• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AKUARIUM BIOTA LAUT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AKUARIUM BIOTA LAUT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1 BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AKUARIUM BIOTA LAUT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA

DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

V.1 Konsep Perencanaan Akuarium Biota Laut dengan Pendekatan Arsitektur Metafora di Taman Nasional Karimunjawa

V.1.1 Konsep Kegiatan yang diwadahi

Konsep kegiatan adalah bentuk aktifitas yang telah direncanakan pada akuarium biota laut berdasarkan fungsi dan tujuan dari keberadaan bangunan tersebut nantinya. Kegiatan yang diwadahi pada akuarium biota laut berdasarkan jenis kegiatan yang ada didalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kegiatan Penerima

Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku ketika pertama sampai di lokasi bangunan, seperti kegiatan perparkiran, kegiatan di area entrance dan kegiatan dalam lobby.

2. Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan merupakan kegiatan yang mengatur dan mengelola segala fasilitas yang ada serta pengadaan kebutuhan bagi pengguna termasuk didalamnya mengenai administrasi, logistik, sarana dan pradarana serta mengurus pemeliharaan gedung.

3. Kegiatan Pelestarian

Kegiatan pelestarian terdiri dari kegiatan rehabilitasi dan kegiatan penangkaran yang dilakukan olek staff khusus di akuarium/kolam rehabilitasi maupun di akuarium/kolam penangkaran.

a. Kegiatan rehabilitasi

Kegiatan rehabilitasi merupakan kegiatan untuk merawat biota-biota laut yang mengalami kerusakan, menjadi dalam kondisi lebih baik.

b. Kegiatan penangkaran

Kegiatan penangkaran merupakan kegiatan untuk merawat serta mengembangbiakkan biota-biota laut yang mengalami degradasi agar

(2)

V - 2 tetap dapat beregenerasi serta jumlah populasinya terjaga. Biota laut yang di tangkarkan, nantinya akan dikembalikan ke habitat aslinya. 4. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan kegiatan study ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan yang khususnya berhubungan dengan oceanology untuk mendapat sebuah hasil yang dicari dengan menggunakan fasilitas yang tersedia di ruang laboratorium penelitian, dan juga dapat terjun langsung ke lapangan (laut lepas).

a. Kegiatan penelitian di laboratorium

Kegiatan penelitian di laboratorium merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan serta mamanfaatkan alat-alat yang sudah disediakan serta objek penelitian maupun bahan lain yang sudah ada untuk mendapatkan hasil yang dicari. Penelitian seperti ini bisanya dilakukan untuk mengetahui struktur tubuh biota laut, cara metabolism biota laut, cara berkembangbiak biota laut, dll yang berhubungan dengan ilmu biologi.

b. Kegiatan penelitian di laut lepas

Kegiatan penelitian di laut lepas merupakan kegiatan untuk mengambil sample obejk penelitian langsung dari habitatnya maupun membandingkan objek penelitian antara yang ada di laboratorium dan yang ada di habitatnya. Di laut lepas, peneliti juga dapat meneliti kondisi habitat maupun ekosistem yang ada, sehingga apabila terjadi kerusakan dapat segera mencari cara untuk menangani.

5. Kegiatan Rekreasi

Kegiatan rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung yang datang untuk menikmati fasilitas yang telah disediakan, yaitu fasilitas akuarium pamer sebagai wadah untuk para pengunjung dapat melihat langsung kehidupan di bawah laut, mulai dari biota-biota laut yang hidup di dalamnya, kondisi habitatnya, serta ekosistem yang terbentuk tanpa mereka terjun langsung ke laut lepas. Selain dari akuarium pamer, pengunjung juga dapat memperloleh edukasi tentang kehidupan laut di musem laut yag merupakan fasilitas yang berisi fosil-fosil biota laut serta beberapa buku tentang laut dan biota-biota yang hidup di dalamnya.

(3)

V - 3 Bagi pengunjung yang kurang puas hanya dengan melihat kehidupan bawah laut melalui akuarium pamer, dapat terjun langsung ke laut untuk snorkeling atau diving (bagi yang memiliki lisensi) dengan memanfaatkan fasilitan yang disediakan yaitu berupa dermaga dimana terdapat kapal-kapal wisata yang akan mengantarkan pengunjung ke spot-spot snokeling maupun diving di Taman Nasional Karimunjawa.

6. Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang direncanakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pokok yang berada di akuarium biota laut, seperti makan di foodcurt, membeli souvenir di kios cinderamata, bersantai di taman, beribadah di mushola (bagi muslim), dll.

7. Kegiatan Servis

Kegiatan servis merupakan kegiatan pemeliharaan, perbaikan, bongkarmuat, pengamanan, kegiatan operasional mekanikal elektrikal pada bangunan. Kergiatan servis juga merupakan kegiatan metabolism yang dilakukan oleh para pelaku kegiatan di akuarium biota laut ini dengan memanfaatnya fasilitas yang tersedia.

V.1.2 Konsep Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan adalah semua lapisan masyarakan yang datang dan dapat menikmati fungsi dari bangunan akuarium biota laut yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing. Pelaku kegiatan pada akuarium biota laut berdasarkan fungsi kegiatan yang diwadahi, dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pengelola

Pengelola dikelompokan menjadi 2, yaitu staff atasan dan staff bawahan.

Anggota staff atasan diantaranya : a. General Manager

b. Manager bidang pemasaran c. Manager bidang pemeliharaan d. Manager bidang administrasi e. Manager bidang pelayanan umum

(4)

V - 4 Sedangkan untuk anggota staff bawahan diantaranya :

a. Staff ahli akuarium b. Staff ahli laboratorium c. Staff ahli biota laut

d. Staff ahli mekanikal elektrikal e. Staff pemeliharaan gedung f. Staff Pemasaran

g. Staff administrasi h. Staff pelayanan umum

Adapun tugas pengelola sebagai pelaku di akuarium biota laut adalah : a. Mengawasi kegiatan yang berlangsung di akuarium biota laut b. Mengontrol dan memelihara fasilitas yang ada

c. Menyediakan fasilitas bagi para pengguna lain

d. Memberi informasi yang dibutuhkan bagi pengguna lain e. Mengatur jadwal kegiatan untuk setiap harinya

2. Peneliti

Peneliti dikelompokan menjadi 2, yaitu ilmuwan yang ahli di bidangnya serta pelajar yang datang sebagai peneliti biasanya pelajar lebih banyak membantu para ilmuwan atau belajar dari ilmuwan. Adapun ilmuwan-ilmuwan yang menjadi peneliti di akuarium biota laut berasal dari bidang keilmuan yang tidak sama, diantaranya :

a. Ilmuwan dari bidang Biologi b. Ilmuwan dari bidang Fisiologi

c. Ilmuwan dari bidang Hidroseanografi

Pelajar yang datang sebagai peneliti di akuarium biota laut yang direncanakan juga di kategorikan sebagai berikut :

a. Pelajar SMA (usia 16-18 tahun) b. Mahasiswa (usia 19 tahun keatas) 3. Pengunjung (wisatawan)

Untuk sasaran pengunjung sebagai wisatawan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Anak-anak (usia 2-14 tahun) b. Remaja (15-20tahun)

(5)

V - 5 c. Dewasa (21 tahun keatas)

V.1.3 Konsep Kebutuhan Ruang

Konsep kebutuhan ruang merupakan hasil dari analisa pelaku kegaiatan dan karakteristiknya dalam ruang sehingga muncul kebutuhan ruang. Berikut hasil dari analisis pendekatan pengelompokan kebutuhan ruang pada bangunan akuarium biota laut :

Tabel V.1 Kebutuhan Ruang Kelompok

Kegiatan

Macam Kegiatan

Pelaku Sifat Persyaratan Kebutuhan Ruang Penerima Masuk area  Pengelola

 Peneliti  Pengunjung

Publik  Area terbuka untuk sirkulasi  Pedestrian  Parkir kendaraan  Dermaga kapal  Pengunjung dapat memperoleh informasi  Main Entrance (entrance gate)  Dermaga  Pos jaga dermaga  Pos keamanan  Area Parkir  Entrance hall  Ruang informasi  Loket Keluar area  Pengelola

 Peneliti  Pengunjung Publik  Sirkulasi untuk akses keluar  Akses aman dan nyaman  Pintu keluar Pengelola Mengelola segala hal terkait kepegawaian maupun

 Pengelola Privat  Ruang yang nyaman untuk bekerja  Sirkulasi serta  R. General Manager  R. Manager Pemasaran

(6)

V - 6 pengelolaan bangunan akses antar ruang  Terpisah dengan kegiatan pengguna lain  R. Manager Pemeliharaan  R. Manager Administrasi  R. Manager Pelayanan Umum  R. Staff ahli akuarium  R. Staff ahli biota laut  R. Staff ahli laboratorium  R. Staff ahli ME  R. Staff pemasaran  R. Staff pemeliharaan gedung  R. Staff administrasi  R. Staff Pelayanan umum  R. Rapat Kegiatan penunjang seperti beribadah, istirahat, metabolisme,

 Pengelola Privat  Akses dengan ruang kerja dekat  Terpisah dengan kegiatan  Pantry  Mushola  Lavatory  Gudang

(7)

V - 7

makan/minum pengguna lain

Pelestarian Melakukan kegiatan rehabilitasi dan penangkaran biota laut serta mengontrol seluruh kegiatan

 Pengelola (staff ahli biota laut)

Privat  Ruang yang luas dapat menampung ±8 jenis biota laut  Sirkulasi nyaman  Akuarium rehabilitasi  Kolam Penangkaran  Ruang control Menyimpan pakan serta peralatan , dan kegiatan metabolisme  Pengelola (staff ahli biota laut) Privat  Menampung berbagai jenis pakan untuk seluruh biota laut yang ada  Menampung seluruh peralatan untuk keperluan rehabilitasi dan penangkaran  Gudang Pakan  Ruang peralatan  Lavatory Penelitian Meletakkan barang, menyiapkan peralatan serta melakukan penelitian

 Peneliti Privat  Menampung

peralatan untuk keperluan penelitian  Akses ke dermaga dekat  Akses dengan kegiatan pelestarian  Loker & Ruang ganti  Ruang peralatan  Laboratorium  Ruang Rapat

(8)

V - 8 dekat

Isirahat, metabolisme

 Peneliti Privat  Akses dengan laboratorium dekat  Lavatory  Ruang bersama Rekreasi Menikmati keindahan bawah laut

 Pengunjung Publik  Terdapat akuarium pamer  Menampung ±100 pengunjung dalam satu waktu  Sirkulasi luas dan nyaman  Dekat dengan sarana yang lain  Akuarium Ekosistem Karang Kecil  Akuarium Ekosistem Karang Besar  Akuarium Laut dalam Mempelajari tentang biota laut

 Pengunjung Publik  Menampung ±40 pengunjung dalam satu waktu  Sirkulasi nyaman  Dekat dengan sarana yang lain  Museum laut  Mini theatre Penunjang Melakukan transaksi  Pengunjung  Pengelola

Publik  Letak strategi dan akses

(9)

V - 9

keuangan  Peneliti mudah

 Dekat dengan sarana rekreasi Istirahat/ bersantai, makan/minum, beribadah, metabolimse

 Pengunjung Publik  Sirkulasi luas dan nyaman  Dekat dengan sarana rekreasi  Ruang Komunal  Food court  Mushola  Lavatory Membeli cinderamata

 Pengunjung Publik  Dekat dengan sarana rekreasi  Kios cinderamata Menyewa peralatan snorkeling/divin g  Pengunjung  Peneliti

Publik  Dekat dengan dermaga

 Kios

persewaan alat

Menginap  Peneliti Privat  Suasana

tenang  Sirkulasi luas dan nyaman  Terpisah dengan kegiatan pengguna lain  Home stay Servis  Mengawasi seluruh kegiatan yang berlangsung  Pengelola (staff bawahan) Privat  Terpisah dengan kegiatan pengguna lain  Ruang CCTV  Mengontrol dan mengelola ME  Pengelola (staff bawahan) Privat  Terpisah dengan kegiatan  Ruang Genset dan panel  Ruang AHU

(10)

V - 10

pengguna lain  Ruang Chiller  Ruang pompa dan tangki air

 Kebersihan  Pengelola (staff bawahan) Privat  Terpisah dengan kegiatan pengguna lain  Ruang sampah

Sumber : analisa Adelia V.1.4 Konsep Besaran Ruang

Berdasarkan hasil perhitungan besaran ruang, sesuai dengan standart peruangan yang ada, maka diperoleh besaran ruang yang dibutuhkan pada bangunan akuarium biota laut sebagai berikut :

Tabel V.2 Besaran Ruang Kelompok

Kegiatan Nama Ruang Luasan (m²) Besaran (m³)

Penerima

Entrance Gate 94 m² 470 m³

Dermaga 187 m²

Pos jaga dermaga 5 m² 15 m³

Pos keamanan 4 m² 12 m³ Area parkir 570 m² Entrance hall 187 m² 561 m³ Ruang informasi 4 m² 12 m³ Loket 7 m² 21 m³ Total 1.058 m² 1.091 m³ Pengelola R. General Manager 12,5 m² 37,5 m³ R. Manager Pemasaran 7 m² 21 m³ R. Manager Pemeliharaan 7 m² 21 m³ R. Manager Administrasi 7 m² 21 m³

R. Manager Pelayanan Umum 7 m² 21 m³

(11)

V - 11

R. Staff bag. Biota laut 35 m² 105 m³

R. Staff bag. laboratorium 35 m² 105 m³

R. Staff ME 17 m² 51 m³

R. Staff pemasaran 17 m² 51 m³

R. Staff pemeliharaan 27 m² 81 m³

R. Staff administrasi 12,5 m² 37,5 m³

R. Staff pelayanan umum 12,5 m² 37,5 m³

R. rapat 32 m² 96 m³ Pantry 16 m² 48 m³ Mushola 26 m² 78 m³ Lavatory 32 m² 96 m³ Gudang 12 m² 38 m³ Total 349,5 m² 1.050,5 m³ Pelestarian Kolam Rehabilitasi 125 m² 250 m³ Kolam penangkaran 125 m² 250 m³ Kolam karantina 125 m² 250 m³ Ruang control 12 m² 36 m³ Gudang pakan 12 m² 36 m³ Ruang peralatan 12 m² 36 m³

Loker & ruang ganti 33 m² 99 m³

Lavatory 21 m² 63 m³ Total 590 m² 1.020 m³ Penelitian Laboratorium 320 m² 1.280 m³ Ruang rapat 32 m² 128 m³ Ruang Peralatan 25 m² 75 m³

Loker & ruang ganti 33 m² 99 m³

Ruang bersama 25 m² 75 m³

Lavatory 21 m² 63 m³

Total 456 m² 1.720 m³

Rekreasi

Akuarium ekosistem karang kecil

461 m² 2.766 m³

(12)

V - 12 besar

Akuarium laut dalam 267 m² 1.602 m³

Museum laut 150 m² 600 m³

Mini theatre 400 m² 2.400 m³

Total 1.739 m² 10.134 m³

Penunjang

ATM centre 10 m² 30 m³

Food court (area makan) 160 m² 480 m³

Kedai makan 80 m² 240 m³

Ruang komunal 100 m² 300 m³

Medical Centre 64m² 192 m³

Kios cinderamata 120 m² 360 m³

Kios persewaan alat 120 m² 360 m³

Home stay 358 m² 1074 m³ Lavatory homestay 14 m² 42 m³ Mushola 26 m² 78 m³ Lavatory 21 m² 63 m³ Total 1.073 m² 3.209 m³ Service Ruang CCTV 25 m² 75 m³

R. genset dan panel 64 m² 192 m³

R. AHU 25 m² 75 m³

R. Chiller 64 m² 192 m³

R. pompa dan tangki air 100 m² 300 m³

R. sampah 9 m² 27 m³

Total 287 m² 861 m³

Sumber : analisa Adelia Tabel V.3 Luasan Total Ruang

No. Kelompok Kegiatan Luasan (±m²)

1 Kel. Kegiatan penerima 1.058 m²

2 Kel. Kegiatan pengelola 350 m²

3 Kel. Kegiatan pelestarian 590 m²

4 Kel. Kegiatan penelitian 456 m²

(13)

V - 13

6 Kel. Kegiatan penunjang 934 m²

7 Kel. Kegiatan servis 287 m²

Jumlah total luasan 5.434 m²

Sumber : analisa Adelia V.1.5 Konsep Pola Hubungan Ruang

Setelah mendapat kebutuhan dan besaran ruang, selanjutnya berikut pola hubungan ruang pada masing - masing kelompok kegiatan pada akuarium biota laut :

1. Kegiatan penerima

2. Kegiatan pengelola

Gambar V.1 pola hubungan ruang kegiatan penerima Sumber : Analisa Adelia

Gambar V.2 pola hubungan ruang kegiatan pengelola Sumber : Analisa Adelia

(14)

V - 14 3. Kegiatan pelestarian

4. Kegiatan penelitian

5. Kegiatan rekreasi

Gambar V.3 pola hubungan ruang kegiatan pelestarian Sumber : Analisa Adelia

Gambar V.4 pola hubungan ruang kegiatan penelitian Sumber : Analisa Adelia

Gambar V.5 pola hubungan ruang kegiatan rekreasi Sumber : Analisa Adelia

(15)

V - 15 6. Kegiatan penunjang

7. Kegiatan servis

Gambar V.7 pola hubungan ruang kegiatan servis Sumber : Analisa Adelia

Gambar V.6 pola hubungan ruang kegiatan penunjang Sumber : Analisa Adelia

(16)

V - 16 V.2 Konsep Perancangan Akuarium Biota Laut di Taman Nasional Karimunjawa

dengan Pendekatan Arsitektur Metafora V.2.1 Konsep Site Terpilih

Gambar V.8 Site terpilih Sumber : google earth

Site terpilih berada di desa Nyamplungan, Kecamatan Karimunjawa, yang sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai zona perlindungan, rehabilitasi dan budidaya. Luas site ±10.000 m². Area sekitar site 90 % belum terbangun, masih berupa lahan kosong dan juga terdapat pantai yang belum diolah pada sisi utara site.

Gambar V.9 landuse kawasan sekitar site Sumber : google earth, analisa Adelia Berikut merupakan batas-batas site :

a. Utara : pantai yang belum diolah (perairan)

b. Timur : pantai yang belum diolah (perairan), jalan setapak ±2m, ladang kosong dan kebun kelapa

c. Selatan : jalan utama di pulau Karimunjawa lebar ±4m

(17)

V - 17 V.2.2 Konsep Pencapaian

Konsep Pencapaian site menjelaskan tentang letak main entrance dan side entrance yang berada pada site. Konsep pencapaian site merupakan hasil dari analisa pencapaian site dengan mempertimbangkan kenyamanan dan aksesibilitas pengguna bangunan. Berikut adalah konsep pencapaian site :

Gambar V.11 pencapaian site Sumber : analisa Adelia

Gambar V.10 Batas-batas Site Sumber : Google Earth,

(18)

V - 18 Akses menuju site paling utama berasal dari arah pantai karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung menggunakan transportasi laut kapal wisata sehingga main entrance diletakkan pada sisi utara yaitu pada sisi yang behubungan langsung dengan laut yang juga nantinya sekaligus akan diolah berupa dermaga, sedangkan dari darat juga terdapat akses yang ditempatkan pada sisi selatan yaitu pada sisi jalan utama yang ada di Karimunjawa sebagai side entrance. Sedangkan akses lain berupa service entrance diletakkan pada sisi sebelah timur dimana terdapat jalan setapak yang menhubungkan antara jalan utama dengan pantai.

V.2.3 Konsep Penataan Tapak 1. Konsep Zonifikasi Tapak

Penentuan zonifikasi pada tapak berhubungan dengan pencapaian dan kriteria ruang dari analisa yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya di peroleh zonifikasi sebagai berikut :

2. Konsep Penataan Tapak

Dalam penataan tapak (landscape) akuarium biota laut akan mengadobsi sifat karang merah yang hidup berkoloni. Dengan meletakkan beberapa massa bangunan yang sama fungsinya pada satu tempat. Sehingga akan terlihat koloni-koloni beberapa massa yang sesuai dengan fungsi bangunan masing-masing.

Gambar V.12 zonifikasi tapak Sumber : analisa Adelia

(19)

V - 19 Gambar V.13 Penataan tapak

Sumber : analisa Adelia

Adapun elemen pelengkap untuk penataan tapak yaitu jalan setapak, perkerasan, dan penambahan vegetasi. Selain memberi vegetasi tambahan seperti perdu, semak dan rumput, vegetasi yang sudah ada seperti pohon kelapa dan bakau juga tetap dipertahankan keberadaannya.

Gambar V.14 Pengadaan vegetasi pada tapak Sumber : analisa Adelia

V.2.4 Konsep Massa dan Tampilan Bangunan

1. Konsep Sirkulasi dan Ruang pada Massa Bangunan

Pada massa bangunan yang berisi ruang pamer, sirkulasi didalamnya mengadobsi dari rongga gastrovaskuler pada tubuh karang merah yaitu

(20)

V - 20 dengan membuat sirkulasi menyerupai lorong dimana pada sisi kanan, kiri dan atasnya merupakan akuarium pamer.

Gambar V.15 Lorong Sirkulasi Sumber : analisis Adelia

Dinding pada ruang-ruang tertentu diolah untuk menciptakan suasana ruang terlebih seperti di bawah laut, seperti dengan mengaplikasikan warna dinding yang selaras dengan warna laut, serta pemberian texture pada dinding yang menyerupai bongkahan karang-karang seperti yang ada di laut.

Untuk sirkulasi antar massa bangunan, dapat diaplikasikan penggunaan pergola sebagai elemen yang menjadikan sirkulasi luar bangunan menjadi terkesan meruang.

Gambar V.16 Pergola pada sirkulasi luar antar massa Sumber : analisis Adelia

Ruang pada massa yang mengadobsi rongga gastrovaskuler sebagai dasar pengolahannya menghasilkan massa yang memiliki ruang di tengah yang di fungsikan sebagai hall. Hall ini yang diibaratkan rongga gastrovaskuler seperti pada tubuh karang merah.

(21)

V - 21 Gambar V.17 Pengaplikasian ruang pada massa

Sumber : analisis Adelia 2. Konsep Bentuk dan Massa Bangunan

Bentuk massa dari bangunan akuarium biota laut mengadobsi sifat karang merah yang dinamis. Dengan menggunakan unsur lingkaran dan lengkung kesan dinamis dapat divisualisasikan melalui bentuk massa bangunan. Dari massa-massa yang dinamis akan disatukan menjadi gubahan massa yang berkoloni seperti sifat karang merah yang hidup berkoloni.

Gambar V.18 Transformasi bentuk massa Sumber : analisis pribadi

(22)

V - 22 Gambar IV.19 Rencana Gubahan Massa

Sumber : analisa Adelia 3. Konsep Tampilan Bangunan

Bangunan yang direncanakan terdiri dari beberapa massa, sehingga pengolahan tampilan pada masing-masing massa berbeda. Tetapi pengolahan dari massa satu dengan yang lainnya tetap terikat benang merah agar selaras. Tampilan pada massa banyak diolah melalui material yang digunakan dengn menambah elemen lain atau mengolah yang ada sedemikian rupa sehingga memiliki tekstur dan aksen yang tidak monoton.

Pengolahan dinding yang tidak massive diaplikasikan pada massa yang memerlukan banyak bukaan atau massa yang bersifat semi terbuka seperti massa bangunan pelestarian.

Gambar V.20 Pengolahan dinding non massive Sumber : ideaonline.co.id

Pemberian elemen tambahan maupun pengolahan dinding luar pada dinding yang massive memberi aksen serta kesan yang berbeda seperti pengolahan tekstur dinding menyerupai pasir pantai.

(23)

V - 23 Gambar V.21 Contoh tampilan menyerupai pasir pantai

Sumber : ideaonline.com

Gambar V.22 Pengolahan tekstur pada dinding luar Sumber : kreasikaryacipta.com

V.2.5 Konsep Struktur dan Utilitas Bangunan 1. Konsep Struktur

a. Konsep upper structure

Pada bangunan akuarium biota laut memiliki beberapa massa bangunan dengan bentang lebar sehingga struktur atap yang cocok diaplikasikan adalah struktur baja ringan. Sedangkan untuk bangunan dengan bentang lebih kecil menggunakan struktur atap beton bertulang.

(24)

V - 24 Gambar V.23 Struktur truss frame

Sumber : konstruksibesibaja.com

Gambar V.24 Struktur beton bertulang Sumber : berandaarsitek.com b. Konsep supper structure

Pada bangunan akuarium biota laut terdapat beberapa massa bangunan yang memiliki fungsi sebagai ruang akuarium display yang menampung air laut dalam kapasitas yang cukup besar, sehingga pengaplikasian sistem bearing wall sangat sesuai untuk massa tersebut kareana pengaplikasian bearing wall dapat menopang beban horizontal dari dalam bangunan tersebut. Sedangkan untuk massa yang memiliki fungsi lain dapat mengaplikasikan sistem struktur rangka.

Gambar V.25 Struktur bearing wall & rigid frame Sumber : ilmu-sipil.com

(25)

V - 25 c. Konsep sub structure

Massa-massa bangunan akuarium biota laut ini bukan merupakan bangunan berlantai banyak sehingga penggunaan pondasi sumuran dan foot plat sangat sesuai diterapkan pada bangunan karena mengingat tanah yang menjadi tapak pada bangunan merupakan tanah hitam.

Gambar V.26 Pondasi footplat Sumber : ilmu-sipil.com 2. Konsep Utilitas

a. Konsep pencahayaan ruang

Konsep pencahayaan yang diaplikasikan pada bangunan akuarium biota laut dikelompokan menjadi 2, yaitu pencahayaan buatan dan pencahayaan alami. Konsep pencahayaan buatan akan diaplikasikan pada ruang-ruang yang memerlukan pencahayaan khusus seperti ruang pamer (akuarium), museum laut, mini theatre, laboratorium, dan ruang-ruang kantor. Sedangkan konsep pencahayaan alami akan diaplikasikan pada ruang yang semi terbuka maupun ruang yang bisa diberi banyak bukaan seperti ruang komunal, food court, dan kios-kios.

Gambar V.27 Pencahayaan buatan pada ruang dan akuarium Sumber : ums.edu.my

(26)

V - 26 Gambar V.28 Pencahayaan alami

Sumber : arsigraf.com b. Konsep penghawaan ruang

Konsep penghawaan ruangan menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami digunakan pada peruangan yang bersifat semi terbuka, sedangkan penghawaan buatan di gunakan pada ruang tertutup. Konsep penghawaan alami diaplikasikan dengan memberi banyak bukaan pada ruang atau ruang dibuat semi terbuka. Penempatan bukaan pada bangunan yang dapat mengotimalkan udara masuk kedalam bangunan sebagai penghawaan alami yaitu pada sisi timur dan barat, sedangkan pada sisi utara dan selatan bukaan diminimalisir karena sewaktu-waktu angin laut maupun angin darat dapat berhembus dengan kencang. Dan pada luar ruangan diberi banyak vegetasi agar udara yang masuk ke dalam bangunan menjadi udara segar dan bersih karena fungsi peletakan vegetasi juga sebagai penyaring udara kotor.

Gambar V.29 Penghawaan alami Sumber : analisa Adelia

(27)

V - 27 Sedangkan konsep penghawaan buatan diaplikasikan dengan memasang AC pada ruang-ruang tertentu. Dari berbagai jenis AC seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penggunaan AC sentral sangat cocok untuk ruangan berskala besar seperti (ruang pamer, ruang laboratorium, ruang rapat, museum laut, mini theatre, dll) sedangkan penggunaan AC split wall sangan cocok untuk ruang ruang yang bersifat lebih personal seperti ruang kantor.

c. Konsep jaringan listrik

Konsep pemenuhan energi pada bangunan menggunakan dua sumber energi yaitu sumber energi listrik dari PLN dan sumber energi listrik dari genset. Sumber energi listrik dari PLN digunakan untuk kegiatan sehari-hari, sedangkan sumber dari generator dapat menjadi sistem cadangan jika sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik mendadak dari PLN. d. Konsep jaringan air bersih

Kemudahan sumber air bersih, baik dari sumur maupun PDAM menjadi dasar dalam penentuan konsep jaringan air bersih. Pengoperasian dan perawatan sistem jaringan air bersih juga turut diperhitungkan. Dalam penyediaan air bersih, sistem yang digunakan adalah sistem down feed distribution diamana pada sistem ini Air dari saluran induk dipompa ke reservoir atas, kemudian didistribusi ke ruang-ruang dengan memanfaatkan gravitasi bumi. Kelemahannya, tekanan air dari percabangan atas ke bawah tidak sama, semakin bawah semakin besar sesuai dengan kekuatan gravitasi bumi, sehingga kekuatan pancaran air tidak teratur.

Selain air bersih yang berasal dari PDAM, sistem pengadaan air bersih dengan pemanfaatan air hujan juga diaplikasikan untuk pengadaan air bersih. Setelah melalui proses penampungan dan filterisasi, air hujan dapat menjadi sumber air bersih yang dapat digunakan sebagai air untuk menyiram tanaman, atau air kran untuk kloset ataupun air kran untuk cuci.

(28)

V - 28 Gambar V.30 Distribusi air bersih dari sumber PDAM

Sumber : analisa Adelia

Gambar V.31 Pengadaan air bersih dari air hujan Sumber : analisa Adelia

e. Konsep pengadaan air laut

Pengadaan air laut pada tangki/akuarium menggunakan sistem semi tertutup. Karena dengan sistem semi tertutup air dari masing-masing tangki dapat didaur ulang tanpa harus menggunakan tangki penampungan, hal ini akan dapat menghemat pengadaan tangki, selain itu air juga dapat diganti dalam waktu sebulan sehingga meminimalisir air laut terbuang yang sudah tidak dapat digunakan.

Gambar V.32 Filterisasi air laut Sumber : analisa Adelia

(29)

V - 29 f. Konsep jaringan air kotor

Sistem pengolahan black water dan grey water pada bangunan sehingga dapat disalurkan kedalam sumur resapan atau diolah kembali pada water treathment.

Gambar V.33 Pengolahan grey water Sumber : analisa Adelia

Gambar V.34 Pengolahan black water Sumber : analisa Adelia

g. Konsep jaringan pemadam kebakaran

Kosep jaringan pemadam kebakaran yang diaplikasikan pada bangunan akuarium biota laut dibagi menjadi 2, yaitu pengamanan kebakaran otomatis dan penanganan manual/semi otomatis.

Sistem otomatis

Penanganan otomatis menggunakan Sprinkle, diaman pada waktu kebakaran / suhu yang panas (57-71º C) akan memicu heat detektor dan asap yang mengepul akan memicu dari smooke detectore yang kemudian

Gambar V.35 jaringan pemadam otomatis Sumber : analisa Adelia

(30)

V - 30 akan mengirimkan sinyal kepada sprinkle untuk hidup secara otomatis dan menyemprotkan air.

Gambar V.36 Sprinkle Sumber : energy-today.com

Dan juga sistem semi otomatis menggunakan sprincle yang di hidupkan secara manual. Selain sistem sprincle, juga digunakan fire extinguisher. Fire extinguisher, diletakan pada dinding-dinding di setiap tempat yang rawan kebakaran atau tempat yang populasi manusianya banyak dan benda ini harus mudah terlihat agar bila terjadi kebakaran kecil/ setempat dapat dijangkau dengan cepat oleh orang-orang yang berada di tempat-tempat tersebut.

h. Konsep sirkulasi vertikal

Konsep sirkulasi vertikal yang diaplikasikan pada bangunan akuarium biota laut adalah menggunakan tangga dan ram, karena bangunan bukan merupakan bangunan berlantai banyak. Sehingga pengadaan tangga dan ram sebagai sarana sirkulasi vertikal adalah pilihan yang paling tepat.

Gambar V.37 Sirkulasi Vertikal (Tangga) Sumber : arsitektaria.com

(31)

V - 31 Gambar V.38 Sirkulasi Vertikal (Ramp)

Sumber : arsitektaria.com i. Konsep sistem evakuasi

Sistem evakuasi yang direncanakan pada objek akuarium biota laut adalah :

 Jalur evakuasi keluar bangunan

Pada bangunan berlantai 1, pada sudut sudut ruang terdapat pintu darurat yang khusus digunakan sebagai pintu untuk evakuasi yang langsung terhubung keluar bangunan. Sedangkan untuk bangunan yang berlantai 2, selain terdapat pintu evakuasi keluar bangunan, juga terdapat tangga darurat yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Dari tangga darurat yang berada pada lantai 1 akan terdapat pintu darurat yang langsung terhubung keluar bangunan.

Gambar V.39 Tangga & pintu darurat Sumber : arsitektaria.com  Jalur evakuasi keluar site

Pada jalur evakuasi keluar site, memanfaatkan sirkulasi penghubunga antar massa bangunan, yang kemudian diarahkan menuju ke selatan site yaitu menuju side entrance yang menjadi jalur keluar site saat evakuasi. Dari side entrance akan langsung menuju ke jalan utama Karimunjawa.

(32)

V - 32 j. Konsep sistem penangkal petir

Sistem penangkal petir yang diaplikasikan pada bangunan akuarium biota laut yang direncanakan adalah sistem faraday, dimana nantinya sistem penangkal petir akan mengalirkan arus listrik ke ground.

Gambar V.40 Sistem penangkal petir Faraday Sumber : analisa Adelia

k. Konsep pembuangan sampah

Sistem jaringan pembuangan sampah direncanakan dalam satu shaft. Tujuan dari perencanaan pembuangan sampah dalam satu shaft adalah supaya tempat pembuangan sampah saling berhubungan antar lantai, yang nantinya akan menuju ruang sampah lantai dasar. Dari ruang sampah lantai dasar, selanjutnya akan di buang ke tempat penampungan sampah sementara yang terletak di luar bangunan setelah itu akan diangkut menuju tempat pembuangan akhir sampah.

Gambar

Tabel V.1 Kebutuhan Ruang  Kelompok
Tabel V.2 Besaran Ruang  Kelompok
Gambar V.1 pola hubungan ruang kegiatan penerima  Sumber : Analisa Adelia
Gambar V.3 pola hubungan ruang kegiatan pelestarian  Sumber : Analisa Adelia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga bahwa kurikulum pelatihan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan alumni pada Lembaga

send to the electronic mail address or facsimile number of KUIS or the lAlN PURWOKERTO as the case may be, shown below or to such other address or electronic

Selain mengajukan gugatan terhadap kelalaian produsen, ajaran hukum juga memperkenalkan konsumen untuk mengajukan gugatan atas wanprestasi. Tanggung jawab produsen yang dikenal

Berdasarkan perolehan data hasil penelitian yang telah didapatkan, maka akan dideskripsikan efektivitas pem- belajaran berbasis kearifan lokal dalam meningkatkan

Berdasarkan hasil dan analisis dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa PT Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) Medan telah melakukan

Diharapkan melalui cara ini dapat memperoleh data yang berkaitan dengan peran TVRI dalam. menyiarkan agama Islam di kantor stasiun

Skripsi yang berjudul ” Efek Senyawa Asam 2-(3-klorobenzoiloksi)benzoat Terhadap Aktivitas dan Indeks Organ Tikus Wistar Jantan Sebagai Pelengkap Uji Toksisitas

Gelombang pembawa yang belum dimodulasikan mempunyai harga amplitudo maksimum yang tetap dan frekuensi yang lebih tinggi daripada sinyal pemodulasi, tetapi bila