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi

dan jalur evakuasi bencana, pembangunan prasarana dan sarana pemantauan

bencana serta penetapan standar bangunan gedung.

d) Pengembangan prasarana yang ramah lingkungan sebagai pendukung koridor

ekosistem bekantan, abon, gajah dan orang utan di kawasan Cagar Alam Muara

Kaman Sedulang (Kabupaten Kutai Kartanegara), Cagar Alam Padang Luwai

(Kabupaten Kutai Barat) dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur,

Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang).

3.3. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah

Provinsi dan beberapa arahan harus diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM

Kabupaten/Kota.

3.3.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang

A. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan

dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Selain fungsi utama tersebut, kawasan lindung juga berfungsi untuk menjaga

keselamatan manusia dan mahluk hidup lainnya dari kerawanan kondisi fisik

lingkungan. Sesuai fungsinya, sasaran dari penentuan kawasan lindung adalah untuk

meningkatkan fungsi lindung dari tanah, air, dan iklim (hidro-orologis), serta

mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, dan ekosistem. Hal ini akan menjadi

aspek penting dalam rangka meningkatkan daya dukung lingkungan kawasan.

Kawasan lindung seluas 4.808.777 ha terdiri dari:

(5)

III-5

1. Kawasan hutan lindung

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

3. Kawasan perlindungan setempat;

4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan

5. Kawasan lindung geologi.

Tabel 3.1

Arahan Kawasan Lindung di Provinsi Kalimantan Timur

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

1. Hutan Lindung

a. Hutan Lindung

Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih

 Mencegah alih fungsi lahan hutan lindung menjadi kawasan budidaya.

 Membatasi tumbuhnya kegiatan perkotaan di kawasan sekitar hutan lindung untuk mencegah alih fungsi lahan.

 Mengatur mengenai masyarakat hukum adat dalam pengelolaan kawasan hutan untuk menghindari konflik pemanfaatan kawasan hutan.

 Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung. Kawasan hutan yang

mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen)

 Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung.  Secara bertahap melakukan

pemulihan kawasan lindung.  Membangun kerjasama

pengawasan pengelolaan hutan lindung antara pemerintah dan masyarakat.

Kawasan hutan yang

mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

 Menyusun aturan pemanfaatan jasa lingkungan bagi kawasan lindung hutan.

 Mengendalikan pemungutan hasil hutan non kayu.

 Pengawasan keberlanjutan kawasan hutan lindung terhadap kegiatan permukiman di kawasan permukiman.

2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya

a. Kawasan Bergambut

Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut yaitu kawasan tanah

bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa.

Mengembalikan fungsi kawasan untuk fungsi-fungsi sebagai berikut:

 Sebagai tempat penyimpan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan sebagai pengatur hidrologi.  Sebagai tempat pemuliaan untuk

ikan-ikan yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor.

(6)

III-6

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

b. Kawasan Resapan Air

 Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun.  Lapisan tanahnya berupa

pasir halus berukuran minimal 1/16 mm.  Mempunyai kemampuan

meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari.

 Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat.  Kelerengan kurang dari

15%.

 Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.

 Mengendalikan kegiatan perkotaan (industri, permukiman, dan budidaya lain) yang akan mengganggu ekosistem kawasan resapan air.

 Rehabilitasi dan konservasi kawasan-kawasan resapan air.  Mengembalikan fungsi kawasan

resapan air dengan memindahkan kegiatan perkotaan yang berada pada kawasan resapan air.

3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

a. Kawasan Suaka Alam Laut

Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem

 Memelihara ekosistem pesisir dan laut dengan mengendalikan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan pesisir dan laut.

 Mengembangkan kegiatan wisata pesisir dan laut yang bertaraf internasional untuk menarik wisatawan domestik dan asing.  Mengarahkan pembangunan sarana

dan prasarana penunjang wisata di kawasan perkotaan terdekat.  Mengembangkan secara terbatas

kegiatan perikanan yang dapat mengganggu ekosistem pesisir. b. Kawasan Suaka

Margasatwa

Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi.

Memiliki keanekaragaman dan keunikan satwa.

Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan

 Perlindungan spesies penyu.  Melakukan konservasi dan

rehabilitasi suaka margasatwa secara rutin.

 Menjaga keanekaragaman dan keunikan satwa dengan membatasi kegiatan budidaya yang dapat mengganggu ekosistem satwa.  Mengembangkan wisata suaka

margasatwa yang terpadu dengan kawasan sekitarnya.

(7)

III-7

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

dan prasarana wisata di kawasan perkotaan terdekat.

 Mendorong keterlibatan

masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan pariwisata. c. Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut d. Kawasan Cagar Alam

 Kawasan sarat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya.  Kondisi alam baik biota

maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.

 Melakukan konservasi dan rehabilitas rutin untuk menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati.

 Mendorong dan mempromosikan wisata alam bagi turis domestik dan asing.

 Mengarahkan tumbuhnya sarana dan prasarana wisata di kawasan perkotaan yang dekat dengan kawasan cagar alam.  Mendorong keterlibatan

masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan pariwisata.

 Mengembangkan industri kerajinan khas lokal sebagai penunjang pariwisata.

 Dukungan terhadap terciptanya keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis

e. Kawasan Pantai Berhutan Bakau / Payau

Kawasan pantai berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tetinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

 Mengembangkan secara terbatas kegiatan perikanan budidaya, industri dan permukiman yang menimbulkan pencemaran hutan bakau.

 Melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan pantai berhutan bakau secara rutin.  Mencegah alih fungsi lahan. f. Taman Nasional  Kawasan darat dan atau

perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan atau satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta

 Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

 Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat.  Mengembangkan industri kerajinan

khas lokal sebagai penunjang pariwisata.

(8)

III-8

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya

 Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan.

g. Taman Hutan Raya

Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan tertentu, yang dapat merupakan hutan dan atau bukan kawasan hutan

Memiliki arsitektur bentang alam dan akses yang baik untuk kepentingan pariwisata

Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal. Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat

h. Taman Wisata Alam

 Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.

 Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau.  Kawasan yang terdapat

satwa buru yang

dikembangbiakkan untuk kelestarian satwa dan memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi olah raga.

 Mengembangkan kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

 Mengarahkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di kawasan perkotaan terdekat.  Mengembangkan industri kerajinan

khas lokal sebagai penunjang pariwisata.

 Perlindungan ekosistem hutan hujan tropis dan spesies endemik.

i. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

 Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan

 Hutan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

 Memelihara dan merevitalisasi kawasan cagar budaya secara rutin dan berkelanjutan.

 Mempromosikan wisata budaya dan ilmu pengetahuan baik di dalam negeri maupun mancanegara.

 Membangun sarana dan prasarana penunjang wisata bertaraf internasional.

(9)

III-9

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

kebudayaan.

 Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya.

memudahkan akses pada kawasan-kawasan wisata.

 Mengendalikan perubahan arsitektur bangunan kawasan-kawasan budaya yang perlu dilestarikan sebagai daya tarik wisata.

4. Kawasan Rawan Bencana Alam

a. Kawasan Rawan Gerakan Tanah

 Kawasan yang labil disekitar sesar dengan morfologi berlereng terjal dan rawan longsor.  Daerah dengan kerentanan

tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika

kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini.

 Menyediakan jalan-jalan alternatif untuk evakuasi.

 Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.

 Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.

 Mengendalikan secara ketat pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya perkotaan di kawasan-kawasan rawan bencana gempa bumi.

 Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.

b. Kawasan Rawan Banjir

Daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir.

 Menyediakan jalan-jalan alternatif untuk evakuasi.

 Merehabilitasi kawasan-kawasan rawan bencana yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman dan kegiatan perkotaan.

 Menyediakan ruang-ruang yang mudah dicapai dalam keadaan bahaya untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi korban bencana.

 Melindungi kawasan-kawasan yang digunakan sebagai lokasi alat pendeteksi bencana.

 Menyediakan sarana dan prasarana sistem peringatan dini.

 Mengendalikan secara ketat pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya perkotaan di kawasan-kawasan rawan gerakan tanah.  Mengembangkan desain dan

(10)

III-10

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

risiko gerakan tanah dan banjir.

5. Kawasan Perlindungan Setempat

a. Sempadan pantai  Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

 Merehabilitasi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk, situ dan mata air yang telah rusak.  Mengarahkan pemanfaataan lahan

untuk kegiatan perkotaan di luar kawasan tersebut.

 Mengembangkan kegiatan pertanian dan perkebunan yang dapat membantu pemeliharaan dan pemulihan kondisi kawasan.  Merehabilitasi lahan kritis di

sekitar kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, waduk/situ dan mata air.

b. Sempadan sungai  Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul diluar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan.

 Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan.

 Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m.  Sekurang-kurangnya 15 m

dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m.  Sekurang-kurangnya 20 m

dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m.  Sekurang-kurangnya 100 m

dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

c. Kawasan Sekitar Waduk dan Situ

Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

(11)

III-11

No Kawasan

Lindung Kriteria Arahan

d. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata air

e. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Eks-situ

Merupakan areal tempat pengembangan plasma nutfah tertentu dan tidak

membahayakan.

Konservasi anggrek hutan dan jasad renik

B. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya mencakup Kawasan peruntukan Hutan Produksi Terbatas, Hutan

Produksi Tetap dan Hutan Rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan, industri,

pariwisata permukiman, dan kawasan peruntukan budidaya lainya seperti kawasan

militer.

Tabel 3.2

Arahan Kawasan Budidaya di Provinsi Kalimantan Timur

No Kawasan

Budidaya Lokasi Arahan

1. Kawasan Hutan Peruntukan Produksi

Kab. Nunukan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser

Seluruh kawasan telah dikelola oleh investasi Pengusahaan Hutan.

2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat 3. Kawasn Peruntukan Pertanian

Kab. Kutai Timur, Kab. Paser, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Berau, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Malinau dan Kab. Kutai Barat

Peningkatan produktivitas dan pengembangan areal penanaman padi

Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Paser, Kab. Kutai Barat, Kab. Berau dan Kab. Bulungan

Dikembangkan sebagai persawahan beririgasi

Kab. Kutai Barat, Kab. Paser, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Berau, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Nunukan, Kab. Malinau, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Tarakan dan Kota Bontang

Pengembangan pertanian palawija, hortikultur dan buah-buahan

Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai

Kartanegara, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Nunukan, Kab. Paser dan Kab. Penajam Paser Utara

Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan

(12)

III-12

No Kawasan

Budidaya Lokasi Arahan

4. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kab. Kutai Timur,Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Barat, Kab. Paser, Kab. Malinau, Kab. Kutai

Kartanegara, Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Nunukan

Wilayah pengembangan budidaya perkebunan

5. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kab. Paser, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Barat, Kab. Berau, Kab. Bulungan dan Kab. Nunukan

Kawasan budidaya peternakan

6. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kab. Paser, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Bulungan, Kab Nunukan dan Kota Tarakan

Kawasan bududaya perikanan

Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Tarakan, Kab. Berau, Kab. Bulungan, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Ktai Timur, Kab. Nunukan, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser dan Kab. Tana Tidung

Kawasan perikanan tangkap

Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Tarakan, Kab. Berau, Kab. Bulungan, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Nunukan, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser dan Kab. Tana Tidung

Kawasan pengolahan ikan

7. Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral, Minyak dan Gas Bumi

Kab. Malinau, Kab. Nunukan, kab. Tana Tidung, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kertanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota Balikpapan dan kota

Samarinda

Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara

Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kertanegara, Kab. Kutai Barat, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi

(13)

III-13

No Kawasan

Budidaya Lokasi Arahan

Balikpapan dan Kota Samarinda

8. Kawasan Peruntukan Industri

Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Paser, Kab. Berau, Kab. Nunukan dan Kota Tarakan.

Sebagai kawasan industri dengan arahan untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti

pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan hasil hutan

9. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Paser, Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Malinau, Kab. Kutai Barat, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan

Pengembangan obyek wisata alam dan budaya.

10.

Kawasan Peruntukan Permukiman

Permukiman perdesaan  Pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.

 Pembatasan alih fungsi sawah irigasi.  Pengembangan permukiman dengan

memperhatikan kebutuhan perumahan berdasar perkembangan penduduk perdesaan untuk masa yang akan datang, kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas.

Permukiman perkotaan  Pengaturan perkembangan

pembangunan permukiman perkotaan baru.

 Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang

dibutuhkan.

 Penyiapan permukiman perkotaan yang paling rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan tsunami harus menyediakan tempat evakuasi pengungsi bencana alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥30 m di atas permukaan laut atau berupa bukit penyelamatan. Permukiman pada kawasan

khusus

3.3.2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Terkait Keciptakaryaan

Pengembangan sistem jaringan prasarana yang mendukung pemantapan struktur ruang

diarahkan untuk peningkatan prasarana wilayah untuk melayani kebutuhan

perkembangan saat ini dan untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah

di Provinsi Kalimantan Timur dan meningkatkan keterkaitan antara wilayah

pertumbuhan dengan wilayah belakang di masa mendatang.

(14)

III-14

Sesuai dengan arahan pengembangan wilayah di Provinsi Kalimantan Timur, maka

prasarana wilayah diupayakan untuk ditingkatkan pada sentra ekonomi wilayah dan

wilayah yang kurang terjangkau. Beberapa wilayah yang memerlukan perhatian khusus

adalah: wilayah kepulauan dan wilayah yang memiliki akses yang rendah pada

wilayah-wilayah pedalaman.

A. Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Provinsi yaitu : Rencana

Pengembangan Sumber Mata Air, Saluran Air Baku, Instalasi Pengelolaan Air,

Perpipaan Air Bersih lintas Kabupaten/Kota.

Tabel 3.3

Arahan Pengembangan Prasarana Air bersih di Kalimantan Timur

No Lokasi/Wilayah

Arahan Pengembangan

Sistem Penyediaan Cara Penanganan

1 Kota besar dan sedang (Balikpapan, Tenggarong, Tarakan)

 Melanjutkan sistem yang sudah ada melalui sistem BNA dengan layanan 80 l /orang/hari

 Meningkatkan kapasitas produksi yang ada sesuai berkembangnya penduduk dan kegiatan.

 Memperkecil tingkat kebocoran prasarana yang ada.

2 Kota kecil ukuran IKK (Ibukota Kecamatan) (Sangata, Nunukan, Sangkulirang, Muara Wihau, Penajam, Barong Tongkok, Tanjung – Redeb)

 Pengambilan sumber air sebagian besar air tanah dan sungai

 Melanjutkan sistem penyediaan yang sudah ada melalui sistem IKK dengan layanan 40 l /orang/hari -Menerapkan sistem IKK bagi kota-kota yang tumbuh pesat, terutama kota-kota yang berfungsi sebagai mediator perkembangan wilayah

 Operasi dan pemeliharaan prasarana yang ada  Pembangunan baru

melalui kerjasama dengan pemerintah pusat

3 Pusat-pusat Desa (Long Iram, Long Nawang, Kota Bangun Melak, Malinau, Tanjung Palas : sistem perpipaan sederhana); dan (desa-desa lain untuk sistem non perpipaan)

 Untuk desa-desa pusat pertumbuhan dapat menyediakan sistem IKK yang disederhanakan  Pengambilan sumber air

untuk desa-desa

pegunungan melalui mata air, desa dataran rendah melalui air tanah, desa-desa di pinggiran sungai dengan pengolahan air sungai

 Pembangunan baru sistem IKK sederhana

 Pembangunan baru berupa bantuan penyediaan air bersih pedesaanmelalui sistem non perpipaan

(15)

III-15

3.4. Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan PP Nomor 26 Tahun 2008, Kota Bontang tidak masuk dalam wilayah

Kawasan Strategis Nasional (KSN).

3.5. Arahan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia

(MP3EI)/Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) merupakan

arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia

untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun

2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005–2025 dan telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011.

Arahan pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perharian Investasi (KPI)

sebagai salah satu kegiatan ekonomiatau sentra produksi yang terikat dan terhubung.

Berdasarkan Penetapan lokasi arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Kota Bontang

termasuk dalam koridor Ekonomi (KE) Kalimantan yang dijadikan sebagai pusat

produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.

Tabel 3.4

Penetapan Lokasi KSN, PKSN, PKN, KPI MP3EI dan KEK di Kota Bontang

KSN

PKN PKSN KPI MP3EI KEK

KSN Sudut Kepentingan Status Hukum 1 2 3 4 5 6 7 - - - Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong - Samarinda - Bontang - Tarakan - KPI Bontang -

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, proses dari manajemen pelaksanaan bimbingan pranikah yang dilaksanakan di KUA Kecamatan Galang berdasarkan penelitian dengan mewawancarai Bapak

Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi variabel beta yaitu sebesar 0,090 dengan koefisien negatif, dapat disimpulkan bahwa beta berpengaruh negatif terhadap return

Berdasarkan sajian data hasil wawancara dengan kepala sekolah, konselor dan guru kelas, dapat disimpulkan untuk penanganan yang telah diberikan oleh konselor untuk

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Berdasarkan hasil penelitian, pengerasan permukaan yang optimal dihasilkan dari turning process dengan variasi kecepatan potong 2500 mm/s.. Dihasilkan pula

Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak

Hal ini semakin diperkuat dengan penjelasan dari gambar, dimana nilai kalor dengan perbandingan komposisi 0,5 lebih tinggi untuk setiap variasi penambahan Black

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan