• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta."

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.

(2)

HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Longinus Tito Hertiandito

NIM : 081414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

i

HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Longinus Tito Hertiandito

NIM : 081414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Hargailah cinta yang anda terima melebihi segalanya.

Ia akan bertahan lama setelah kekayaan dan kesehatan anda sirna.

(Og. Mandino)

Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan,

orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.

(Sir Winston Churcill)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi langkahku

Santo Longinus dan Santo Robertus Bellarminus pelindungku

kedua orang tuaku Bapak A. Haryanto Dwiatmoko dan Ibu G. Tatiek Sutjahjokartiko

adikku Tantiana Hertiantika

Sahabat-sahabatku

(7)
(8)

vi

ABSTRAK

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.

(9)

vii

ABSTRACT

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Student’s Learning Achievement and Learning Motivation in Learning Mathematics Using Cooperative Learning Type Teams Games Tournaments (TGT) in Class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out (1) implementation of cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) in learning mathematics, (2) student’s learning achievement, and (3) student’s learning motivation. This is a mixed deskriptive research (qualitative-quantitative). This research was conducted in 6 lesson meeting. The subject of this research is class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 academic year 2012/2013.

Data required was collected in several ways. Implementation of mentioned learning model were measured using implementation of lesson plan (RPP) observation sheet. Student’s learning achievement were measured using Evaluation Test (THB) compared to Based Competence Test (TKA), and also classified by Likert scale 3. Student’s learning motivation were measured using questionnaire to be Likert scale 3.

The results of this study indicate that (1) cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) that applied in class VIII C is good and can be seen at the level of implementation of lesson plan (RPP) in observation sheet at all meetings reached 90,06%, (2) student’s learning achievement obtained good results, 24 students out of 29 students classified as medium and high on the results of their study with mean value of THB which reached 74,86, the highest value is 78, and standart deviation was 14,17, (3) student’s motivation gained well with students who have high and medium motivation reached 68,96%, these results are supported by mean score of motivation questionnaire was 70, the highest value is 70, and standart deviation is 5,81.

(10)
(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta” ini dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menuntun dan

melindungiku dalam proses pembuatan skripsi ini

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada

penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, motivasi, dan kritik selama penyusunan skripsi ini

4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini

(12)

x

7. Br. Valentinus Naryo, M.Pd., FIC selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian di SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

8. Ibu C. Peni Suryaningtyas, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran

matematika kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pengambilan data penelitian

9. Siswa-siswi kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membantu penulis dalam perolehan data penelitian

10. Papa, mama, adik, dan saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan doa, dukungan, dan cinta kasih selama penyusunan skripsi ini dan selama masa belajar di Universitas Sanata Dharma

11. Teman-teman misdinar ‘Angelus Domini’, khususnya Audra, Dhea, Ferry, Wawan, Retha, mas Roni, dan Ingrid yang selalu memberikan doa dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman KKN Reguler Angkatan XLIII Kelompok 2 ‘JambuLovers’ : Ari, Ani, Lusi, Lana, Sepsi, Nofa, Baskoro, dan Widi yang telah memberikan

semangat dan kehebohan saat awal penyusunan skripsi ini

13. Semua teman-teman kost, khususnya Bravo, mas Adit, dan mas Sigit, yang

(13)

xi

14. Teman-teman seperjuangan prodi Pendidikan Matematika angkatan 2008, khususnya William, Zita, Sisca, Ana, Tya, Yulia, dan Ayu yang telah

berjuang bersama, semoga kita semua sukses selalu

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..……. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...…... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR GAMBAR ………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………... xx

BAB I PENDAHULUAN...……….... 1

A.Latar Belakang………... 1

B.Identifikasi Masalah...………... 3

C.Pembatasan Masalah ... 3

D.Rumusan Masalah ... 4

(15)

xiii

F. Batasan Istilah ... 5

G.Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ...………... 8

A.Belajar dan Pembelajaran ..………... 8

B.Pembelajaran Kooperatif………... 9

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Teori Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 16

C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ...………... 19

1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT) ... 19

2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT) ... 19

3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) ... 23

D.Motivasi Belajar Siswa …... 24

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 24

2. Macam-macam Motivasi ... 25

3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar ... 28

4. Pendekatan Umum Motivasi ... 30

(16)

xiv

E. Hasil Belajar Siswa………... 31

F. Materi Relasi dan Fungsi ………... 32

1.Pengertian Relasi ... 32

2.Cara Menyatakan Relasi ... 33

3.Pengertian Fungsi ... 34

4.Korespondensi Satu-satu / Perkawanan Satu-satu ... 35

G.Kerangka Berpikir ……... 36

H.Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ………... 38

A.Jenis Penelitian ………... 38

B.Waktu dan Tempat ……….... 38

C.Subyek dan Obyek Penelitian………... 39

D.Variabel Penelitian ………... 39

1. Variabel Bebas ………... 39

2. Variabel Terikat………... 39

E. Instrumen Penelitian ………... 39

1. Tes Kemanpuan Awal (TKA)………... 40

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……... 41

3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP ………... 41

4. Soal Permainan…………... 41

(17)

xv

6. Tes Hasil Belajar (THB) ... 43

7. Angket ... 44

8. Pertanyaan Wawancara ... 45

F. Validitas dan Reliabilitas………... 45

1. Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal ... 45

2. Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 45

3. Validitas Angket Motivasi ... 47

G.Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Angket ... 48

2. Tes ... 48

3. Wawancara ... 48

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN…………... 49

A.Pelaksanaan Kegiatan Penelitian………... 49

1. Observasi ... 49

2. Validitas dan Reliabilitas………... 49

3. Pengambilan Data ... 51

B.Penyajian Data... 60

1. Keterlaksanaan RPP………... 61

2. Motivasi Belajar……... 63

(18)

xvi

C.Analisis Hasil Penelitian ... 71

1. Keterlaksanaan RPP ... 71

2. Motivasi Belajar ... 79

3. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Hasil Belajar ... 83

4. Penghargaan Kelompok ... 88

5. Korelasi Antara Hasil Belajar dan Motivasi Belajar .... 89

6. Wawancara ... 92

BAB V PENUTUP………... 96

A.Kesimpulan ……….... 96

B.Saran ………... 98

DAFTAR PUSTAKA ………...…... 99

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok………... 22

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA) ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar (THB) ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 44

Tabel 4.1 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 2 ... 61

Tabel 4.2 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 3 ... 62

Tabel 4.3 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 4 ... 62

Tabel 4.4 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 5... 63

Tabel 4.5 Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C ... 64

Tabel 4.6 Hasil TKA Siswa Kelas VIII C ... 65

Tabel 4.7 Nilai Games 1 Siswa Kelas VIII C ... 66

Tabel 4.8 Nilai Games 2 Siswa Kelas VIII C ... 67

Tabel 4.9 Nilai Turnamen Siswa Kelas VIII C ... 68

Tabel 4.10 Nilai THB Siswa Kelas VIII C ... 70

Tabel 4.11 Penggolongan Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C menurut Skala Likert 3 ... 81

Tabel 4.12 Perbandingan Nilai TKA dan THB ... 83

(20)

xviii

Tabel 4.14 Nilai Turnamen dan Kelompok Juara ... 88

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah ... 33

Gambar 2.2 Contoh Diagram Cartesius ... 33

Gambar 2.3 Fungsi ‘Rasa’ ... 35

Gambar 4.1 Beberapa Kelompok Diskusi pada Games 1 ... 53

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Games 1 dalam Kelompok ... 54

Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi dalam Kelompok ... 54

Gambar 4.4 Peneliti Menjelaskan Materi ... 55

Gambar 4.5 Penggunaan viewer dalam Pembelajaran Pertemuan Keempat ... 57

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Games 2 ... 57

Gambar 4.7 Kelompok-kelompok dalam Sesi Turnamen ... 58

Gambar 4.8 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Turnamen ... 59

Gambar 4.9 Salah Satu Siswa Mengerjakan Soal THB ... 60

Gambar 4.10 Histogram Jumlah siswa pada Setiap Kriteria Skor Angket Motivasi ... 82

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

Lampiran A.2 Modul 1 RELASI ... 109

Lampiran A.3 Modul 2 FUNGS ... 111

Lampiran A.4 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 116

Lampiran A.5 Angket Motivasi ... 117

Lampiran A.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ... 119

Lampiran A.7 Soal TKA ... 120

Lampiran A.8 Kunci Jawaban TKA ... 121

Lampiran A.9 Soal Games 1 ... 123

Lampiran A.10 Soal Games 2 ... 124

Lampiran A.11 Soal Turnamen 1 ... 126

Lampiran A.12 Soal Turnamen 2 ... 127

Lampiran A.13 Soal Turnamen 3 ... 128

Lampiran A.14 Soal Turnamen 4 ... 129

Lampiran A.15 Soal Turnamen 5 ... 130

Lampiran A.16 Kisi-kisi THB ... 131

Lampiran A.17 Soal THB ... 132

(23)

xxi

Lampiran B.1 Tabel Hasil Validitas THB ... 135

Lampiran B.2 Perhitungan Validitas THB ... 137

Lampiran B.3 Tabel Hasil Reliabilitas THB ... 139

Lampiran B.4 Perhitungan Reliabilitas THB ... 141

Lampiran B.5 Tabel Hasil Validitas Angket ... 143

Lampiran B.6 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan

SPSS ... 145

Lampiran C.1 Daftar Nama Siswa Kelas VIII C ... 146

Lampiran C.2 Daftar Kelompok Diskusi ... 147

Lampiran C.3 Daftar Kelompok Turnamen ... 148

Lampiran C.4 Sertifikat Penghargaan Kelompok ... 149

Lampiran D.1 Lembar Jawab Siswa – uji Validitas THB ... 150

Lampiran D.2 Lembar Jawab Siswa – TKA ... 156

Lampiran D.3 Lembar Jawaban Games 1 ... 159

Lampiran D.4 Lembar Jawaban Games 2 ... 161

Lampiran D.5 Lembar Jawaban Turnamen ... 164

Lampiran D.6 Lembar Jawaban THB ... 173

Lampiran D.7 Lembar Jawaban Angket Motivasi ... 179

Lampiran E.1 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 185

Lampiran E.2 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 191

(24)

xxii

Lampiran E.4 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 207

Lampiran F.1 Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 213

Lampiran F.2 Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 215

Lampiran F.3 Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 217

Lampiran F.4 Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 219

Lampiran F.5 Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 221

Lampiran G.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... 223

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak

pendidikan dasar hingga menengah atas. Matematika yang diartikan sebagai

ilmu mengenai kuantitas oleh Herman Hudojo (1988) tidak dapat dipungkiri

memaksa para siswa untuk dapat menguasainya. Keharusan tersebut bukan

tanpa alasan. Pertama, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang diujikan dalam Ujian Nasional dan dapat mempengaruhi kelulusan siswa.

Alasan kedua karena keberadaan matematika sangat berhubungan dengan

kehidupan manusia sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan observasi,

peneliti melihat terdapat siswa yang kesulitan mempelajari matematika.

Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab siswa sulit mempelajari

matematika adalah mungkin materi yang dipelajari merupakan materi yang

baru ditemui siswa, mungkin cara belajar siswa yang kurang efektif, dan

kemungkinan lain adalah siswa yang tidak memperhatikan guru saat

memberikan penjelasan atau ceramah. Terdapat kemungkinan siswa merasa

bosan karena dalam belajar matematika di kelas siswa banyak diberi penjelasan

oleh guru, diberikan contoh, dan dilanjutkan dengan latihan soal.

Agar siswa selalu ingin memperhatikan penjelasan guru kiranya guru

(26)

siswa. Dengan cara mengajar yang melibatkan siswa, siswa akan lebih

memiliki keinginan untuk belajar karena saat siswa dilibatkan bersama teman

sebayanya, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.

Sebenarnya banyak model atau cara mengajar yang dapat melibatkan

siswa yang telah dikembangkan oleh para ahli. Salah satu model pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Model pembelajaran ini lebih banyak mengajak siswa

untuk belajar bersama-sama dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang

heterogen dan bahkan jika memungkinkan tiap anggota kelompok berasal dari

ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. Cooperative learning

mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan

sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2001).

Pada pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran salah

satunya adalah tipe Teams Games Tournaments (TGT) (Robert E. Slavin,

1995). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

menurut Nur dan Wikandari (2000) yang ditulis oleh Trianto (2009) dapat

digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu eksak,

ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga

perguruan tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang

dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian model

(27)

diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang

tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau

kinerja.

Penulis melihat bahwa matematika amat diperlukan oleh para siswa

maka penulis memandang perlunya penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) sebagai salah satu alternatif

yang mungkin dapat digunakan oleh guru pada pembelajaran matematika. Pada

penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) pada proses belajar mengajar matematika di

kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, tampaknya :

1. Siswa mengalami kesulitan saat mempelajari matematika.

2. Siswa tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi.

3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika saat guru

memberikan penjelasan atau ceramah.

C.Pembatasan Masalah

Dari sekian masalah yang telah diidentifikasi, karena keterbatasan

waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan

(28)

(TGT) dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII C SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013 dengan materi relasi dan fungsi.

D.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) pada pembelajaran matematika ?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) ?

3. Bagaimanakah motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) ?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) pada pembelajaran matematika.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

3. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan

(29)

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam perumusan masalah didefinisikan

sebagai berikut :

1. Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan–

perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, ketrampilan, dan sikap– sikap.

(WS. Winkel, 1984)

2. Pembelajaran

Menurut Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Udin S. Winatapura, 2008).

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dilakukan individu

dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan – hubungan

yang bebas dari isi materi hal –hal yang ditelaah sehingga terjadi perubahan

perilaku dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu tentang

matematika (Herman Hudojo, 1988).

4. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya

(30)

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Agus Suprijono, 2009).

6. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja dkk, 2011).

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah

teknik pembelajaran yag dikembangkan secara asli oleh David De Vries

dan Keith Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan

dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk

skor tim mereka (Trianto, 2009)

G.Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai calon guru peneliti dapat menggunakan model kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) sebagai alternatif model mengajar di

kelas.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif model

(31)

3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi dalam hal model

pembelajaran kooperatif khususnya tipe Teams Games Tournaments

(32)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2008).

Pembelajaran menurut Mohamad Surya (2004) diartikan sebagai suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Mohamad Surya (2004) juga menjelaskan tentang proses

pembelajaran. Yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah proses

individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini

mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia

menghadapi suatu kebutuhan. Namun menurut Mohamad tidak setiap saat

proses pembelajaran dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan. Jika kebutuhan

itu dipenuhi dengan kebiasaan maka proses pembelajaran tidak lagi diperlukan.

Adanya kebutuhan akan mendorong individu untuk mengkaji perilaku yang

ada dalam dirinya. Secara lanjut Mohamad menjelaskan bahwa pembelajaran

terdiri dari beberapa rangkaian aktivitas berikut : individu merasakan adanya

kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai, kesiapan (readiness) individu

untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, pemahaman situasi,

(33)

yang terdapat dalam situasi, tindak balas (respon), dan akibat atau hasil

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa belajar dan pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku

seseorang yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

B.Pembelajaran Kooperatif

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Robert E. Slavin (1995) dalam bukunya menjelaskan pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana para siswa bekerja

dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi

pelajaran. Slavin juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4–6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada

pembelajarannya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap teman satu

timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga keberhasilan

tim dapat dicapai.

Menurut Anita Lie (2008), pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur – unsur dasar

pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan

(34)

cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik

mengelola kelas dengan lebih efektif. Anita Lie (2008) menyebut

cooperative learning dengan sistem pengajaran gotong royong.

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan

para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang banyak melibatkan

para siswa untuk bekerja dalam kelompok yang heterogen. Peran serta

setiap siswa dalam kelompok akan membantu dalam memahami materi

pelajaran.

2. Teori Pembelajaran Kooperatif

a. Teori Motivasi

Dalam teori motivasi disebutkan bahwa struktur tujuan

kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara

anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika

kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan

personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu

timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka

berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota

kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin, 1995). Jadi

dalam pembelajaran kooperatif tiap siswa dalam kelompok diminta

untuk terdorong atau termotivasi melakukan usaha yang terbaik agar

(35)

b. Teori Kognitif

Teori Kognitif dibedakan menjadi dua kategori utama yakni

Teori Pembangunan dan Teori Elaborasi Kognitif.

1. Teori Pembangunan

Teori pembangunan ini berpendapat bahwa interaksi di antara

para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan

penguasaan mereka terhadap konsep kritik (Damon, 1984 dan

Murray, 1982 dalam Slavin, 1995). Vygotsky (1978) dalam Slavin

(1995) mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai

“jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan

oleh penyelesaian masalah secara independen dan level

pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui

penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam

kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.”

Banyak penganut paham Piaget yang menyerukan untuk

penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah. Mereka beralasan

bahwa interaksi diantara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran

akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian

prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena

dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif,

akan timbul, alasan yang kurang pas juga akan keluar, dan

pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul (Slavin,

(36)

2. Teori Elaborasi Kognitif

Wittlock (1987) dalam Slavin (1995) menyebutkan bahwa

penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa

jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan

berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,

orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan

kembali kognitif, atau elaborasi, dan materi.

Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah

menjelaskan materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap

pengajaran oleh teman lama menemukan adanya keuntungan

pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajar

(Devin-Sheehan, Feldman, dan Allen, 1976 dalam Slavin, 1995).

Dansereau telah menemukan bahwa pada saat pembaca

maupun pendengar bisa belajar lebih banyak daripada mereka

belajar sendiri, si pembaca telah belajar lebih banyak (Slavin,

1995).

Dalam proses belajar kelompok siswa perlu diberi

kesempatan untuk menerangkan materi pelajaran yang dipahaminya

pada siswa lain. Pada satu sisi siswa yang menjelaskan akan lebih

memahami materi dan siswa yang diberi penjelasan akan menjadi

paham. Jadi model pembelajaran kooperatif dibentuk dengan

berlandaskan berbagai teori yakni yang pertama adalah teori

(37)

oleh keberhasilan kelompok, yang kedua adalah teori pembangunan

yang mengatakan bahwa interaksi siswa dengan tugas-tugasnya

akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap materi yang

dipelajari, dan yang ketiga adalah teori elaborasi kognitif yang

mengatakan bahwa dalam belajar siswa diminta untuk dapat

membagi pengalaman belajar atau menerangkan materi yang

dikuasainya pada siswa lain agar mendapatkan hasil yang

maksimal.

3. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam mengemukakan bahwa tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning (Anita Lie, 2008).

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

gotong royong (pembelajaran kooperatif) harus diterapkan. Adapun kelima

unsur tersebut adalah :

a. Saling ketergantungan positif

Yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif adalah

adanya hubungan yang saling membutuhkan antar siswa dalam

kelompok belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota

kelompok diminta untuk bertanggung jawab tidak hanya bertanggung

jawab terhadap kinerjanya secara individu, namun juga bertanggung

jawab secara kelompok. Atau dengan kata lain setiap anggota diminta

(38)

Anita Lie (2008) menyebutkan bahwa beberapa siswa yang

kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka

karena mereka juga memberikan sumbangan. Malahan mereka akan

merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan

demikian menaikkan nilai mereka (kelompok). Sebaliknya siswa yang

lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannnya yang

kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur kedua ini merupakan akibat yang dihasilkan dari unsur

saling ketergantungan positif. Dengan para siswa saling bergantung

pada rekannya, maka akan timbul rasa tanggung jawab secara personal

untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

pembelajar (siswa) untuk membentuk sinergi yang menguntungkan

semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman,

keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling

(39)

diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain

dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi (Anita Lie, 2008).

d. Komunikasi antar anggota

Dalam suatu kelompok diperlukan kesediaan para anggotanya

untuk berkomunikasi menyampaikan pendapatnya. Namun tidak semua

siswa memiliki keahlian berbicara dan mendengarkan dengan baik. Ada

saat dimana siswa harus diajari terlebih dahulu bagaimana cara

menyanggah pendapat siswa lain tanpa menyinggung perasaan siswa

tersebut. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok seperti ini

merupakan proses yang panjang dan tidak langsung dalam sekejap

dapat diterapkan. Walaupun ketrampilan berkomunikasi ini

membutuhkan proses yang panjang, sesungguhnya ketrampilan ini

merupakan ketrampilan yang bermanfaat karena dapat memperkaya

pengalaman belajar siswa dan dapat menjadi salah satu alternatif

pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Setelah proses panjang dalam kelompok dilalui, perlu adanya

evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini

tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa

diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar

(siswa) terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning

(40)

Jadi tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative

learning. Suatu kerja kelompok dapat dikatakan sebagai bentuk

cooperative learning jika dalam kelompok terjadi ketergantungan positif

antar anggotanya, ada tanggung jawab yang dimiliki setiap anggota

kelompok, ada kesempatan tatap muka setiap anggota kelompok, ada

komunikasi yang dijalin setiap anggota kelompok dengan anggota lain,

serta adanya evaluasi kerja kelompok agar kerja kelompok selanjutnya

lebih efektif.

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Robert E. Slavin (1995):

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam penggunaan model pembelajaran STAD siswa dibagi

dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau lima

anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja

akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Pengelompokan ini

berfungsi untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar,

dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat

mengerjakan kuis dengan baik. Langkah dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah pertama guru mempresentasikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa

setiap anggotanya benar-benar menguasai materi dengan baik.

(41)

dipelajari. Nilai atau skor kuis individu digunakan untuk menentukan

poin perbaikan skor siswa dengan skor yang telah lalu. Sedangkan nilai

kelompok diperoleh dari penjumlahan nilai masing-masing anggota.

Kelompok yang memiliki rata-rata skor kelompok yang memenuhi

kriteria dapat diberi penghargaan.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Pada dasarnya TGT hampir sama dengan pola pembelajaran

tipe STAD. Poin penting yang membedakan keduanya adalah TGT

menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem

skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil

tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya

setara seperti mereka. Dari turnamen ini setiap anggota kelompok akan

mendapatkan skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya.

Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan nilai

kelompok. Kelompok yang mendapatkan nilai kelompok yang

memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Sama seperti kedua tipe kooperatif sebelumnya, pada tipe

jigsaw juga diberlakukan pembagian kelompok secara heterogen.

Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu

bagian materi. Mereka memiliki tugas menjadi ‘guru’ topik yang

mereka pelajari. Pada tipe jigsaw, siswa yang menjadi ‘guru’ di topik

(42)

‘guru’ di setiap topik ini diberi kesempatan untuk berdiskusi membahas

topik yang mereka terima hingga mereka dapat menguasai topik

tersebut. Setelah mereka dirasa cukup menguasai topik yang menjadi

bagian mereka, mereka diminta untuk kembali ke kelompok asal untuk

membagikan dan mengajarkan hasil diskusi mereka pada teman lain.

Terakhir adalah adanya pemberian kuis atau penilaian yang mencakup

seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada

peningkatan nilai individu.

d. Teams Accelerated Instruction (TAI)

Dalam model pembelajaran TAI, para anggota kelompok

bekerja dalam unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim bertugas

memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban

dan saling membantu menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah

pemberian tes yang dikerjakan tanpa bantuan teman satu timnya. Skor

tes dihitung dengan melihat atau memonitor siswa. Setiap minggu guru

menjumlahkan skor tiap unit yang telah diselesaikan oleh anggota tim

dan memberikan penghargaan.

e. Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan

pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam CIRC,

siswa dibagi ke dalam kelompok yang diukur berdasarkan tingkat

kecepatan membacanya. Dalam kelompok itu mereka saling bertukar

(43)

naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, dan sebagainya. Melalui

belajar kelompok, siswa dilatih untuk menguasai ide utama bahan

bacaan yang mereka baca.

C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah

satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E.

Slavin. Secara umum TGT tidak jauh berbeda dengan STAD kecuali dalam

satu hal, yakni TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan

kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik

sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan

dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu

pada struktur STAD yang biasanya.

2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT)

Adapun komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) adalah :

a. Presentasi di kelas

Dalam memulai pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe TGT, guru terlebih dahulu menjelaskan pada siswa

materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Presentasi di kelas ini

(44)

diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

memasukkan presentasi audio visual. Dalam cara ini, para siswa akan

menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh,

karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan

kuis-kuis, dan skor kuis akan menentukan skor tim mereka (Robert E.

Slavin, 1995).

b. Tim (Kelompok)

Sebuah tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili

seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,

ras, dan etnisitas atau dengan kata lain kelompok dibentuk secara

heterogen. Kehadiran tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar. Dalam kelompok ini masing-masing

anggota kelompok harus berusaha memahami materi dan membantu

teman lain dalam menguasai materi pelajaran.

Tim atau kelompok ini dirasa penting karena setiap anggota

kelompok akan berjuang demi kelompoknya dan kelompok pun akan

berjuang untuk membantu tiap anggotanya. Agar keberadaan tim atau

kelompok semakin efektif, maka sebelum memulai berkelompok guru

dapat menjelaskan sikap yang perlu diterapkan dalam bekerja

kelompok. Sikap tersebut antara lain : tidak membuat suara gaduh saat

pelaksanaan kerja kelompok, mendiskusikan jawaban bersama-sama

teman sekelompok, dan sebelum bertanya kepada guru sebaiknya siswa

(45)

c. Game (Permainan)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, permainan

yang dimaksudkan adalah permainan yang terdiri atas

pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan

pelaksanaan kerja tim atau kelompok.

Jalannya permainan pada model pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah :

1. Sebelum pertandingan pertanyaan dinomori pada selembar kertas.

2. Setiap siswa mengambil nomor undian dan menjawab pertanyaan

sesuai dengan nomor undian.

3. Jawaban yang benar dari setiap pertanyaan dapat dicocokkan

dengan siswa lain yang berada pada meja pertandingan yang sama.

Siswa dari meja pertandiangan lain diberi kesempatan untuk

menanggapi jawaban siswa yang bermain.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game atau

permainan berlangsung. Turnamen ini biasanya dilangsingkan pada

akhir minggu atau pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi

(46)

Jalannya turnamen pada model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) adalah :

1. Setiap siswa yang telah menempati meja turnamen bergantian

mengambil nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati.

2. Siswa dipersilakan untuk membacakan dan menjawab soal sesuai

dengan nomor undiannya.

3. Soal yang tidak terjawab dilemparkan kepada siswa di sebelah

kirinya.

4. Siswa yang menjawab soal dengan benar berhak menyimpan kartu

yang akan dijadikan poin untuk kemudian diakumulasikan menjadi

penghargaan kelompok.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa

dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari

[image:46.595.99.516.175.681.2]

peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok dinyatakan dalam

tabel berikut.

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok

Skor Kelompok Kriteria Penghargaan

≤ 40 Good Team

41 – 45 Great Team

(47)

3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT)

Kelebihan dan kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) yang

dapat penulis rangkum setelah membaca beberapa sumber karangan Robert

E. Slavin (1995), Sugiyanto (2009) dan Trianto (2009) adalah :

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh

teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka

dari pada siswa yang ada di kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan atau persepsi siwa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja dan bukan pada keberuntungan.

c. TGT memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit).

e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional lebih sedikit yang menerima skors atau

perlakuan lain.

g. TGT dapat meningkatkan rasa saling percaya.

h. TGT meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

(48)

i. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,

agama, dan orientasi tugas.

j. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen.

D.Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008)

adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau

tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan Herman

Hudojo (1988) berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong

yang ada di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

untuk mencapai suatu tujuan.

Winkel (1984) menyatakan motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan kondisi

intern atau disposisi (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai

(49)

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual.

Peranannya yang sangat khas adalah dalam hal gairah / semangat belajar,

siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kemauan seseorang

untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi belajar matematika

adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka

memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan

dalam pembelajaran matematika.

2. Macam-macam Motivasi

Ada beberapa macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang.

Macam-macam motivasi di bawah ini adalah macam-macam motivasi yang

dituliskan oleh Sardiman (1986) :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

i. Motif-motif bawaan

Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, tanpa

(50)

dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk

beristirahat, dan sebagainya.

ii. Motif-motif yang dipelajari

Motif-motif yang dipelajari maksudnya adalah motivasi

yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya adalah dorongan

untuk mengajar di tengah masyarakat, dorongan untuk belajar suatu

cabang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Motif-motif seperti ini

disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.

b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

i. Motif atau kebutuhan organis

Motivasi ini muncul karena adanya kebutuhan organis

untuk hidup. Misalkan : dorongan untuk makan, dorongan untuk

minum, dorongan untuk bernafas, dan sebagainya.

ii. Motif-motif darurat

Motivasi ini muncul karena adanya rangsangan dari luar.

Misalkan : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, dan sebagainya.

iii. Motif-motif obyektif

Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat

menghadapi duni luar secara efektif. Misalkan : menaruh minat,

(51)

c. Motivasi Jasmaniah dan Motivasi Rohaniah

Yang termasuk dalam motivasi jasmaniah misalnya refleks,

insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi

rohaniah adalah kemauan.

d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman,

1986). Anita Woolfolk (2009) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik

adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan

tantangan selama kita berusaha mengejar interest pribadi dan

menerapkan kapabilitas, motivasi untuk melakukan sesuatu ketika kita

tidak harus melakukan.

Sedangkan motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar

(1986). Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didasarkan pada

faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan itu sendiri, motivasi

yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal seperti reward dan

hukuman (Anita Woolfolk, 2009).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sendiri

sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari faktor luar yang turut

(52)

3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar

Sardiman (1986) dalam bukunya menunjukkan beberapa bentuk

dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Cara – cara tersebut adalah :

a. Memberikan angka

Angka dalam hal ini adalah simbol dari nilai kegiatan belajar

siswa. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka /

nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai

ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka

baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan / kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual

maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

d. Ego – involvment

Menumbuhkan kesadaran pada para siswa agar merasakan

(53)

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan

segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga

harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada

ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan juga merupakan sarana

motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi

pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

g. Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcment yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan

memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah

belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagi reinforcment yang negatif tetapi jika diberikan

(54)

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud

untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang

ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan baik.

j. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi

muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat

motivasi yang pokok.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan,

maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

4. Pendekatan Umum Motivasi

a. Pendekatan Behavioral

Kaum behavioris cenderung menekankan motivasi ekstrinsik

yang disebabkan oleh insentif, reward, dan hukuman (Anita Woolfolk,

2009).

b. Pendekatan Humanistik

Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang

tercipta oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi , fulfillment, dan

(55)

c. Pendekatan Kognitif

Pandangan kognitif menekankan para pencari makna,

pemahaman, kompetensi, kekuatan atribusi, dan interpretasi individual

(Anita Woolfolk, 2009).

d. Pendekatan Sosiokultural

Pandangan sosiokultural menekankan legatimate periperal

participation dan identitas dalam masyarakat (Anita Woolfolk, 2009).

5. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (1986), ada beberapa ciri-ciri yang

menunjukkan siswa memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut adalah :

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin.

E.Hasil Belajar

Hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009). Hasil belajar ini

dapat dilihat dari hasil tes prestasi dan dalam pengukuran hasilnya digunakan

simbol angka atau skor. Suprijono (2009) juga menuliskan hasil belajar

(56)

yang dituliskan oleh Suprijono (2009) yaitu berupa informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

Sementara hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge,

comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Domain

afektif adalah receiving, responding, valuing, organization, dan

characterization. Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan

rountinized (Suprijono, 2009).

F. Materi Relasi dan Fungsi

1. Pengertian relasi

Definisi dari relasi menurut Marsigit (2009) adalah relasi dari himpunan M

ke himpunan N adalah suatu aturan yang memasangkan anggota - anggota

himpunan M ke anggota - anggota himpunan N. Misalkan terdapat dua

himpunan yakni himpunan M = {Adi Bella, Cinta, Deni, dan Edi} dan

himpunan N = {musik, tari, teater}. Adi menyukai tari, Bella menyukai

teater, Cinta menyukai musik, Deni menyukai tari, dan Edi menyukai

musik. Antar anggota himpunan M dan himpunan N terdapat suatu

(57)

2. Cara menyatakan relasi

a. Diagram panah

Diagram panah merupakan cara paling mudah dalam menyatakan suatu

relasi. Materi mengenai diagram panah telah dipelajari pada

uraian-uraian sebelumnya.

[image:57.595.98.509.201.742.2]

Contoh diagram panah :

Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah

b. Diagram Cartesius

Selain dengan diagram panah, relasi dapat juga dinyatakan dalam

bentuk diagram cartesius. Penempatan sumbu-sumbu pada diagram

cartesius diatur sebagai berikut: sumbu horisontal digunakan untuk

himpunan pertama sedangkan sumbu vertikal digunakan untuk

himpunan kedua. Contoh diagram cartesius :

(58)

c. Himpunan pasangan berurutan

Cara menyatakan relasi yang ketiga adalah dengan himpunan pasangan

berurutan. Himpunan pasangan berurutan didefinisikan sebagai berikut:

Suatu relasi antar dua himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari

A dan B. A × B merupakan himpunan pasangan berurutan (a, b) dengan

a ∈ A dan b ∈ B. (Marsigit, 2009)

3. Pengertian fungsi

Misalkan himpunan A = {Jakarta, Kuala Lumpur, Paris, Teheran, Tokyo}

dan himpunan B = {Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Perancis}. Dari

kedua himpunan tersebut, dapat dibuat suatu relasi ‘ibukota’. Dengan relasi

tersebut, terlihat bahwa relasi tersebut memiliki sifat-sifat setiap anggota

himpunan A memiliki kawan anggota himpunan B. Selai itu juga tidak ada

anggota A yang memiliki kawan lebih dari satu di himpunan B. Suatu relasi

yang memiliki kedua sifat tersebut merupakan relasi khusus yang disebut

fungsi. Fungsi didefinisikan sebagai: fungsi atau pemetaan dari himpunan

A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota

A dengan tepat satu anggota B. (Marsigit, 2009)

a. Domain, kodomain, dan range

Pada fungsi dikenal beberapa istilah yakni daerah asal (domain), daerah

(59)

b. Menyatakan fungsi / pemetaan

Pada dasarnya fungsi juga merupakan relasi, maka dalam menyatakan

fungsi juga dapat dinyatakan dalam 3 cara yakni dengan menggunakan

diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan.

c. Banyak pemetaan dari dua himpunan

Cara untuk menentukan banyaknya pemetaan dari dua himpunan

menurut buku karangan Marsigit (2009) adalah sebagai berikut :

Jika banyaknya anggota himpunan P adalah n(P) dan banyak anggota

himpunan Q adalah n(Q) maka :

Banyak pemetaan dari P ke Q adalah {n(Q)}n(P) Banyak pemetaan dari Q ke P adalah {n(P)}n(Q)

4. Korespondensi satu-satu / Perkawanan satu-satu

a. Pengertian korespondensi satu-satu

Misalkan terdapat suatu fungsi “Rasa”.

Gambar 2.3 : Fungsi “Rasa

Setiap anggota pada himpunan A hanya dapat dipasangkan dengan

tepat satu anggota himpunan B. Demikian juga dengan setiap anggota B

yang dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan A. Fungsi

dengan sifat seperti itu dinamakan sebagai korespondensi satu-satu.

(60)

Definisi korespondensi satu-satu: jika setiap anggota himpunan A

dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B dan setiap anggota

himpunan B dipasangkan dengan tepat satu anggota himunan A maka

dikatakan bahwa himpunan A berkorespondensi satu-satu dengan

himpunan B. Jadi, n(A) harus sama dengan n(B). (Marsigit, 2009)

b. Banyak korespondensi satu-satu dari dua himpunan

Cara untuk menemukan banyaknya korespondensi satu-satu yang

mungkin terjadi pada 2 himpunan yang banyak anggotanya telah

diketahui menurut buku yang ditulis Marsigit (2009) adalah : Jika n(A)

= n(B) = n maka banyaknya korespondensi satu-satu antara A dan B

adalah n × (n – 1) × (n – 2) × ... × 3 × 2 × 1.

G. Kerangka Berpikir

Siswa pasti ingin mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Pencapaian hasil yang memuaskan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah

satunya ialah motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang dimaksud adalah

dorongan siswa untuk belajar. Dari sekian banyak macam motivasi, motivasi

ekstrinsiklah yang dapat didongkrak secara siginifikan karena motivasi

ekstrinsik lahir dari lingkungan sekitar seperti persaingan dengan teman

sebaya, dukungan keluarga, dan bahkan cara guru menyampaikan materi di

kelas.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah proses

(61)

sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar. Model

pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada penelitian ini

diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model

pembelajaran ini siswa dibantu oleh teman sebayanya dalam satu kelompok

diskusi. Selain itu dengan adanya rasa bersaing saat melaksanakan turnamen

akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

H.Hipotesis

Hipotesis yang peneliti kemukakan berdasarkan landasan teori dan kerangka

berpikir di atas adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

yang peneliti terapkan di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

pada materi relasi dan fungsi akan berjalan dengan baik.

2. Hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada

pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) akan mencapai nilai yang baik.

3. Motivasi belajar yang dimiliki siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta pada pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

(62)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif (kualitatif-kuantitatif). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Jenis penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan

perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa

individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Nana S. Sukmadinata, 2005).

B.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012 / 2013

(63)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII C SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 39 siswa. Obyek pada penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

D.Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu peneliti dalam kegiatan penelitian (Mustafa,

2009). Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen yakni instrumen perencanaan pembelajaran dan instrumen untuk mengumpulkan

(64)

untuk mengumpulkan data terdiri dari Tes Hasil Belajar (THB), angket, dan pertanyaan wawancara untuk siswa.

1. Tes Kemampuan Awal (TKA)

TKA adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

sekaligus untuk membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi. Materi yang digunakan untuk TKA adalah materi kelas VII. Sebelum diujikan pada para siswa, terlebih dahulu kisi-kisi TKA dan soal TKA

dikonsultasikan pada dosen dan guru.

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA)

Kompetensi

Dasar Indikator

Tingkat Kognitif

Jumlah Butir

Soal C1 C2 C3

1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan.

Siswa dapat menentukan operasi hitung bilangan pecahan (%) yang dikaitkan dengan kejadian sehari-hari.

1 1

2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar.

Siswa dapat menentukan jumlah

dari dua bentuk aljabar. 1 1 3. Menggunakan

perbandingan untuk pemecahan masalah.

Siswa dapat menggunakan prinsip perbandingan dua besaran yang sejenis dalam menyelesaikan masalah.

1 1

4. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah.

Siswa dapat menyatakan suatu himpunan dengan mendaftar anggota-anggotanya jika diketahui sebuah diagram venn.

1 1

5. Menentukan hubungan dua garis, besar, dan jenis sudut.

Siswa dapat menentukan nilai suatu sudut jika diketahui dua

sudut yang saling berpelurus. 1 1

Jumlah 1 2 2 5

Keterangan : C1 : Mengingat C2: Memahami

(65)

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RPP adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada

penelitian. RPP mencakup hal-hal berikut: tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah kegiatan, alat dan bahan, dan penilaian

(terlampir).

3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP

Lembar ketercapaian pelaksanaan RPP digunaka

Gambar

tabel berikut.
Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Angket Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Catatan : Membawa Dokumen Penawaran Asli sesuai dengan yang di Upload ke SPSE LPSE Kabupaten Simalungun , Data – Data perusahaan Asli, bagi yang diwakilkan membawa surat kuasa

[r]

After studying and learning this chapter, coginitively students are able to know, recognize, and understand how to translate descriptive texts, affectively they can acknowledge

Memandangkan kajian ini yang lebih spasefik terhadap otot tangan menerusi latihan bebanan, pengkaji telah menjadikan ujian 25 meter speed swimm sebagai kayu ukur dalam

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik sediaan larutan pewarna rambut alami kulit buah naga super red mempunyai nilai kejernihan yang baik, pH tidak masuk dalam

Selain paket satu, kami juga ada paket menengah, yaitu paket 3, Anda hanya butuh mengeluarkan Rp 1.350.000 dengan jumlah sate 60 porsi, gulai 70 porsi dan tengkleng solo 40

 Menurut ekonomi neo-klasik  penilaian individu terhadap suatu barang atau jasa merupakan selisih antara WTP dengan biaya yang diperlukan untuk mensuplai