• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

3. Tipe dalam Metode Pembelajaran Kooperatif

3.1 STAD (Student Team- Achievement Division)

Dalam metode pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran.

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran metode kooperatif. Dibawah ini

merupakan 2 pendapat ahli yang membahas mengenai STAD :

Dalam bukunya Taniredja (2011: 64) berpendapat bahwa STAD dikembangkan oleh

Slavin, tipe ini lebih menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi. Sedangkan Slavin

(2009: 143) dalam bukunya mengungkapkan bahwa STAD adalah salah satu dari

sekian banyak metode pembelajaran yang bisa dibilang paling sederhana dan sering

digunakan oleh guru-guru yang masih baru dalam menggunakan pendekatan

kooperatif.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah tipe metode

pendekatan kooperatif dalam proses belajar mengajar di kelas, dalam proses

belajarnya lebih menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa sehingga

mereka mampu saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi.

Berikut ini adalah 8 strategi dalam pelaksanaan metode STAD dalam Taniredja

(2011: 64):

(1) Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil berjumlah empat siswa

untuk masing-masing kelompok dan usahakan ada keberagaman di dalam

kelompok.

(2) Guru menyampaikan pelajaran.

(3) Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota

kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

(4) Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, mereka

tidak dapat membantu satu sama lain.

(5) Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan degan nilai rata-rata mereka

sendiri yang sebelumnya.

(6) Nilai-nilai itu diberikan hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan

yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui mereka yang

sebelumnya.

(7) Nilai-nilai dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok.

(8) Kelompok yang bias mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat

3.2 TGT (Teams Games Tournament)

Tipe TGT dan STAD tidak jauh beda, yang menjadi faktor pembeda adalah

tipe ini menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis dan

menggunakan skoring individu sebagai sistem penilaian, dalam tipe ini siswa saling

berkompetisi dalam kemampuan akademik. “TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada

struktur STAD yang biasanya” (Slavin, 2009: 163-166).

Berikut ini merupakan komponen dalam TGT seperti yang dijelaskan Slavin dalam

bukunya :

3.2.1 Penyajian Kelas

Penyajian kelas pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran

kooperatif tipe TGT tidak jauh berbeda dengan pengajaran biasanya. Yang membuat

perbedaan siswa sudah dikondisikan dalam kelompoknya ketika penyajian kelas

berlangsung dengan maksud agar siswa lebih fokus pada materi yang diajarkan

sehingga mereka mampu mengerjakan games akademik dengan baik. Selanjutnya

skor masing-masing anggota akan menentukan skor kelompok mereka (Taniredja,

2011: 66).

3.2.2 Teams(team atau kelompok)

Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4-5 orang yang berasal dari

berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa

atau etnik. Pengelompokan ini degan tujuan agar masing-masing anggota kelompok

mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua

anggota dalam menghadapi kompetisi selanjutnya (Taniredja, 2011: 68).

3.2.3 Game

Game ini terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan

siswa yang diuji.

3.2.4 Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Turnamen ini

biasanya dilakukan pada akhir minggu atau setelah guru menjelaskan materi dan

kelompok-kelompok dalam kelas sudah mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam

tournament ini masing-masing kelompok dipilih satu perwakilan yang memiliki

kemampuan yang setara atau hampir sama untuk mengikuti game tournament.

3.3 GI (Group Investigation)

Macam metode pembelajaran kooperatif lainnya adalah Group

Investigation. Group Investigation ini dikembangkan oleh Shalomo Sharan dan Yael

Sharan di Univeristas Tel Aviv, Israel. Dalam tipe ini, siswa membentuk

kelompoknya sendiri yang beranggotakan 2-6 orang, selain bebas dalam memilih

kelompok mereka juga bebas memilih subtopik sesuai materi yang akan diajarkan

dan selanjutnya mereka membuat laporan dari kerja kelompoknya mengenai subtopik

yang mereka pilih tersebut. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya kepada seluruh kelas dan saling berbagi apa yang mereka (Taniredja, 2011:

Dari beberapa macam metode pembelajaran kooperatif yang sudah dijelaskan

diatas, masing-masing dalam proses belajarnya menuntun siswa untuk aktif dalam

proses belajar dalam kelompok kecil yang dibentuk oleh guru maupun oleh siswanya

sendiri.

3.4Think-Pair-Share

Suprijono (2013: 91) dalam bukunya mengungkapkan bahwa dalam tipe

pembelajaran Think-Pair-Share ini memiliki 3 tahapan, yaitu :

3.4.1 Think

Think yang memiliki arti berfikir. Dapat dilihat dengan jelas pada

tahapan ini siswa diharuskan untuk berfikir, caranya guru memberikan pertanyaan

atau isu yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang mereka pelajari dan guru

memberi kesempatan untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu yang

sedang mereka bicarakan.

3.4.2 Pair

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk saling berpasangan untuk

berdiskusi, melalui diskusi diharapkan mereke mampu memaknai jawaban yang

mereka pikirkan, diskusikan dan membantu siswa dalam membangun kemampuan

intrapersonalnya.

3.4.3 Shared

Pada tahapan ini, siswa yang sudah berpasangan tersebut membagikan

disebut “sharing”. Dalam kegiatan berbagi pendapat melalui “sharing” ini diharapkan terjadi proses tanya jawab antar siswa.

3.5Numbered Heads Together

Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan

Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 92).

Pada tipe ini, awalnya guru membagi siswanya dalam kelompok-kelompok

kecil dengan mempertimbangkan banyaknya materi yang akan dipelajari. Jika dalam

satu kelas jumlah siswanya ada 40 anak dan akan dibagi dalam 5 kelompok maka

masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak. Masing-masing anggota dalam

kelompok tersebut diberi nomor 1-8 karena jumlah satu kelompok ada 8 anak.

Selanjutnya guru menyampaikan beberapa pertanyaan pada tiap-tiap kelompok dan

kelompok-kelompok tersebut diberi kesempatan untuk berdiskusi memikirkan

penyelesaian dari pertanyaan-pertanyaan secara bersama dengan cara menyatukan

kepalanya atau “Heads Together”. Langkah selanjutnya guru memanggil siswa dengan nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan jawaban

mereka yang sebelumnya sudah didiskusikan dalam kelompok. Misalnya guru

memanggil angka 4 maka semua siswa dari tiap-tiap kelompok yang bernomor 4

diminta untuk menyampaikan hasil pemikirannya secara bergantinan. Langkah ini

diulangi terus menerus hingga semua siswa di kelas tersebut menyampaikan

3.6Jigsaw

Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang masinh

terhitung jarang diterapkan oleh guru-guru dalam menyampaikan pembelajaran

dikelas. Bagian dibawah ini diringkas dari buku Cooperative Learning : Teori dan

Aplikasi PAIKEM yang ditulis oleh Agus Suprijono (2013: 89).

Pembelajaran dengan jigsaw diawali degan memperkenalkan topik yang

akan dibahas selanjutnya guru mencaritahu apa saja yang siswa ketahui tentang topik

yang akan dipelajari, kegiatan ini ditujukan untuk menyusun struktur kognitif siswa

agar lebih siap dalam menerima topik baru. Langkah selanjutnya guru membagi siswa

dalam kelompok kecil, jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya

konsep-konsep yang akan dipelajari. Kelompok ini dinamakan sebagai kelompok asal. Setiap

orang dalam kelompok asal ini bertanggungjawab untuk memahami materi tekstual

yang diterima dari guru dan materi yang dipelajari oleh kelompok-kelompok ini

berbeda-beda.

Setelah semua anggota dari kelompok asal sudah selesai memahami

materinya masing-masing, langkah selanjutnya dalam pembelajaran dengan tipe

jigsaw ini adalah membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli. Kelompok ahli ini

dibentuk dengan cara mengatur sedemikian rupa sehingga dalam kelompok ahli ini

terdiri dari setidaknya 1 perwakilan dari kelompok asal. Artinya dalam kelompok ahli

ini terdiri dari anggota yang berasal dari kelompok asal yang berbeda-beda dan

Dengan terbentuknya kelompok ahli ini, diskusi dalam kelompok sudah bisa

dimulai, masing-masing anggota kelompok menyampaikan materi yang dibawa dari

kelompok asal. Setelah diskusi di kelompok ahli selesai, anggota kelompok ini boleh

kembali ke kelompok asal dan memulai diskusi sebagai refleksi mengenai apa saja

yang telah mereka pelajari selama proses belajar berlangsung. Dibagian akhir proses

pembelajaran, guru menutup dengan memberikan review terhadap topik yang telah

siswa-siswi pelajari.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru memang sangatlah

banyak, bagian diatas menjelaskan 6 tipe metode pembelajaran kooperatif.

Masing-masing tipe pasti memiliki tujuan agar siswa menjadi paham dan mengerti tentang

apa yang disampaikan oleh guru, akan tetapi metode pembelajaran yang dipilih juga

harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

Dokumen terkait