• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games

Tournament

(TGT)

pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan

pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa

SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

GITA KARTIKA SARI 101424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games

Tournament

(TGT)

pada pembelajaran Fisika tentang Gerak dan

pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa

SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

GITA KARTIKA SARI 101424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Halaman Persembahan

Haleluya.. Kau ada dalam hatiku

Takkan patah semangatku

Takkan hilang kekuatanku

Haleluya.. ku mau bersorak bagiMu

Sukacita surga nyata penuhiku

“Cuplikan lagu Rohani Sukacita Surga”

Begitu besar ucapan syukur yang mampu terucap untuk penyertaan Tuhan Yesus atas terselesaikannya karya ini, karya ini saya persembahkan untuk :

Ayahku Drs. Sugeng Riyadi yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan nasihat-nasihat yang berarti untukku.

Ibuku Suwarni, S.Pd yang juga selalu menyebut namaku disetiap doanya, yang telah merawatku dari kecil hingga kini, yang selalu memberikan senyuman disetiap langkahku.

(6)

v

MOTTO

Diberikatilah orang yang mengandalkan Tuhan,

yang menaruh harapan pada Tuhan

~ Yeremia 17: 7 ~

Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik

menggembirakan dia.

~ Amsal 12:25 ~

We must accept finite disappointment. But never lose infinite hope

(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Sari, Gita Kartika. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II. Skripsi. Yogyakarta : PFIS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Metode Kooperatif, Peningkatan Pemahaman dan Sikap Kerjasama

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan kelas VII A tentang gerak melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT); (2) sikap kerjasama siswa SMP Pangudi Luhur Moyudan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Subyek penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjumlah 34 siswa. Treatmen yang diberikan pada siswa kelas VII A adalah pembelajaran tentang gerak dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Instrumen yang digunakan antara lain : tes tertulis pre-tes dan pos-tes serta kuesioner sikap kerjasama.

(9)

viii

ABSTRACT

Sari, Gita Kartika. 2014. The Implementation of Teams Games Tournament (TGT) of Cooperative Learning and Its Impact to Students’ Understanding and attitude Toward Collaboration Work at SMP Pangudi Luhur Moyudan Class VII Semester II. Thesis. Yogyakarta: PFIS, FKIP, Sanata Dharma University.

Key Words: Cooperative Learning, the Increasing of Understanding and Cooperative Attitudes

This research was aimed to: (1) measure the increase of students’ understanding about movement (2) measure the change of attitude toward collaborative work through the implementation of Teams Games Tournament of cooperative method.

The subjects of this research were 24 students of class VII SMA Pangudi Luhur Moyudan, District of Sleman, Province of Yogyakarta Special Region. A treatment was given to the students of class VII A. They were learning Movement using Teams Games Tournament (TGT) cooperative learning method. The research instruments used were: written tests that consisted of pre-test and post-test and questionnaires on students’ cooperative attitudes.

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dan pengaruhnya terhadap Pemahaman dan Sikap Kerjasama

Siswa pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak di SMP Pangudi Luhur

Moyudan Kelas VII Semester II. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan serta nasihat dari beberapa orang yang sangat berpengaruh dalam

penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun berkat doa,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai ungkapan rasa

syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ignatius Edi Santosa M.S.

s

elaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

2. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing, yang telah

banyak memberikan petunjuk, arahan, saran dan membimbing dengan

penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Pada Dosen Pendidikan Fisika yang telah mendidik dan memberikan

pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Sekretariat JPMIPA yang telah membantu kelancaran perkuliahan

(12)

xi

5. Bapak Drs. Yohanes Junianto yang telah memberikan ijin penelitian di

SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6. Ibu Christina Maryanti, S.Pd selaku guru IPA-Fisika di SMP Pangudi

Luhur Moyudan yang telah membagi pengetahuan, memberikan

kesempatan, bantuan, semangat dan doa selama pelaksanaan penelitian

sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Guru serta Staf Karyawan di SMP Pangudi Luhur

Moyudan yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Sugeng Riyadi dan Ibu Suwarni, S.Pd. yang telah memberikan

dukungan, doa, nasihat dan bantuan baik secara material maupun spiritual.

9. Kakakku Galuh Astika Sari, S.Pd. yang telah memberikan dukungan dan

terus menyemangati penulis selama penyusunan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat di Pendidikan Fisika angkatan 2010, terutama Rita

Rahmawati, Hesti Tri dan Riris yang memberikan semangat dan telah

melewati perjuangan bersama dalam penyusunan skripsi ini. Untuk

Elisabeth Dian, Fransiska Deta, Ruth, Yuli, Christin yang selalu

memberikan dukungan semangat dan doa.

11.Teman terbaikku Natalia Asih Pratiwi dan Antonia Duma yang selalu

mendoakan, memberikan semangat dan tak hentinya memberikan

(13)

xii

12.Sahabatku tercinta Gusti Dinda, Gusti Nanda dan Marlena terima kasih

telah setia mendengarkan keluh kesahku, memberikan kritik dan saran,

serta selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan selama KKN antara lain Faradita Shabrina,

Nisha, Vito, Arok, Besti, Dita, Monic, Ria, Agus dan Rambu yang telah

memberikan banyak pelajaran berharga dalam hidupku, selalu

memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa selama penyusunan

skripsi ini.

14.Teman-teman seperjuangan selama PPL dan guru-guru di sekolah tempat

saya menyelesaikan mata kuliah PPL, yang sudah membantu saya dalam

melakukan pengalaman mengajar dengan memberikan saran agar saya

mampu lebih baik lagi dalam mengajar di depan kelas.

15.Murid-murid kelas VII yang sudah membantu peneliti selama

melaksanakan penelitian.

16.Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun

demikian, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang membacanya.

Yogyakarta, 12 Agustus 2014

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 4

3. Rumusan Masalah ... 5

(15)

xiv

5. Tujuan Penelitian ... 6

6. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

1. Metode dan Model Pembelajaran ... 8

2. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Tipe dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 11

4. Tujuan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 18

5. Ciri-Metode Pembelajaran Kooperatif ... 19

6. Unsur-unsur dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 21

7. Aspek-aspek Metode Pembelajaran Kooperatif ... 24

8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif ... 25

9. Kendala Utama Metode Pembelajaran Kooperatif ... 27

10.Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif ... 28

11.Cara Mengatasi Kekurangan dari Metode Pembelajaran Kooperatif ... 30

12.Kemampuan yang perlu dikembangkan dalam Metode Pembelajaran Kooperatif. 31 13.Peran Guru dalam Metode Pembelajaran Kooperatif ... 37

14.Pemahaman ... 38

15.Sikap Kerjasama ... 40

16.Materi Pembelajaran ... 41

BAB III. METODE PEMBELAJARAN ... 47

(16)

xv

2. Waktu Penelitian ... 48

3. Subjek Penelitian ... 48

4. Objek Penelitian ... 49

5. Treatment ... 49

6. Instrumen Penilaian ... 50

7. Desain Penelitian ... 56

8. Metode Analisis Data ... 58

BAB IV. ANALISIS, DATA DAN PEMBAHASAN ... 67

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 67

2. Data dan Analisis ... 74

2.1Pemahaman ... 74

2.1.1 Data ... 74

2.1.2 Analisis Data ... 76

2.1.2.1Analisis Data Pretest Posttest dengan SPSS ... 76

2.1.2.1.1Uji T Dependen Kelas VII A ... 76

2.1.2.1.2Uji T Dependen Kelas VII B ... 78

2.1.2.2Analisis Pemahaman dengan Persentase Tingkat Pemahaman ... 80

2.2Sikap Kerjasama ... 88

2.2.1 Data ... 88

2.2.2 Analisis Data ... 91

(17)

xvi

2.2.2.2 Persentase Kriteria ... 93

3. Pembahasan ... 96

3.1Pemahaman ... 97

3.2Sikap Kerjasama ... 101

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

1. Kesimpulan ... 105

2. Batasan Penelitian ... 105

3. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel keterangan data penelitian ... 47

Tabel 2. Kisi- kisi Soal Pretest dan Posttest ... 52

Tabel 3. Instrumen penilaian soal pretest dan posttest... 53

Tabel 4. Kuisioner Sikap Kerjasama ... 54

Tabel 5. Pengisian Hasil Pretest dan Posttest ... 59

Tabel 6. Kriteria Pemahaman... 60

Tabel 7. Format Tingkat Pemahaman ... 60

Tabel 8. Format Tabel Persentase Tingkat Pemahaman ... 60

Tabel 9. Klasifikasi Kriteria Pemahaman Siswa ... 61

Tabel 10. Contoh Penyajian Skor Kuisioner Aktivitas Kerjasama Siswa ... 63

Tabel 11. Contoh Aturan Skoring ... 63

Tabel 12. Pedoman Penilaian Kuisioner Kerjasama ... 64

Tabel 13. Kriteria Aktivitas Kerjasama Siswa ... 64

Tabel 14. Klasifikasi Kriteria Sikap Kerjasama Siswa ... 65

Tabel 15. Pelaksanaan Penelitian untuk Kelas dengan Pembelajaran Metode Kooperatif tipe TGT (VII A) ... 72

Tabel 16. Pelaksanaan Penelitian untuk Kelas dengan Pembelajaran Metode Ceramah (VII B) ... 73

(19)

xviii

Tabel 18. Data Output bagian pertama Paired Sample T-Test ... 76

Tabel 19. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 77

Tabel 20. Data Output bagian ketiga Paired Sample T-Test ... 77

Tabel 21. Data Output bagian pertama Paired Sample T-Test ... 78

Tabel 22. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 78

Tabel 23. Data Output bagian kedua Paired Sample T-Test ... 79

Tabel 24. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Metode Kooperatif Tipe TGT ... 80

Tabel 25. Persentase Tingkat Pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran dengan Metode Koperatif tipe TGT ... 82

Tabel 26. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum Menggunakan Metode Kooperatif tipe TGT ... 84

Tabel 27. Kriteria Pemahaman Siswa Sesudah Menggunakan Metode Kooperatif tipe TGT ... 84

Tabel 28. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran dengan Cara Mengajar Biasa ... 85

Tabel 29. Persentase Tingkat Pemahaman Sebelum dan Sesudah Pembelajaran dengan Cara Mengajar Biasa ... 86

Tabel 30. Kriteria Pemahaman Siswa Sebelum Menggunakan Cara Mengajar Biasa .... 88

Tabel 31. Kriteria Pemahaman Siswa Sesudah Menggunakan Cara Mengajar Biasa ... 88

(20)

xix

Tabel 33. Data Kuisioner Sikap Kerjasama Siswa Kelas VII B ... 90

Tabel 34. Kriteria Sikap Kerjasama Siswa ... 91

Tabel 35. Hasil Presentase Tingkat Sikap Kerjasama Siswa ... 93

Tabel 36. Kriteria Sikap Kerjasama Sebelum Menggunakan Cara Mengajar Biasa ... 94

(21)

xx

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hubungan Jumlah Persentase dengan Kriteria Pemahaman siswa

Kelas VII A ... 82

Grafik 2. Hubungan Jumlah Persentase dengan Kriteria Pemahaman siswa

(22)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Jarak dan Perpindahan ... 42

Gambar 2. Mobil bergerak GLB ... 43

Gambar 3. Siklus Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 48

(23)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 110

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 ... 119

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 126

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 131

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 4 ... 135

Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 139

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 6 ... 144

Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa 1 ... 150

Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa 2 ... 153

Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa 3 ... 156

Lampiran 11 : Lembar Kerja Siswa 4 ... 158

Lampiran 12 : Soal Pretest dan Posttest ... 162

Lampiran 13 : Kuesioner Sikap Kerjasama Siswa ... 163

Lampiran 14 : Pernyataan Validitas Alat Ukur oleh Ahli ... 164

Lampiran 15 : Pembagian Kelompok ... 166

Lampiran 16 : Lembar Jawab Pretest Siswa ... 167

Lampiran 17 : Lembar Jawab Posttest Siswa ... 168

Lampiran 18 : Kuesioner Sikap Kerjasama yang Sudah Diisi Siswa ... 169

(24)

xxiii

Lampiran 20 : Bagan Tournament Akademik I ... 173

Lampiran 21 : Bagan Tournament Akademik II ... 174

Lampiran 22 : Contoh Lembar Jawab Tournament Akademik ke I Babak 1 ... 175

Lampiran 23 : Contoh Lembar Jawab Tournament Akademik ke I Babak 2 ... 176

Lampiran 24 : Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 177

(25)

1

Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Mata pelajaran Fisika bagi siswa SMP masih merupakan hal yang baru

meskipun dahulu di Sekolah Dasar mereka sudah mendapatkan sedikit materi fisika

sebagai pengantar atau untuk memperkenalkan IPA-Fisika. Dalam buku Fisika

Universitas (2002: 1) dijelaskan bahwa fisika adalah salah satu ilmu yang paling

mendasar dari ilmu pengetahuan. Fisika bagi siswa SMP khususnya kelas VII masih

merupakan mata pelajaran yang baru, hal ini dapat memunculkan beberapa respon

dari siswa, diantaranya adalah ketertarikan dan ketakutan atau bahkan ketidaksukaan

pada mata pelajaran fisika. Hal-hal seperti ini sebaiknya menjadi perhatian besar bagi

guru pengampu mata pelajaran fisika ditingkat SMP, dengan menciptakan suasana

yang nyaman, menyenangkan dan terbimbing agar respon dari siswa pada mata

pelajaran fisika ini bukan menjadi respon yang negatif.

Dari pengalaman yang peneliti dapatkan selama PPL, guru disekolah

tersebut lebih sering menyampaikan pelajaran fisika dengan menggunakan metode

klasik seperti metode ceramah, terkadang metode ini menimbulkan kesan bahwa

pelajaran fisika membosankan, guru fisika terlihat kaku dan tegas sehingga minat

siswapun menjadi berkurang saat mengikuti pelajaran fisika. Tidak dipungkiri bahwa

kesan siswa pada pelajaran yang berlangsung dimulai dari guru, baik dari penampilan

(26)

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran

fisika untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kesan negatif dari siswa ini

adalah dengan membuat situasi belajar siswa menjadi menarik dan siswa benar-benar

berproses secara kognitif sehingga pemahaman siswa mampu meningkat dengan baik.

Melalui pemilihan metode atau model pembelajaran yang menarik pun akan mampu

menarik minat siswa pada mata pelajaran. Guru sebaiknya terus berusaha mencari

metode atau model pembelajaran mana yang mampu membantu siswa mencapai

tujuan dari setiap pembelajaran yang dilakukan dengan cara mencobakan metode atau

model pembelajaran yang sudah ada. Dengan cara seperti ini guru mampu

mengetahui metode atau model mana yang tepat untuk digunakan untuk setiap materi

yang mereka sampaikan.

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu solusi yang tepat

untuk digunakan pada pendidikan di Indonesia dengan kurikulum 2013 ini, seperti

kurikulum terdahulu dalam kurikulum 2013 ini siswa masih dituntut aktif dalam

proses pembelajaran yang berlangsung. Melalui metode pembelajaran kooperatif

yang biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, setiap siswa dalam

kelompok tersebut memiliki hak yang sama untuk aktif dalam bertanya,

menyampaikan pendapat bahkan mengajukan sanggahan sehingga di dalamnya

terjadi kegiatan pembelajaran yang aktif. Akan tetapi dalam penggunaan metode

pembelajaran ini tidaklah mudah, banyak hal yang sering menjadi penghalang untuk

(27)

mengajar dengan metode pembelajaran yang konvensional dan siswa yang sering

merasa malu mengungkapkan pendapat atau merasa dirinya bodoh sehingga ada

siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan belajar di kelompoknya. Padahal tujuan

dari digunakan pembelajaran kooperatif ini adalah terjalin relasi yang baik antar

siswa dalam satu kelompok sehingga siswa yang pandai mampu membagi

pengetahuannya untuk teman-teman mereka yang kurang paham pada suatu materi.

Dalam metode pembelajaran kooperatif ini terdapat beberapa tipe yang bisa

digunakan, antara lain STAD, TGT, GI, NHT , Think-Pair-Share dan beberapa tipe

lainnya. Pada penelitian kali ini akan digunakan tipe TGT dari metode pembelajaran

kooperatif dengan subjek sasaran siswa SMP kelas VII, yang menjadi fokus

penelitian ini adalah pemahaman siswa dan sikap kerjasama siswa selama proses

belajar dikelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif bertipe TGT.

Dari pengalaman saat peneliti melaksanakan mata kuliah PPL, siswa sering meminta

penelitiuntuk mengadakan permainan. Jadi peneliti berfikir bahwa permainan akan

mampu menarik minat siswa untuk belajar sehingga pada penelitian ini peneliti

gunakan tipe TGT atau Teams Games Tournament. Yang penelitiharapkan melalui

proses pembelajaran tipe TGT ini siswa tidak merasa bosan dan ada keinginan untuk

berkompetisi dalam game tournament akademik ini sehingga siswa akan semakin

bersemangat dan memiliki keinginan untuk belajar lebih giat agar menjadi pemenang

dalam game tournament. Dari sekian banyak tipe dari metode pembelajaran yang ada,

(28)

dengan reward yang bisa berupa nilai tambahan untuk mereka atau hadiah lainnya.

Siswa SMP terlebih untuk siswa kelas VII akan lebih suka bermain sambil belajar

mungkin dikarenakan sikap mereka yang masih terbiasa dengan kebiasaan saat di SD.

Dengan demikian penulis memilih judul: “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan pengaruhnya terhadap

Pemahaman dan sikap Kerjasama Siswa pada Pembelajaran Fisika tentang Gerak di

SMP Pangudi Luhur Moyudan Kelas VII Semester II”.

2. Identifikasi Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih dalam tahap berkembang dan

segala aspek pendukung kemajuan dalam bidang pendidikan terus diperbaiki. Hal ini

tidak menutup kemungkinan bahwa permasalah juga akan terus bergantian dan

datang untuk menguji seberapa baik pendidikan di Indonesia kini. Berikut ini

beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh

Indonesia :

2.1 Kurangnya pemahaman fisika siswa disebuah Sekolah Menengah Kejuruan disebabkan karena guru yang kurang menekankan pada konsep dasar fisika.

Hal ini menjadi latarbelakang sebuah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh

Anis Khamidah dkk (dalam Jurnal Radiasi, 2012:1).

2.2 Berdasarkan penjelasan Ato Illah (dalam Jurnal Tarbawi, 2012 : 107) kurangnya salah satu kemampuan sosial siswa dalam kegiatan belajar yaitu kerjasama

(29)

selain itu sikap individualis siswa juga menjadi salah satu penghambat dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas ini, peneliti berusaha

meningkatkan pemahaman dan aktivitas kerjasama siswa dengan mencoba

menerapkan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada

pembelajaran materi gerak di SMP Pangudi Luhur Moyudan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapan

permasalahan, antara lain :

3.1 Sejauh manakah efektivitas implementasi metode kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran tentang gerak di SMP Pangudi

Luhur Moyudan?

3.2 Sejauh manakah efektivitas pembelajaran tentang gerak dibandingkan dengan cara mengajar biasa yaitu metode ceramah?

Efektivitas dapat diartikan sebagai ketepatan atau tingkat ketercapaian

tujuan, dalam pembelajaran tentunya merupakan tujuan dari proses pembelajaran.

Tujuan dalam proses pembelajaran mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Hal inilah yang menyebabkan dalam penelitian ini diukur perubahan

pemahaman sebagai tujuan dari ranah kognitif dan sikap kerjasama sebagai tujuan

(30)

4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

4.1 Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pembelajaran dengan tipe Teams Games Tournament.

4.2 Efektivitas diukur dari 2 hal yaitu mengenai perubahan pemahaman

siswa dan sikap kerjasama dalam pembelajaran.

4.3 Materi yang disampaikan selama penelitian ini adalah gerak.

5. Tujuan Penelitian

5.1 Mengetahui seberapa besar perubahan pemahaman siswa pada materi

yang mereka pelajari dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament.

5.2 Dapat mengetahui bagaimana sikap kerjasama yang timbul dalam

kelompok melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Tour Game

Tournament.

6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat

untuk beberapa pihak, diantaranya adalah :

6.1Universitas

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh Universitas

(31)

teori yang sudah didapat di bangku kuliah sesuai dengan situasi belajar yang

sesungguhnya bersama siswa di sekolah.

6.2Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh pihak sekolah

adalah mampu mengevaluasi proses pembelajaran dan memantau jalannya proses

belajar di kelas sehingga mutu pendidikan di sekolah tersebut terjaga dan bahkan

mengalami peningkatan.

6.3Guru

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang diterima oleh guru khususnya

guru pengampu IPA-Fisika kelas VII adalah mampu merancang dan merencanakan

pembelajaran yang tepat bagi siswa kelas VII yang masih sebagai proses pengenalan

pada mata pelajaran Fisika serta dengan perencanaan yang baik mampu membuat

minat dan ketertarikan siswa akan fisika semakin meningkat.

6.4Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur Moyudan kelas VII dan dapat meningkatkan

pemahaman siswa pada materi gerak, mengajarkan siswa agar mampu belajar dan

melakukan aktivitas dalam sebuah kelompok, menumbuhkan sikap kerjasama siswa

(32)

8

BAB II

Landasan Teori

Bagian ini akan menjelaskan informasi lebih lanjut tentang metode

pembelajaran kooperatif meliputi metode dan model pembelajaran, metode

pembelajaran kooperatif, macam-macam metode pembelajaran kooperatif, tujuan

metode pembelajaran kooperatif, ciri-ciri, unsur, aspek dan informasi lain mengenai

metode pembelajaran kooperatif. Dibagian akhir bab ini akan dijelaskan tipe

pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.

1. Metode dan Model Pembelajaran

Dari berbagai sumber buku yang digunakan sebagai landasan teori ada

beberapa buku yang menyebut dengan metode pembelajaran dan ada juga beberapa

buku yang menyebut model pembelajaran. Berikut ini ada penjelasan mengenai

keduanya :

1. 1 Metode Pembelajaran

Daryanto (2012: 148), mengungkapkan bahwa metode pembelajaran dapat

diartikan sebagai cara atau teknik yang digunakan seorang guru dalam

menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Dalam buku tersebut, Daryanto juga menjelaskan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan metode pembelajaran :

(a) Kesesuaian antara tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaannya (b) Waktu

yang tersedia dalam membahas topik tertentu (c) Keteresediaan fasilitas pembelajaran

(33)

pendidikan dan pelatihan dalam pembelajaran (f) Jenis dan karakteristik

pembelajaran (g) Penggunaan variasi metode selama pembelajaran.

1. 2 Model pembelajaran

Sedangkan dalam bukunya Suprijono (2009: 46) menjelaskan bahwa model

pembelajaran adalah suatu konsep yang menggambarkan prosedur sistematika dalam

mengorganisasikan pengalaman siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan dari

proses belajar. Jadi model pembelajaran merupakan suatu konsep yang

merepresentasikan suatu proses pembelajaran yang didalamnya ada banyak hal yang

rumit. Menurut Suprijono (2013), macam-macam metode pembelajaran terbagi

menjadi 3 macam yaitu

1.2.1 Model Pembelajaran Langsung

Suprijono (2013: 46-47) menuliskan, sesuai dengan namanya gaya

mengajar guru dalam model pembelajaran ini guru juga turut aktif dalam

menyampaikan isi pembelajaran dan terlibat langsung mengajarkannya kepada siswa.

1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam bukunya Suprijono (2013: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk kerja kelompok yang yang lebih dipimpin oleh guru dan diarahkan

sendiri oleh guru. Jadi meskipun siswa dituntut mandiri dan belajar mengetahui

(34)

misalnya untuk pemberian penugasan dan pertanyaan-pertanyaan serta pemberian

bahan ajar pada siswa.

1.2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Suprijono (2013: 68) model pembelajaran berbasis masalah ini

adalah belajar penemuan atau sering disebut discovery learning.

Dalam penelitian ini lebih tepat jika digunakan istilah “Model pembelajaran kooperatif”. Hal ini didasarkan pada penjelasan mengenai model itu sendiri yaitu mengenai cara atau teknik yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari berbagai macam

metode pembelajaran yang dikenal di dunia pendidikan, khususnya bagi para guru

dan calon guru. Menurut beberapa orang yang menuliskan pemikirannya dalam buku,

diungkapkan bahwa: dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dari Jerome Bruner,

konsep tersebut

Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan

siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, menurut Taniredja metode

pembelajaran kooperatif ini lebih dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.

Sedangkan Suprijono (2009: 54) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

(35)

dalam bukunya mengungkapkan dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa

akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk

menguasai materi yang disampaikan oleh guru secara bersama-sama.

Dari beberapa ungkapan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar dimana siswa dikelompokkan dalam

kelompok-kelompok kecil dan di dalamnya siswa belajar untuk menguasai materi dan

juga melatih kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam interaksi dengan

anggota kelompoknya sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan menjadi aktif.

3. Tipe dalam Metode Pembelajaran Kooperatif

3.1 STAD (Student Team- Achievement Division)

Dalam metode pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran.

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran metode kooperatif. Dibawah ini

merupakan 2 pendapat ahli yang membahas mengenai STAD :

Dalam bukunya Taniredja (2011: 64) berpendapat bahwa STAD dikembangkan oleh

Slavin, tipe ini lebih menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi. Sedangkan Slavin

(2009: 143) dalam bukunya mengungkapkan bahwa STAD adalah salah satu dari

sekian banyak metode pembelajaran yang bisa dibilang paling sederhana dan sering

digunakan oleh guru-guru yang masih baru dalam menggunakan pendekatan

kooperatif.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah tipe metode

(36)

pendekatan kooperatif dalam proses belajar mengajar di kelas, dalam proses

belajarnya lebih menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa sehingga

mereka mampu saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi.

Berikut ini adalah 8 strategi dalam pelaksanaan metode STAD dalam Taniredja

(2011: 64):

(1) Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil berjumlah empat siswa

untuk masing-masing kelompok dan usahakan ada keberagaman di dalam

kelompok.

(2) Guru menyampaikan pelajaran.

(3) Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota

kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

(4) Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, mereka

tidak dapat membantu satu sama lain.

(5) Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan degan nilai rata-rata mereka

sendiri yang sebelumnya.

(6) Nilai-nilai itu diberikan hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan

yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui mereka yang

sebelumnya.

(7) Nilai-nilai dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok.

(8) Kelompok yang bias mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat

(37)

3.2 TGT (Teams Games Tournament)

Tipe TGT dan STAD tidak jauh beda, yang menjadi faktor pembeda adalah

tipe ini menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis dan

menggunakan skoring individu sebagai sistem penilaian, dalam tipe ini siswa saling

berkompetisi dalam kemampuan akademik. “TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada

struktur STAD yang biasanya” (Slavin, 2009: 163-166).

Berikut ini merupakan komponen dalam TGT seperti yang dijelaskan Slavin dalam

bukunya :

3.2.1 Penyajian Kelas

Penyajian kelas pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran

kooperatif tipe TGT tidak jauh berbeda dengan pengajaran biasanya. Yang membuat

perbedaan siswa sudah dikondisikan dalam kelompoknya ketika penyajian kelas

berlangsung dengan maksud agar siswa lebih fokus pada materi yang diajarkan

sehingga mereka mampu mengerjakan games akademik dengan baik. Selanjutnya

skor masing-masing anggota akan menentukan skor kelompok mereka (Taniredja,

2011: 66).

3.2.2 Teams(team atau kelompok)

Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4-5 orang yang berasal dari

berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa

atau etnik. Pengelompokan ini degan tujuan agar masing-masing anggota kelompok

(38)

mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua

anggota dalam menghadapi kompetisi selanjutnya (Taniredja, 2011: 68).

3.2.3 Game

Game ini terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan

siswa yang diuji.

3.2.4 Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Turnamen ini

biasanya dilakukan pada akhir minggu atau setelah guru menjelaskan materi dan

kelompok-kelompok dalam kelas sudah mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam

tournament ini masing-masing kelompok dipilih satu perwakilan yang memiliki

kemampuan yang setara atau hampir sama untuk mengikuti game tournament.

3.3 GI (Group Investigation)

Macam metode pembelajaran kooperatif lainnya adalah Group

Investigation. Group Investigation ini dikembangkan oleh Shalomo Sharan dan Yael

Sharan di Univeristas Tel Aviv, Israel. Dalam tipe ini, siswa membentuk

kelompoknya sendiri yang beranggotakan 2-6 orang, selain bebas dalam memilih

kelompok mereka juga bebas memilih subtopik sesuai materi yang akan diajarkan

dan selanjutnya mereka membuat laporan dari kerja kelompoknya mengenai subtopik

yang mereka pilih tersebut. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya kepada seluruh kelas dan saling berbagi apa yang mereka (Taniredja, 2011:

(39)

Dari beberapa macam metode pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan

diatas, masing-masing dalam proses belajarnya menuntun siswa untuk aktif dalam

proses belajar dalam kelompok kecil yang dibentuk oleh guru maupun oleh siswanya

sendiri.

3.4Think-Pair-Share

Suprijono (2013: 91) dalam bukunya mengungkapkan bahwa dalam tipe

pembelajaran Think-Pair-Share ini memiliki 3 tahapan, yaitu :

3.4.1 Think

Think yang memiliki arti berfikir. Dapat dilihat dengan jelas pada

tahapan ini siswa diharuskan untuk berfikir, caranya guru memberikan pertanyaan

atau isu yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang mereka pelajari dan guru

memberi kesempatan untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu yang

sedang mereka bicarakan.

3.4.2 Pair

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk saling berpasangan untuk

berdiskusi, melalui diskusi diharapkan mereke mampu memaknai jawaban yang

mereka pikirkan, diskusikan dan membantu siswa dalam membangun kemampuan

intrapersonalnya.

3.4.3 Shared

Pada tahapan ini, siswa yang sudah berpasangan tersebut membagikan

(40)

disebut “sharing”. Dalam kegiatan berbagi pendapat melalui “sharing” ini

diharapkan terjadi proses tanya jawab antar siswa.

3.5Numbered Heads Together

Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan

Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 92).

Pada tipe ini, awalnya guru membagi siswanya dalam kelompok-kelompok

kecil dengan mempertimbangkan banyaknya materi yang akan dipelajari. Jika dalam

satu kelas jumlah siswanya ada 40 anak dan akan dibagi dalam 5 kelompok maka

masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak. Masing-masing anggota dalam

kelompok tersebut diberi nomor 1-8 karena jumlah satu kelompok ada 8 anak.

Selanjutnya guru menyampaikan beberapa pertanyaan pada tiap-tiap kelompok dan

kelompok-kelompok tersebut diberi kesempatan untuk berdiskusi memikirkan

penyelesaian dari pertanyaan-pertanyaan secara bersama dengan cara menyatukan

kepalanya atau “Heads Together”. Langkah selanjutnya guru memanggil siswa

dengan nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan jawaban

mereka yang sebelumnya sudah didiskusikan dalam kelompok. Misalnya guru

memanggil angka 4 maka semua siswa dari tiap-tiap kelompok yang bernomor 4

diminta untuk menyampaikan hasil pemikirannya secara bergantinan. Langkah ini

diulangi terus menerus hingga semua siswa di kelas tersebut menyampaikan

(41)

3.6Jigsaw

Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang masinh

terhitung jarang diterapkan oleh guru-guru dalam menyampaikan pembelajaran

dikelas. Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan

Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 89).

Pembelajaran dengan jigsaw diawali degan memperkenalkan topik yang

akan dibahas selanjutnya guru mencaritahu apa saja yang siswa ketahui tentang topik

yang akan dipelajari, kegiatan ini ditujukan untuk menyusun struktur kognitif siswa

agar lebih siap dalam menerima topik baru. Langkah selanjutnya guru membagi siswa

dalam kelompok kecil, jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya

konsep-konsep yang akan dipelajari. Kelompok ini dinamakan sebagai kelompok asal. Setiap

orang dalam kelompok asal ini bertanggungjawab untuk memahami materi tekstual

yang diterima dari guru dan materi yang dipelajari oleh kelompok-kelompok ini

berbeda-beda.

Setelah semua anggota dari kelompok asal sudah selesai memahami

materinya masing-masing, langkah selanjutnya dalam pembelajaran dengan tipe

jigsaw ini adalah membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli. Kelompok ahli ini

dibentuk dengan cara mengatur sedemikian rupa sehingga dalam kelompok ahli ini

terdiri dari setidaknya 1 perwakilan dari kelompok asal. Artinya dalam kelompok ahli

ini terdiri dari anggota yang berasal dari kelompok asal yang berbeda-beda dan

(42)

Dengan terbentuknya kelompok ahli ini, diskusi dalam kelompok sudah bisa

dimulai, masing-masing anggota kelompok menyampaikan materi yang dibawa dari

kelompok asal. Setelah diskusi di kelompok ahli selesai, anggota kelompok ini boleh

kembali ke kelompok asal dan memulai diskusi sebagai refleksi mengenai apa saja

yang telah mereka pelajari selama proses belajar berlangsung. Dibagian akhir proses

pembelajaran, guru menutup dengan memberikan review terhadap topik yang telah

siswa-siswi pelajari.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru memang sangatlah

banyak, bagian diatas menjelaskan 6 tipe metode pembelajaran kooperatif.

Masing-masing tipe pasti memiliki tujuan agar siswa menjadi paham dan mengerti tentang

apa yang disampaikan oleh guru, akan tetapi metode pembelajaran yang dipilih juga

harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

4. Tujuan Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif yang sangat dikenal di dunia pendidikan ini,

dikabarkan merupakan metode atau metode pembelajaran yang tepat digunakan

karena mampu membuat siswa aktif di kelas, maksudnya pembelajaran di kelas

bukan lagi transfer ilmu dari guru untuk siswa akan tetapi di dalamnya siswa

benar-benar berproses sehingga menemukan pemahaman yang digali oleh mereka sendiri.

Dalam bukunya Slavin, Taniredja dan Isjoni mengungkapkan bahwa tujuan dari

metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

Tujuan yang paling penting dari metode pembelajaran kooperatif adalah untuk

(43)

butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan

kontribusi (Slavin, 2009 : 33).

Sedangkan Taniredja (2011) dalam bukunya mengungkapkan mengenai 3 tujuan dari

metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) meningkatkan hasil kerja siswa

dilihat dari prosesnya selama belajar (2) membantu siswa-siswi menerima perbedaan

di antara mereka baik perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, tingkat sosial

dan ras (3) melatih kemampuan sosial dari siswa, yaitu meliputi kemampuan untuk

mengungkapkan pendapat, mengungkapkan pertanyaan, menjawab pertanyaan dalam

diskusi, menghargai pendapat teman dan kemampuan lainnya. Dan Isjoni

menjelaskan bahwa tujuan utama dari metode pembelajaran kooperatif adalah untuk

memperoleh pengetahuan dari teman lain dalam kelompok besar maupun kelompok

kecil (Isjoni, 2008: 166).

Dilihat dari pendapat diatas, tujuan dari metode pembelajaran kooperatif

adalah untuk melakukan proses belajar bersama dengan teman-temannya, dengan

artian belajar untuk siswa bukan hanya dari buku dan dari guru saja akan tetapi

belajar juga bisa bersumber dari temannya, dengan cara ini siswa yang pandai bisa

berkemampuan akademik lebih tinggi bisa mengajari temannya yang berkemampuan

akademik sebaliknya.

5. Ciri Metode Pembelajaran Kooperatif

Ciri merupakan hal yang membuat sesuatu berbeda dari yang lainnya, begitu

pula dengan ciri metode pembelajaran kooperatif. Ciri metode pembelajaran

(44)

pembelajaran lain selain metode pembelajaran kooperatif, diandaikan seperti ini

seorang kepala sekolah atau asesor yang sudah berpengalaman dan paham benar

mengenai beberapa metode pembelajaran dengan melihat proses pembelajaran yang

berlasung saja dapat mengetahui metode pembelajaran apa yang digunakan oleh guru

mata pelajaran.

Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh metode

pembelajaran kooperatif, yang membuat ciri khas dari metode pembelajaran

kooperatif :

Ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif adalah : (1) belajar bersama degan teman,

(2) selama proses belajar terjadi tatap mula antar teman, (3) saling mendengarkan

pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

(5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan

pendapat, (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri, (8) mahasiswa aktif

(Taniredja, 2011: 59).

Arends, 2008:5 dalam bukunya mengungkapkan tentang, pelajaran dengan metode

pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini :

1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan

tinggi.

3. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas cumpuran ras, budaya, dan

(45)

4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

Metode pembelajaran kooperatif dengan proses belajar dalam kelompok,

siswa aktif dan produktif, ada kerja tim dan di dalamnya punya rasa ketergantungan

yang membuat semua anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab pada anggota

lain, ini merupakan beberapa ciri dari metode pembelajaran kooperatif.

6. Unsur-unsur dalam Metode Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam metode pembelajaran kooperatif menurut

Taniredja (2011) sebagai berikut :

1) Antar siswa dalam kelompok harus memiliki rasa saling ketergantungan satu

sama lain, 2) Siswa memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompok, 3) Siswa

dalam kelompok memiliki tujuan yang sama, 4) Tugas dan tanggung jawab siswa

dalam kelompok harus dibagi dengan baik sehingga semua siswa merasakan

memiliki tanggung jawab dan tugasnya masing-masing, 5) adanya penghargaan

bagi siswa dan kelompoknya, 6) siswa belajar bersama dalam memimpin dan

mengembangkan keterampilan belajar bersama dalam kelompoknya, dan 7) siswa

akan dimintai tanggung jawab atas materi yang mereka pelajari secara individu

(Taniredja, 2011: 59).

Dalam bukunya Suprijono mengungkapkan lima unsur metode pembelajaran

kooperatif, antara lain :

6.1Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam metode pembelajaran kooperatif ada

(46)

ditugaskan dalam kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara

individu mempelajari materi yang mereka pelajari bersama (Suprijono, 2009: 58)

6.2Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok antara lain keberhasilan dalam diskusi kelompoknya dan

keberhasilan dari sisi pemahaman siswa. (Suprijono, 2009: 59)

6.3Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Interaksi ini mampu menimbulkan adanya sikap saling ketergantungan

positif sehingga interaksi ini menjadi sangat penting. Berikut ini asalah beberapa ciri

interaksi promotif menurut Suprijono (2009: 60) :

1. Saling membantu secara efektif dan efisien.

2. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.

4. Saling mengingatkan.

5. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi

serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang

dihadapi.

6. Saling percaya.

7. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Jadi melalui interaksi promotif ini akan terjalin rasa saling membutuhkan

(47)

6.4Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Menurut Suprijono (2009: 61), unsur ini merupakan keterampilan sosial dari

seseorang dalam proses pembelajaran kooperatif. Untuk menggordinasikan kegiatan

peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :

1. Saling mengenal dan mempercayai

2. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.

3. Saling menerima dan saling mendukung.

4. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

6.5Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat

diidentifikasi dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang terlibat

aktif dan yang tidak terlibat aktif dalam kelmpoknya. Tujuan pemrosesan dalam

kelompok adalah untuk meningkatkan efektivitas anggota kelompok dalam

memberikan sumbangan dalam kegiatan di kelompoknya untuk mencapai tujuan

bersama dari kelompok tersebut. Kelompok kecil dan kelompok besar (kelompok

secara keseluruhan siswa kelas) adalah dua tingkat kelompok (Suprijono, 2009: 61).

Dalam metode pembelajaran kooperatif didalamnya memiliki unsur yang

dapat secara nyata dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, antara lain adalah

adanya tanggung jawab antar masing-masing anggotanya, adanya

pertanggungjawaban baik dalam kelompok maupun pertanggungjawaban siswa atas

(48)

menerima perbedaan dalam kelompoknya dan saling meningkatkan kemampuan

sosial untuk masing-masing siswanya.

7. Aspek-aspek Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif memang masih merupakan metode

pembelajaran yang baru di dunia pendidikan, akan tetapi masih banyak guru yang

kurang memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif ini dalam pelaksanaan

pembelajaran. Kebanyakan guru merasa dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif, siswa menjadi lebih rebut di kelas dan pembelajaran ini kurang efisien

waktu sehingga banyak waktu yang tidak teralokasikan dengan baik. Berikut ini 4

aspek yang biasanya terkandung dalam metode pembelajaran kooperatif seperti yang

disampaikan Huda (2012) dalam bukunya :

1. Tujuan

Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk

mempelajari bersama materi tertentu dalam kelompoknya juga saling membuat

semua nggota kelompoknya ikut aktif dalam kegiatan belajar dalam kelompok.

2. Level Kooperasi

Bentuk kerjasama dalam pembelajaran dapat diterapkan dalam level kelas

yang sama dan sedang mempelajari materi yang sama.

3. Pola Interaksi

Siswa yang belajar dalam kelompok saling memberikan dukungan untuk

semua teman-temannya dalam kegiatan belajar seperti menjawab pertanyaan,

(49)

terkandung di dalam belajar bersama kelompoknya. Pola interaksi ini tidak hanya

muncul di dalam akan tetapi juga antar kelompok-kelompok kooperatif.

4. Evaluasi

Sistem evaluasi atau penilaian didasarkan pada kriteria tertentu, biasanya

dilihat dari aspek pemahaman siswa pada materi yang dipeajari dan proses belajar

siswa di kelas. Penilaian ini juga bisa dilakukan secara individu ataupun penilaian

pada kelompok-kelompok.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan aspek-aspek yang terkandung

dalam metode pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tujuan dari proses

pembelajaran, level kooperasi, adanya pola interaksi dalam proses pembelajaran dan

evaluasi.

8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif

Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran didasarkan atas beberapa aspek antara lain kesesuaian materi yang akan

disampaikan dan kesesuaian tujuan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang

digunakan. Masing-masing metode yang ada di dunia pendidikan memiliki kelebihan

dan kekurangannya masing-masing.

8.1Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif :

Dalam Arends, 2008 menjelaskan bahwa kelebihan dari metode

pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa yang berkemampuan akademik

rendah dengan mendapatkan bantuan dari teman mereka yang berkemampuan

(50)

tinggi juga diajarkan untuk membagi ilmunya pada teman-teman mereka degan cara

yang baik yaitu melalui membagi informasi yang mereka dapatkan (Arends, 2008:6).

Dan menurut Isjoni, kelebihan metode ini dari metode-metode pembelajaran

yang lainnya antara lain : (1) memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan

pendapatnya pada suatu permasalahan dan merumuskannya dalam kelompok sebagai

satu penyelesaian. (2) melalui metode pembelajaran kooperatif sedikitnya ada 2

ketermpilan siswa yang dilatih antara lain : keterampilan siswa dalam bersosialiasai

dan berfikir (3) mampu mengembangkan pengetahuan siswa, kemampuan dan

keterampilan siswa dalam suasana belajar yang terbangun secara demokratis (4)

dengan adanya dukungan siswa lain atau teman sebayanya makan akan

menumbuhkan motivasi belajar siswa secara keseluruhan (Isjoni, 2008: 157).

8.2Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif :

Kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif menurut Arends seperti

yang dijelaskan bahwa beberapa penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan

Clinkenbeard menunjukkan siswa yang berbakat secara intelektual belum tentu

mendapatkan manfaat dari pembelajaran dengan metode ini, dan sering dianggap

mengeksploitasi siswa yang berbakat dengan menerapkan metode tersebut (Arends,

2008:12).

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa metode ini memiliki kelebihan dan

kekurangan, hal ini bukan hanya pada metode ini saja melainkan pada metode

(51)

intelektual dan karena dalam metode ini siswa diajak untuk saling berbagi ilmu maka

kemampuan sosial siswa juga terlatih selama proses pembelajaran berlangsung

contohnya kemampuan sikap kerjasama dan juga kemampuan siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya di depan umum. Sedangkan yang menjadi kekurangan

dari metode ini belum tentu siswa yang sudah memiliki kemampuan intelektual tinggi

merasakan manfaat lebih dari penggunaan metode pembelajaran ini.

9. Kendala Utama Metode Pembelajaran Kooperatif

Huda (2012: 68-69) menjelaskan bahwa kendala-kendala yang dialami

dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif diantaranya adalah

9.1Free Rider

Jika perencanaan pembelajaran tidak dirancang dengan baik dan tepat maka

akan menimbulkan dampak adanya pemboncen atau adanya siswa yang hanya

mencantumkan namanya di kelompok tanpa adanya sumbangan apapun pada

penugasan yang diberikan secara berkelompok.

9.2Diffusion of Responsibility

Keadaan dimana ada anggota dalam kelompok yang tidak dianggap atau

diabaikan oleh anggota lain karena dirasa memiliki kemampuan yang rendah tentang

pemahaman. Hal ini sungguh jauh dari tujuan awal metode pembelajaran kooperatif

yang membiasakan siswa belajar secara bersama dalam kelompoknya.

9.3Learning a part of task specialization

Dalam beberapa tipe metode pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw dan

(52)

ditugaskan pada mereka dan kurang menguasai materi atau bahan lain yang tidak

mereka pelajari, mereka cenderung mengabaikan dan hanya mementingkan materi

yang ditugaskan pada mereka saja. Sedangkan dalam Slavin (2009), diungkapkan

beberapa hal yang berpotensi menjadi penghalang dalam metode pembelajaran

kooperatif ini :

Jika perencanaan pembelajaran metode kooperatif tidak dirancang dengan baik

dan tepat, metode pembelajaran ini akan memicu munculnya “pengendara bebas” atau para pembonceng, maksudnya adanya anggota kelompok diskusi yang hanya

menyumbang nama saja bukan menyumbang idenya dalam pengerjaan tugas.

Pengendara bebas ini biasanya muncul jika penugasan kelompok yang diberikan

merupakan tugas tunggal, misalnya dengan pengumpulan laporan praktikum

hanya 1 laporan saja untuk masing-masing kelompok. Hal ini bahkan sering

memunculkan adanya rasa diskriminasi untuk siswa yang merasa dirinya kurang

mampu dalam pengerjaan tugas-tugas yang dirasa rumit (Slavin, 2009 : 40).

10.Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu persiapan yang

penting bagi guru selain mempersiapkan materi. Dengan membuat rencana

pelaksanaan pembelajara proses pembelajaran diharapkan lebih sistematis sehingga

proses belajar siswa pun terstruktur. Berikut ini adalah enam fase atau langkah utama

dalam penggunaan cooperative learning sebagai metode pembelajaran menurut

(53)

(1)Diawal kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan

memberikan motivasi kepada siswanya. (2) Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi

informasi, sering kali dalam bentuk teks daripada ceramah. (3) Guru

mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. (4) Langkah berikutnya,

siswa mengerjakan tugas-tugas pribadinya dengan bantuan dari guru. Fase-fase

terakhir pelajaran dengan cooperative learning termasuk (5) siswa mempresentasikan

hasil akhir kelompok atau menguji hasil belajar siswa missal dengan memberikan

pertanyaan (6) Kegiatan diakhiri dengan pemberian penghargaan (bisa berupa pujian)

atas hasil kerja mereka.

Dalam bukunya Suprijono (2009: 65-66) mengungkapkan 6 fase yang harus

dilakukan guru saat menggunakan metode pembelajaran kooperatif, bagian dibawah

ini merupakan rangkuman dari buku karangan Suprijono tersebut :

Fase pertama, guru menjelaskan maksud metode pembelajaran kooperatifagar siswa

mengetahui dengan jelas prosedur dan aturan pembelajaran. Fase kedua, guru

menyampaikan informasi sebagai isis akademik. Fase ketiga, membagi siswa dalam

kelompok-kelompok kecil, perlu dikondisikan dengan cermat agar tidak terjadi

keributan dikelas. Sebelumnya guru menjelaskan apa yang akan dilakukan siswa

dalam kelompoknya, menjelaskan bahwa semua siswa harus ikut aktif dalam

pembelajaran dalam kelompok agar tidak ada free-rider dalam kelompok-kelompok

tersebut. Fase keempat, guru berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik dan

(54)

dengan baik. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi

evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam guru

mempersiapkan struktur pemberian reward untuk siswa. Variasi struktur reward

bersifat individualitas, kompetitif, dan kooperatif. Struktur reward individualitas

artinya reward didapat siswa atas dasar upaya mereka sendiri.Struktur reward

kompetitif adalah adanya persaingan atau ada siswa lain sebagai pembanding dalam

penilaian usaha antar individual. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim

meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

11.Cara Mengatasi Kekurangan dari Metode Pembelajaran Kooperatif

Terkadang hal yang benar-benar tidak direncanakan akan terjadi meskipun

rencana pembelajaran telah dipersiapkan sebaik mungkin karena suasana di kelas

sangat mudah mengalami perubahan. Permasalahan yang juga menjadi kekurangan

dari metode pembelajaran kooperatif ini sering disebut dengan “difusi tanggung

jawab” (Slavin, 2009 : 41). Difusi tanggung jawab ini dapat ditiadakan dalam metode

pembelajaran kooperatif dengan dua cara prinsipil, yaitu

11.1 Membuat semua anggota kelompok belajar dan merasa bertanggung jawab

atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, seperti dalam Jigsaw,

Group Inverstigation, dan metode-metode sejenis.

11.2 Melatih rasa tanggung jawab tumbuh dalam diri masing-masing siswa

dalam kelompok atas pembelajaran dari. Misalnya, dalam metode-metode

Pembelajaran Tim Siswa, penilaian akhir atau evaluasi berdasarkan total

(55)

masing-masing siswa dalam kelompok harus memastikan bahwa mereka telah

menguasai materi pelajaran sehingga tidak ada yang menjadi free-rider

dan muncul kesadaran dalam diri siswa akan perlunya kepedulian antar

anggota kelompoknya (Slavin, 2009:41).

Dalam kelompok kerja memang terkadang sangat sulit untuk selalu kompak,

dengan jumlah kelompok yang terkadang bahkan bisa lebih dari 5 orang pasti akan

sangat sulit untuk menyatukan pemikiran dan menurunkan ego masing-masing. Hal

ini bila terus dibiarkan berkembang pasti akan menghambat pekerjaan yang harus

segera diselesaikan bersama, berdasarkan penjabaran diatas dapat diartikan bila

kesadaran masing-masing anggota bahwa mereka mempunyai tanggung jawab baik

untuk kelompok mereka maupun diri sendiri pasti pekerjaan yang dikerjakan bersama

akan menjadi semakin ringan dan terjadi keselarasan cara berfikir dalam sebuah

kelompok. Tanggung jawab menjadi dasar bagi setiap orang untuk mampu

mengerjakan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok.

12.Kemampuan yang Perlu Dikembangkan dalam Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), memilih

tujuan dan cara penilaian dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting.

Cara penilaiannya antara lain melalui tes dan observasi, sedangkan tujuan-tujuan

yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran sering dikenal dengan taksonomi

tujuan instruksional menurut Bloom. Menurut Djiwandono dalam bukunya

(56)

Education Observation pada tahun 1956 yang sudah mampu mengubah pandangan

pendidikan dalam pelaksanaannya. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang

dibuat untuk tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Ranah Kognitif

Mendengar kata kognitif, yang terfikirkan pertama kali adalah mengenai

pemahaman. Benar saja, berikut ini merupakan kemampuan yang terkandung dalam

ranah kognitif dalam buku Psikologi Pendidikan menurut Djiwandono (2006:

210-213).

a. Pengetahuan

Antara lain meliputi hal-hal yang dipelajari oleh siswa di kelas baik tentang

pengertian, prinsip, hukum-hukum, unsur dan bahkan rumus yang mampu disimpan

oleh siswa di dalam memorinya sehingga sewaktu-waktu mereka gunakan mereka

masih bisa mengingat lagi apa yang telah mereka pelajari tersebut karena semua hal

tersebut telah disimpan dalam memori mereka. Contoh penggunaannya di

pembelajaran fisika untuk kelas VII pada materi Suhu adalah “Siswa dapat menjelaskan dengan bahasa sendiri pengertian dari suhu”.

b. Pemahaman

Meliputi kemampuan untuk memahami maksud dari mata pelajaran yang

(57)

apakan siswa benar-benar paham akan apa yang mereka pelajari termasuk memahami

kegunaan dari mereka belajar mengenai materi di suatu mata pelajaran tertentu.

c. Penerapan

Meliputi kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang

mereka hadapi dikehidupan yang sesungguhnya. Seperti penggunaan konsep atau

prinsip dalam mencari penyelesaian dari suatu permasalahan. Misalnya dalam

kehidupan sehari-hari, “Siswa mampu menafsirkan suhu dalam Celsius disuatu daerah yang menggunakan suhu dengan derajat Fachrenheit”.

d. Analisa

Meliputi kemampuan dalam memilah dan mengelompokkan suatu bahan ke

dalam bahan yang lebih sederhana sehingga strukturnya dapat dimengerti oleh

siswanya. Contoh tujuan yang akan dicapai dalam suatu proses pembelajaran, “ Siswa mampu menganalisis peristiwa-peristiwa berdasarkan macam perubahan wujud zat”

e.Sintesis

Meliputi kemampuan untuk meletakkan bagian bersama-sama ke dalam

bentuk keseluruhan yang baru. Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain

sehingga tercipta suatu bentuk baru. Misalnya, suatu perencanaan dari suatu proyek

(proposal penelitian). Hasil belajar dalam klasifikasi sintesis ini adalah penekanan

pada kreativitas, dengan penekanan utama pada rumusan pola-pola baru atau

(58)

f. Evaluasi

Meliputi kemampuan untuk memberi penilaian untuk suatu objek tertentu

berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Contohnya “Siswa mampu membuktikan terjadinya gaya kohesi atau adhesi dalam suatu cairan melalui kegiatan

praktikum”.

2. Ranah Afektif

Afektif meliputi pembentukan nilai-nilai karakter yang ingin terbentuk

melalui proses pembelajaran di kelas. Semua guru yang membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran pasti akan memikirkan kegiatan apa yang akan mampu

membentuk karakter siswa sehingga siswa-siswi mampu menjadi penerus bangsa

yang berkarakter. Berikut ini merupakan kemampuan yang diklasifikasikan dalam

ranah afektif dalam buku Psikologi Pendidikan menurut Djiwandono (2006:

213-215).

a. Penerimaan

Segala bentuk sikap siswa yang cenderung terbuka dalam menerima segala

proses dalam belajar baik menerima materi maupun menerima keberagaman dalam

kelompok. Misalnya siswa mampu menunjukkan macam perubahan wujud zat, siswa

mampu melakukan belajar dalam kelompok dengan berbagai perbedaan di dalam

(59)

b. Pemahaman

Siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maksudnya siswa

ikut terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas dan kegiatan di lingkungan

sekolah.

c. Penilaian

Meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian yang tepat pada dirinya

dan penilaian terhadap hal lain.

d. Organisasi

Meliputi kemampuan menyelesaikan permasalahan dalam kelompok dan

membawa bersama-sama perbedaan nilai-nilai dalam kelompok.

e. Pembentukan Pola Hidup

Meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga

mampu untuk dijadikan pegangan baik untuk kehidupannya dimasa kini maupun di

masa mendatang.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah ini berisikan tentang kemampuan yang dilihat dari perilaku-perilaku

siswa, kemampuan di ranah psikomotorik ini lebih menekankan pada proses belajar

siswa yang ditunjukkan dari keterampilan-keterampilan yang dikembangkan siswa

selama kegiatan belajar berlangsung. Bagian dibawah ini dirangkum dari buku

Gambar

Tabel 37. Kriteria Sikap Kerjasama Sesudah Menggunakan Cara Mengajar Biasa ........  94
Grafik 2. Hubungan Jumlah Persentase dengan Kriteria Pemahaman siswa
Gambar 3. Siklus Metode Pembelajaran Kooperatif tipe TGT  ......................................
Gambar 1.Skema Jarak dan Perpindahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas kehendak-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “ PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA

Sebagaimana kita ketahui, jika alih fungsi lahan hutan tersebut dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu sesuai dengan lingkungan yang mempunyai ekosistem

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

Saya rasa Tim Nasional Indonesia bermain lebih baik jika pemainnya adalah pemain yang bermain di QNB League (Liga Indonesia). Saya rasa Tim Nasional Indonesia sedang

though the crime occurred when they were in a dreamlike state... • Once the initial shock of the crime has worn off, victims may experience other emotions such as anger,

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya nilai siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat dilihat juga dari nilai rata-rata kelas pada