• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN STUDI TEMATIS HADIS-HADIS TENTANG MOTIVASI BELAJAR. Motivasi belajar dengan memberikan imbalan, motivasi belajar dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN STUDI TEMATIS HADIS-HADIS TENTANG MOTIVASI BELAJAR. Motivasi belajar dengan memberikan imbalan, motivasi belajar dengan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

STUDI TEMATIS HADIS-HADIS TENTANG MOTIVASI BELAJAR

Pada Bab ini penulis akan menguraikan hasil dari penelitian yang meliputi: Motivasi belajar dengan memberikan imbalan, motivasi belajar dengan memberikan ancaman, motivasi belajar dalam bentuk keinginan diri sendiri.

A. Motivasi Belajar dalam Bentuk Pemberian Imbalan dalam Hadis 1. HR. Bukhari No. 66

a. Teks dan Terjemahan Hadis

“Dari Abu Waqid al-Laitsi bahwa ia berkata, „Ketika Nabi sedang duduk dalam mesjid bersama para sahabat, datanglah tiga orang; dua orang di antaranya masuk ke dalam mesjid dan satu orang lagi terus saja pergi. Setelah keduanya sampai di hadapan Rasulullah, seorang diantaranya melihat tempat kosong di tengah-tengah jama‟ah, maka ia duduk di situ. Yang seorang lagi duduk di belakang mereka, sedangkan yang orang ketiga terus saja pergi.

1Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah,

(2)

Ketika selesai memberikan khutbah, Rasulullah bersabda „Baiklah, akan saya jelaskan tentang ketiga orang itu; yang seorang mencari tempat di sisi Allah, maka diberi oleh Allah. Orang yang kedua merasa malu-malu, maka Allah pun malu kepadanya.Sedangkan orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling daring.”(HR. Bukhari)2

b. Syarah Hadis

رفو ةثلاث (tiga orang). Nafar adalah kelompok yang terdiri dari 3 sampai 10 orang. Sedangkan makna dari tsalatsu nafar adalah tiga orang yang merupakan satu kelompok.3 Maksudnya adalah satu kelompok orang yang datang ke dalam majelis Nabi SAW terdiri dari 3 orang.

ناىثا لبقؤف (dua orang diantaranya masuk) diletakkan setelah kalimat رفو ةثلاث لبقأ menunjukkan bahwa mereka bertiga pada awalnya baru datang dan kemudian masuk ke dalam mesjid seperti yang disebutkan dalam hadis. Maka ketiga orang tersebut masuk ke dalam mesjid akan tetapi setelah mereka melihat majelis Nabi SAW, kedua orang dari mereka terus masuk ke dalam mesjid sedangkan salah seorang dari mereka keluar.4 Dari tiga orang yang datang ke mesjid tadi, hanya dua orang yang terus masuk dan menghadiri majelis Nabi SAW, sedangkan yang satu orang lagi tidak masuk (pergi).

2

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 293

3 Ibid, h. 294 4Ibid, h. 294

(3)

الله لىسر ًلع افقىف (Setelah keduanya sampai di hadapan Rasulullah), maksudnya keduanya sampai dalam majelis Nabi SAW.5

الله ياوآف الله ًلإ يوؤف (yang seorang mencari tempat di sisi Allah, maka diberi oleh Allah). Arti الله ًلإ يوأ adalah berlindung kepada Allah, atau secara implisit maksudnya adalah bergabung bersama majelis Nabi SAW. Sedangkan makna الله ياوآف adalah bahwa Allah memberikan balasan yang betimpal dengan perbuatannya, yaitu dengan memberikan limpahan rahmat dan karunianya.6 Bahwa orang yang ikut bergabung bersama majelis Nabi SAW akan diberikan balasan oleh Allah berupa rahmat dan karunianya sebagai bentuk penghargaan terhadap mereka.

ايحتساف (Orang yang kedua merasa malu-malu). Maksudnya, ia tidak mau berdesak-desakkan seperti yang dilakukan oleh orang pertama, karena ia malu kepada Nabi SAW dan hadirin dalam majelis itu, menurut pendapat Qadhi „Iyadh. Maka hadis ini menunjukkan, bahwa ia malu untuk meninggalkan majelis seperti yang dilakukan oleh temannya yang ketiga. ًىم الله ايحتساف (Maka Allah pun malu kepadanya). Artinya Allah tidak akan memberinya rahmat, tetapi juga tidak akan menyiksanya.7 Maksudnya adalah orang yang malu untuk meninggalkan majelis Nabi SAW dan tetap berada di dalam majelis tidak akan menerima sisksaan dari Allah

5Ibid, h. 294 6Ibid, h. 295 7Ibid, h. 295

(4)

dan juga tidak mendapatkan rahmat, karena keberadaanya di dalam majelis hanya karena rasa malu bukan karena keinginannya sendiri. ًىع الله ضرعؤف (Maka Allah pun berpaling darinya) atau Allah murka kepadanya, yaitu kepada orang yang meninggalkan majelis bukan karena suatu halangan jika ia adalah seorang muslim, atau mungkin ia adalah orang munafik sehingga Nabi SAW mengungkapkan kejelekannya, atau mungkin perkataan Nabi SAW adalah sebagai pemberitahuan atau do‟a.8

Orang yang mendapat murka dari Allah ini adalah orang yang ketiga, yaitu orang yang meninggalkan majelis Nabi SAW dan tidak ingin bergabung bersama majelis Nabi SAW.

c. Analisis Hadis

Hadis diatas menceritakan tentang keutamaan bermajelis ilmu dan motivasi orang yang menuntut ilmu. Dalam hadis tersebut dikatakan, ada tiga jenis orang dalam menuntut ilmu, yaitu:

1) Orang yang datang ke majelis ilmu dan mencari tempat senggang bahkan ia selalu memiliki semangat untuk duduk di depan dekat dengan sumber ilmu (Rasulullah/Guru).

2) Orang yang memilih tempat di belakang kendati masih ada tempat senggang di depannya, ia tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu.

(5)

3) Orang yang meninggalkan majelis ilmu, ia tidak memiliki motivasi dalam menuntut ilmu.

Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang pertama akan mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah karena dia begitu ingin belajar dan memiliki semangat untuk menuntut ilmu sehingga ia memilih tempat yang kosong yang dekat dengan Nabi SAW. Sedangkan orang yang kedua memilih tempat yang paling belakang karena ia tidak mau bergabung akan tetapi malu untuk meninggalkan majelis Nabi SAW. orang ini tidak akan mendapatkan rahmat Allah tetapi juga tidak mendapatkan murka Allah karena rasa malu yang ada pada dirinya. Dan orang yang ketiga yang memilih untuk meninggalkan majelis Nabi SAW akan mendapatkan murka dari Allah karena tidak mementingkan ilmu yang diajarkan oleh Nabi SAW.

Begitulah cara Nabi SAW dalam memotivasi para sahabat untuk memompa semangat para sahabatnya untuk terus menuntut ilmu. Nabi SAW pun menghargai orang yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan dalam hadits lain Rasulullah mensifati majelis ilmu dengan riyadhul jannah.

Motivasi peserta didik untuk menerima pelajaran tentu berbeda-beda, ada peserta didik yang memiliki motivasi sangat tinggi, sedang, bahkan ada anak didik yang tidak memiliki

(6)

motivasi.9 Hal ini perlu disadari oleh pendidik untuk memberikan motivasi ekstrinsik untuk menumbuhkan semangat belajar pada peserta didik.

Jika dikaitkan dengan pendidikan saat ini, seorang pendidik juga dapat memberikan motivasi ekstrinsik dengan memberikan hadiah atau imbalan ini kepada peserta didik. Sebagai contoh, bagi peserta didik yang dapat meraih peringkat tertinggi di antara teman-teman sekelasnya akan mendapatkan hadiah berupa alat tulis. Bahkan, sekolah juga dapat memberikan beasiswa bagi peserta didik yang mendapat peringkat tertinggi di sekolahnya sebagai dorongan atau motivasi bagi peserta didik lainnya supaya lebih giat dalam belajar. Sehingga peserta didik akan saling berlomba dalam belajar untuk mendapatkan peringkat karena adanya hadiah berupa beasiswa yang akan didapatkan.

2. HR. Bukhari No. 71

a. Teks dan Terjemahan Hadis

9

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h.64

10Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah,

(7)

Humaid bin Abdurrahman berkata: “Saya mendengar Muawiyah berkhutbah, „Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, jika Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan menjadikannya sebagai ahli agama. Saya hanya membagi-bagikan, sedangkan yang memberi adalah Allah.Sebagian dari umat ini akan tetap berpegang teguh pada agama Allah, tidak ada yang dapat mempengaruhinya sampai hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari)11

b. Syarah Hadis

Adapun yang dimaksud اللهرمأ disini adalah angin yang mencabut jiwa setiap orang yang beriman dan membiarkan orang-orang jahat tetap hidup sehingga mereka akan menyaksikan dahsyatnya hari kiamat.12

Hadis diatas sangat berkaitan dengan ilmu, karena hadis tersebut menjelaskan bahwa orang yang mendalami agama Allah akan selalu mendapatkan kebaikan, dan hal ini tidak hanya dapat dicapai oleh manusia dengan usaha saja, tetapi dapat dicapai juga oleh orang yang hatinya telah dibukakan oleh Allah, dan orang semacam itu akan tetap ada sampai hari kiamat nanti. Imam Al-Bukhari berpendapat bahwa orang-orang tersebut adalah para ulama hadis. Imam Ahmad bin Hambal berkata “jika bukan ulama hadis, maka saya tidak tahu siapa selain mereka”.13

Menurut al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa,

“Yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah ahlu Sunnah wal Jama‟ah dan orang-orang yang mengikuti jejak para ulama hadis. Dalam hal ini, Imam Ahmad berpendapat

11

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 311

12 Ibid, h. 312 13Ibid, h. 312

(8)

bahwa kelompok tersebut adalah kelompok kaum mukminin yang terdiri dari orang-orang yang menjalankan perintah Allah seperti para mujahid, ahli fiqih, ahli hadis, orang yang zuhud, orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dan kebaikan-kebaikan lainnya”.14

Maksud ًهّقفي adalah Allah akan menjanjikannya sebagai orang yang memahami agama. Penggunaan اريخ (kebaikan) menggunakan bentuk nakirah yang menunjukkan arti yang lebih umum, yaitu mencakup kebaikan yang sedikit maupun yang banyak. Dari hadis ini dapat difahami secara implisit, bahwa orang yang tidak mendalami agama atau tidak mempelajari dasar-dasar dan masalah-masalah furu‟iyah (cabang) dalam Islam, maka ia tidak akan mendapatkan kebaikan.15 Sedangkan orang yang mau belajar atau mendalami agama akan mendapatkan kebaikan atau rahmat dari Allah SWT.

c. Analisis Hadis

Hadis diatas juga memberikan motivasi agar orang Islam memahami ajaran agamanya. Orang yang baik adalah orang yang paham agamanya.Orang yang tidak paham ajaran agamanya berarti terhalang kebaikan. Kata khairan disini berbentuk nakirah (bersifat umum) menunjuk sedikit atau banyak dan menunjuk keagungannya. Bagaimanapun orang yang paham dan mengerti lebih baik daripada orang yang tidak paham atau tidak mengerti dan kebaikan inilah yang menjadi target agama dan menjadi target

14Ibid, h. 312 15Ibid, h. 312

(9)

pendidikan. Mafhumnya orang yang tidak paham agama terhalang kebaikan. Tujuan orang beragama adalah ingin mencapai kebaikan atau kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ilmu agama dan kebaikan harus diusahakan melalui proses pembelajaran di samping pemberian dari Allah SWT. Dengan demikian, setiap peserta didik harus selalu berusaha memahami ajaran agama itu. Memahami agama dalam bahasa hadis tersebut menggunakan kata هيّدلا يف ًهّقفي.

Nabi SAW mengatakan bahwa ia hanya sebagai “pembagi ilmu” kepada seluruh manusia, Allah SWT sebagai penghendak segala sesuatu di dunia ini. Namun, walaupun Allah SWT sebagai penguasa di dunia ini, bukan berarti manusia berhenti dan tidak berusaha. Untuk mendapatkan hidayah Allah SWT, kita wajib untuk berusaha mengejar hidayah-Nya. Ketika Allah SWT melihat usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh maka bisa saja Ia berkehendak menjadikannya sebagai orang baik yang selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam.16 Sehingga Allah SWT akan memberikan rahmat dan petunjuknya pada orang yang bersungguh-sungguh.

Islam sangat menganjurkan belajar, hadis ini adalah salah satu pemompa semangat dalam belajar. Jika terus belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh, Allah SWT pun tidak buta

(10)

dengan usaha yang dilakukan, lambat laun Ia akan menjadikan faham akan segala ilmu-Nya. Oleh karena itu, hadis ini termasuk ke dalam jenis hadis yang memotivasi belajar dari segi ekstrinsik. Dimana orang yang belajar dan terus berusaha untuk mendalami agama akan diberikan kebaikan atau rahmat dari Allah SWT.

Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya. Hadiah yang diberikan dapat berupa uang, tabungan, peralatan sekolah seperti buku tulis, pensil, dan buku bacaan lainnya. Dengan cara seperti ini siswa akan termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi yang telah diraihnya.17

Pemberian imbalan tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Sebagaimana hadis di atas, adanya janji berupa kebaikan atau rahmat yang akan diberikan Allah SWT sebagai imbalan yang akan diterima bagi orang yang mau belajar, sehingga para sahabat begitu bersemangat untuk menuntut ilmu. Bahkan banyak di antara mereka yang mau melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu.

Ketika imbalan dikaitkan dengan kompetensi, maka hadiah atau imbalan tersebut bisa menaikkan motivasi dan minat. Jika tidak, imbalan tidak akan menaikkan motivasi atau justru

(11)

melemahkan motivasi ketika hadiah atau imbalan tidak diberikan lagi.18 Jadi, dapat dipahami bahwa pemberian imbalan dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk memotivasi peserta didik untuk belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

B. Motivasi Belajar dalam Bentuk Pemberian Hukuman atau Ancaman dalam Hadis

1. HR. Bukhari No. 100

a. Teks dan Terjemahan Hadis

“Abdullah bin Amru bin „Ash meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda,“sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari para hamba secara langsung, tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan mematikan para Ulama. Apabila sudah tidak tersisa seorang alim pun, maka orang akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang akan dijadikan tempat bertanya, lalu mereka (orang-orang bodoh itu) akan berfatwa tanpa dasar ilmu, mereka itu sesat dan menyesatkan”. (HR. Al-Bukhari)20

b. Syarah Hadis

Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa:

اعازتوا ملعلا طبقي لا (Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati sanubari. Bahwa pada saat haji wada‟

18 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 518 19

Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah, 2007), h. 37

20 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam,

(12)

Nabi SAW bersabda, “Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu tersebut.” Arabi berkata, “Bagaimanakah cara ilmu diangkat atau dipunahkan?” Beliau bersabda, “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang menguasai ilmu tersebut).”21

Pada hadis ini, Nabi SAW memberitakan tentang krisis ilmu dan ulama yang merupakan tanda dekat kiamat. Bahwa suatu ketika ilmu akan diangkat oleh Allah dari muka bumi ini, sehingga manusia tidak mengenal kebenaran. Dan, yang terjadi pada manusia adalah kebodohan, kebiadaban, pembantaian yang merupakan akibat dari krisis ilmu tersebut. Itulah situasi dunia jika ilmu telah lenyap atau tidak dihiraukan oleh manusia.22

Hadis ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-benar mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan.23

c. Analisis Hadis

Hadis di atas dapat penulis analisis bahwa salah satu cara Nabi SAW memotivasi para sahabat untuk terus belajar adalah dengan memberikan ancaman. Di dalam hadis tersebut dijelaskan ancaman bagi orang yang tidak menuntut ilmu akan datangnya kebodohan karena sudah habis orang yang berilmu atau ulama.

21

Ibid, h. 375

22Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Hadis-Hadis Pendidikan), (Jakarta: Kencana,

2012), h. 152

(13)

Agar terhindar dari ancaman tersebut, Nabi SAW memberi solusi salah satunya dengan menuntut ilmu dan terus belajar. Oleh karena itu, selama para ulama masih dapat dijumpai, itu merupakan sebuah kesempatan besar untuk terus belajar dan mengambil ilmu dari mereka.

Motivasi yang terdapat dalam hadis di atas adalah motivasi ekstrinsik dalam bentuk pemberian ancaman. Dimana manusia mau belajar karena adanya ancaman. Adapun ancaman yang terdapat dalam hadis adalah akan muculnya kebodohan jika manusia tidak lagi menghiraukan ilmu, dan akan datangnya pemimpin yang bodoh yang akan menyesatkan ketika ilmu sudah tidak dipentingkan lagi.

Meskipun hukuman atau ancaman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman bisa dijadikan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena sakit hati atau dendam. Pendekatan edukatif yang dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap melanggar atau salah.24 Pemberian hukuman tersebut dapat berupa hafalan juz „amma jika peserta didik tidak mencapai target yang diharapkan atau yang sudah ditentukan.

(14)

2. HR. Bukhari No. 80

a. Teks dan Terjemahannya

“Dari Anas bin Malik, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, diantara tanda-tanda kiamat ialah punahnya ilmu, meningkatnya kebodohan, diminumnya kahmr dan merajalelanya zina.” (HR. Bukhari)26

b. Syarah Hadis

ةعاسلا طارشأ (Tanda-tanda kiamat), bahwa diantara tanda-tandanya ada yang biasa terjadi dan ada yang di luar kebiasaan atau yang tidak pernah terjadi sebelumnya.27

ملعلا عفري نأ (diangkatnya ilmu). Maksud diangkatnya ilmu adalah meninggalnya para ulama.28 Dengan wafatnya para ulama maka tidak ada lagi ilmu di dunia ini, sehingga diangkatnya para pemimpin yang bodoh yang akan membawa manusia ke jalan yang sesat.

تبثيو (Meningkatnya). Dalam riwayat Muslim, ّببي yang berarti tersiarnya.29 Maksudnya adalah semakin meningkatnya kebodohan karena telah dicabutnya ilmu pengetahuan dengan

25Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah,

2007), h. 34

26 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2002), h. 341

27 Ibid, h. 341 28Ibid, h. 341 29Ibid, h. 341

(15)

wafatnya para ulama. Jika ilmu pengetahuan punah, maka sudah pasti kebodohan makin meningkat.

رمخلا برشيو (Diminumnya khamr), maksudnya adalah banyaknya orang yang meminum khamr dan mempertontonkannya dengan terang-terangan. اوزلا رهظيو (Merajalelanya zina) atau tersebarnya perzinaan.30

c. Analisis Hadis

Hadis ini dapat dipahami bahwa salah satu tanda-tanda datangnya kiamat adalah dicabutnya ilmu pengetahuan sehingga kebodohan semakin meningkat. Hadis di atas merupakan salah satu bentuk ancaman bagi orang yang tidak mau menuntut ilmu. Semakin banyak orang yang mengabaikan ilmu maka akan semakin dekatnya hari kiamat.

Sesungguhnya ilmu tidak akan punah kecuali dengan kematian ulama. Dan selama masih ada orang yang mempelajari ilmu, maka kepunahan ilmu tidak akan terjadi.31Oleh karena itu, selama masih diberi kesempatan untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan, hendaklah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena saat ini, tempat untuk belajar terbuka begitu luas, bukan hanya di sekolah, di rumah bahkan juga di lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Bahkan, saat ini teknologi semakin canggih, ilmu tidak susah lagi didapatkan, salah satunya

30Ibid, h. 341 31Ibid, h. 340

(16)

dengan menggunakan internet, dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan.

Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan saat ini, motivasi ekstrinsik dalam bentuk pemberian hukuman atau ancaman ini juga dapat diterapkan pendidik kepada peserta didik untuk meningkatkan semangat belajar mereka. Hukuman yang diberikan juga harus bersifar edukatif, bukan hukuman yang bisa merendahkan ataupun melukai peserta didik. Pemberian hukuman tersebut dapat berupa hafalan juz „amma jika peserta didik tidak mencapai target yang diharapkan atau yang sudah ditentukan. Ini merupakan salah satu hukuman edukatif yang tidak akan merugikan peserta didik itu sendiri. Sehingga dengan adanya hukuman tersebut, mereka akan lebih giat lagi belajar untuk mencapai target yang telah ditentukan.

C. Motivasi Belajar dalam Bentuk Keinginan Diri Sendiri dalam Hadis 1. HR. Bukhari No. 78

(17)

“Dari Ibnu Abbas RA bahwa ia berbeda pendapat dengan Hurr bin Qais bin Hishn Al-Fazari tentang sahabat Nabi Musa As. Ibnu Abbas berpendapat bahwa sahabat Nabi Musa itu adalah Nabi Khidir. Pada saat itu lewat Ubay bin Kaab, lalu Ibnu Abbas memanggilnya. Dia berkata kepada Ubay “Saya dan sahabat saya ini berbeda pendapat tentang sahabat nabi Musa yang dimintanya kepada Allah supaya dapat bertemu dengannya. Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah saw menceritakannya?”. Ubay pun menjawab “Ya, pernah. Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Pada suatu ketika Musa berada dalam satu kelompok bani Israil, tiba-tiba datang kepadanya seseorang dan bertanya, “Apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih pintar darimu?” Musa menjawab “Tidak. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa “Ada orang yang lebih pintar, yaitu hamba Kami Khidir”. Setelah itu Musa memohon ampun kepada Allah supaya diberi jalan untuk bertemu dengan Khidir. Maka Allah menjadikan ikan sebagai tanda bagi Musa, dan kemudian mewasiatkan kepadanya, “Apabila ikan itu hilang, kembalilah, niscaya engkau akan bertemu dengannya”. Maka Musa mengikuti jejak ikan itu di laut. Di tengah perjalanan, pelayan Musa berkata kepadanya, “Tahukah kamu ketika kita berhenti di sebuah batu besar, saya lupa memperhatikan ikan itu, hanya syetanlah yang memperdayakanku untuk terus memperhatikannya.”Musa menjawab “Itulah yang kita kehendaki”. Keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula, dan akhirnya bertemu dengan Khidir. Kemudian antara Musa dan Khidir terjadi beberapa peristiwa seperti yang dikisahkan Allah SWT di dalam Al-Qur‟an.”(HR. Bukhari)33

32

Muhammad bin Ismail al Bukhari, , Shahih al Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah, 2007), h. 32

33 Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari,

(18)

b. Syarah Hadis

Hadits ini berkaitan dengan anjuran untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam menuntut ilmu, karena sesuatu yang ditekuni akan selalu dibarengi dengan kesulitan. Nabi Musa As meskipun telah memiliki kedudukan yang tinggi, tetapi hal itu tidak menghalanginya untuk menuntut ilmu, bahkan beliau mengarungi lautan dan daratan hanya untuk belajar.34

Nabi Musa pada hakikatnya adalah Kalamullah, salah seorang Ulul Azmi, nabi yang diberi mukjizat tongkat dan tangan, nabi yang diberi Taurat tanpa perantara, melainkan langsung berdialog dengan Allah SWT. Seorang nabi yang mulia berubah menjadi seorang penuntut ilmu yang rendah hati dan mencari guru untuk belajar darinya.35 Bahkan beliau adalah seorang rasul Allah yang diutus untuk menanamkan tauhid di hati manusia, tentu saja beliau adalah seorang yang cerdas.

Nabi Musa merupakan salah satu Nabi pilihan Allah SWT yang tentu saja diberikan kepandaian dan juga kecerdasan.Setiap Nabi memiliki kelebihan yang diberikan Allah SWT yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Dan di dalam hadis ini, dapat dilihat kegigihan hati Nabi Musa untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan serta kesungguhan Nabi Musa untuk tetap mencari

34Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari SyarahShahih Bukhari,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 321

(19)

guru. Walaupun Nabi Musa adalah Nabi yang pandai, namun ketika mendengar masih ada yang lebih pintar darinya ia langsung ingin mengetahui dan mencarinya agar dapat belajar padanya. Dari segi kesungguhan inilah Nabi Musa memiliki motivasi instrinsik yang tinggi. Segala jarak perjalanan ditempuhnya hingga akhirnya ia menemukan Khidir.

c. Analisis Hadis

Dapat penulis jelaskan bahwa hadis di atas menjelaskan tentang antusias belajar yang dimiliki oleh Nabi Musa as. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang tentunya memiliki ilmu tinggi yang diberikan Allah SWT kepadanya melebihi manusia biasa, ketika mendengar ada orang yang mempunyai ilmu yang lebih darinya, beliau malah ingin belajar kepada orang tersebut. Bahkan, Nabi Musa dengan senang hati melakukan perjalanan yang jauh untuk bertemu dengan Khidir. Sikap antusias yang dimiliki oleh Nabi Musa ini termasuk ke dalam motivasi intrinsik. Dimana Nabi Musa melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu bukan karena ada hadiah ataupun imbalan yang diharapkan. Akan tetapi memang karena hasrat dan kesadaran dari dirinya sendiri akan pentingnya ilmu pengetahuan tersebut.

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara

(20)

senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.36

Hasrat atau keinginan untuk belajar tersebut dapat dipupuk dalam diri peserta didik dengan menjelaskan akan pentingnya ilmu pengetahuan tersebut untuk mereka. Ketika mereka sudah memahami akan pentingnya ilmu pengetahuan, maka mereka akan belajar dengan sungguh-sungguh bukan lagi karena adanya paksaan ataupun ancaman. Sehingga, belajar bagi mereka bukan lagi hal yang menakutkan atau membosankan akan tetapi adalah sebagai sebuah kebutuhan.

2. HR. Bukhari No. 99

a. Teks dan Terjemahannya

“Dari Abu Hurairah, katanya ada orang bertanya kepada Rasulullah SAW, „Siapakah yang paling berbahagia dengan (syafaat atau pertolongan anda di hari kiamat?‟ Rasulullah menjawab, „Saya kira hai Abu Hurairah, belum ada orang yang bertanya kepadaku tentang perkara ini sebelumnya, mungkin

36 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 57

37 Muhammad bin Isa al Bukhari, Shahih Bukhari, (Lebanon: Dar Kutub al Ilmiyah,

(21)

barangkali karena saya lihat engkau sangat antusias untuk mendapatkan hadis.Orang yang paling beruntung mendapatkan pertolonganku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaaha Illallah, benar-benar ikhlas dari hati sanubari dan seluruh jiwanya.” (HR. Bukhari)38

b. Syarah Hadis

كىم ل ّوأ (Belum ada orang sebelum kamu). Dalam hadis di atas, ada dua bentuk keutamaan; pertama, keutamaan Abu Hurairah, dan kedua keutamaan sikap antusiasnya untuk mendapatkan hadis dari Nabi SAW.39

الله لاإ ًلأ لا لاق هم (Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah). Kalimat ini berfungsi untuk menghindari atau menjaga dari kemusyrikan.40Maksudnya adalah mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.

اصلاخ (Benar-benar ikhlas). Kalimat ini dimaksudkan untuk menghindari orang munafik.41 Bahwa orang-orang yang ikhlas akan menjadi orang yang paling bahagia kelak karena mendapatkan syafaat dari Nabi SAW.

c. Analisis Hadis

Abu Hurairah adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang memiliki semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu. Bahkan banyak hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadis ini juga menjelaskan tentang keinginan atau kesadaran diri Abu Hurairah

38 Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari. (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2002), h. 372

39 Ibid, h. 372 40Ibid, h. 372 41Ibid, h. 373

(22)

sendiri untuk mendatangi Nabi SAW untuk menanyakan tentang perkara yang belum diketahuinya. Bahkan, Nabi SAW memuji Abu Hurairah karena semangat yang dimilikinya untuk mendapatkan hadis tersebut. Di sini, juga terlihat motivasi intrinsik yang muncul dari diri Abu Hurairah yang pergi menemui Nabi SAW untuk mendapatkan hadis tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Seseorang yang termotivasi secara intrinsik akan melakukan pekerjaan karena pekerjaan tersebut menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya.42 Motivasi ini akan bertahan lebih lama dibandingkan motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ekstrinsik hanya akan bertahan sampai apa yang diinginkan atau imbalan yang dijanjikan itu didapatkan. Sedangkan motivasi yang timbul dari dalam diri ini atau disebut juga dengan motivasi intrinsik akan tetap bertahan meskipun tidak mendapatkan imbalan apapun.

Jika peserta didik termotivasi secara intrinsik, mereka tidak membutuhkan insentif atau hukuman karena kegiatan itu sendiri merupakan rewarding. Peserta didik yang termotivasi secara intrinsik mungkin terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas tersebut memberinya kesenangan, membantu mereka

(23)

mengembangkan keterampilan yang dirasa penting, atau tampak secara etika atau moral benar dilakukan. Motivasi intrinsik akan mendorong mereka memahami dan menerapkan apa yang telah dipelajari, serta menjaga keinginan mereka untuk terus membaca dan belajar tentang berbagai hal.43 Sehingga belajar bagi mereka bukan lagi sebuah kewajiban, akan tetapi sebuah kebutuhan yang harus ada dalam hidup mereka.

Dalam dunia pendidikan, dapat dilihat peserta didik yang termotivasi secara intrinsik lebih dapat mempertahankan prestasinya dibandingkan dengan peserta didik yang belajar karena mengharapkan hadiah atau yang lainnya. Bagi peserta didik yang termotivasi secara ekstrinsik, mereka hanya dapat mempertahankan prestasi tersebut sampai apa yang diinginkan atau hadiah yang diharapkannya dapat tercapai. Sedangkan bagi peserta didik yang termotivasi secara intrinsik, belajar bagi mereka adalah sebuah kesadaran, kebutuhan dan keingintahuan mereka.

43 Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat El Nino dan IOD positif fishing layer tuna mata besar jauh lebih dangkal sehingga mata pancing long line jauh lebih banyak menjangkau fishing layer dibandingkan

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Jumlah jenis obat yang diresepkan dalam satu resep pada peresepan obat antidiabetik oral pada pasien rawat jalan RSAL Dr. Jenis obat

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Selanjutnya

[r]

Berdasarkan Hasil Evaluasi Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi yang dilakukan oleh Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Di Lingkup

(3) Wadir I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan Dosen yang diberi tugas tambahan membantu Direktur untuk mengoordinasikan pelaksanaan pendidikan,

Pada penelitian ini metode analisis dilakukan dengan menggunakan skala Likert dalam melakukan penilaian pada masing – masing variabel yang di isikan oleh responden