• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kajian Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan

Taufiq Gerry Ernaldo1), Ezra Aditia2), Haryani3),

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Bung Hatta, Padang

Email: taufiqgerryernaldo@gmail.com,adipwkubh@gmail.com,irharyanimtp@yahoo.co.id Abstrak

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu penyebaran titik api paling banyak selama 5 tahun daerah Sumatera Barat, (BPPD Prov.Sumbar), yang tersebar di seluruh kawasan hutan dan lahan. Luasan Kawasan hutan dan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan lebih dari 50%. Kebakaran hutan dan lahan ini tidak dapat diperkirakan atau dijangkakan waktunya. Sebab itu perlu adanya Kajian ancaman kebakaran hutan dan lahan yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan akan dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis), agar dapat dilakukan pencegahan dini, terhadap permukiman yang terancam bahaya kebakararan hutan dan lahan. Kajian ini difokuskan terhadap permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan mengunakan indeks indikator dengan menggunakan Sistem Informasi Geospasial (SIG), serta mengetahui penerapan penataan ruang berbasis kebencanaan khususnya kebakaran hutan pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) 2010-2030. Klasifikasi ancaman kebakaran hutan dan lahan setiap kecamatannya, selanjutnya di Super Impose atau overlay dengan data permukiman RTRW 2010-2030 serta pemanfaatan ruang dengan menggunakan perangkat Lunak sistem infomasi geospasial(ArcGIS dan sejumlah elemen yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti penyusunan mendeskriptifkan lokasi secara keseluruhan fisik mengenai kawasan hutan, lahan perkebunan, semak belukar, kawasan pertanian, iklim dan jenis tanah. Permukiman yang terancam tinggi di Kecamatan Basa Balai Tapan, Batang Kapas, Bayang, IV Jurai, Lengayang, Linggo Sari, Lunang Silaut, Pancung Soal, Ranah Pesisir, Sutera, dengan daerah yang terluas adalah Kecamatan Basa Balai Tapan.

Kata Kunci: Pencegahan Dini, Ancaman, Kebakaran Hutan dan Lahan.

Pembimbing I Pembimbing II

(2)

STUDY THE THREAT OF FOREST FIRES AND LAND SOUTH COAST DISTRICT

Taufiq Gerry Ernaldo1), Ezra Aditia2), Haryani3),

Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Bung Hatta, Padang

Email: taufiqgerryernaldo@gmail.com,adipwkubh@gmail.com,irharyanimtp@yahoo.co.id

Abstract

South Pesisir Regency is one of the most fire point spread for 5 years the area of West Sumatra (BPPD Prov. West Sumatra), are scattered throughout the forest area and land. Total area of forest and land in the South Pesisir Regency of over 50%. The time-frame of forest fires and land could not be estimated or expected time. Therefore, the need for a review of the threat of forest fires and land located in Southern Coastal Counties will be using GIS (geographic information systems), so that it can be done early prevention, toward a settlement was in danger against the fires forests and land. This study is focused towards settlements in the South Pesisir Regency using index indicator by using Geospatial information systems (GIS), as well as knowing the application of spatial forest fire disaster in particular based on Spatial Plans and territory (RTRW) 2010-2030. Classification of the threat of forest fires and land every subdistrict, then in Super Impose or overlay data with settlements RTRW 2010-2030 and the utilization of space by using geospatial information system software (ArcGIS and a number of elements that deal with problems and a unit that investigated the preparation to describe overall physical location on forest areas, plantations, scrub, agricultural areas, climate and soil type. The settlement threatened high in district Balai Tapan, Batang Kapas, Bayang, IV Jurai, Lengayang, Linggo Sari, Lunang Silaut, Pancung Soal, Ranah Pesisir, Sutera with the widest area is Sub district Balai Tapan.

(3)

3

I. PENDAHULUAN

Kerugian dan dampak negatif yang cukup besar akibat kebakaran hutan dan lahan ini menyebabkan perlunya suatu usaha pencegahan kebakaran hutan dan lahan sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu sistem informasi peringatan dini potensi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan melalui pengembangan sistem peringkat bahaya kebakaran hutan dan lahan (Fire Danger Rating

System / FDRS). Salah satu metode

yang dapat memberikan informasi mengenai tingkat bahaya kebakaran. Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan pemantauan hutan dan lahan untuk mencegah kebakaran sudah dapat dilakukan dengan sistem komputerisasi, bukan sistem konvensional lagi.

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu penyebaran titik api paling banyak selama 5 tahun daerah Sumatera Barat, (BPPD Prov.Sumbar). Pencegahan sejak dini

perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. Pentingnya kawasan hutan tidak terlepas dari kita seorang perencana, pemerintah serta masyarakat social maupun masyarakat akademis dalam menjaga, melestarikan dan mencegah yang terjadi pada kawasan hutan kita, tidak terkecuali kebakaran hutan dan lahan.

Oleh sebab itu perlu adanya kajian ancaman kebakaran hutan dan lahan yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan akan dengan menggunakan SIG

(Sistem Informasi Geografis), yang

kemudian dilanjutkan pengaplikasian pada RTRW (Rencana Tata Ruang dan

Wilayah) Kabupaten Pesisir Selatan

2010-2030.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Mengkaji tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan terhadap permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan mengunakan indeks indikator dengan menggunakan Sistem Informasi Geospasial (SIG), serta mengetahui penerapan penataan ruang berbasis kebencanaan khususnya kebakaran hutan pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) 2010-2030. Cara mengklasifikasi tingkat ancaman kebakran hutan dan lahan terhadap permukiman sebagai berikut:

Dilakukan dalam Kajian Ancaman Kebakaran hutan dan lahan studi kasus kabupaten pesisir selatan,

diantaranya yaitu sebagai berikut. 1. Analisis tiap-tiap variabel

serta indikator sesuai dengan

analisis GIS

2. Kemudian Overlay atau super

impose peta-peta dasar dari

masing-masing variabel serta indikator sesuai dengan nilai dan bobot

3. Tahapan yang ketiga adalah dengan meng Overlay atau super impose antara ancaman kebakaran hutan dan lahan

dengan peta arahan

pemanfaatan ruang dalan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2030.

1. Konsep Umum Kajian

Kajian risiko bencana menurut PERKA BNPB NO.02 Tahun 2012 dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

(4)

Penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini tidak dapat disamakan dengan rumus matematika.

2. Prasyarat Umum Kajian

Ancaman (Perka BNPB No.02 Tahun 2012)

1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat

kelurahan/desa/kam-pung/nagari).

2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Kertas A0.

3. Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa). 4. Mampu menghitung nilai

kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (dalam rupiah).

5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.

6. Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko bencana.

Dalam prasaratan umum ini tidak semua dipakai karena batasan-batasan penelitian, pada persyaratan pertama, tingkat kedetailan analisis yaitu tingkat kabupaten dengan kedalaman nagari. Artinya analisis dikeluarkan kedalaman kabupaten, namun hasil dikeluarkan hingga nagari.

Kemudian skala peta kabupaten pada penelitian ini yaitu 1:700.000 pada kertas A4, karena skala kabupaten Pesisir Selatan yaitu 1:700.000, bukan dibuat skala 1:50.000 dikertas A0.

Sedangkan untuk jumlah jiwa yang terpapar, dikeluarkan dalam bentuk permukiman dan luas permukiman, karena kajian penelitian dilakukan terhadap permukiman.

3. Indeks Ancaman Bencana

Data yang diperoleh kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana dapat dilihat pada

tabel dibawah ini

(5)

5 Tabel 2.1

Kelas Indeks Ancaman Bencana

Bencana Komponen /

Indikator

Kelas Indeks Bobot

Total

Bahan Rujukan

Rendah Sedang Tinggi

Kebakaran Hutan & Lahan Jenis Hutan dan lahan Hutan Lahan Perkebunan Padang rumput kering dan belukar, lahan pertanian 40% Panduan dari Kementerian Kehutanan

Iklim Penghujan Penghujan-kemarau

Kemarau 30% Panduan dari BMKG

Jenis tanah Non organik/non gambut

Semi organik Organik/ gambut 30% Panduan dari Puslitanah-Kementerian Pertanian Sumber : Perka BNPB, 2012 III.METODE PENELITIAN

Dalam melakukan kegiatan studi, perlu adanya suatu kerangka pemikiran studi sebagai acuan dalam melakukan analisa guna memberikan kemudahan dalam melakukan pengajian terhadap

semua pembahasan secara garis besar dan lingkup kegiatan studi. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran studi ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini.

Kerangka Berfikir

Metodologi

Keluaran

1. Peta tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan (Grid 10.000 Ha)

2. Sebaran Tingkat Ancaman Kebakaran Hutan dan lahan perkecamatan

3. Tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan terhadap permukiman eksisting

4. Tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan terhadap permukiman pola ruang

Rekomendasi dan Kesimpulan Tingkat Ancaman

Kebakaran Hutan dan lahan

Permukiman Eksisiting dan permukiman pola ruang kabupaten pesisir selatan

Metode Analisis Attribut :

1. Analisa Attribut Jenis hutan dan lahan

2. Analisa Attribut Iklim 3. Analisa Attribut Lapisan

Jenis Tanah

Metode Analisis Skoring:

1. Analisa Jenis hutan dan lahan

2. Analisa Iklim 3. Analisat Lapisan Jenis

Tanah

Metode Mix

1. Analisa Tingkat Ancaman Kebakaran hutan dan lahan

RTRW 2010-2030 Titik Api Kabupaten Pesisir Selatan, serta

Komponen Indeks indikator

Kajian Ancaman Kebakaran hutan dan lahan studi kasus Kabupaten Pesisir Selatan

Mengkaji Tingkat Ancaman kebakaran Hutan di Kabupaten

Pesisir Selatan Attribute (Shapefile) RTRW 2010-2030, sebagai berikut: Batas Administrasi 1. Penggunaan lahan 2. Kawaasan hutan

3. Lahan pertanian, lahan perkebunan, semak belukar dan padang rumput 4. Jenis Tanah 5. Curah hujan

6. Permukiman Eksisting 7. Permukiman Pola ruang

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor ini didapat dari hasil penjumlahan skor dari 3 variabel yang menjadi dasar penentuan dalam tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan,

dan dikalikan juga dari penentuan bobot total yang dikeluarkan perturan BNPB NO.02 Tahun 2012. BERIKUT Hasil Peta Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan:

1. Analisis Sebaran Kondisi Eksisting Permukiman Terhadap Daerah Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan.

Kondisi permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan tersebar diberbagai masing-masing kecamatan,

berdasarkan data guna lahan permukiman berpola campuran, yaitu berpola linear dan berpola mengumpul pada suatu kawasan. Adapun sebaran permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada table berikut ini:

Luas Permukiman Perkecamatan

Jenis Permukiman Kecamatan Luas (Ha) Total Luas

(Ha)

Kampung

Kecamatan Basa Balai Tapan 47.298911

705.57179

Kecamatan Bayang 0.000016

Kecamatan IV Jurai 0.000222

Kecamatan Koto XI Tarusan 22.464308 Kecamatan Lengayang 6.480984 Kecamatan Linggo Sari Baganti 22.964529

(7)

7

Kecamatan Sutera 0.000132

Perumahan Kecamatan Lunang Silaut 175.620936 175.620936

Grand Total 881.192726

Sumber: Hasil analisis Gis 2016

Untuk mengetahui tingkat

bencana yang mengancam

permukiman maka dilakukan Overlay atau super impose peta sebaran permukiman dengan peta tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam skema analisis, dapat memperlihatkan keadaan kondisi eksisting permukiman terhadap tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan, artinya dalam tingkat ancaman tinggi

perlunya pencegahan dini terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan tersebut, serta bersiap siaga jika terjadi kebakaran hutan dan lahan yang akan berdampak terhadap permukiman, lahan-lahan masyrakat, mata pencarian serta kesehatan. Adapun hasil Overlay atau super impose dapat dilihat pada

table berikut ini:

Sebaran Permukiman yang Berada di Daerah Tingkat Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan

Sebaran Permukiman Kecamatan Tingkat Ancaman Luas (Ha)

Kampung

Kecamatan Basa Balai Tapan Tingkat Ancaman Tinggi 47.29891 Kecamatan Bayang Tingkat Ancaman Sedang 0.00000 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00001 Kecamatan IV Jurai Tingkat Ancaman Sedang 0.00001 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00021 Kecamatan Koto XI Tarusan

Tingkat Ancaman Rendah 22.46368 Tingkat Ancaman Sedang 0.00029 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00034 Kecamatan Lengayang

Tingkat Ancaman Rendah 0.58000 Tingkat Ancaman Sedang 5.90085 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00013 Kecamatan Linggo Sari Baganti Tingkat Ancaman Rendah 10.71428 Tingkat Ancaman Sedang 12.25025 Kecamatan Lunang Silaut Tingkat Ancaman Rendah 292.63218 Tingkat Ancaman Tinggi 3.11230 Kecamatan Pancung Soal Tingkat Ancaman Rendah 107.23703 Kecamatan Ranah Pesisir Tingkat Ancaman Sedang 203.37490 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00628 Kecamatan Sutera Tingkat Ancaman Sedang 0.00006 Tingkat Ancaman Tinggi 0.00007 Perumahan Kecamatan Lunang Silaut Tingkat Ancaman Sedang 14.41100 Tingkat Ancaman Tinggi 161.20993

(8)

Sebaran Permukiman Kecamatan Tingkat Ancaman Luas (Ha)

Grand Total 881.19273

Sumber : Hasil analisis Gis 2016

Berdasarkan hasil Overlay atau super impose terdapat 61.46% persen yang memiliki tingkat ancaman Rendah, dan memiliki persentase besar dari 3 tingkat ancaman tersebut. Sedangkan engan tingkat ancaman sedang memiliki persentase 31.40% persen dengan sebararan permukiman eksisiting, Sedangkan tingkat ancaman tinggi dengan persentase terendah 7.15% persen.

2. Analisis Arahan Pola Ruang Permukiman Terhadap Tingkat Ancaman Kebakaran hutan dan lahan

Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010-2030 dimuat arahan polaruang permukiman di Kabupaten Pesisir Selatanseluas 7236,60 Ha. Arahan pengembangan ini bertujuan untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan selama 20 Tahun kedepan.

Arahan pola ruang permukiman di Kabupaten Pesisir Selatan yang paling luas di arahkan ke Kecamatan lunang silaut dengan luas 1087,51 Ha. Arahan pola ruang yang paling kecil di arahakan ke Kecamatan IV Nagari Bayang. Semua nagari memiliki arahan pengembangan permukiman agar tersedianya ruang untuk masyarakat dalam membangun rumah/perumahan.

Arahan pola ruang permukiman

ini diOverlay atau super impose dengan peta Tingkat Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan untuk melihat sebaran dari masing-masing arahan, agar dapat melihat kondisi arahan dengan Tingkat Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan.

Berdasarkan hasil analisis terdapat 629.525 Ha dalam arahan pemanfaatan ruang berada di tingkat ancaman sedang dan 215.709Hektar arahan pola ruang berada di Tingkat Ancaman rendah. Arahan Pola ruang di Tingkat Ancaman tinggi terdapat di Kecamatan Basa Balai Tapan 200.470 Hektar, sedangkan pada tingkat ancaman tinggi mengalami penurunan dari kondisi eksisting pemukiman sehingga hanya 11,61 Ha.

3. Analisis Perbandingan

Permukiman Eksisting dengan Pola Ruang Permukiman Terhadap Tingkat

Ancaman Kebakaran hutan dan lahan

Analisis ini merupakan kelanjutan dari hasil analisis data-data diatas yang dapat menguraikan tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan yang sudah ada, dan tingkat ancaman kebaran hutan dan lahan yang belum terjadi, namun dapat berdampak pada pemanfaatn ruang khususnya permukiman pada rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Pesisir Selatan 2010-2030:

(9)

9 Hasil analisis perbandingan permukiman eksisting dengan pemanfaatan ruang

Terhadap Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan

No Tingkat Ancaman Luas Permukiman Eksisiting Terancam(Ha) Permukiman Pola

Ruang (Ha) Keterangan

1 Tinggi 211.62 200.47

Terjadi peningkatan pemanfaatan permukiman pada tingkat ancaman kebakaran tinggi, setelah dilihat dalam analisa, seharusnya tidak ada lagi untuk pemanfaatn ruang khususnya permukiman didaerah tingkat ancaman tinggi ini.

2 sedang 235.93 629.52

Terjadi peningktan terhadap pemanfaatan ruang permukiman terhadap tingkat ancaman sedang, artinya pemanfaatn ruang terarah dengan dilakukan pengendalian, pemanfaatn ini terjadi penambhan 2,5 kali lipat dari permukiman eksisiting. Namun jika adanya pemanfaatn ruang pada tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan daerah ini, seharunya digunakan antispasi atau peringatan-peringatan dini terhadah daerah tersebut.

3 rendah 433.62 215.70

terjadi penurunan pemanfataatn ruang permukiman terhadap tingkat acaman rendah, artinya belum terarahnya karena seharusnya pemanfaatn yang paling banyak itu diletakkan pada tingkat ancaman permukiman yang rendah.

Sumber; Hasil Analisis 2016

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan terbagi menjadi 3 yaitu tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan tinggi, sedang dan rendah. Tingkat ancaman tinggi, sedang, dan rendah tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan Tinggi tersebar dan didominasi pada Kecamatan Sutera yang paling banyak, sedangkan tingkat ancaman sedang didominasi dan tersebar di Kecamatan Koto IX Tarusan, kemudian tingkat ancaman rendah di dominasi dan

tersebar di Kecamatan Lunang Silaut. Dari kesimpulan diatas di dapat seluruh kecamatan memiliki tingkat ancaman yang bervariasi, namun yang memebedakan hanyalah luasanya tingkat bahaya atau ancaman tersebut. Penentuaan jika memiliki tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan jika memiliki:

1. Tingkat ancaman tinggi: jika memiliki indikator ancaman padang rumput, semak belukar, lahan pertanian, memiliki iklim kemarau, memiliki jenis tanahn organic. Arahan Pola ruang di Tingkat Ancaman tinggi terdapat 200,470 Hektar, yang terletak di Kecamatan Basa Balai Tapan,

(10)

Kecamatan Batang Kapas, Kecamatan Bayang, Kecamatan Bayang, Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Lengayang, Kecamatan Linggo Sari, Kecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Sutera, dengan daaerah yang terluas adalah Kecamatan Basa Balai Tapan. Dalam tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan seharusnya tidak diarahkan pemanfaatan ruang di daerah ini. 2. Tingkat ancaman sedang: jika

memiliki indikator ancaman lahan perkebunan memiliki iklim penghujan-kemarau, memiliki jenis tanah semi organic. Berdasarkan hasil analisis terdapat 215,709 hektar, yang terletak di Kecamatan Basa Balai Tapan,Batang Kapas, Bayang, IV Jurai, IV Nagari Bayang, Lengayang, Linggo Sari Baganti, Lunang Silaut, Pancung Soal, Ranah Pesisir, Sutera.

3. Tingkat ancaman rendah: jika memiliki indikator ancaman kawasan hutan, iklim penghujan, dan jenis tanah anorganik. Adapun Sebaran terletak di Kecamatan Kecamatan Basa Balai Tapan,Batang Kapas, Bayang, IV Jurai, IV Nagari Bayang, Lengayang, Linggo Sari Baganti, Lunang Silaut, Pancung Soal, Ranah Pesisir, Sutera. Berdasarkan hasil

Tingkat ancaman rendah, 629,525. Tingkaat ancaman rendah sama halnya dengan tingkat ancaman tinggi maupun sedang, yang menyamakan hanyalah seluruh kecamtan memiliki tingkat ancaman, yang membedakan hanyalah luasannya.

2. Rekomendasi

Sebaiknya penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pertimbangan arahan Peninjauan kembalI RTRW, karena dalam RTRW Sebelumnya tidak ada kajian terhadap ancaman ataupun bahaya kebakaran hutan dan lahan, padahal termasuk dalam kajian indeks resiko bencana, dan sudah tertera pada undang-undang tata ruang NO.26 tahun 2007, bahwa setiap perencanaan perlu adanya tentang kebencanaan. Tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan bisa dikategorikan waspada, artinya kita tahu tentang ancaman yang ada disekitar kita, agar bisa mengendalikan diri jika terjadi bencana tersebut, semua itu untuk keselamatan masyarakat yang ada.

Kemudian rekomendasi dalam penataan ruang yaitu jika terdapat pemanfaatan permukiman yang banyak di daerah tingkat ancaman tinggi sebaiknya diarahkan ke daerah yang memiliki tingkat permukiman yang memiliki tingkat ancaman sedang dan rendah.

Bila pemanfaatan ruang yang memliki tingkat ancaman kebakaran sedang, bias dilakukan pemanfaatan

(11)

11 plank atau informasi untuk waspada

terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan, namun sebaiknya dilakukan pemanfaatan ruang permukiman ke daerah tingkat ancaman rendah.

Peningktan terhadap

pemanfaatan ruang permukiman terhadap tingkat ancaman sedang, artinya pemanfaatn ruang terarah dengan dilakukan pengendalian, pemanfaatn ini terjadi penambhan 2,5 kali lipat dari permukiman eksisiting. Penurunan pemanfataatn ruang permukiman terhadap tingkat acaman rendah, artinya belum terarahnya karena seharusnya pemanfaatn yang paling banyak itu diletakkan pada tingkat ancaman permukiman yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Buku ajar (Sistem Informasi Geografis, 2009) Universitas Hasanuddin.

Jurnal permodelan spasial resiko kebakaran hutan(studi kasus provinsi jambi, sumatera, oleh ronggo bayu widodo, tahun 17 januari 2014.

Tugas akhir eko van rizki, kajian potensi rawan bencana longsor dikecamatan tanjung raya melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis, 2015. Universitas Bung Hatta

Suratmo, dkk, faktor kegiatan pencegahan kebakaran, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Terbitan Terbatas

Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan NOMOR SK 35/Menhut-II/2013.

Peraturan menteri PU No.22/PRT/M/2007 dalam pedoman penataan ruang.

Peraturan BNBP Nomor 02 Tahun 2012, Tentang Kebencanaan.

Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan 2010-2030.

Peta Sebaran Titik Panas di Hutan Sumatera Barat 2002-2013 dari dinas kehutanan.

Website

Jumlah ancaman yang ada pada suatu daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kotagunakan data

(http://dibi.bnpb.go.id).

http://www.sumbar.prov.go.id/details/ne ws/8682 diakses pukul 01.23tanggal 29 september 2016

(https://tatyalfiah.wordpress.com /2012/04/18/pengertian-struktur-ruang-

dan-pola-ruang-dalam-penataan-ruang.com, diakses 29 oktober 2016, 15.15 wib.)

Referensi

Dokumen terkait

Bernazar suatu kebiasaan masyarakat muslim yang telah lama di lakukan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kebiasaan seperti ini dilakukan karena beberapa persoalan

Ungkapan ini kemungkinan tidak semata-mata menyatakan agama yang dianut raja Jayasakti, bahkan lebih cenderung dilandasi oleh suatu pandangan tentang adanya keserupaan

Bisa jadi juga ditafsirkan bahwa kesendirian merupakan korban dari perilaku yang dilakukan oleh orang lain dengan menihilkan pemaknaan lain bahwa kesendirian

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat, tanggal Pemotongan atau Pemungutan sebagaimana dimaksud pada

Dari analisis ragam pada Tabel 1 menunjukan kombinasi perlakuan tata letak penanaman bujur sangkar dengan benih, umur bibit 6 dan 9 hari setelah semai serta

Pada kasus backorder untuk single item didapatkan bahwa besar maksimum persediaan akan mengha- silkan solusi yang lebih baik jika disesuaikan dengan jumlah permintaan selama

Sebagai pembanding antara penerjemahan a dan b misalnya, (bunga mawar yang cantik segar dan bauya harumnya sebagai lambang keindhan vs bunga mawar adalah bunga