vi ABSTRAK
Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.
HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS
(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Longinus Tito Hertiandito
NIM : 081414055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS
(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Longinus Tito Hertiandito
NIM : 081414055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Hargailah cinta yang anda terima melebihi segalanya.
Ia akan bertahan lama setelah kekayaan dan kesehatan anda sirna.
(Og. Mandino)
Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan,
orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.
(Sir Winston Churcill)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi langkahku
Santo Longinus dan Santo Robertus Bellarminus pelindungku
kedua orang tuaku Bapak A. Haryanto Dwiatmoko dan Ibu G. Tatiek Sutjahjokartiko
adikku Tantiana Hertiantika
Sahabat-sahabatku
vi
ABSTRAK
Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.
vii
ABSTRACT
Longinus Tito Hertiandito. 2012. Student’s Learning Achievement and Learning Motivation in Learning Mathematics Using Cooperative Learning Type Teams Games Tournaments (TGT) in Class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to find out (1) implementation of cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) in learning mathematics, (2) student’s learning achievement, and (3) student’s learning motivation. This is a mixed deskriptive research (qualitative-quantitative). This research was conducted in 6 lesson meeting. The subject of this research is class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 academic year 2012/2013.
Data required was collected in several ways. Implementation of mentioned learning model were measured using implementation of lesson plan (RPP) observation sheet. Student’s learning achievement were measured using Evaluation Test (THB) compared to Based Competence Test (TKA), and also classified by Likert scale 3. Student’s learning motivation were measured using questionnaire to be Likert scale 3.
The results of this study indicate that (1) cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) that applied in class VIII C is good and can be seen at the level of implementation of lesson plan (RPP) in observation sheet at all meetings reached 90,06%, (2) student’s learning achievement obtained good results, 24 students out of 29 students classified as medium and high on the results of their study with mean value of THB which reached 74,86, the highest value is 78, and standart deviation was 14,17, (3) student’s motivation gained well with students who have high and medium motivation reached 68,96%, these results are supported by mean score of motivation questionnaire was 70, the highest value is 70, and standart deviation is 5,81.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta” ini dengan baik.
Skripsi ini dapat tersusun berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menuntun dan
melindungiku dalam proses pembuatan skripsi ini
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada
penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, motivasi, dan kritik selama penyusunan skripsi ini
4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini
5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini
x
7. Br. Valentinus Naryo, M.Pd., FIC selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian di SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
8. Ibu C. Peni Suryaningtyas, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran
matematika kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pengambilan data penelitian
9. Siswa-siswi kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membantu penulis dalam perolehan data penelitian
10. Papa, mama, adik, dan saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan doa, dukungan, dan cinta kasih selama penyusunan skripsi ini dan selama masa belajar di Universitas Sanata Dharma
11. Teman-teman misdinar ‘Angelus Domini’, khususnya Audra, Dhea, Ferry, Wawan, Retha, mas Roni, dan Ingrid yang selalu memberikan doa dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
12. Teman-teman KKN Reguler Angkatan XLIII Kelompok 2 ‘JambuLovers’ : Ari, Ani, Lusi, Lana, Sepsi, Nofa, Baskoro, dan Widi yang telah memberikan
semangat dan kehebohan saat awal penyusunan skripsi ini
13. Semua teman-teman kost, khususnya Bravo, mas Adit, dan mas Sigit, yang
xi
14. Teman-teman seperjuangan prodi Pendidikan Matematika angkatan 2008, khususnya William, Zita, Sisca, Ana, Tya, Yulia, dan Ayu yang telah
berjuang bersama, semoga kita semua sukses selalu
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………..……. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...…... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI ………... xii
DAFTAR TABEL ………... xvii
DAFTAR GAMBAR ………... xix
DAFTAR LAMPIRAN ………... xx
BAB I PENDAHULUAN...……….... 1
A.Latar Belakang………... 1
B.Identifikasi Masalah...………... 3
C.Pembatasan Masalah ... 3
D.Rumusan Masalah ... 4
xiii
F. Batasan Istilah ... 5
G.Manfaat Hasil Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ...………... 8
A.Belajar dan Pembelajaran ..………... 8
B.Pembelajaran Kooperatif………... 9
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif ... 9
2. Teori Pembelajaran Kooperatif ... 10
3. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 16
C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ...………... 19
1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT) ... 19
2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT) ... 19
3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) ... 23
D.Motivasi Belajar Siswa …... 24
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 24
2. Macam-macam Motivasi ... 25
3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar ... 28
4. Pendekatan Umum Motivasi ... 30
xiv
E. Hasil Belajar Siswa………... 31
F. Materi Relasi dan Fungsi ………... 32
1.Pengertian Relasi ... 32
2.Cara Menyatakan Relasi ... 33
3.Pengertian Fungsi ... 34
4.Korespondensi Satu-satu / Perkawanan Satu-satu ... 35
G.Kerangka Berpikir ……... 36
H.Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ………... 38
A.Jenis Penelitian ………... 38
B.Waktu dan Tempat ……….... 38
C.Subyek dan Obyek Penelitian………... 39
D.Variabel Penelitian ………... 39
1. Variabel Bebas ………... 39
2. Variabel Terikat………... 39
E. Instrumen Penelitian ………... 39
1. Tes Kemanpuan Awal (TKA)………... 40
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……... 41
3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP ………... 41
4. Soal Permainan…………... 41
xv
6. Tes Hasil Belajar (THB) ... 43
7. Angket ... 44
8. Pertanyaan Wawancara ... 45
F. Validitas dan Reliabilitas………... 45
1. Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal ... 45
2. Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 45
3. Validitas Angket Motivasi ... 47
G.Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Angket ... 48
2. Tes ... 48
3. Wawancara ... 48
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN…………... 49
A.Pelaksanaan Kegiatan Penelitian………... 49
1. Observasi ... 49
2. Validitas dan Reliabilitas………... 49
3. Pengambilan Data ... 51
B.Penyajian Data... 60
1. Keterlaksanaan RPP………... 61
2. Motivasi Belajar……... 63
xvi
C.Analisis Hasil Penelitian ... 71
1. Keterlaksanaan RPP ... 71
2. Motivasi Belajar ... 79
3. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Hasil Belajar ... 83
4. Penghargaan Kelompok ... 88
5. Korelasi Antara Hasil Belajar dan Motivasi Belajar .... 89
6. Wawancara ... 92
BAB V PENUTUP………... 96
A.Kesimpulan ……….... 96
B.Saran ………... 98
DAFTAR PUSTAKA ………...…... 99
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok………... 22
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA) ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar (THB) ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 44
Tabel 4.1 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 2 ... 61
Tabel 4.2 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 3 ... 62
Tabel 4.3 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 4 ... 62
Tabel 4.4 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 5... 63
Tabel 4.5 Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C ... 64
Tabel 4.6 Hasil TKA Siswa Kelas VIII C ... 65
Tabel 4.7 Nilai Games 1 Siswa Kelas VIII C ... 66
Tabel 4.8 Nilai Games 2 Siswa Kelas VIII C ... 67
Tabel 4.9 Nilai Turnamen Siswa Kelas VIII C ... 68
Tabel 4.10 Nilai THB Siswa Kelas VIII C ... 70
Tabel 4.11 Penggolongan Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C menurut Skala Likert 3 ... 81
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai TKA dan THB ... 83
xviii
Tabel 4.14 Nilai Turnamen dan Kelompok Juara ... 88
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah ... 33
Gambar 2.2 Contoh Diagram Cartesius ... 33
Gambar 2.3 Fungsi ‘Rasa’ ... 35
Gambar 4.1 Beberapa Kelompok Diskusi pada Games 1 ... 53
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Games 1 dalam Kelompok ... 54
Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi dalam Kelompok ... 54
Gambar 4.4 Peneliti Menjelaskan Materi ... 55
Gambar 4.5 Penggunaan viewer dalam Pembelajaran Pertemuan Keempat ... 57
Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Games 2 ... 57
Gambar 4.7 Kelompok-kelompok dalam Sesi Turnamen ... 58
Gambar 4.8 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Turnamen ... 59
Gambar 4.9 Salah Satu Siswa Mengerjakan Soal THB ... 60
Gambar 4.10 Histogram Jumlah siswa pada Setiap Kriteria Skor Angket Motivasi ... 82
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101
Lampiran A.2 Modul 1 RELASI ... 109
Lampiran A.3 Modul 2 FUNGS ... 111
Lampiran A.4 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 116
Lampiran A.5 Angket Motivasi ... 117
Lampiran A.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ... 119
Lampiran A.7 Soal TKA ... 120
Lampiran A.8 Kunci Jawaban TKA ... 121
Lampiran A.9 Soal Games 1 ... 123
Lampiran A.10 Soal Games 2 ... 124
Lampiran A.11 Soal Turnamen 1 ... 126
Lampiran A.12 Soal Turnamen 2 ... 127
Lampiran A.13 Soal Turnamen 3 ... 128
Lampiran A.14 Soal Turnamen 4 ... 129
Lampiran A.15 Soal Turnamen 5 ... 130
Lampiran A.16 Kisi-kisi THB ... 131
Lampiran A.17 Soal THB ... 132
xxi
Lampiran B.1 Tabel Hasil Validitas THB ... 135
Lampiran B.2 Perhitungan Validitas THB ... 137
Lampiran B.3 Tabel Hasil Reliabilitas THB ... 139
Lampiran B.4 Perhitungan Reliabilitas THB ... 141
Lampiran B.5 Tabel Hasil Validitas Angket ... 143
Lampiran B.6 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan
SPSS ... 145
Lampiran C.1 Daftar Nama Siswa Kelas VIII C ... 146
Lampiran C.2 Daftar Kelompok Diskusi ... 147
Lampiran C.3 Daftar Kelompok Turnamen ... 148
Lampiran C.4 Sertifikat Penghargaan Kelompok ... 149
Lampiran D.1 Lembar Jawab Siswa – uji Validitas THB ... 150
Lampiran D.2 Lembar Jawab Siswa – TKA ... 156
Lampiran D.3 Lembar Jawaban Games 1 ... 159
Lampiran D.4 Lembar Jawaban Games 2 ... 161
Lampiran D.5 Lembar Jawaban Turnamen ... 164
Lampiran D.6 Lembar Jawaban THB ... 173
Lampiran D.7 Lembar Jawaban Angket Motivasi ... 179
Lampiran E.1 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 185
Lampiran E.2 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 191
xxii
Lampiran E.4 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 207
Lampiran F.1 Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 213
Lampiran F.2 Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 215
Lampiran F.3 Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 217
Lampiran F.4 Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 219
Lampiran F.5 Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 221
Lampiran G.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... 223
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak
pendidikan dasar hingga menengah atas. Matematika yang diartikan sebagai
ilmu mengenai kuantitas oleh Herman Hudojo (1988) tidak dapat dipungkiri
memaksa para siswa untuk dapat menguasainya. Keharusan tersebut bukan
tanpa alasan. Pertama, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang diujikan dalam Ujian Nasional dan dapat mempengaruhi kelulusan siswa.
Alasan kedua karena keberadaan matematika sangat berhubungan dengan
kehidupan manusia sehari-hari.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan observasi,
peneliti melihat terdapat siswa yang kesulitan mempelajari matematika.
Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab siswa sulit mempelajari
matematika adalah mungkin materi yang dipelajari merupakan materi yang
baru ditemui siswa, mungkin cara belajar siswa yang kurang efektif, dan
kemungkinan lain adalah siswa yang tidak memperhatikan guru saat
memberikan penjelasan atau ceramah. Terdapat kemungkinan siswa merasa
bosan karena dalam belajar matematika di kelas siswa banyak diberi penjelasan
oleh guru, diberikan contoh, dan dilanjutkan dengan latihan soal.
Agar siswa selalu ingin memperhatikan penjelasan guru kiranya guru
siswa. Dengan cara mengajar yang melibatkan siswa, siswa akan lebih
memiliki keinginan untuk belajar karena saat siswa dilibatkan bersama teman
sebayanya, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.
Sebenarnya banyak model atau cara mengajar yang dapat melibatkan
siswa yang telah dikembangkan oleh para ahli. Salah satu model pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Model pembelajaran ini lebih banyak mengajak siswa
untuk belajar bersama-sama dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang
heterogen dan bahkan jika memungkinkan tiap anggota kelompok berasal dari
ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. Cooperative learning
mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2001).
Pada pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran salah
satunya adalah tipe Teams Games Tournaments (TGT) (Robert E. Slavin,
1995). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
menurut Nur dan Wikandari (2000) yang ditulis oleh Trianto (2009) dapat
digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu eksak,
ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga
perguruan tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian model
diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang
tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau
kinerja.
Penulis melihat bahwa matematika amat diperlukan oleh para siswa
maka penulis memandang perlunya penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) sebagai salah satu alternatif
yang mungkin dapat digunakan oleh guru pada pembelajaran matematika. Pada
penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournaments (TGT) pada proses belajar mengajar matematika di
kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
B.Identifikasi Masalah
Dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, tampaknya :
1. Siswa mengalami kesulitan saat mempelajari matematika.
2. Siswa tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika saat guru
memberikan penjelasan atau ceramah.
C.Pembatasan Masalah
Dari sekian masalah yang telah diidentifikasi, karena keterbatasan
waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan
(TGT) dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII C SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013 dengan materi relasi dan fungsi.
D.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) pada pembelajaran matematika ?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) ?
3. Bagaimanakah motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) ?
E.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
(TGT) pada pembelajaran matematika.
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
3. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
F. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam perumusan masalah didefinisikan
sebagai berikut :
1. Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan–
perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, ketrampilan, dan sikap– sikap.
(WS. Winkel, 1984)
2. Pembelajaran
Menurut Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Udin S. Winatapura, 2008).
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dilakukan individu
dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan – hubungan
yang bebas dari isi materi hal –hal yang ditelaah sehingga terjadi perubahan
perilaku dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu tentang
matematika (Herman Hudojo, 1988).
4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Agus Suprijono, 2009).
6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja dkk, 2011).
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah
teknik pembelajaran yag dikembangkan secara asli oleh David De Vries
dan Keith Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk
skor tim mereka (Trianto, 2009)
G.Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi peneliti
Sebagai calon guru peneliti dapat menggunakan model kooperatif tipe
Teams Games Tournaments (TGT) sebagai alternatif model mengajar di
kelas.
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif model
3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi dalam hal model
pembelajaran kooperatif khususnya tipe Teams Games Tournaments
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2008).
Pembelajaran menurut Mohamad Surya (2004) diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Mohamad Surya (2004) juga menjelaskan tentang proses
pembelajaran. Yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah proses
individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini
mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia
menghadapi suatu kebutuhan. Namun menurut Mohamad tidak setiap saat
proses pembelajaran dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan. Jika kebutuhan
itu dipenuhi dengan kebiasaan maka proses pembelajaran tidak lagi diperlukan.
Adanya kebutuhan akan mendorong individu untuk mengkaji perilaku yang
ada dalam dirinya. Secara lanjut Mohamad menjelaskan bahwa pembelajaran
terdiri dari beberapa rangkaian aktivitas berikut : individu merasakan adanya
kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai, kesiapan (readiness) individu
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, pemahaman situasi,
yang terdapat dalam situasi, tindak balas (respon), dan akibat atau hasil
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa belajar dan pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
B.Pembelajaran Kooperatif
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Robert E. Slavin (1995) dalam bukunya menjelaskan pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana para siswa bekerja
dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi
pelajaran. Slavin juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4–6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada
pembelajarannya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap teman satu
timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga keberhasilan
tim dapat dicapai.
Menurut Anita Lie (2008), pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur – unsur dasar
pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif. Anita Lie (2008) menyebut
cooperative learning dengan sistem pengajaran gotong royong.
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan
para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang banyak melibatkan
para siswa untuk bekerja dalam kelompok yang heterogen. Peran serta
setiap siswa dalam kelompok akan membantu dalam memahami materi
pelajaran.
2. Teori Pembelajaran Kooperatif
a. Teori Motivasi
Dalam teori motivasi disebutkan bahwa struktur tujuan
kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara
anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika
kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan
personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu
timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka
berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota
kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin, 1995). Jadi
dalam pembelajaran kooperatif tiap siswa dalam kelompok diminta
untuk terdorong atau termotivasi melakukan usaha yang terbaik agar
b. Teori Kognitif
Teori Kognitif dibedakan menjadi dua kategori utama yakni
Teori Pembangunan dan Teori Elaborasi Kognitif.
1. Teori Pembangunan
Teori pembangunan ini berpendapat bahwa interaksi di antara
para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep kritik (Damon, 1984 dan
Murray, 1982 dalam Slavin, 1995). Vygotsky (1978) dalam Slavin
(1995) mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai
“jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan
oleh penyelesaian masalah secara independen dan level
pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui
penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam
kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.”
Banyak penganut paham Piaget yang menyerukan untuk
penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah. Mereka beralasan
bahwa interaksi diantara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran
akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian
prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena
dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif,
akan timbul, alasan yang kurang pas juga akan keluar, dan
pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul (Slavin,
2. Teori Elaborasi Kognitif
Wittlock (1987) dalam Slavin (1995) menyebutkan bahwa
penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa
jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan
berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,
orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan
kembali kognitif, atau elaborasi, dan materi.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah
menjelaskan materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap
pengajaran oleh teman lama menemukan adanya keuntungan
pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajar
(Devin-Sheehan, Feldman, dan Allen, 1976 dalam Slavin, 1995).
Dansereau telah menemukan bahwa pada saat pembaca
maupun pendengar bisa belajar lebih banyak daripada mereka
belajar sendiri, si pembaca telah belajar lebih banyak (Slavin,
1995).
Dalam proses belajar kelompok siswa perlu diberi
kesempatan untuk menerangkan materi pelajaran yang dipahaminya
pada siswa lain. Pada satu sisi siswa yang menjelaskan akan lebih
memahami materi dan siswa yang diberi penjelasan akan menjadi
paham. Jadi model pembelajaran kooperatif dibentuk dengan
berlandaskan berbagai teori yakni yang pertama adalah teori
oleh keberhasilan kelompok, yang kedua adalah teori pembangunan
yang mengatakan bahwa interaksi siswa dengan tugas-tugasnya
akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap materi yang
dipelajari, dan yang ketiga adalah teori elaborasi kognitif yang
mengatakan bahwa dalam belajar siswa diminta untuk dapat
membagi pengalaman belajar atau menerangkan materi yang
dikuasainya pada siswa lain agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
3. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam mengemukakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning (Anita Lie, 2008).
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong (pembelajaran kooperatif) harus diterapkan. Adapun kelima
unsur tersebut adalah :
a. Saling ketergantungan positif
Yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif adalah
adanya hubungan yang saling membutuhkan antar siswa dalam
kelompok belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota
kelompok diminta untuk bertanggung jawab tidak hanya bertanggung
jawab terhadap kinerjanya secara individu, namun juga bertanggung
jawab secara kelompok. Atau dengan kata lain setiap anggota diminta
Anita Lie (2008) menyebutkan bahwa beberapa siswa yang
kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka
karena mereka juga memberikan sumbangan. Malahan mereka akan
merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan
demikian menaikkan nilai mereka (kelompok). Sebaliknya siswa yang
lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannnya yang
kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur kedua ini merupakan akibat yang dihasilkan dari unsur
saling ketergantungan positif. Dengan para siswa saling bergantung
pada rekannya, maka akan timbul rasa tanggung jawab secara personal
untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar (siswa) untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman,
keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling
diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain
dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi (Anita Lie, 2008).
d. Komunikasi antar anggota
Dalam suatu kelompok diperlukan kesediaan para anggotanya
untuk berkomunikasi menyampaikan pendapatnya. Namun tidak semua
siswa memiliki keahlian berbicara dan mendengarkan dengan baik. Ada
saat dimana siswa harus diajari terlebih dahulu bagaimana cara
menyanggah pendapat siswa lain tanpa menyinggung perasaan siswa
tersebut. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok seperti ini
merupakan proses yang panjang dan tidak langsung dalam sekejap
dapat diterapkan. Walaupun ketrampilan berkomunikasi ini
membutuhkan proses yang panjang, sesungguhnya ketrampilan ini
merupakan ketrampilan yang bermanfaat karena dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa dan dapat menjadi salah satu alternatif
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok
Setelah proses panjang dalam kelompok dilalui, perlu adanya
evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini
tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar
(siswa) terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning
Jadi tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative
learning. Suatu kerja kelompok dapat dikatakan sebagai bentuk
cooperative learning jika dalam kelompok terjadi ketergantungan positif
antar anggotanya, ada tanggung jawab yang dimiliki setiap anggota
kelompok, ada kesempatan tatap muka setiap anggota kelompok, ada
komunikasi yang dijalin setiap anggota kelompok dengan anggota lain,
serta adanya evaluasi kerja kelompok agar kerja kelompok selanjutnya
lebih efektif.
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Robert E. Slavin (1995):
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam penggunaan model pembelajaran STAD siswa dibagi
dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau lima
anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Pengelompokan ini
berfungsi untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar,
dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat
mengerjakan kuis dengan baik. Langkah dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah pertama guru mempresentasikan materi pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa
setiap anggotanya benar-benar menguasai materi dengan baik.
dipelajari. Nilai atau skor kuis individu digunakan untuk menentukan
poin perbaikan skor siswa dengan skor yang telah lalu. Sedangkan nilai
kelompok diperoleh dari penjumlahan nilai masing-masing anggota.
Kelompok yang memiliki rata-rata skor kelompok yang memenuhi
kriteria dapat diberi penghargaan.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Pada dasarnya TGT hampir sama dengan pola pembelajaran
tipe STAD. Poin penting yang membedakan keduanya adalah TGT
menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem
skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya
setara seperti mereka. Dari turnamen ini setiap anggota kelompok akan
mendapatkan skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya.
Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan nilai
kelompok. Kelompok yang mendapatkan nilai kelompok yang
memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Sama seperti kedua tipe kooperatif sebelumnya, pada tipe
jigsaw juga diberlakukan pembagian kelompok secara heterogen.
Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu
bagian materi. Mereka memiliki tugas menjadi ‘guru’ topik yang
mereka pelajari. Pada tipe jigsaw, siswa yang menjadi ‘guru’ di topik
‘guru’ di setiap topik ini diberi kesempatan untuk berdiskusi membahas
topik yang mereka terima hingga mereka dapat menguasai topik
tersebut. Setelah mereka dirasa cukup menguasai topik yang menjadi
bagian mereka, mereka diminta untuk kembali ke kelompok asal untuk
membagikan dan mengajarkan hasil diskusi mereka pada teman lain.
Terakhir adalah adanya pemberian kuis atau penilaian yang mencakup
seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada
peningkatan nilai individu.
d. Teams Accelerated Instruction (TAI)
Dalam model pembelajaran TAI, para anggota kelompok
bekerja dalam unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim bertugas
memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban
dan saling membantu menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah
pemberian tes yang dikerjakan tanpa bantuan teman satu timnya. Skor
tes dihitung dengan melihat atau memonitor siswa. Setiap minggu guru
menjumlahkan skor tiap unit yang telah diselesaikan oleh anggota tim
dan memberikan penghargaan.
e. Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan
pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam CIRC,
siswa dibagi ke dalam kelompok yang diukur berdasarkan tingkat
kecepatan membacanya. Dalam kelompok itu mereka saling bertukar
naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, dan sebagainya. Melalui
belajar kelompok, siswa dilatih untuk menguasai ide utama bahan
bacaan yang mereka baca.
C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E.
Slavin. Secara umum TGT tidak jauh berbeda dengan STAD kecuali dalam
satu hal, yakni TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan
kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan
dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu
pada struktur STAD yang biasanya.
2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT)
Adapun komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournaments (TGT) adalah :
a. Presentasi di kelas
Dalam memulai pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe TGT, guru terlebih dahulu menjelaskan pada siswa
materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Presentasi di kelas ini
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga
memasukkan presentasi audio visual. Dalam cara ini, para siswa akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuis-kuis, dan skor kuis akan menentukan skor tim mereka (Robert E.
Slavin, 1995).
b. Tim (Kelompok)
Sebuah tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras, dan etnisitas atau dengan kata lain kelompok dibentuk secara
heterogen. Kehadiran tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar. Dalam kelompok ini masing-masing
anggota kelompok harus berusaha memahami materi dan membantu
teman lain dalam menguasai materi pelajaran.
Tim atau kelompok ini dirasa penting karena setiap anggota
kelompok akan berjuang demi kelompoknya dan kelompok pun akan
berjuang untuk membantu tiap anggotanya. Agar keberadaan tim atau
kelompok semakin efektif, maka sebelum memulai berkelompok guru
dapat menjelaskan sikap yang perlu diterapkan dalam bekerja
kelompok. Sikap tersebut antara lain : tidak membuat suara gaduh saat
pelaksanaan kerja kelompok, mendiskusikan jawaban bersama-sama
teman sekelompok, dan sebelum bertanya kepada guru sebaiknya siswa
c. Game (Permainan)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, permainan
yang dimaksudkan adalah permainan yang terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan
pelaksanaan kerja tim atau kelompok.
Jalannya permainan pada model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah :
1. Sebelum pertandingan pertanyaan dinomori pada selembar kertas.
2. Setiap siswa mengambil nomor undian dan menjawab pertanyaan
sesuai dengan nomor undian.
3. Jawaban yang benar dari setiap pertanyaan dapat dicocokkan
dengan siswa lain yang berada pada meja pertandingan yang sama.
Siswa dari meja pertandiangan lain diberi kesempatan untuk
menanggapi jawaban siswa yang bermain.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game atau
permainan berlangsung. Turnamen ini biasanya dilangsingkan pada
akhir minggu atau pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi
Jalannya turnamen pada model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournaments (TGT) adalah :
1. Setiap siswa yang telah menempati meja turnamen bergantian
mengambil nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati.
2. Siswa dipersilakan untuk membacakan dan menjawab soal sesuai
dengan nomor undiannya.
3. Soal yang tidak terjawab dilemparkan kepada siswa di sebelah
kirinya.
4. Siswa yang menjawab soal dengan benar berhak menyimpan kartu
yang akan dijadikan poin untuk kemudian diakumulasikan menjadi
penghargaan kelompok.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa
dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
[image:46.595.99.516.175.681.2]peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok dinyatakan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok
Skor Kelompok Kriteria Penghargaan
≤ 40 Good Team
41 – 45 Great Team
3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT)
Kelebihan dan kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) yang
dapat penulis rangkum setelah membaca beberapa sumber karangan Robert
E. Slavin (1995), Sugiyanto (2009) dan Trianto (2009) adalah :
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka
dari pada siswa yang ada di kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan atau persepsi siwa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukan pada keberuntungan.
c. TGT memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama
verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
g. TGT dapat meningkatkan rasa saling percaya.
h. TGT meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
i. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
j. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
D.Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008)
adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan Herman
Hudojo (1988) berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong
yang ada di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan.
Winkel (1984) menyatakan motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan kondisi
intern atau disposisi (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual.
Peranannya yang sangat khas adalah dalam hal gairah / semangat belajar,
siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kemauan seseorang
untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi belajar matematika
adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka
memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan
dalam pembelajaran matematika.
2. Macam-macam Motivasi
Ada beberapa macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang.
Macam-macam motivasi di bawah ini adalah macam-macam motivasi yang
dituliskan oleh Sardiman (1986) :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
i. Motif-motif bawaan
Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, tanpa
dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk
beristirahat, dan sebagainya.
ii. Motif-motif yang dipelajari
Motif-motif yang dipelajari maksudnya adalah motivasi
yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya adalah dorongan
untuk mengajar di tengah masyarakat, dorongan untuk belajar suatu
cabang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Motif-motif seperti ini
disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.
b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
i. Motif atau kebutuhan organis
Motivasi ini muncul karena adanya kebutuhan organis
untuk hidup. Misalkan : dorongan untuk makan, dorongan untuk
minum, dorongan untuk bernafas, dan sebagainya.
ii. Motif-motif darurat
Motivasi ini muncul karena adanya rangsangan dari luar.
Misalkan : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, dan sebagainya.
iii. Motif-motif obyektif
Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi duni luar secara efektif. Misalkan : menaruh minat,
c. Motivasi Jasmaniah dan Motivasi Rohaniah
Yang termasuk dalam motivasi jasmaniah misalnya refleks,
insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi
rohaniah adalah kemauan.
d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman,
1986). Anita Woolfolk (2009) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik
adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan
tantangan selama kita berusaha mengejar interest pribadi dan
menerapkan kapabilitas, motivasi untuk melakukan sesuatu ketika kita
tidak harus melakukan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar
(1986). Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didasarkan pada
faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan itu sendiri, motivasi
yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal seperti reward dan
hukuman (Anita Woolfolk, 2009).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sendiri
sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari faktor luar yang turut
3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sardiman (1986) dalam bukunya menunjukkan beberapa bentuk
dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Cara – cara tersebut adalah :
a. Memberikan angka
Angka dalam hal ini adalah simbol dari nilai kegiatan belajar
siswa. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka /
nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai
ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka
baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan / kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
d. Ego – involvment
Menumbuhkan kesadaran pada para siswa agar merasakan
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan
segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga
harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan juga merupakan sarana
motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcment yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah
belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagi reinforcment yang negatif tetapi jika diberikan
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang
ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan baik.
j. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi
muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat
motivasi yang pokok.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan,
maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
4. Pendekatan Umum Motivasi
a. Pendekatan Behavioral
Kaum behavioris cenderung menekankan motivasi ekstrinsik
yang disebabkan oleh insentif, reward, dan hukuman (Anita Woolfolk,
2009).
b. Pendekatan Humanistik
Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang
tercipta oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi , fulfillment, dan
c. Pendekatan Kognitif
Pandangan kognitif menekankan para pencari makna,
pemahaman, kompetensi, kekuatan atribusi, dan interpretasi individual
(Anita Woolfolk, 2009).
d. Pendekatan Sosiokultural
Pandangan sosiokultural menekankan legatimate periperal
participation dan identitas dalam masyarakat (Anita Woolfolk, 2009).
5. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (1986), ada beberapa ciri-ciri yang
menunjukkan siswa memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin.
E.Hasil Belajar
Hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009). Hasil belajar ini
dapat dilihat dari hasil tes prestasi dan dalam pengukuran hasilnya digunakan
simbol angka atau skor. Suprijono (2009) juga menuliskan hasil belajar
yang dituliskan oleh Suprijono (2009) yaitu berupa informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Sementara hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge,
comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Domain
afektif adalah receiving, responding, valuing, organization, dan
characterization. Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized (Suprijono, 2009).
F. Materi Relasi dan Fungsi
1. Pengertian relasi
Definisi dari relasi menurut Marsigit (2009) adalah relasi dari himpunan M
ke himpunan N adalah suatu aturan yang memasangkan anggota - anggota
himpunan M ke anggota - anggota himpunan N. Misalkan terdapat dua
himpunan yakni himpunan M = {Adi Bella, Cinta, Deni, dan Edi} dan
himpunan N = {musik, tari, teater}. Adi menyukai tari, Bella menyukai
teater, Cinta menyukai musik, Deni menyukai tari, dan Edi menyukai
musik. Antar anggota himpunan M dan himpunan N terdapat suatu
2. Cara menyatakan relasi
a. Diagram panah
Diagram panah merupakan cara paling mudah dalam menyatakan suatu
relasi. Materi mengenai diagram panah telah dipelajari pada
uraian-uraian sebelumnya.
[image:57.595.98.509.201.742.2]Contoh diagram panah :
Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah
b. Diagram Cartesius
Selain dengan diagram panah, relasi dapat juga dinyatakan dalam
bentuk diagram cartesius. Penempatan sumbu-sumbu pada diagram
cartesius diatur sebagai berikut: sumbu horisontal digunakan untuk
himpunan pertama sedangkan sumbu vertikal digunakan untuk
himpunan kedua. Contoh diagram cartesius :
c. Himpunan pasangan berurutan
Cara menyatakan relasi yang ketiga adalah dengan himpunan pasangan
berurutan. Himpunan pasangan berurutan didefinisikan sebagai berikut:
Suatu relasi antar dua himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari
A dan B. A × B merupakan himpunan pasangan berurutan (a, b) dengan
a ∈ A dan b ∈ B. (Marsigit, 2009)
3. Pengertian fungsi
Misalkan himpunan A = {Jakarta, Kuala Lumpur, Paris, Teheran, Tokyo}
dan himpunan B = {Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Perancis}. Dari
kedua himpunan tersebut, dapat dibuat suatu relasi ‘ibukota’. Dengan relasi
tersebut, terlihat bahwa relasi tersebut memiliki sifat-sifat setiap anggota
himpunan A memiliki kawan anggota himpunan B. Selai itu juga tidak ada
anggota A yang memiliki kawan lebih dari satu di himpunan B. Suatu relasi
yang memiliki kedua sifat tersebut merupakan relasi khusus yang disebut
fungsi. Fungsi didefinisikan sebagai: fungsi atau pemetaan dari himpunan
A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota
A dengan tepat satu anggota B. (Marsigit, 2009)
a. Domain, kodomain, dan range
Pada fungsi dikenal beberapa istilah yakni daerah asal (domain), daerah
b. Menyatakan fungsi / pemetaan
Pada dasarnya fungsi juga merupakan relasi, maka dalam menyatakan
fungsi juga dapat dinyatakan dalam 3 cara yakni dengan menggunakan
diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan.
c. Banyak pemetaan dari dua himpunan
Cara untuk menentukan banyaknya pemetaan dari dua himpunan
menurut buku karangan Marsigit (2009) adalah sebagai berikut :
Jika banyaknya anggota himpunan P adalah n(P) dan banyak anggota
himpunan Q adalah n(Q) maka :
Banyak pemetaan dari P ke Q adalah {n(Q)}n(P) Banyak pemetaan dari Q ke P adalah {n(P)}n(Q)
4. Korespondensi satu-satu / Perkawanan satu-satu
a. Pengertian korespondensi satu-satu
Misalkan terdapat suatu fungsi “Rasa”.
Gambar 2.3 : Fungsi “Rasa”
Setiap anggota pada himpunan A hanya dapat dipasangkan dengan
tepat satu anggota himpunan B. Demikian juga dengan setiap anggota B
yang dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan A. Fungsi
dengan sifat seperti itu dinamakan sebagai korespondensi satu-satu.
Definisi korespondensi satu-satu: jika setiap anggota himpunan A
dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B dan setiap anggota
himpunan B dipasangkan dengan tepat satu anggota himunan A maka
dikatakan bahwa himpunan A berkorespondensi satu-satu dengan
himpunan B. Jadi, n(A) harus sama dengan n(B). (Marsigit, 2009)
b. Banyak korespondensi satu-satu dari dua himpunan
Cara untuk menemukan banyaknya korespondensi satu-satu yang
mungkin terjadi pada 2 himpunan yang banyak anggotanya telah
diketahui menurut buku yang ditulis Marsigit (2009) adalah : Jika n(A)
= n(B) = n maka banyaknya korespondensi satu-satu antara A dan B
adalah n × (n – 1) × (n – 2) × ... × 3 × 2 × 1.
G. Kerangka Berpikir
Siswa pasti ingin mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
Pencapaian hasil yang memuaskan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah
satunya ialah motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang dimaksud adalah
dorongan siswa untuk belajar. Dari sekian banyak macam motivasi, motivasi
ekstrinsiklah yang dapat didongkrak secara siginifikan karena motivasi
ekstrinsik lahir dari lingkungan sekitar seperti persaingan dengan teman
sebaya, dukungan keluarga, dan bahkan cara guru menyampaikan materi di
kelas.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah proses
sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar. Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada penelitian ini
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model
pembelajaran ini siswa dibantu oleh teman sebayanya dalam satu kelompok
diskusi. Selain itu dengan adanya rasa bersaing saat melaksanakan turnamen
akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
H.Hipotesis
Hipotesis yang peneliti kemukakan berdasarkan landasan teori dan kerangka
berpikir di atas adalah :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
yang peneliti terapkan di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
pada materi relasi dan fungsi akan berjalan dengan baik.
2. Hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada
pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT) akan mencapai nilai yang baik.
3. Motivasi belajar yang dimiliki siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta pada pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif (kualitatif-kuantitatif). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Jenis penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa
individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Nana S. Sukmadinata, 2005).
B.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012 / 2013
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII C SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 39 siswa. Obyek pada penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
D.Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu peneliti dalam kegiatan penelitian (Mustafa,
2009). Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen yakni instrumen perencanaan pembelajaran dan instrumen untuk mengumpulkan
untuk mengumpulkan data terdiri dari Tes Hasil Belajar (THB), angket, dan pertanyaan wawancara untuk siswa.
1. Tes Kemampuan Awal (TKA)
TKA adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
sekaligus untuk membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi. Materi yang digunakan untuk TKA adalah materi kelas VII. Sebelum diujikan pada para siswa, terlebih dahulu kisi-kisi TKA dan soal TKA
dikonsultasikan pada dosen dan guru.
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA)
Kompetensi
Dasar Indikator
Tingkat Kognitif
Jumlah Butir
Soal C1 C2 C3
1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan.
Siswa dapat menentukan operasi hitung bilangan pecahan (%) yang dikaitkan dengan kejadian sehari-hari.
1 1
2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar.
Siswa dapat menentukan jumlah
dari dua bentuk aljabar. 1 1 3. Menggunakan
perbandingan untuk pemecahan masalah.
Siswa dapat menggunakan prinsip perbandingan dua besaran yang sejenis dalam menyelesaikan masalah.
1 1
4. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah.
Siswa dapat menyatakan suatu himpunan dengan mendaftar anggota-anggotanya jika diketahui sebuah diagram venn.
1 1
5. Menentukan hubungan dua garis, besar, dan jenis sudut.
Siswa dapat menentukan nilai suatu sudut jika diketahui dua
sudut yang saling berpelurus. 1 1
Jumlah 1 2 2 5
Keterangan : C1 : Mengingat C2: Memahami
2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada
penelitian. RPP mencakup hal-hal berikut: tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah kegiatan, alat dan bahan, dan penilaian
(terlampir).
3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP
Lembar ketercapaian pelaksanaan RPP digunaka