• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTERAKSI EDUKATIF DAN KOMPETENSI GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INTERAKSI EDUKATIF DAN KOMPETENSI GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 11

HUBUNGAN INTERAKSI EDUKATIF DAN KOMPETENSI GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Ririn Apriliningsih1, Dely Dhamayanti2, Halimatus Sakdiyah3, Agustin Tri Cahyaningtyas4, Cik Na’imah5

1, ririnaprilia850@gmail.com, 2delydhamayanti6@gmail.com

3hdiyah184@gmail.com, 4. tcagustin2@gmail.com

5na’imahcik221@yahoo.co.id

1,2,3,4Mahasiswa Prodi PAI STAI Muhammadiyah Probolinggo 5 Prodi PAI STAI Muhammadiyah Probolinggo

Received: 24-01-2020 Revised: 21-02-2020 Approved: 26-03-2020

Abstrak

Penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini untk mendeskripikan Hubungan Interaksi Edukatif Dan Kompetensi Guru PAI Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo. Hal ini dibuktikan dengan nilai R hitung sebesar 0,479 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,229, nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI secara bersama-sama terhadap Pembentukan karakter peserta didik adalah sebesar 22,9 % sedangkan 77,1 % dipengaruhi variable lain.

Kata Kunci : edukatif, interaksi, guru, karakter

Abstract

Research with this quantitative approach is to describe the Relationship between Educative Interaction and PAI Teachers 'Competence to Students' Character Building. The results showed that there was a positive and significant relationship between Educative Interaction and PAI teacher competence on character building for students of SMK Negeri 1 Bayuanyar, Probolinggo Regency. This is evidenced by the calculated R value of 0.479 and a

(2)

12 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

significance value of 0.001 which means less than 0.05 (p <0.05) and an R2 value of 0.229, this value implies that the influence of Educative Interaction and PAI teacher competence together The formation of student character is 22.9% while 77.1% is influenced by other variables.

Keywords: educative, interaction, teacher, character

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal (Hasibuan, 2016). Hidup antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan serta di dalam berbagai keadaan. Tanpa proses interaksi dalam hidup, maka manusia tidak mungkin dapat hidup bersama. Interaksi terdiri dari kata inter yang berarti antar dan aksi yang berarti kegiatan. Sehingga interaksi adalah kegiatan timbal balik, selain itu interaksi di sebut juga sebagai perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi (Inah, 2015).

Kecenderungan manusia untuk berhubungan akan selalu melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka dalam kehidupan semacam inilah interaksipun terjadi. Karena itu interaksi akan terjadi bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja (Mollah, 2015).

Pendidikan adalah suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut adalah suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, rangkaian kegiatan pengaruh-mempengaruhi. Suatu rangkaian perubahan dan pertumbuhan fungsi-fungsi jasmani, pertumbuhan watak, pertumbuhan intelek, pertumbuhan sosial. Semua itu tercakup didalam peristiwa proses belajar. Proses belajar mengajar terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik. Tidak akan terjadi proses interaksi belajar mengajar apabila hanya ada satu unsur yaitu guru atau siswa (Hartati., 2014).

(3)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 13 Interaksi belajar-mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa atau peserta didik/subjek belajar), yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Guru dan peserta didik memang dua figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak akan pernah absen dari agenda pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan keteladanannya, tetapi ia juga dicaci-maki dengan sinis hanya karena kealpaanya berbuat kebaikan, meski kesalahan itu bak setitik noda semata. Keburukan perilaku peserta didik cenderung diarahkan pada kegagalan guru membimbing dan membina peserta didiknya. Padahal warna perilaku peserta didik yang buruk, itu dapat terkonsumsi dari multi sumber atau berbagai faktor (Masitha, 2017).

Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antara kelompok. Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan salah satu pola yang kolektif. Kesatuan yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia (Mollah, 2015).

Interaksi terjadi tidak hanya antar sesama manusia tetapi interaksi juga bisa terjadi antara manusia dengan Sang Khalik sebagai pencipta, interaksi dengan hewan, interaksi dengan alam interaksi dengan lingkungan baik hal tersebut terjadi secara spontanitas maupun hal tersebut memang direncanakan (Ramadan, 2014).

Dari berbagai bentuk interaksi, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Yaitu, interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang (Mollah, 2015).

Belajar mengajar adalah interaksi yang bernilai edukatif karena dalam prosesnya peserta didik berpegang pada norma dan nilai yang diyakininya. Dengan demikian interaksi edukatif

(4)

14 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

diharapkan tidak berproses tanpa nilai edukatif, tetapi penuh makna yang mengajarkan peserta didik berbagai ilmu pengetahuan dan mengantarkan mereka menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia (Ramadan, 2014).

Adapun ciri-ciri interaksi edukatif ialah adanya tujuan yang ingin dicapai, bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi, pelajar yang aktif mengalami, guru yang melaksanakan, metode untuk mencapai tujuan, situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik, serta yang terakhir adanya penilaian terhadap hasil interaksi. Dengan demikian, interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan (Anhar, 2013).

Interaksi Edukatif merupakan proses hubungan timbal balik yang komunikatif antara guru dan anak didik yang bersifat mendidik dan dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Dan Interaksi edukatif guru itu dapat mengubah tingkah laku atau karakter anak didik.

Suatu lingkungan sekolah yang kondusif akan memberikan kenyamanan bagi perkembangan peserta didik secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak- anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas

Seorang guru yang profesional adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Prasetiya, 2017). Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan untuk mencapai pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru dalam mengajar, proses pembelajaran dan dalam mencapai tujuan pendidikan merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar peserta didik. Seorang guru PAI harus mampu melatih mental peserta didik menjadi terpuji dan mulia. Seorang guru PAI juga harus mampu untuk menanamkan serta menumbuhkan keimanan yang kuat dan benar dalam diri peserta didik.

Seorang guru juga harus memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Karena kompetensi seorang guru itu sangat penting bagi seorang guru itu sendiri dan bagi anak didiknya. Dan tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

(5)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 15 Sebagai seorang guru, guru harus dituntut memiliki kompetensi profesional dimana guru sebelum memberikan materi kepada peserta didik harus menguasai materi dan konten pembelajaran, tapi pada kenyataan di lapangan banyak guru hanya menyandang status sebagai guru, sebagian besar guru sebelum memberikan pelajaran tidak menguasai materi dan konten pembelajaran. Sebagai contoh guru yang tidak memiliki kompetensi profesional yaitu guru ketika masuk di ruang kelas langsung marah-marah kepada peserta didik tanpa sebab yang jelas, langsung memberikan tugas kepada peserta didik padahal tugas yang diberikan belum pernah di jelaskan dan belum dipahami peserta didik, selalu alfa ketika memiliki jam pelajaran, inilah kenyataan yang sudah menjadi masalah dikalangan para guru sekarang yang masih kita temui di berbagai jenjang pendidikan (Hasan, 2017).

Kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Jadi, pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif (Hambali, 2016).

Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan (Anwar, 2011).

Kompetensi guru hakikatnya menunjuk pada suatu keadaan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. W. Robert Houston dalam Roestiyah NK (1986: 68), memberikan definisi kompetensi “competence ordinarily is defined as adequancy for a task or as possessi on of requaire konwladge, skill and abilities” (suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang). Barlow (1985) dalam Raflis Kosasih (1999: 43), memberikan batasan kompetensi guru yakni “the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately”. Artinya, kompetensi guru merupakan kemam- puan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak (Siswanta, 2012).

(6)

16 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

Kompetensi guru tidak sebatas pengetahuan dan tanggung jawab setiap orang, namun guru membutuhkan kemampuan kusus melalui jalur formal di lembaga pendidikan atau dapat di sebut LPTK (Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan). Guru dalam jabatan membutuhkan kemampuan kusus yang kualitasnya membutuhkan perencanaan sistematis. Pada hakikatnya, guru dalam jabatan adalah dapat membantu orang tua dalam mendidik anak karena ia memiliki berbagai keterbatasan (Hambali, 2016).

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planing) pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran (Hasibuan, 2016). Kompetensi berhubungan dengan interaksi belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Seseorang guru menyampaikan materi pelajaran jika tidak disertai dengan kompetensi seperti penguasaan bahan, begitu juga dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi akan menimbulkan kebosanan dan mempersulit pemahaman belajar siswa (Hambali, 2016).

Semakin melemahnya nilai-nilai moral dalam sendi kehidupan bermasyarakat baik dalam bidang ekonomi, budaya, sosial, maupun agama memiliki dampak yang besar terhadap gagalnya pelaksanaan pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia. Nilai- nilai Immoralitas begitu sulit untuk dihindari dan terus bertambah seiring dengan semakin melemahnya implementasi nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa (Prasetiya, 2018). Kualitas pemahaman agama dan integrasi nilai-nilai agama dalam kehidipan bermasyarakat nampaknya sangat sulit dipisahkan dari proses penyelenggaraan lembaga pendidikan agama baik formal maupun informal. Dengan (Prasetiya, Rofi, & Setiawan, 2018)

(7)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 17 Pembentukan karakter peserta didik di sekolah oleh guru pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk karakter peserta didik yang identik dengan pembinaan akhlak. Cara yang paling efektif yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi anak yang berhasil dalam pendidikannya dari segi akhlak, mental, maupun dalam kehidupan sosialnya adalah dengan cara menjadi teladan yang baik atau pembiasaan yang baik saat proses pembelajaran ataupun saat disekolah.

Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau Tidak ditunjang keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari lingkungan sosial. Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam hidup perorangandan bermasyarakat ( Prasetiya, 2018).

Karakter merupakan nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Karakter dimaknai sebagai perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap maupun bertindak dalam melakukan sesuatu. Menurut Zubaedi karakter mempunyai empat sumber yaitu agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan indonesia. Keempat sumber tersebut memuat nilai-nilai kemanusiaan yang harus dimiliki oleh bangsa indonesia. Nilai karakter religius berisi tentang sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, serta toleran terhadap agama lain (Sulistiyorini, 2019).

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Pendidikan karakter dinilai berhasil apabila anak telah menunjukkan habit atau kebiasaan berperilaku baik dan dapat memaknai serta menghargai nilai karakter tersebut. Untuk itu pembentukan karakter anak harus berkaitan dengan aspek kognitif dan dikuatkan dengan aspek afektif. Hal ini tentunya melibatkan berbagai pihak, baik orangtua, guru maupun lingkungan masyarakat (Rofi, Prasetiya, & Setiawan, 2019).

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam membentuk karakter siswa, memerlukan upaya yang efektif dan

(8)

18 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak lembaga pendidikan, kepala sekolah, guru-guru maupun praktisi pendidikan dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter harus ditanamkan kepada peserta didik guna membentuk watak, kecakapan, kemampuan dan mengembangkan potensi mereka menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki keperbadian mulia dalam kehidupannya (Nasrullah, 2015).

Untuk mengembangkan karakter peserta didik memerlukan kegiatan tambahan diluar jam pelajaran yang dapat menunjang pengembangan karakter peserta didik. Salah satu wadah pengembangan karakter peserta didik disekolah adalah melalui kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran wajib untuk memperluas pengetahuan siswa khususnya dalam pembentukan karakter siswa yang berakhlak baik. Dalam kegiatan ekstrakulikuler terdapat kegiatan yang bersifat keagamaan yang bertujuan membentuk intelektual dan jiwa dalam diri siswa dengan menanamkan nilai keagamaan disetiap kegiatannya (Sulistiyorini, 2019).

Dan membentuk karakter pada peserta didik itu juga memerlukan waktu dan proses yang tepat, agar peserta didik mampu memahami dan mengimplementasikan dengan tepat juga. Pembentukan karakter seseorang juga melalui proses yang panjang. Karena segala sesuatu memang membutuhkan proses dan tata cara yang tepat dan benar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “HUBUNGAN INTERAKSI EDUKATIF DAN KOMPETENSI GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 1 BANYUANYAR” yang berada di Desa Klenang, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Guru PAI dan Peserta didik SMK Negeri 1 Banyuanyar. SMK Negeri 1 Banyuanyar merupakan salah satu SMK yang berada di wilayah Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Peserta didik di SMK Negeri 1 Banyuanyar Tahun Pelajaran

(9)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 19 2019-2020 yang berjumlah 800 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono, teknik purposive sampling adalah

teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Jadi, peneliti mengambil sampel sebanyak 60 orang, yang terdiri dari kelas XII TKJ ACP = 16 orang, kelas XII AKLB = 19 orang dan kelas X TKJ ACP = 25 orang. Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling ialah sebab peserta didik yang berada dikelas tersebut sudah dikategorikan sebagai kelas favorite atau kelas unggulan.

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menyajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi edukatif dan kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter peserta didik. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada peserta didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten Probolinggo yang berjumlah 60 orang.

Deskripsi Data Penelitian

1. Interaksi Edukatif

Hasil distribusi frekuensi variabel interaksi edukatif dapat digambarkan dengan diagram batang berikut ini

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Edukatif

Berdasarkan Tabel 4.1 dan diagram 4.1 menunjukkan bahwa frekuensi variabel interaksi edukatif sebanyak 16

0 5 10 15 20 Interval 38-40 41-43 44-46 47-49 50-52 53-55 56-58

(10)

20 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

orang (26,7%) paling banyak berada pada interval 44 – 46. Sementara sebanyak 1 orang (1,7%) paling sedikit berada pada interval 53 – 55. Sisanya berada pada interval 38 – 40 sebanyak 4 orang (6,7%), 41 – 43 sebanyak 12 orang (20%), interval 47 – 49 sebanyak 11 orang (18,4%), 50 – 52 sebanyak 14 orang (23,4%), dan interval 56 - 58 sebanyak 2 orang (3,3%).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam pie

chart sebagai berikut:

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Edukatif

2. Kompetensi Guru PAI

Distribusi frekuensi variabel kompetensi guru PAI diatas, maka dapat digambarkan dengan diagram batang berikut ini :

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Guru PAI 7% 20% 27% 18% 23% 2% 3%

Interaksi Edukatif

38 – 40 41 – 43 44 – 46 47 – 49 50 – 52 53 – 55 2 7 11 25 11 3 1 0 5 10 15 20 25 30 Interval 42 – 44 45 – 47 48 – 50 51 – 53 54 – 56 57 – 59

(11)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 21 Berdasarkan Tabel 4.2 dan diagram 4.2 menunjukkan bahwa frekuensi variabel kompetensi guru PAI sebanyak 25 orang (41,6 %) paling banyak berada pada interval 51 – 53. Sementara sebanyak 1 orang (1,7 %) paling sedikit berada pada interval 60 – 62. Sisanya berada pada interval 48 – 50 dan 54 – 56 masing-masing sebanyak 11 orang (18,3 % dan 18,4 %), interval 42 - 44 sebanyak 2 orang (3,3 %), interval 45 – 47 sebanyak 7 orang (11,7 %), dan 57 – 59 sebanyak 3 orang (5 %).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam pie

chart sebagai berikut:

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Guru PAI

3. Pembentukan Karakter

Distribusi frekuensi variabel pembentukan karakter diatas, maka dapat digambarkan dengan diagram batang berikut ini

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel

Pembentukan Karakter 3% 12% 18% 42% 18% 5% 2%

Kompetensi Guru PAI

42 – 44 45 – 47 48 – 50 51 – 53 54 – 56 57 – 59 4 3 7 5 17 17 4 0 5 10 15 20 Interval 57 – 59 60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 72 – 74 75 -77

(12)

22 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

Berdasarkan Tabel 4.3 dan diagram 4.3 menunjukkan bahwa frekuensi variabel pembentukan karakter sebanyak 17 orang (28,4 %) paling banyak berada pada masing-masing interval 69 – 71 dan interval 72 – 74. Sementara sebanyak 3 orang (5 %) paling sedikit berada pada interval 60 – 62. Sisanya berada pada interval 57 – 59 sebanyak 4 orang (6,7 %), interval 63 – 65 dan interval 75 – 77 sebanyak 7 orang (11,7 %) dan interval 66 - 68 sebanyak 5 orang (8,4 %)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan dalam pie chart sebagai berikut:

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel

Pembentukan Karakter

Analisis Data

1. Hubungan Interaksi Edukatif terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten probolinggo

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif dan Pembentukan Karakter Peserta Didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten Probolinggo, hal ini dibuktikan dari bahwa nilai r hitung sebesar 0,475 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,225, nilai ini mengandung arti bahwa interaksi edukatif terhadap pembentukan karakter adalah sebesar 22,5 % sedangkan 77,5 % dipengaruhi variable lain. Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara interaksi edukatif

7% 5% 12% 8% 28% 28% 12%

Pembentukan Karakter

57 – 59 60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 72 – 74

(13)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 23 terhadap pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara interaksi edukatif terhadap pembentukan karakter) ditolak.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Prasetiya (2018) dalam pendidikan nilai di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkunga

Interaksi Edukatif merupakan jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima peserta didik. Interaksi edukatif tidak hanya terjadi dalam proses belajar mengajar saja namun lebih jauh dari itu bisa juga terjadi diluar kelas baik dengan para pendidik, sesama peserta didik, lingkungan sekitar, dan yang paling inti adalah dalam lingkungan keluarga dalam hal ini ibu dan bapak sangat berperan dalam interaksi edukatif itu sendiri sehingga akan membentuk karakter anak yang baik dalam keseharianya.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interkasi edukatif terhadap pembentukan karakter di SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Semakin baik interaksi edukatif, maka samakin baik pula pembentukan karakter peserta didik begitu juga sebaliknya.

2. Hubungan Kompetensi Guru PAI terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten probolinggo

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo, hal ini dibuktikan dari nilai nilai nilai r- hitung sebesar 0,190 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,366, nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter adalah sebesar 36,6 % sedangkan 63,4 % dipengaruhi variable lain.

(14)

24 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter) ditolak.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan pendapat Prasetiya (2019) bahwa Pendidikan memiliki fungsi sebagai bagian dari pembentukan kepribadian yang mencerminkan nilai- nilai luhur sesuai dengan kepribadian manusia yang mulya. Namun pada umumnya, output pendidikan, belum memberikan hasil domain yang utuh.

Kompetensi guru PAI merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara menyeluruh membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme dalam membentuk karakter. Karena kompetensi seorang guru itu sangat penting bagi seorang guru itu sendiri dan bagi peserta didiknya. Dan tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

3. Hubungan Interaksi Edukatif dan Kompetensi Guru PAI terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten probolinggo

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo. Hal ini dibuktikan dengan nilai R hitung sebesar 0,479 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,229, nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI secara bersama-sama terhadap Pembentukan karakter peserta didik adalah sebesar 22,9 % sedangkan 77,1 % dipengaruhi variable lain. Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter) ditolak.

Interaksi eduktif dan kompetensi guru PAI sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik,

(15)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 25 sehingga peranan guru menjadi amat dominan dalam pembentukan karakter peserta didik disekolah.

PENUTUP

Dari hasil penelitian dengan judul Hubungan Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif dan Pembentukan Karakter Peserta Didik SMK Negeri 1 Banyuanyar Kabupaten Probolinggo, hal ini dibuktikan dari bahwa nilai r hitung sebesar 0,475 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,225, nilai ini mengandung arti bahwa interaksi edukatif terhadap pembentukan karakter adalah sebesar 22,5 % sedangkan 77,5 % dipengaruhi variable lain. Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara interaksi edukatif terhadap pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara interaksi edukatif terhadap pembentukan karakter) ditolak.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo, hal ini dibuktikan dari nilai nilai nilai r- hitung sebesar 0,190 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,366, nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter adalah sebesar 36,6 % sedangkan 63,4 % dipengaruhi variable lain. Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara kompetensi guru PAI terhadap pembentukan karakter) ditolak..

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter peserta didik SMK Negeri 1 Bayuanyar Kabupaten Probolinggo. Hal ini dibuktikan dengan nilai R hitung sebesar 0,479 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti kurang dari 0,05 (p<0,05) dan nilai R2 sebesar 0,229, nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI secara bersama-sama terhadap Pembentukan karakter peserta didik adalah sebesar 22,9 %

(16)

26 Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020

sedangkan 77,1 % dipengaruhi variable lain. Dengan demikian maka Ha (ada pengaruh antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter) diterima dan Ho (tidak ada pengaruh antara Interaksi Edukatif dan Kompetensi guru PAI terhadap Pembentukan karakter) ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Anhar, H. (2013). Interaksi Edukatif Menurut Pemikiran Al-Ghazali. Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA, 13(1), 28–41. Anwar, S. (2011). STUDI REALITAS TENTANG KOMPETENSI

KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAMSEKOLAHMENENGAH ATAS DI KABUPATEN BANDUNG BARAT. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim,

9(2), 145–159.

Hambali, M. (2016). MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PAI. Jurnal MPI, 1, 70–89.

Hartati., M. I. ; S. C. Y. (2014). Survei Interaksi Edukatif Guru Dengan Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan DI SMP DAN MTS Se- Kecamatan Balongpanggang Gresik. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan

Kesehatan, 02(03), 675–679.

Hasan, M. (2017). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri Di Kabupaten Gowa. Jurnal Economix, 5(2), 70–81. Hasibuan, H. (2016). Studi Kompetensi Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran. Forum

Paedagogik, 08(02), 14–38.

Inah, E. N. (2015). Peran Komunikasi Dalam Interaksi Guru Dan Siswa. Jurnal Al-Ta’dib, 8(2), 150–167.

Masitha, D. (2017). Pola Interaksi Edukatif Guru-Murid Terhadap Peningkatan Akhlakul Karimah: ( Studi Multisitus di MIN Tolobali dan SDIT Insan Kamil Kota Bima). Jurnal Pemikiran

Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 1(2), 64–79.

Mollah, M. K. (2015). Konsep Interaksi Edukatif Dalam Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Pendidikan Agama

Islam, 3(2), 235–256.

Nasrullah. (2015). UPAYA guru pendidikan agama islam dalam membentuk karakter siswa. Upaya guru pendidikan agama

islam dalam membentuk karakter siswA, XII(1), 1–17.

(17)

Al-Muaddib, Volume. II Nomor 1, April 2020 27 Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Imtiyaz,

2(1), 15–33.

Prasetiya, B. (2017). Studi Korelasi Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar PAI Kelas XI di SMA/SMK/MA se Kota Probolinggo. Edukasi, 05(02), 149–170.

Prasetiya, B. (2018). Dialektika Pendidikan Akhlak dalam Pandangan Ibnu Miskawaih dan Al-Gazali. Intiqad,

9950(December), 249–267.

Prasetiya, B., Rofi, S., & Setiawan, B. A. (2018). PENGUATAN NILAI KETAUHIDAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN ISLAM. Journal of Islamic Education (JIE), III(1), 1–15. Prasetiya, B., Safitri, M. M., & Yulianti, A. (2019). Perilaku

Religiusitas: Analisis Terhadap Konstribusi Kecerdasan Emosional Dan Spiritual. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan

Islam, 10(2), 303–312. https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i2.5015

Ramadan. (2014). Interaksi Edukatif Dalam Pendidikan Islam. 1–17. Rofi, S., Prasetiya, B., & Setiawan, B. A. (2019). Pendidikan

Karakter Dengan Pendekatan Tasawuf Modern Hamka dan Transformatif Kontemporer. Intiqad, 11(2), 396–414.

Siswanta, J. (2012). Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah umum tingkat sma/ smk Kabupaten Magelang. INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial

Keagamaan, 6(2), 349–370.

Sulistiyorini, D. ; yasin nurfalah. (2019). Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Dewan Jamaah Mushola (DJM) Di SMK PGRI 2 Kota Kediri. Indonesian Journal of

Gambar

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Edukatif
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi  Guru PAI  7% 20%18%27%23%2% 3% Interaksi Edukatif 38 – 4041 – 4344 – 4647 – 4950 – 5253 – 55 2 7 11 25 11 3 1 051015202530 Interval 42 –4445 –4748 –5051 –5354 –5657 – 59
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi  Guru PAI
Diagram  4.3  Distribusi  Frekuensi  Variabel  Pembentukan Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Untuk perencanaan komponen struktur jembatan yang mengutamakan suatu pembatasan tegangan kerja, seperti untuk perencanaan terhadap lentur dari komponen struktur beton

Penambahan serat pinang dan foam agent berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik papan beton. Kuat lentur optimum diperoleh pada persentase 0,4% serat sebesar 37,5 kgf/cm

Sedangkan prestasi belajar fisika adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pokok fisikan (memahami dan dapat menjelaskan serta menyelesaikan soal-soal

Pada Gambar 11, pengujian mesin pengkondisian udara hibrida dengan penambahan kondensor dummy dan beban pendingin 3000 Watt, temperatur refrigeran maksimum yang

Tulisan ini bertujuan untuk mensinergikan wacana tentang negara dan Islam dalam dua pandangan pemikiran, yakni pemikiran ala Hizbut Tahrir dengan tawaran

Sehubungan dengan telah terlaksananya acara AKSI (Apresiasi Kita Seputar Islam), yang di seleranggarakan oleh PDC – Insight pada hari Ahad, tanggal 16 November 2008, maka dalam hal

dalam penelitian tersebut menunjukkan sebuah temuan bahwa mahasiswa dengan harapan tinggi cenderung kurang sering menggunakan active coping strategies, hal ini ini

akhlak bagi peserta didik pada SMP N 1 Gunung Terang Tulang Bawang Barat. dalam