Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games
Tournament
(TGT)
pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan
pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa
SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
GITA KARTIKA SARI 101424004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games
Tournament
(TGT)
pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan
pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa
SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
GITA KARTIKA SARI 101424004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Persembahan
Haleluya.. Kau ada dalam hatiku
Takkan patah semangatku
Takkan hilang kekuatanku
Haleluya.. ku mau bersorak bagiMu
Sukacita surga nyata penuhiku
“Cuplikan lagu Rohani Sukacita Surga”
Begitu besar ucapan syukur yang mampu terucap untuk penyertaan Tuhan Yesus atas terselesaikannya karya ini, karya ini saya persembahkan untuk :
Ayahku Drs. Sugeng Riyadi yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan nasihat-nasihat yang berarti untukku.
Ibuku Suwarni, S.Pd yang juga selalu menyebut namaku disetiap doanya, yang telah merawatku dari kecil hingga kini, yang selalu memberikan senyuman disetiap langkahku.
v
MOTTO
Diberikatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
yang menaruh harapan pada Tuhan
~ Yeremia 17: 7 ~
Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik
menggembirakan dia.
~ Amsal 12:25 ~
We must accept finite disappointment. But never lose infinite hope
vii
ABSTRAK
Sari, Gita Kartika. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II. Skripsi. Yogyakarta : PFIS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Kata Kunci: Metode Kooperatif, Peningkatan Pemahaman dan Sikap Kerjasama
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan kelas VII A tentang gerak melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT); (2) sikap kerjasama siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Subyek penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjumlah 34 siswa. Treatmen yang diberikan pada siswa kelas VII A adalah pembelajaran tentang gerak dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Instrumen yang digunakan antara lain : tes tertulis pre-tes dan pos-tes serta kuesioner sikap kerjasama.
viii
ABSTRACT
Sari, Gita Kartika. 2014. The Implementation of Teams Games Tournament (TGT) of Cooperative Learning and Its Impact to Students’ Understanding and attitude Toward Collaboration Work at SMP Pangudi Luhur Moyudan Class VII Semester II. Thesis. Yogyakarta: PFIS, FKIP, Sanata Dharma University.
Key Words: Cooperative Learning, the Increasing of Understanding and Cooperative Attitudes
This research was aimed to: (1) measure the increase of students’ understanding about movement (2) measure the change of attitude toward collaborative work through the implementation of Teams Games Tournament of cooperative method.
The subjects of this research were 24 students of class VII SMA Pangudi Luhur Moyudan, District of Sleman, Province of Yogyakarta Special Region. A treatment was given to the students of class VII A. They were learning Movement using Teams Games Tournament (TGT) cooperative learning method. The research instruments used were: written tests that consisted of pre-test and post-test and questionnaires on students’ cooperative attitudes.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan Sikap Kerjasama
Siswa pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak di SMP Pangudi Luhur
Moyudan Kelas VII Semester II. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
arahan serta nasihat dari beberapa orang yang sangat berpengaruh dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun berkat doa,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai ungkapan rasa
syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ignatius Edi Santosa M.S.
s
elaku Ketua Program Studi PendidikanFisika.
2. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
banyak memberikan petunjuk, arahan, saran dan membimbing dengan
penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Pada Dosen Pendidikan Fisika yang telah mendidik dan memberikan
pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. Sekretariat JPMIPA yang telah membantu kelancaran perkuliahan
xi
5. Bapak Drs. Yohanes Junianto yang telah memberikan ijin penelitian di
SMP Pangudi Luhur Moyudan.
6. Ibu Christina Maryanti, S.Pd selaku guru IPA-Fisika di SMP Pangudi
Luhur Moyudan yang telah membagi pengetahuan, memberikan
kesempatan, bantuan, semangat dan doa selama pelaksanaan penelitian
sampai terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Guru serta Staf Karyawan di SMP Pangudi Luhur
Moyudan yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Sugeng Riyadi dan Ibu Suwarni, S.Pd. yang telah memberikan
dukungan, doa, nasihat dan bantuan baik secara material maupun spiritual.
9. Kakakku Galuh Astika Sari, S.Pd. yang telah memberikan dukungan dan
terus menyemangati penulis selama penyusunan skripsi ini.
10.Sahabat-sahabat di Pendidikan Fisika angkatan 2010, terutama Rita
Rahmawati, Hesti Tri dan Riris yang memberikan semangat dan telah
melewati perjuangan bersama dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
Elisabeth Dian, Fransiska Deta, Ruth, Yuli, Christin yang selalu
memberikan dukungan semangat dan doa.
11.Teman terbaikku Natalia Asih Pratiwi dan Antonia Duma yang selalu
mendoakan, memberikan semangat dan tak hentinya memberikan
xii
12.Sahabatku tercinta Gusti Dinda, Gusti Nanda dan Marlena terima kasih
telah setia mendengarkan keluh kesahku, memberikan kritik dan saran,
serta selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman seperjuangan selama KKN antara lain Faradita Shabrina,
Nisha, Vito, Arok, Besti, Dita, Monic, Ria, Agus dan Rambu yang telah
memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidupku, selalu
memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa selama penyusunan
skripsi ini.
14.Teman-teman seperjuangan selama PPL dan guru-guru di sekolah tempat
saya menyelesaikan mata kuliah PPL, yang sudah membantu saya dalam
melakukan pengalaman mengajar dengan memberikan saran agar saya
mampu lebih baik lagi dalam mengajar di depan kelas.
15.Murid-murid kelas VII yang sudah membantu peneliti selama
melaksanakan penelitian.
16.Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membacanya.
Yogyakarta, 12 Agustus 2014
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 4
3. Rumusan Masalah ... 5
xiv
5. Tujuan Penelitian ... 6
6. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 8
1. Metode dan Model Pembelajaran ... 8
2. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 10
3. Tipe dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 11
4. Tujuan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 18
5. Ciri-Metode Pembelajaran Kooperatif ... 19
6. Unsur-unsur dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 21
7. Aspek-aspek Metode Pembelajaran Kooperatif ... 24
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 25
9. Kendala Utama Metode Pembelajaran Kooperatif ... 27
10.Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif ... 28
11.Cara Mengatasi Kekurangan dari Metode Pembelajaran Kooperatif ... 30
12.Kemampuan yang perlu dikembangkan dalam Metode Pembelajaran Kooperatif. 31 13.Peran Guru dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 37
14.Pemahaman ... 38
15.Sikap Kerjasama ... 40
16.Materi Pembelajaran ... 41
BAB III. METODE PEMBELAJARAN ... 47
xv
2. Waktu Penelitian ... 48
3. Subjek Penelitian ... 48
4. Objek Penelitian ... 49
5. Treatment ... 49
6. Instrumen Penilaian ... 50
7. Desain Penelitian ... 56
8. Metode Analisis Data ... 58
BAB IV. ANALISIS, DATA DAN PEMBAHASAN ... 67
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 67
2. Data dan Analisis ... 74
2.1Pemahaman ... 74
2.1.1 Data ... 74
2.1.2 Analisis Data ... 76
2.1.2.1Analisis Data Pretest Posttest dengan SPSS ... 76
2.1.2.1.1Uji T Dependen Kelas VII A ... 76
2.1.2.1.2Uji T Dependen Kelas VII B ... 78
2.1.2.2Analisis Pemahaman dengan Persentase Tingkat Pemahaman ... 80
2.2Sikap Kerjasama ... 88
2.2.1 Data ... 88
2.2.2 Analisis Data ... 91
xvi
2.2.2.2 Persentase Kriteria ... 93
3. Pembahasan ... 96
3.1Pemahaman ... 97
3.2Sikap Kerjasama ... 101
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
1. Kesimpulan ... 105
2. Batasan Penelitian ... 105
3. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel keterangan data penelitian ... 47
Tabel 2. Kisi- kisi Soal Pretest dan Posttest ... 52
Tabel 3. Instrumen penilaian soal pretest dan posttest... 53
Tabel 4. Kuisioner Sikap Kerjasama ... 54
Tabel 5. Pengisian Hasil Pretest dan Posttest ... 59
Tabel 6. Kriteria Pemahaman... 60
Tabel 7. Format Tingkat Pemahaman ... 60
Tabel 8. Format Tabel Persentase Tingkat Pemahaman ... 60
Tabel 9. Klasifikasi Kriteria Pemahaman Siswa ... 61
Tabel 10. Contoh Penyajian Skor Kuisioner Aktivitas Kerjasama Siswa ... 63
Tabel 11. Contoh Aturan Skoring ... 63
Tabel 12. Pedoman Penilaian Kuisioner Kerjasama ... 64
Tabel 13. Kriteria Aktivitas Kerjasama Siswa ... 64
Tabel 14. Klasifikasi Kriteria Sikap Kerjasama Siswa ... 65
Tabel 15. Pelaksanaan Penelitian untuk Kelas dengan Pembelajaran Metode Kooperatif tipe TGT (VII A) ... 72
Tabel 16. Pelaksanaan Penelitian untuk Kelas dengan Pembelajaran Metode Ceramah (VII B) ... 73
xviii
Tabel 18. Data Output bagian pertama Paired Sample T-Test ... 76
Tabel 19. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 77
Tabel 20. Data Output bagian ketiga Paired Sample T-Test ... 77
Tabel 21. Data Output bagian pertama Paired Sample T-Test ... 78
Tabel 22. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 78
Tabel 23. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 79
Tabel 24. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Metode Kooperatif Tipe TGT ... 80
Tabel 25. Persentase Tingkat Pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran dengan Metode Koperatif tipe TGT ... 82
Tabel 26. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum Menggunakan Metode Kooperatif tipe TGT ... 84
Tabel 27. Kriteria Pemahaman Siswa Sesudah Menggunakan Metode Kooperatif tipe TGT ... 84
Tabel 28. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran dengan Cara Mengajar Biasa ... 85
Tabel 29. Persentase Tingkat Pemahaman Sebelum dan Sesudah Pembelajaran dengan Cara Mengajar Biasa ... 86
Tabel 30. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum Menggunakan Cara Mengajar Biasa .... 88
Tabel 31. Kriteria Pemahaman Siswa Sesudah Menggunakan Cara Mengajar Biasa ... 88
xix
Tabel 33. Data Kuisioner Sikap Kerjasama Siswa Kelas VII B ... 90
Tabel 34. Kriteria Sikap Kerjasama Siswa ... 91
Tabel 35. Hasil Presentase Tingkat Sikap Kerjasama Siswa ... 93
Tabel 36. Kriteria Sikap Kerjasama Sebelum Menggunakan Cara Mengajar Biasa ... 94
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hubungan Jumlah Persentase dengan Kriteria Pemahaman siswa
Kelas VII A ... 82
Grafik 2. Hubungan Jumlah Persentase dengan Kriteria Pemahaman siswa
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Jarak dan Perpindahan ... 42
Gambar 2. Mobil bergerak GLB ... 43
Gambar 3. Siklus Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 48
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus ... 110
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 ... 119
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 126
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 131
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 4 ... 135
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 139
Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 6 ... 144
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa 1 ... 150
Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa 2 ... 153
Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa 3 ... 156
Lampiran 11 : Lembar Kerja Siswa 4 ... 158
Lampiran 12 : Soal Pretest dan Posttest ... 162
Lampiran 13 : Kuesioner Sikap Kerjasama Siswa ... 163
Lampiran 14 : Pernyataan Validitas Alat Ukur oleh Ahli ... 164
Lampiran 15 : Pembagian Kelompok ... 166
Lampiran 16 : Lembar Jawab Pretest Siswa ... 167
Lampiran 17 : Lembar Jawab Posttest Siswa ... 168
Lampiran 18 : Kuesioner Sikap Kerjasama yang Sudah Diisi Siswa ... 169
xxiii
Lampiran 20 : Bagan Tournament Akademik I ... 173
Lampiran 21 : Bagan Tournament Akademik II ... 174
Lampiran 22 : Contoh Lembar Jawab Tournament Akademik ke I Babak 1 ... 175
Lampiran 23 : Contoh Lembar Jawab Tournament Akademik ke I Babak 2 ... 176
Lampiran 24 : Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 177
1
Bab I
Pendahuluan
1. Latar BelakangMata pelajaran Fisika bagi siswa SMP masih merupakan hal yang baru
meskipun dahulu di Sekolah Dasar mereka sudah mendapatkan sedikit materi fisika
sebagai pengantar atau untuk memperkenalkan IPA-Fisika. Dalam buku Fisika
Universitas (2002: 1) dijelaskan bahwa fisika adalah salah satu ilmu yang paling
mendasar dari ilmu pengetahuan. Fisika bagi siswa SMP khususnya kelas VII masih
merupakan mata pelajaran yang baru, hal ini dapat memunculkan beberapa respon
dari siswa, diantaranya adalah ketertarikan dan ketakutan atau bahkan ketidaksukaan
pada mata pelajaran fisika. Hal-hal seperti ini sebaiknya menjadi perhatian besar bagi
guru pengampu mata pelajaran fisika ditingkat SMP, dengan menciptakan suasana
yang nyaman, menyenangkan dan terbimbing agar respon dari siswa pada mata
pelajaran fisika ini bukan menjadi respon yang negatif.
Dari pengalaman yang peneliti dapatkan selama PPL, guru disekolah
tersebut lebih sering menyampaikan pelajaran fisika dengan menggunakan metode
klasik seperti metode ceramah, terkadang metode ini menimbulkan kesan bahwa
pelajaran fisika membosankan, guru fisika terlihat kaku dan tegas sehingga minat
siswapun menjadi berkurang saat mengikuti pelajaran fisika. Tidak dipungkiri bahwa
kesan siswa pada pelajaran yang berlangsung dimulai dari guru, baik dari penampilan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran
fisika untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kesan negatif dari siswa ini
adalah dengan membuat situasi belajar siswa menjadi menarik dan siswa benar-benar
berproses secara kognitif sehingga pemahaman siswa mampu meningkat dengan baik.
Melalui pemilihan metode atau model pembelajaran yang menarik pun akan mampu
menarik minat siswa pada mata pelajaran. Guru sebaiknya terus berusaha mencari
metode atau model pembelajaran mana yang mampu membantu siswa mencapai
tujuan dari setiap pembelajaran yang dilakukan dengan cara mencobakan metode atau
model pembelajaran yang sudah ada. Dengan cara seperti ini guru mampu
mengetahui metode atau model mana yang tepat untuk digunakan untuk setiap materi
yang mereka sampaikan.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu solusi yang tepat
untuk digunakan pada pendidikan di Indonesia dengan kurikulum 2013 ini, seperti
kurikulum terdahulu dalam kurikulum 2013 ini siswa masih dituntut aktif dalam
proses pembelajaran yang berlangsung. Melalui metode pembelajaran kooperatif
yang biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, setiap siswa dalam
kelompok tersebut memiliki hak yang sama untuk aktif dalam bertanya,
menyampaikan pendapat bahkan mengajukan sanggahan sehingga di dalamnya
terjadi kegiatan pembelajaran yang aktif. Akan tetapi dalam penggunaan metode
pembelajaran ini tidaklah mudah, banyak hal yang sering menjadi penghalang untuk
mengajar dengan metode pembelajaran yang konvensional dan siswa yang sering
merasa malu mengungkapkan pendapat atau merasa dirinya bodoh sehingga ada
siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan belajar di kelompoknya. Padahal tujuan
dari digunakan pembelajaran kooperatif ini adalah terjalin relasi yang baik antar
siswa dalam satu kelompok sehingga siswa yang pandai mampu membagi
pengetahuannya untuk teman-teman mereka yang kurang paham pada suatu materi.
Dalam metode pembelajaran kooperatif ini terdapat beberapa tipe yang bisa
digunakan, antara lain STAD, TGT, GI, NHT , Think-Pair-Share dan beberapa tipe
lainnya. Pada penelitian kali ini akan digunakan tipe TGT dari metode pembelajaran
kooperatif dengan subjek sasaran siswa SMP kelas VII, yang menjadi fokus
penelitian ini adalah pemahaman siswa dan sikap kerjasama siswa selama proses
belajar dikelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif bertipe TGT.
Dari pengalaman saat peneliti melaksanakan mata kuliah PPL, siswa sering meminta
penelitiuntuk mengadakan permainan. Jadi peneliti berfikir bahwa permainan akan
mampu menarik minat siswa untuk belajar sehingga pada penelitian ini peneliti
gunakan tipe TGT atau Teams Games Tournament. Yang penelitiharapkan melalui
proses pembelajaran tipe TGT ini siswa tidak merasa bosan dan ada keinginan untuk
berkompetisi dalam game tournament akademik ini sehingga siswa akan semakin
bersemangat dan memiliki keinginan untuk belajar lebih giat agar menjadi pemenang
dalam game tournament. Dari sekian banyak tipe dari metode pembelajaran yang ada,
dengan reward yang bisa berupa nilai tambahan untuk mereka atau hadiah lainnya.
Siswa SMP terlebih untuk siswa kelas VII akan lebih suka bermain sambil belajar
mungkin dikarenakan sikap mereka yang masih terbiasa dengan kebiasaan saat di SD.
Dengan demikian penulis memilih judul: “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan pengaruhnya terhadap
Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak di
SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II”.
2. Identifikasi Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih dalam tahap berkembang dan
segala aspek pendukung kemajuan dalam bidang pendidikan terus diperbaiki. Hal ini
tidak menutup kemungkinan bahwa permasalah juga akan terus bergantian dan
datang untuk menguji seberapa baik pendidikan di Indonesia kini. Berikut ini
beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh
Indonesia :
2.1 Kurangnya pemahaman fisika siswa disebuah Sekolah Menengah Kejuruan disebabkan karena guru yang kurang menekankan pada konsep dasar fisika.
Hal ini menjadi latarbelakang sebuah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Anis Khamidah dkk (dalam Jurnal Radiasi, 2012:1).
2.2 Berdasarkan penjelasan Ato Illah (dalam Jurnal Tarbawi, 2012 : 107) kurangnya salah satu kemampuan sosial siswa dalam kegiatan belajar yaitu kerjasama
selain itu sikap individualis siswa juga menjadi salah satu penghambat dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas ini, peneliti berusaha
meningkatkan pemahaman dan aktivitas kerjasama siswa dengan mencoba
menerapkan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada
pembelajaran materi gerak di SMP Pangudi Luhur Moyudan.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapan
permasalahan, antara lain :
3.1 Sejauh manakah efektivitas implementasi metode kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran tentang gerak di SMP Pangudi
Luhur Moyudan?
3.2 Sejauh manakah efektivitas pembelajaran tentang gerak dibandingkan dengan cara mengajar biasa yaitu metode ceramah?
Efektivitas dapat diartikan sebagai ketepatan atau tingkat ketercapaian
tujuan, dalam pembelajaran tentunya merupakan tujuan dari proses pembelajaran.
Tujuan dalam proses pembelajaran mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Hal inilah yang menyebabkan dalam penelitian ini diukur perubahan
pemahaman sebagai tujuan dari ranah kognitif dan sikap kerjasama sebagai tujuan
4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
4.1 Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pembelajaran dengan tipe Teams Games Tournament.
4.2 Efektivitas diukur dari 2 hal yaitu mengenai perubahan pemahaman
siswa dan sikap kerjasama dalam pembelajaran.
4.3 Materi yang disampaikan selama penelitian ini adalah gerak.
5. Tujuan Penelitian
5.1 Mengetahui seberapa besar perubahan pemahaman siswa pada materi
yang mereka pelajari dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament.
5.2 Dapat mengetahui bagaimana sikap kerjasama yang timbul dalam
kelompok melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Tour Game
Tournament.
6. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
untuk beberapa pihak, diantaranya adalah :
6.1Universitas
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh Universitas
teori yang sudah didapat di bangku kuliah sesuai dengan situasi belajar yang
sesungguhnya bersama siswa di sekolah.
6.2Sekolah
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh pihak sekolah
adalah mampu mengevaluasi proses pembelajaran dan memantau jalannya proses
belajar di kelas sehingga mutu pendidikan di sekolah tersebut terjaga dan bahkan
mengalami peningkatan.
6.3Guru
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh guru khususnya
guru pengampu IPA-Fisika kelas VII adalah mampu merancang dan merencanakan
pembelajaran yang tepat bagi siswa kelas VII yang masih sebagai proses pengenalan
pada mata pelajaran Fisika serta dengan perencanaan yang baik mampu membuat
minat dan ketertarikan siswa akan fisika semakin meningkat.
6.4Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur Moyudan kelas VII dan dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada materi gerak, mengajarkan siswa agar mampu belajar dan
melakukan aktivitas dalam sebuah kelompok, menumbuhkan sikap kerjasama siswa
8
BAB II
Landasan Teori
Bagian ini akan menjelaskan informasi lebih lanjut tentang metode
pembelajaran kooperatif meliputi metode dan model pembelajaran, metode
pembelajaran kooperatif, macam-macam metode pembelajaran kooperatif, tujuan
metode pembelajaran kooperatif, ciri-ciri, unsur, aspek dan informasi lain mengenai
metode pembelajaran kooperatif. Dibagian akhir bab ini akan dijelaskan tipe
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
1. Metode dan Model Pembelajaran
Dari berbagai sumber buku yang digunakan sebagai landasan teori ada
beberapa buku yang menyebut dengan metode pembelajaran dan ada juga beberapa
buku yang menyebut model pembelajaran. Berikut ini ada penjelasan mengenai
keduanya :
1. 1 Metode Pembelajaran
Daryanto (2012: 148), mengungkapkan bahwa metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara atau teknik yang digunakan seorang guru dalam
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Dalam buku tersebut, Daryanto juga menjelaskan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan metode pembelajaran :
(a) Kesesuaian antara tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaannya (b) Waktu
yang tersedia dalam membahas topik tertentu (c) Keteresediaan fasilitas pembelajaran
pendidikan dan pelatihan dalam pembelajaran (f) Jenis dan karakteristik
pembelajaran (g) Penggunaan variasi metode selama pembelajaran.
1. 2 Model pembelajaran
Sedangkan dalam bukunya Suprijono (2009: 46) menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu konsep yang menggambarkan prosedur sistematika dalam
mengorganisasikan pengalaman siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan dari
proses belajar. Jadi model pembelajaran merupakan suatu konsep yang
merepresentasikan suatu proses pembelajaran yang didalamnya ada banyak hal yang
rumit. Menurut Suprijono (2013), macam-macam metode pembelajaran terbagi
menjadi 3 macam yaitu
1.2.1 Model Pembelajaran Langsung
Suprijono (2013: 46-47) menuliskan, sesuai dengan namanya gaya
mengajar guru dalam model pembelajaran ini guru juga turut aktif dalam
menyampaikan isi pembelajaran dan terlibat langsung mengajarkannya kepada siswa.
1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam bukunya Suprijono (2013: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk kerja kelompok yang yang lebih dipimpin oleh guru dan diarahkan
sendiri oleh guru. Jadi meskipun siswa dituntut mandiri dan belajar mengetahui
misalnya untuk pemberian penugasan dan pertanyaan-pertanyaan serta pemberian
bahan ajar pada siswa.
1.2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suprijono (2013: 68) model pembelajaran berbasis masalah ini
adalah belajar penemuan atau sering disebut discovery learning.
Dalam penelitian ini lebih tepat jika digunakan istilah “Model pembelajaran kooperatif”. Hal ini didasarkan pada penjelasan mengenai model itu sendiri yaitu mengenai cara atau teknik yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari berbagai macam
metode pembelajaran yang dikenal di dunia pendidikan, khususnya bagi para guru
dan calon guru. Menurut beberapa orang yang menuliskan pemikirannya dalam buku,
diungkapkan bahwa: dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dari Jerome Bruner,
konsep tersebut
Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan
siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, menurut Taniredja metode
pembelajaran kooperatif ini lebih dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.
Sedangkan Suprijono (2009: 54) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
dalam bukunya mengungkapkan dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa
akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk
menguasai materi yang disampaikan oleh guru secara bersama-sama.
Dari beberapa ungkapan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar dimana siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil dan di dalamnya siswa belajar untuk menguasai materi dan
juga melatih kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam interaksi dengan
anggota kelompoknya sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan menjadi aktif.
3. Tipe dalam Metode Pembelajaran Kooperatif
3.1 STAD (Student Team- Achievement Division)
Dalam metode pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran.
STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran metode kooperatif. Dibawah ini
merupakan 2 pendapat ahli yang membahas mengenai STAD :
Dalam bukunya Taniredja (2011: 64) berpendapat bahwa STAD dikembangkan oleh
Slavin, tipe ini lebih menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi. Sedangkan Slavin
(2009: 143) dalam bukunya mengungkapkan bahwa STAD adalah salah satu dari
sekian banyak metode pembelajaran yang bisa dibilang paling sederhana dan sering
digunakan oleh guru-guru yang masih baru dalam menggunakan pendekatan
kooperatif.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah tipe metode
pendekatan kooperatif dalam proses belajar mengajar di kelas, dalam proses
belajarnya lebih menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa sehingga
mereka mampu saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi.
Berikut ini adalah 8 strategi dalam pelaksanaan metode STAD dalam Taniredja
(2011: 64):
(1) Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil berjumlah empat siswa
untuk masing-masing kelompok dan usahakan ada keberagaman di dalam
kelompok.
(2) Guru menyampaikan pelajaran.
(3) Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
(4) Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, mereka
tidak dapat membantu satu sama lain.
(5) Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan degan nilai rata-rata mereka
sendiri yang sebelumnya.
(6) Nilai-nilai itu diberikan hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan
yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui mereka yang
sebelumnya.
(7) Nilai-nilai dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok.
(8) Kelompok yang bias mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat
3.2 TGT (Teams Games Tournament)
Tipe TGT dan STAD tidak jauh beda, yang menjadi faktor pembeda adalah
tipe ini menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis dan
menggunakan skoring individu sebagai sistem penilaian, dalam tipe ini siswa saling
berkompetisi dalam kemampuan akademik. “TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada
struktur STAD yang biasanya” (Slavin, 2009: 163-166).
Berikut ini merupakan komponen dalam TGT seperti yang dijelaskan Slavin dalam
bukunya :
3.2.1 Penyajian Kelas
Penyajian kelas pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT tidak jauh berbeda dengan pengajaran biasanya. Yang membuat
perbedaan siswa sudah dikondisikan dalam kelompoknya ketika penyajian kelas
berlangsung dengan maksud agar siswa lebih fokus pada materi yang diajarkan
sehingga mereka mampu mengerjakan games akademik dengan baik. Selanjutnya
skor masing-masing anggota akan menentukan skor kelompok mereka (Taniredja,
2011: 66).
3.2.2 Teams(team atau kelompok)
Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4-5 orang yang berasal dari
berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa
atau etnik. Pengelompokan ini degan tujuan agar masing-masing anggota kelompok
mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua
anggota dalam menghadapi kompetisi selanjutnya (Taniredja, 2011: 68).
3.2.3 Game
Game ini terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan
siswa yang diuji.
3.2.4 Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Turnamen ini
biasanya dilakukan pada akhir minggu atau setelah guru menjelaskan materi dan
kelompok-kelompok dalam kelas sudah mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam
tournament ini masing-masing kelompok dipilih satu perwakilan yang memiliki
kemampuan yang setara atau hampir sama untuk mengikuti game tournament.
3.3 GI (Group Investigation)
Macam metode pembelajaran kooperatif lainnya adalah Group
Investigation. Group Investigation ini dikembangkan oleh Shalomo Sharan dan Yael
Sharan di Univeristas Tel Aviv, Israel. Dalam tipe ini, siswa membentuk
kelompoknya sendiri yang beranggotakan 2-6 orang, selain bebas dalam memilih
kelompok mereka juga bebas memilih subtopik sesuai materi yang akan diajarkan
dan selanjutnya mereka membuat laporan dari kerja kelompoknya mengenai subtopik
yang mereka pilih tersebut. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya kepada seluruh kelas dan saling berbagi apa yang mereka (Taniredja, 2011:
Dari beberapa macam metode pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan
diatas, masing-masing dalam proses belajarnya menuntun siswa untuk aktif dalam
proses belajar dalam kelompok kecil yang dibentuk oleh guru maupun oleh siswanya
sendiri.
3.4Think-Pair-Share
Suprijono (2013: 91) dalam bukunya mengungkapkan bahwa dalam tipe
pembelajaran Think-Pair-Share ini memiliki 3 tahapan, yaitu :
3.4.1 Think
Think yang memiliki arti berfikir. Dapat dilihat dengan jelas pada
tahapan ini siswa diharuskan untuk berfikir, caranya guru memberikan pertanyaan
atau isu yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang mereka pelajari dan guru
memberi kesempatan untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu yang
sedang mereka bicarakan.
3.4.2 Pair
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk saling berpasangan untuk
berdiskusi, melalui diskusi diharapkan mereke mampu memaknai jawaban yang
mereka pikirkan, diskusikan dan membantu siswa dalam membangun kemampuan
intrapersonalnya.
3.4.3 Shared
Pada tahapan ini, siswa yang sudah berpasangan tersebut membagikan
disebut “sharing”. Dalam kegiatan berbagi pendapat melalui “sharing” ini
diharapkan terjadi proses tanya jawab antar siswa.
3.5Numbered Heads Together
Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan
Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 92).
Pada tipe ini, awalnya guru membagi siswanya dalam kelompok-kelompok
kecil dengan mempertimbangkan banyaknya materi yang akan dipelajari. Jika dalam
satu kelas jumlah siswanya ada 40 anak dan akan dibagi dalam 5 kelompok maka
masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak. Masing-masing anggota dalam
kelompok tersebut diberi nomor 1-8 karena jumlah satu kelompok ada 8 anak.
Selanjutnya guru menyampaikan beberapa pertanyaan pada tiap-tiap kelompok dan
kelompok-kelompok tersebut diberi kesempatan untuk berdiskusi memikirkan
penyelesaian dari pertanyaan-pertanyaan secara bersama dengan cara menyatukan
kepalanya atau “Heads Together”. Langkah selanjutnya guru memanggil siswa
dengan nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan jawaban
mereka yang sebelumnya sudah didiskusikan dalam kelompok. Misalnya guru
memanggil angka 4 maka semua siswa dari tiap-tiap kelompok yang bernomor 4
diminta untuk menyampaikan hasil pemikirannya secara bergantinan. Langkah ini
diulangi terus menerus hingga semua siswa di kelas tersebut menyampaikan
3.6Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang masinh
terhitung jarang diterapkan oleh guru-guru dalam menyampaikan pembelajaran
dikelas. Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan
Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 89).
Pembelajaran dengan jigsaw diawali degan memperkenalkan topik yang
akan dibahas selanjutnya guru mencaritahu apa saja yang siswa ketahui tentang topik
yang akan dipelajari, kegiatan ini ditujukan untuk menyusun struktur kognitif siswa
agar lebih siap dalam menerima topik baru. Langkah selanjutnya guru membagi siswa
dalam kelompok kecil, jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
konsep-konsep yang akan dipelajari. Kelompok ini dinamakan sebagai kelompok asal. Setiap
orang dalam kelompok asal ini bertanggungjawab untuk memahami materi tekstual
yang diterima dari guru dan materi yang dipelajari oleh kelompok-kelompok ini
berbeda-beda.
Setelah semua anggota dari kelompok asal sudah selesai memahami
materinya masing-masing, langkah selanjutnya dalam pembelajaran dengan tipe
jigsaw ini adalah membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli. Kelompok ahli ini
dibentuk dengan cara mengatur sedemikian rupa sehingga dalam kelompok ahli ini
terdiri dari setidaknya 1 perwakilan dari kelompok asal. Artinya dalam kelompok ahli
ini terdiri dari anggota yang berasal dari kelompok asal yang berbeda-beda dan
Dengan terbentuknya kelompok ahli ini, diskusi dalam kelompok sudah bisa
dimulai, masing-masing anggota kelompok menyampaikan materi yang dibawa dari
kelompok asal. Setelah diskusi di kelompok ahli selesai, anggota kelompok ini boleh
kembali ke kelompok asal dan memulai diskusi sebagai refleksi mengenai apa saja
yang telah mereka pelajari selama proses belajar berlangsung. Dibagian akhir proses
pembelajaran, guru menutup dengan memberikan review terhadap topik yang telah
siswa-siswi pelajari.
Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru memang sangatlah
banyak, bagian diatas menjelaskan 6 tipe metode pembelajaran kooperatif.
Masing-masing tipe pasti memiliki tujuan agar siswa menjadi paham dan mengerti tentang
apa yang disampaikan oleh guru, akan tetapi metode pembelajaran yang dipilih juga
harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
4. Tujuan Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif yang sangat dikenal di dunia pendidikan ini,
dikabarkan merupakan metode atau metode pembelajaran yang tepat digunakan
karena mampu membuat siswa aktif di kelas, maksudnya pembelajaran di kelas
bukan lagi transfer ilmu dari guru untuk siswa akan tetapi di dalamnya siswa
benar-benar berproses sehingga menemukan pemahaman yang digali oleh mereka sendiri.
Dalam bukunya Slavin, Taniredja dan Isjoni mengungkapkan bahwa tujuan dari
metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
Tujuan yang paling penting dari metode pembelajaran kooperatif adalah untuk
butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi (Slavin, 2009 : 33).
Sedangkan Taniredja (2011) dalam bukunya mengungkapkan mengenai 3 tujuan dari
metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) meningkatkan hasil kerja siswa
dilihat dari prosesnya selama belajar (2) membantu siswa-siswi menerima perbedaan
di antara mereka baik perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, tingkat sosial
dan ras (3) melatih kemampuan sosial dari siswa, yaitu meliputi kemampuan untuk
mengungkapkan pendapat, mengungkapkan pertanyaan, menjawab pertanyaan dalam
diskusi, menghargai pendapat teman dan kemampuan lainnya. Dan Isjoni
menjelaskan bahwa tujuan utama dari metode pembelajaran kooperatif adalah untuk
memperoleh pengetahuan dari teman lain dalam kelompok besar maupun kelompok
kecil (Isjoni, 2008: 166).
Dilihat dari pendapat diatas, tujuan dari metode pembelajaran kooperatif
adalah untuk melakukan proses belajar bersama dengan teman-temannya, dengan
artian belajar untuk siswa bukan hanya dari buku dan dari guru saja akan tetapi
belajar juga bisa bersumber dari temannya, dengan cara ini siswa yang pandai bisa
berkemampuan akademik lebih tinggi bisa mengajari temannya yang berkemampuan
akademik sebaliknya.
5. Ciri Metode Pembelajaran Kooperatif
Ciri merupakan hal yang membuat sesuatu berbeda dari yang lainnya, begitu
pula dengan ciri metode pembelajaran kooperatif. Ciri metode pembelajaran
pembelajaran lain selain metode pembelajaran kooperatif, diandaikan seperti ini
seorang kepala sekolah atau asesor yang sudah berpengalaman dan paham benar
mengenai beberapa metode pembelajaran dengan melihat proses pembelajaran yang
berlasung saja dapat mengetahui metode pembelajaran apa yang digunakan oleh guru
mata pelajaran.
Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh metode
pembelajaran kooperatif, yang membuat ciri khas dari metode pembelajaran
kooperatif :
Ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif adalah : (1) belajar bersama degan teman,
(2) selama proses belajar terjadi tatap mula antar teman, (3) saling mendengarkan
pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
(5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan
pendapat, (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri, (8) mahasiswa aktif
(Taniredja, 2011: 59).
Arends, 2008:5 dalam bukunya mengungkapkan tentang, pelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini :
1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan
tinggi.
3. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas cumpuran ras, budaya, dan
4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
Metode pembelajaran kooperatif dengan proses belajar dalam kelompok,
siswa aktif dan produktif, ada kerja tim dan di dalamnya punya rasa ketergantungan
yang membuat semua anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab pada anggota
lain, ini merupakan beberapa ciri dari metode pembelajaran kooperatif.
6. Unsur-unsur dalam Metode Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam metode pembelajaran kooperatif menurut
Taniredja (2011) sebagai berikut :
1) Antar siswa dalam kelompok harus memiliki rasa saling ketergantungan satu
sama lain, 2) Siswa memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompok, 3) Siswa
dalam kelompok memiliki tujuan yang sama, 4) Tugas dan tanggung jawab siswa
dalam kelompok harus dibagi dengan baik sehingga semua siswa merasakan
memiliki tanggung jawab dan tugasnya masing-masing, 5) adanya penghargaan
bagi siswa dan kelompoknya, 6) siswa belajar bersama dalam memimpin dan
mengembangkan keterampilan belajar bersama dalam kelompoknya, dan 7) siswa
akan dimintai tanggung jawab atas materi yang mereka pelajari secara individu
(Taniredja, 2011: 59).
Dalam bukunya Suprijono mengungkapkan lima unsur metode pembelajaran
kooperatif, antara lain :
6.1Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam metode pembelajaran kooperatif ada
ditugaskan dalam kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara
individu mempelajari materi yang mereka pelajari bersama (Suprijono, 2009: 58)
6.2Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok antara lain keberhasilan dalam diskusi kelompoknya dan
keberhasilan dari sisi pemahaman siswa. (Suprijono, 2009: 59)
6.3Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Interaksi ini mampu menimbulkan adanya sikap saling ketergantungan
positif sehingga interaksi ini menjadi sangat penting. Berikut ini asalah beberapa ciri
interaksi promotif menurut Suprijono (2009: 60) :
1. Saling membantu secara efektif dan efisien.
2. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
4. Saling mengingatkan.
5. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi
serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang
dihadapi.
6. Saling percaya.
7. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Jadi melalui interaksi promotif ini akan terjalin rasa saling membutuhkan
6.4Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Menurut Suprijono (2009: 61), unsur ini merupakan keterampilan sosial dari
seseorang dalam proses pembelajaran kooperatif. Untuk menggordinasikan kegiatan
peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :
1. Saling mengenal dan mempercayai
2. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.
3. Saling menerima dan saling mendukung.
4. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
6.5Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang terlibat
aktif dan yang tidak terlibat aktif dalam kelmpoknya. Tujuan pemrosesan dalam
kelompok adalah untuk meningkatkan efektivitas anggota kelompok dalam
memberikan sumbangan dalam kegiatan di kelompoknya untuk mencapai tujuan
bersama dari kelompok tersebut. Kelompok kecil dan kelompok besar (kelompok
secara keseluruhan siswa kelas) adalah dua tingkat kelompok (Suprijono, 2009: 61).
Dalam metode pembelajaran kooperatif didalamnya memiliki unsur yang
dapat secara nyata dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, antara lain adalah
adanya tanggung jawab antar masing-masing anggotanya, adanya
pertanggungjawaban baik dalam kelompok maupun pertanggungjawaban siswa atas
menerima perbedaan dalam kelompoknya dan saling meningkatkan kemampuan
sosial untuk masing-masing siswanya.
7. Aspek-aspek Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif memang masih merupakan metode
pembelajaran yang baru di dunia pendidikan, akan tetapi masih banyak guru yang
kurang memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif ini dalam pelaksanaan
pembelajaran. Kebanyakan guru merasa dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif, siswa menjadi lebih rebut di kelas dan pembelajaran ini kurang efisien
waktu sehingga banyak waktu yang tidak teralokasikan dengan baik. Berikut ini 4
aspek yang biasanya terkandung dalam metode pembelajaran kooperatif seperti yang
disampaikan Huda (2012) dalam bukunya :
1. Tujuan
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk
mempelajari bersama materi tertentu dalam kelompoknya juga saling membuat
semua nggota kelompoknya ikut aktif dalam kegiatan belajar dalam kelompok.
2. Level Kooperasi
Bentuk kerjasama dalam pembelajaran dapat diterapkan dalam level kelas
yang sama dan sedang mempelajari materi yang sama.
3. Pola Interaksi
Siswa yang belajar dalam kelompok saling memberikan dukungan untuk
semua teman-temannya dalam kegiatan belajar seperti menjawab pertanyaan,
terkandung di dalam belajar bersama kelompoknya. Pola interaksi ini tidak hanya
muncul di dalam akan tetapi juga antar kelompok-kelompok kooperatif.
4. Evaluasi
Sistem evaluasi atau penilaian didasarkan pada kriteria tertentu, biasanya
dilihat dari aspek pemahaman siswa pada materi yang dipeajari dan proses belajar
siswa di kelas. Penilaian ini juga bisa dilakukan secara individu ataupun penilaian
pada kelompok-kelompok.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan aspek-aspek yang terkandung
dalam metode pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tujuan dari proses
pembelajaran, level kooperasi, adanya pola interaksi dalam proses pembelajaran dan
evaluasi.
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif
Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran didasarkan atas beberapa aspek antara lain kesesuaian materi yang akan
disampaikan dan kesesuaian tujuan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Masing-masing metode yang ada di dunia pendidikan memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.
8.1Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif :
Dalam Arends, 2008 menjelaskan bahwa kelebihan dari metode
pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa yang berkemampuan akademik
rendah dengan mendapatkan bantuan dari teman mereka yang berkemampuan
tinggi juga diajarkan untuk membagi ilmunya pada teman-teman mereka degan cara
yang baik yaitu melalui membagi informasi yang mereka dapatkan (Arends, 2008:6).
Dan menurut Isjoni, kelebihan metode ini dari metode-metode pembelajaran
yang lainnya antara lain : (1) memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya pada suatu permasalahan dan merumuskannya dalam kelompok sebagai
satu penyelesaian. (2) melalui metode pembelajaran kooperatif sedikitnya ada 2
ketermpilan siswa yang dilatih antara lain : keterampilan siswa dalam bersosialiasai
dan berfikir (3) mampu mengembangkan pengetahuan siswa, kemampuan dan
keterampilan siswa dalam suasana belajar yang terbangun secara demokratis (4)
dengan adanya dukungan siswa lain atau teman sebayanya makan akan
menumbuhkan motivasi belajar siswa secara keseluruhan (Isjoni, 2008: 157).
8.2Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif :
Kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif menurut Arends seperti
yang dijelaskan bahwa beberapa penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan
Clinkenbeard menunjukkan siswa yang berbakat secara intelektual belum tentu
mendapatkan manfaat dari pembelajaran dengan metode ini, dan sering dianggap
mengeksploitasi siswa yang berbakat dengan menerapkan metode tersebut (Arends,
2008:12).
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa metode ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, hal ini bukan hanya pada metode ini saja melainkan pada metode
intelektual dan karena dalam metode ini siswa diajak untuk saling berbagi ilmu maka
kemampuan sosial siswa juga terlatih selama proses pembelajaran berlangsung
contohnya kemampuan sikap kerjasama dan juga kemampuan siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya di depan umum. Sedangkan yang menjadi kekurangan
dari metode ini belum tentu siswa yang sudah memiliki kemampuan intelektual tinggi
merasakan manfaat lebih dari penggunaan metode pembelajaran ini.
9. Kendala Utama Metode Pembelajaran Kooperatif
Huda (2012: 68-69) menjelaskan bahwa kendala-kendala yang dialami
dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif diantaranya adalah
9.1Free Rider
Jika perencanaan pembelajaran tidak dirancang dengan baik dan tepat maka
akan menimbulkan dampak adanya pemboncen atau adanya siswa yang hanya
mencantumkan namanya di kelompok tanpa adanya sumbangan apapun pada
penugasan yang diberikan secara berkelompok.
9.2Diffusion of Responsibility
Keadaan dimana ada anggota dalam kelompok yang tidak dianggap atau
diabaikan oleh anggota lain karena dirasa memiliki kemampuan yang rendah tentang
pemahaman. Hal ini sungguh jauh dari tujuan awal metode pembelajaran kooperatif
yang membiasakan siswa belajar secara bersama dalam kelompoknya.
9.3Learning a part of task specialization
Dalam beberapa tipe metode pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw dan
ditugaskan pada mereka dan kurang menguasai materi atau bahan lain yang tidak
mereka pelajari, mereka cenderung mengabaikan dan hanya mementingkan materi
yang ditugaskan pada mereka saja. Sedangkan dalam Slavin (2009), diungkapkan
beberapa hal yang berpotensi menjadi penghalang dalam metode pembelajaran
kooperatif ini :
Jika perencanaan pembelajaran metode kooperatif tidak dirancang dengan baik
dan tepat, metode pembelajaran ini akan memicu munculnya “pengendara bebas” atau para pembonceng, maksudnya adanya anggota kelompok diskusi yang hanya
menyumbang nama saja bukan menyumbang idenya dalam pengerjaan tugas.
Pengendara bebas ini biasanya muncul jika penugasan kelompok yang diberikan
merupakan tugas tunggal, misalnya dengan pengumpulan laporan praktikum
hanya 1 laporan saja untuk masing-masing kelompok. Hal ini bahkan sering
memunculkan adanya rasa diskriminasi untuk siswa yang merasa dirinya kurang
mampu dalam pengerjaan tugas-tugas yang dirasa rumit (Slavin, 2009 : 40).
10.Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu persiapan yang
penting bagi guru selain mempersiapkan materi. Dengan membuat rencana
pelaksanaan pembelajara proses pembelajaran diharapkan lebih sistematis sehingga
proses belajar siswa pun terstruktur. Berikut ini adalah enam fase atau langkah utama
dalam penggunaan cooperative learning sebagai metode pembelajaran menurut
(1)Diawal kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
memberikan motivasi kepada siswanya. (2) Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi
informasi, sering kali dalam bentuk teks daripada ceramah. (3) Guru
mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. (4) Langkah berikutnya,
siswa mengerjakan tugas-tugas pribadinya dengan bantuan dari guru. Fase-fase
terakhir pelajaran dengan cooperative learning termasuk (5) siswa mempresentasikan
hasil akhir kelompok atau menguji hasil belajar siswa missal dengan memberikan
pertanyaan (6) Kegiatan diakhiri dengan pemberian penghargaan (bisa berupa pujian)
atas hasil kerja mereka.
Dalam bukunya Suprijono (2009: 65-66) mengungkapkan 6 fase yang harus
dilakukan guru saat menggunakan metode pembelajaran kooperatif, bagian dibawah
ini merupakan rangkuman dari buku karangan Suprijono tersebut :
Fase pertama, guru menjelaskan maksud metode pembelajaran kooperatifagar siswa
mengetahui dengan jelas prosedur dan aturan pembelajaran. Fase kedua, guru
menyampaikan informasi sebagai isis akademik. Fase ketiga, membagi siswa dalam
kelompok-kelompok kecil, perlu dikondisikan dengan cermat agar tidak terjadi
keributan dikelas. Sebelumnya guru menjelaskan apa yang akan dilakukan siswa
dalam kelompoknya, menjelaskan bahwa semua siswa harus ikut aktif dalam
pembelajaran dalam kelompok agar tidak ada free-rider dalam kelompok-kelompok
tersebut. Fase keempat, guru berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik dan
dengan baik. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi
evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam guru
mempersiapkan struktur pemberian reward untuk siswa. Variasi struktur reward
bersifat individualitas, kompetitif, dan kooperatif. Struktur reward individualitas
artinya reward didapat siswa atas dasar upaya mereka sendiri.Struktur reward
kompetitif adalah adanya persaingan atau ada siswa lain sebagai pembanding dalam
penilaian usaha antar individual. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim
meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
11.Cara Mengatasi Kekurangan dari Metode Pembelajaran Kooperatif
Terkadang hal yang benar-benar tidak direncanakan akan terjadi meskipun
rencana pembelajaran telah dipersiapkan sebaik mungkin karena suasana di kelas
sangat mudah mengalami perubahan. Permasalahan yang juga menjadi kekurangan
dari metode pembelajaran kooperatif ini sering disebut dengan “difusi tanggung
jawab” (Slavin, 2009 : 41). Difusi tanggung jawab ini dapat ditiadakan dalam metode
pembelajaran kooperatif dengan dua cara prinsipil, yaitu
11.1 Membuat semua anggota kelompok belajar dan merasa bertanggung jawab
atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, seperti dalam Jigsaw,
Group Inverstigation, dan metode-metode sejenis.
11.2 Melatih rasa tanggung jawab tumbuh dalam diri masing-masing siswa
dalam kelompok atas pembelajaran dari. Misalnya, dalam metode-metode
Pembelajaran Tim Siswa, penilaian akhir atau evaluasi berdasarkan total
masing-masing siswa dalam kelompok harus memastikan bahwa mereka telah
menguasai materi pelajaran sehingga tidak ada yang menjadi free-rider
dan muncul kesadaran dalam diri siswa akan perlunya kepedulian antar
anggota kelompoknya (Slavin, 2009:41).
Dalam kelompok kerja memang terkadang sangat sulit untuk selalu kompak,
dengan jumlah kelompok yang terkadang bahkan bisa lebih dari 5 orang pasti akan
sangat sulit untuk menyatukan pemikiran dan menurunkan ego masing-masing. Hal
ini bila terus dibiarkan berkembang pasti akan menghambat pekerjaan yang harus
segera diselesaikan bersama, berdasarkan penjabaran diatas dapat diartikan bila
kesadaran masing-masing anggota bahwa mereka mempunyai tanggung jawab baik
untuk kelompok mereka maupun diri sendiri pasti pekerjaan yang dikerjakan bersama
akan menjadi semakin ringan dan terjadi keselarasan cara berfikir dalam sebuah
kelompok. Tanggung jawab menjadi dasar bagi setiap orang untuk mampu
mengerjakan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok.
12.Kemampuan yang Perlu Dikembangkan dalam Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), memilih
tujuan dan cara penilaian dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting.
Cara penilaiannya antara lain melalui tes dan observasi, sedangkan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran sering dikenal dengan taksonomi
tujuan instruksional menurut Bloom. Menurut Djiwandono dalam bukunya
Education Observation pada tahun 1956 yang sudah mampu mengubah pandangan
pendidikan dalam pelaksanaannya. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang
dibuat untuk tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Ranah Kognitif
Mendengar kata kognitif, yang terfikirkan pertama kali adalah mengenai
pemahaman. Benar saja, berikut ini merupakan kemampuan yang terkandung dalam
ranah kognitif dalam buku Psikologi Pendidikan menurut Djiwandono (2006:
210-213).
a. Pengetahuan
Antara lain meliputi hal-hal yang dipelajari oleh siswa di kelas baik tentang
pengertian, prinsip, hukum-hukum, unsur dan bahkan rumus yang mampu disimpan
oleh siswa di dalam memorinya sehingga sewaktu-waktu mereka gunakan mereka
masih bisa mengingat lagi apa yang telah mereka pelajari tersebut karena semua hal
tersebut telah disimpan dalam memori mereka. Contoh penggunaannya di
pembelajaran fisika untuk kelas VII pada materi Suhu adalah “Siswa dapat menjelaskan dengan bahasa sendiri pengertian dari suhu”.
b. Pemahaman
Meliputi kemampuan untuk memahami maksud dari mata pelajaran yang
apakan siswa benar-benar paham akan apa yang mereka pelajari termasuk memahami
kegunaan dari mereka belajar mengenai materi di suatu mata pelajaran tertentu.
c. Penerapan
Meliputi kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
mereka hadapi dikehidupan yang sesungguhnya. Seperti penggunaan konsep atau
prinsip dalam mencari penyelesaian dari suatu permasalahan. Misalnya dalam
kehidupan sehari-hari, “Siswa mampu menafsirkan suhu dalam Celsius disuatu daerah yang menggunakan suhu dengan derajat Fachrenheit”.
d. Analisa
Meliputi kemampuan dalam memilah dan mengelompokkan suatu bahan ke
dalam bahan yang lebih sederhana sehingga strukturnya dapat dimengerti oleh
siswanya. Contoh tujuan yang akan dicapai dalam suatu proses pembelajaran, “ Siswa mampu menganalisis peristiwa-peristiwa berdasarkan macam perubahan wujud zat”
e.Sintesis
Meliputi kemampuan untuk meletakkan bagian bersama-sama ke dalam
bentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain
sehingga tercipta suatu bentuk baru. Misalnya, suatu perencanaan dari suatu proyek
(proposal penelitian). Hasil belajar dalam klasifikasi sintesis ini adalah penekanan
pada kreativitas, dengan penekanan utama pada rumusan pola-pola baru atau
f. Evaluasi
Meliputi kemampuan untuk memberi penilaian untuk suatu objek tertentu
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Contohnya “Siswa mampu membuktikan terjadinya gaya kohesi atau adhesi dalam suatu cairan melalui kegiatan
praktikum”.
2. Ranah Afektif
Afektif meliputi pembentukan nilai-nilai karakter yang ingin terbentuk
melalui proses pembelajaran di kelas. Semua guru yang membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran pasti akan memikirkan kegiatan apa yang akan mampu
membentuk karakter siswa sehingga siswa-siswi mampu menjadi penerus bangsa
yang berkarakter. Berikut ini merupakan kemampuan yang diklasifikasikan dalam
ranah afektif dalam buku Psikologi Pendidikan menurut Djiwandono (2006:
213-215).
a. Penerimaan
Segala bentuk sikap siswa yang cenderung terbuka dalam menerima segala
proses dalam belajar baik menerima materi maupun menerima keberagaman dalam
kelompok. Misalnya siswa mampu menunjukkan macam perubahan wujud zat, siswa
mampu melakukan belajar dalam kelompok dengan berbagai perbedaan di dalam
b. Pemahaman
Siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maksudnya siswa
ikut terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas dan kegiatan di lingkungan
sekolah.
c. Penilaian
Meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian yang tepat pada dirinya
dan penilaian terhadap hal lain.
d. Organisasi
Meliputi kemampuan menyelesaikan permasalahan dalam kelompok dan
membawa bersama-sama perbedaan nilai-nilai dalam kelompok.
e. Pembentukan Pola Hidup
Meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga
mampu untuk dijadikan pegangan baik untuk kehidupannya dimasa kini maupun di
masa mendatang.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah ini berisikan tentang kemampuan yang dilihat dari perilaku-perilaku
siswa, kemampuan di ranah psikomotorik ini lebih menekankan pada proses belajar
siswa yang ditunjukkan dari keterampilan-keterampilan yang dikembangkan siswa
selama kegiatan belajar berlangsung. Bagian dibawah ini dirangkum dari buku