• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien

di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Skripsi

Zacky Mubaraq 091121010

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridhonya jualah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan judul ” Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien di Rumah sakit Umum Daerah Langsa tahun 2010” . serta shalawat beriringan salam penulis hanturkan kepada junjungan umat sepanjang masa Nabi Muhammad SAW besrta keluarga dan para sahabat.

Terima kasih kepada kedua orang tua ku ayahanda Zainal Abidin dan Ibunda Sion R. Ginting atas dukungan, doa dan kasih sayang nya kepada penulis. Rasa terima kasih ku kepada adik ku Eri Dian Syah yang selalu memberi motivasinya kepada penulis. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangaan dan kelemahan, baik dari teknik penulisan maupun materi. Hal ini karena keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, saran keterangan dan data-data, baik secara tertulis maupun secara lisan. Maka pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Jenny M. Purba. S.KP, MNS selaku Pembimbing I Skripsi. 3. Bapak Iwan Rusdi. S.KP, MNS selaku Pembimbing II Skripsi. 4. Ibu Farida Lindasari Siregar. S.Kep, Mkep selaku Penguji

(4)

6. Seluruh Civitas Akademika Fakultas keperawatan USU yang telah memberikan

bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Jajaran Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur yang telah mendukung penulis untuk melanjutkan studi di Fakultas Keperawatan USU Medan.

8. Teman-teman seperjuangan Fakultas Keperawatan USU terutama setambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Seluruh Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang telah menjadi bersedia responden dalam penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya dan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Januari 2011

(5)

Daftar Isi

Halaman Judul Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Teoritis ... 5

1. Pengertian Peran ... 5

1.1 Peran ... 5

2. Konsep Keperawatan ... 5

2.1 Falsafah Keperawatan ... 5

2.2 Pengertian Keperawatan ... 6

2.3 Tujuan Keperawatan... 6

2.4 Peran Perawat Kesehatan ... 7

3. Tanggung Jawab Profesi Keperawatan ... 9

4. Hak dan Kewajiban Perawat ... 9

5. Peran Advokasi Perawat ... 11

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 17

1. Kerangka Konsep ... 17

(6)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 19

1. Desain Penelitian ... 19

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4. Pertimbangan Etik ... 21

5. Instrumen Penelitian ... 23

6. Pengumpulan Data ... 24

7. Analisa Data ... 24

Bab 5. Hasil dan Pembahasan... 28

1. Hasil penelitian... 28

2. Pembahasan... 33

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 36

1. Kesimpulan ... 36

2. Saran ... 36 Daftar Pustaka

Lampiran

1. Jadwal Penelitian.

2. Rencana Anggaran Biaya.

3. Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian. 4. Instrumen Penelitian.

5. Riwayat Hidup.

6. Lembar Bukti Bimbingan.

7. Surat Pengantar Izin Survei Awal dari Fakultas Keperawatan USU 8. Surat Izin melakukan Survei Awal dari Rumah Sakit Umum Daerah

Langsa.

9. Surat pengantar izin pengambilan data dari Fakultas Keperawatan USU.

10.Surat Izin melakukan pengambilan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

(7)

Daftar Tabel

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 27

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Pemela Hak Pasien ... 28

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Mediator Pasien dengan Tenaga Kesehatan lain ... 29

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Bertindak Atas Nama Pasien ... 29

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Pelindung Terhadap Keputusan Pasien ... 30

(8)

Judul : Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Nama mahasiswa : Zacky Mubaraq

Nim : 091121010

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Masalah moral yang muncul dalam hubungan perawat dan pasien tertuju pada hubungan perawat dan pasien dalam memberikan hak pasien dan tanggung jawab professional perawat, aspek legal dan hak-hak moral dalam hubungan kontrak diantara mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam merawat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 70 responden. Untuk mengetahui karakteristik responden dicari persentase dan frekuensi, begitu juga untuk karakteristik peran advokasi perawat dalam merawat pasien dicari persentase dan frekuensi dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yang berisikan pernyataan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel peran advokasi perawat dan dianalisa menggunakan skala ordinal yang ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47% responden (70 orang) melaksanakan perannya sebagai advokat pada pasien dalam kategori baik dan 21 responden (30%) melaksanakan perannya sebagai advokat. pasien 49% (70 orang). Rumah Sakit seharusnya mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban pasien, sehingga asumsi masyarakat terhadap kinerja perawat terutama dalam menjalankan peran advokasi di rumah sakit tidak disalah artikan dan menimbulkan ketidaknyamanan pada perawat dalam bekerja. Rekomendasi untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan peran nya sebagai seorang advokat sehingga kepercayaan pasien terhadap perawat dapat lebih baik lagi.

(9)

Judul : Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Nama mahasiswa : Zacky Mubaraq

Nim : 091121010

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Masalah moral yang muncul dalam hubungan perawat dan pasien tertuju pada hubungan perawat dan pasien dalam memberikan hak pasien dan tanggung jawab professional perawat, aspek legal dan hak-hak moral dalam hubungan kontrak diantara mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam merawat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 70 responden. Untuk mengetahui karakteristik responden dicari persentase dan frekuensi, begitu juga untuk karakteristik peran advokasi perawat dalam merawat pasien dicari persentase dan frekuensi dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yang berisikan pernyataan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel peran advokasi perawat dan dianalisa menggunakan skala ordinal yang ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47% responden (70 orang) melaksanakan perannya sebagai advokat pada pasien dalam kategori baik dan 21 responden (30%) melaksanakan perannya sebagai advokat. pasien 49% (70 orang). Rumah Sakit seharusnya mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban pasien, sehingga asumsi masyarakat terhadap kinerja perawat terutama dalam menjalankan peran advokasi di rumah sakit tidak disalah artikan dan menimbulkan ketidaknyamanan pada perawat dalam bekerja. Rekomendasi untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan peran nya sebagai seorang advokat sehingga kepercayaan pasien terhadap perawat dapat lebih baik lagi.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar

terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang

dilaksanakan oleh tenaga perawat profesional, dalam melaksanakan tugasnya

dapat bekerja sama dengan profesi lain. Perawat dituntut untuk melaksanakan

asuhan keperawatan untuk pasien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang

kompeherensif. Sebagai tenaga yang profesional dalam melaksanakan tugasnya

diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik

dan bertanggung jawab secara moral (Ismani 2001).

Masalah moral yang muncul dalam hubungan perawat pasien terjadi tanpa

pengujian, dan banyak masalah pribadi yang dihadapi perawat yang terlibat dalam

manajemen, administrasi dan tanggung jawab publik. Perhatian tertuju pada

kesulitan moral dalam hubungan perawat pasien dalam tujuan untuk memberikan

hak pasien dan tanggung jawab profesional perawat, aspek legal dan hak-hak

moral dalam hubungan kontrak diantara mereka.

Menjadi seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi

membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Kebanyakan masyarakat

mengenal perawat identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar

(11)

televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat

seperti itu di masyarakat memang tidak mudah, tetapi merupakan suatu keharusan

bagi semua perawat, terutama seorang perawat professional (Sujana, 2009).

Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “

melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai

esensial dalam praktek keperawatan professional. Nilai-nilai esensial ini sangat

berkaitan dengan moral keperawatan dalam praktiknya. Perawat memiliki komiten

yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar

perilaku yang etis dalam praktek asuhan professional. Pengetahuan tentang

perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal

maupun informal dengan sejawat atau teman. Praktik keperawatan, termasuk etika

keperawatan mempunyai dasar penting, seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas

kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat manusia (Rahmiwati, 2009).

Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam

memungkinkan mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan

mengetahui keunikan pasien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai

advokat pasien (Curtin, 1986). Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat

pasien adalah member informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas

keputusan apa pun yang dibuat pasien, memberi informasi berarti menyediakan

informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan pasien, memberi bantuan

mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan nonaksi. Dalam menjalankan peran

aksi, perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai

(12)

tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi mengandung

arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan

pasien (Sulandra, 2008).

Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut perawat untuk dapat

mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya

tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan

hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan

yang cukup sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan

sebagai syarat untuk menjadi advokat pasien.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Langsa

ditemukan bahwa perawat ikut membantu klien dalam memilih dokter yang akan

menangani dirinya, memberikan informasi tentang sistem pelayanan yang ada

dirumah sakit tersebut. Tampak nyata bahwa peran perawat sebagai advokat

begitu penting bagi klien. Namun, pada kenyataannya peran ini belum berfungsi

optimal. Dari pengalaman peneliti, pasien sering merasa kurang puas dengan

perawatan di rumah sakit terutama pada perawat dan dokter. Perawat sering tidak

menjadi pembela bagi klien saat klien membutuhkannya misalnya saat

membutuhkan informasi tentang status penyakitnya, pemilihan pengobatan dan

lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(13)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dilihat adalah “

bagaimana peran advokasi perawat dalam merawat pasien di RSUD Langsa?”.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran advokasi perawat

dalam merawat pasien di RSUD Langsa.

4. Manfaat penelitian

4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

tambahan dalam meningkatkan perannya sebagai advokasi ketika hak pasien

diabaikan oleh tenaga kesehatan lain.

4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah studi kepustakaan dan

menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan

dan bidang kesehatan lainnya mengenai peran advokat perawat dalam merawat

pasien di rumah sakit.

4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar dan informasi bagi

penelitian selanjutnya yang memiliki topik dan ruang lingkup terkait penelitian

(14)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Peran

1.1 Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Fadli

dalam Kozier Barbara, 2008).

2. Konsep Keperawatan

2.1 Falsafah Keperawatan

Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat

manusia dan esensi yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.

Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia sebagai makhluk biologis,

psikologis, social dan spiritual, sedangkan esensinya adalah falsafah keperawatan

yang meliputi :

• Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang

harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis,

social dan spiritual yang diberikan secara kompeherensif dan tidak bias

dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

• Bentuk pelayanan yang diberikan harus secara langsung dengan

(15)

• Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan

suku, kepercayaan, status sosial, agama, dan ekonomi.

• Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari system

pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim

kesehatan bukan sendiri-sendiri.

• Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan

seorang penerima jasa pasif (Hidayat, 2008).

2.2 Pengertian Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang

diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan

No.23,1992). Dalam Permenkes RI No. 1239 tahun 2001, dijelaskan bahwa

perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam

maupun di luar negeri (Putri & Fanani).

2.3 Tujuan Keperawatan

• Teori Peplau(1952).

Tujuan keperawatan untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan

klien.

• Teori Orem (1971)

Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien

(16)

• Nightingale (1860)

Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan

memanipulasilingkungan klien.

• King (1971)

Tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu

klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan.

• Rogers (1970)

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah

kesakitan, dn merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak

mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.

2.4 Peran Perawat Kesehatan

• Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan

proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya.

• Peran sebagai advokasi klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

(17)

yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan

melindungi hak-hak pasien.

• Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.

• Peran Koordinator

Peran in dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

• Peran kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

• Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tempat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas

permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang

(18)

• Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan (Azis, 2008)

3. Tanggung Jawab Profesi keperawatan

1. Perawat harus menempatkan kebutuhan pasien diatas kepentingan sendiri.

2. Perawat harus melindungi hak pasien untuk memperoleh keamanan dan

pelayanan yang berkualitas

3. Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta menjaga

perilaku dalam melaksanakan tugasnya.

4. Hak dan Kewajiban Perawat

4.1 Hak Perawat adalah sebagai berikut:

a) Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinya.

b)Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan

spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

c) Perawat berhak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan

perundang-undangan serta standar dan kode etik keperawatan.

d)Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau

keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap

(19)

e) Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

keperawatan/ kesehatan secara terus menerus.

f) Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi

pelayanan maupun oleh pasien.

g)Perawat berhak mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko kerja

yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres

emosional.

h)Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan

kebijaksanaan pelayanan kesehatan.

i) Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya

dicemarkan oleh pasien/keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya.

4.2 Kewajiban Perawat

a) Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.

b)Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai

dengan standar profesi dan batas kegunaannya.

c) Perawat wajib menghormati hak pasien.

d)Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain

yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang

bersangkutan tidak dapat mengatasinya.

e) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan

dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau

(20)

f) Perawat wajib memberikan kesempatan pada pasien untuk menjalankan

ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-masing

selama tidak mengganggu pasien lainnya.

g)Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan

lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada

pasien.

h)Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan

kemampuannya.

i) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatn secara akurat

dan berkesinambungan.

j) Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus.

k)Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan

sesuai dengan batas kewenangannya.

l) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

pasien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.

m)Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian

yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja (Suhaemi,

(21)

5. Peran Advokasi Perawat

5.1 Pengertian Advokasi

Advokasi adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau

memberikan argumentasi bagi kebutuhan orang lain/ bertindak sebagai pembela

pasien dalam praktik keperawatan.(Brooker, 2002). Advokat adalah seseorang

yang membela perkara orang lain (Kozier Erb, 2004). Advokat pasien adalah

seorang advokat yang membela hak-hak pasien. Defenisi lain menekankan

advokat sebagai pendukung dan pelindung dari hal-hal yang merugikan pasien,

sumber informasi tentang status kesehatan pasien, penolong dalam

mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan, keinginan dan penolong pasien

dalam membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh

karena itu advokasi merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan,

peran perawat sebagai advokat disini harus bertanggung jawab untuk melindungi

hak pasien mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Purba & Pujiastuti,

2009) .

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang

ditampilkan untuk memperoleh hasil pelayanan yang berkualitas tinggi dengan

memahami uraian tugas dan spesifikasinya serta berdasarkan standar yang

berlaku. Perawat yang bertanggung jawab berarti menunjukkan kewajibannya

sebagai seorang profesional dengan komitmen menempatkan kebutuhan pasien di

atas kepentingan sendiri (Putri & Fanani, 2010) .

Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki

(22)

1) Model perlindungan terhadap hak

Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar

tidak ada tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada pasien tentang

semua hak yang dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang

dimilikinya, melaporkan pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah

pelanggaran hak pasien.

2) Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut

pasien

Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala

keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu

sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan

memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien,

melainkan hanya membantu pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari

semua alternatif pilihan atau keputusan.

3) Model penghargaan terhadap orang lain

Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai

manusia yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik,

pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus

mempunyai semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan pentingnya

hak-hak pasien dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat advokat

(23)

keputusan sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien dan bukan karena

pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Pendidikan dan dukungan

kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan

mampu mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan memastikan bahwa

keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa peran advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat

untuk memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien, dengan

melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.

5.2 Tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien

Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa

tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

1) Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan

cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna

bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan

disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima

semua keputusan pasien.

2) Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang

disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang

dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi

antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki

pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan

(24)

3) Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :

memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien

dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan

pasien selama dalam perawatan.

5.3 Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat advokat

Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai

advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :

1) Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk

menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

2) Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang

didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan

kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.

3) Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah

mengetahui cara memelihara kesehatannya.

Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki

sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa

sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:

1) Bersikap asertif

Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut

pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung

(25)

2) Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih

utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.

3) Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,

konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara

perawat dan dokter.

4) Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain

Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang

berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.

5) Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis,

seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah

atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

5.4 Tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat pasien

Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan

kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan

sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran

tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien. Menurut Ellis &

Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :

1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah

partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat

dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan

akan bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.

(26)

Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk

menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk

menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.

3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.

Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan

alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk

memilih sesuai keinginannya.

4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut

bertentangan dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua

nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.

Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan

dalam melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk

membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.

6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.

Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang

berbeda-beda. Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai

yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan pengobatan yang

tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.

(27)

Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa

asing dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk

mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan menjelaskan semua

peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di rumah sakit, sehingga pasien dapat

beradaptasi dengan baik.

8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.

Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap

sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.

9. Mendukung pasien dalam perawatan.

Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien

selama dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta

mendukung setiap keputusan pasien.

10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.

Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan

mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan dokter

untuk memberikan obat penghilang nyeri.

11. Menghargai pasien.

Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan

lebih mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.

(28)

Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak

pasien sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan

membahayakan pasien.

13. Memberi kekuatan pada pasien.

Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan

bagi pasien yang mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan

ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya.

Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis &

Hartley, 2000), adalah pasien akan :

1) Mengerti hak-haknya sebagai pasien.

2) Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan

pilihan-pilihannya.

3) Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

4) Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.

5) Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.

6) Mendapatkan pengobatan yang optimal.

7) Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.

8) Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.

(29)

4.5 Hak-hak dan Kewajiban Pasien

Hak-hak pasien telah dijamin dalam pasal 4 Undang-Undang No 23

Tahun !992, yang isinya “ Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh derajat kesehatan yang optimal.”

4.5.1 Hak pasien

• Hak mendapat pelayanan yang manusiawi sesuai dengan standar profesi

kedokteran.

• Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya serta tindakan

medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.

• Hak memilih dokter yang merawat dirinya.

• Hak memilih sarana kesehatan.

• Hak atas rahasia yang berkaitan dengan penyakit yang diderita.

• Hak menolak tindakan medis tertentu atas dirinya.

• Hak untuk menghentikan pengobatan.

Hak untuk mencari second opinion (pendapat lain).

• Hak atas rekam medis.

• Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

• Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di rumah sakit.

• Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.

(30)

• Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus

malpraktik.

• Pasien berhak memeriksa dan menerima penjelasan pembayaran.

4.5.2 Kewajiban Pasien

• Memberi keterangan yang jujur tentang penyakitnya kepada petugas

kesehatan.

• Mematuhi nasehat dokter.

• Menjaga kesehatan dirinya.

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

skematik. Model skematik atau yang disebut juga dengan model konseptual

menggambarkan fenomena dalam konsep diagram dan menggunakan kotak, anak

panah atau simbol lain untuk menggambarkan hubungan antar konsep (Polit et al,

2001).

Skema di atas menjelaskan peran perawat sebagai advokasi bagi pasien

yang meliputi : pelindung terhadap keputusan pasien, mediator antara pasien dan

orang-orang sekitar pasien, dan aktor yang bertindak atas nama pasien serta

pengetahuan perawat tentang hak-hak pasien. Peran tersebut merupakan salah satu

kewajiban yang harus dijalankan oleh perawat dalam memenuhi fungsi dan

tugasnya di rumah sakit. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan gambaran

tentang peran perawat sebagai advokasi bagi pasien di rumah sakit. Peran advokasi perawat

• Pembela hak pasien • Mediator pasien

dengan tenaga kesehatan

• Bertindak atas nama pasien

• Pelindung terhadap keputusan pasien

Kategori pelaksanaan dalam praktek di rumah sakit

(32)

B. Definisi operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil

Pengukuran

Skala

1 Peran advokasi

perawat pelaksana

yang berada di ruang

rawat inap di RSUD

langsa.

Perilaku perawat

dalam melindungi

atau membela pasien

di RSUD Langsa.

(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang advokasi perawat dalam merawat pasien di RSUD Langsa

tahun 2010.

2. Populasi dan sampel

2.1. Populasi

Populasi adalah kumpulan individu dimana suatu penelitian akan

dilakukan generalisasi (Burn, 1999). Populasi dalam penelitian adalah semua

perawat yang bekerja di BPK RSUD Langsa khususnya perawat yang bekerja di

ruang rawat inap. Dengan jumlah 15 ruang rawat dan total polulasi penelitian ini

adalah 248 perawat yang bekerja di ruang rawat inap BPK RSU Langsa.

2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah confidental

sampling. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi (saryono, 2008).

Menurut slovin, (2002) dalam nursalam, (2008) rumus sampel adalah

sebagai berikut:

2 ) (

1 N d

N n

(34)

5

Tehnik sampling yang digunakan adalah confidental sampling :

ICCU 16 orang

RPBB 13 orang

NEON 16 orang

KRAMSAL 24 orang

KUA 16 0rang

KUB 24 orang

RPA 17 orang

I B 14 orang

(35)

5

Teknik acak bertingkat digunakan bila populasi bersifat heterogen

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Langsa karena rumah sakit ini

merupakan rumah sakit pemerintah yang telah terakreditasi B dan juga sebagai

rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten. Penelitian ini akan dilakukan pada

bulan Desember 2010.

4. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur RSUD Langsa.

Selanjutnya, setelah mendapat izin, peneliti menyerahkan langsung lembar

(36)

1. Menghargai keputusan subjek.

2. Menghargai privasi subjek.

3. Menyembunyikan identitas subjek dengan memberi kode pada instrument.

4. Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan subjek pada peneliti.

5. Memperlakukan subjek secara adil.

6. Tidak membahayakan klien.

Sebelum responden diberikan lembar persetujuan (informed consent),

peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi

responden, serta kerahasiaan data yang diperoleh. Setelah diberikan penjelasan,

peneliti memastikan bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian

yang akan dilaksanakan, termasuk keuntungan dan kerugian menjadi responden

penelitian. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian, dipersilakan

membaca lembar persetujuan dan menandatanganinya. Jika responden tidak

bersedia menjadi subjek penelitian, responden berhak mengundurkan diri dari

penelitian.

Kerahasiaan data responden akan dijaga oleh peneliti dengan cara

memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner. Lembar kuesioner yang

telah diisi akan disimpan di tempat yang hanya diketahui oleh peneliti. Peneliti

(37)

5. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner. Kuesioner tersebut memuat beberapa pernyataan yang dirancang oleh

peneliti, yang mengacu pada kerangka konsep. Pertanyaan terdiri dari dua bagian,

yaitu :

1. Bagian pertama tentang data demografi yang terdiri dari umur, jenis

kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, lama bekerja dan lain-lain.

2. Bagian kedua pertanyaan tentang pelaksanaan kerja perawat.

Pernyataan tentang tentang pelaksanaan peran perawat sebagai advokasi

pasien di rumah sakit yang berjumlah 20 pernyataan yang terdiri dari 7

pernyataan mengenai pembela hak pasien ada pada pernyataan no

1,2,3,4,5,6 dan 7. 4 pernyataan mengenai mediator pasien dengan tenaga

kesehatan ada pada no 8,9,10 dan 11. 3 pernyataan mengenai bertindak

atas nama pasien ada pada no 12,13 dan 14. 6 pernyataan pelindung

terhadap keputusan pasien ada pada no 15,16,17,18,19 dan 20.

Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpatokan pada tinjuan pustaka. Oleh karena itu penting dilakukan uji reabilitas

dan validitas instrumen. Uji realibilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

derajat atau kemampuan suatu instrumen untuk mengukur secara konsisten

sasaran yang akan diukur. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data

pada 10 orang sampel yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel

(38)

6. Uji validitas dan Reabilitas

6.1. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrument

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan

data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey dan Dempsey,2002).

Untuk mengukur validitas pengukuran pada penelitian ini digunakan validitas ini

yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada

yang berkompeten di bidang tersebut (Setiadi, 2007). Uji validitass dilakukan oleh

bagian keperawatan komunitas Oleh beliau, peneliti diarahkan untuk

memperbaiki instrument penelitian sesuai dengan tinjauan pustaka agar nilai valid

dari instrument penelitian.

6.2. Uji Reabilitas

Kuesioner konsep diri dan motivasi belajar dibuat oleh peneliti sendiri,

oleh karena itu penting dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas instrument

bertujuan untuk mengetahui seberapa derajat atau kemempuan alat ukur untuk

mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur yang memberikan hasil yang

sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 2003). Uji

reliabilitas pada instrument peran advokasi perawat dalam merawat pasien

dilakukan pengumpulan data terhadap 10 orang responden yaitu kepada perawat

Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Langsa. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan

menggunakan formula cronbach alpha dalam system komputerisasi dengan hasil

uji 0,96. Oleh sebab itu, instrument dikatakan reliable sesuai dengan pendapat

(39)

7. Pengumpulan data

Prosedur-prosedur dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui

beberapa langkah, yaitu mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin

kepada pihak BPK RSUD Langsa untuk mengadakan penelitian, setelah

mendapat izin peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dengan

menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian memberikan lembar

informed consent untuk ditandatangani oleh responden jika calon responden

setuju menjadi subjek penelitian dan menjelasan kepada responden tentang cara

pengisian kuesioner. Selanjutnya memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya kepada peneliti apabila tidak jelas dengan kuesioner yang

diberikan dan memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

Setelah selesai responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah telah diisi

kepada peneliti untuk diperiksa. Responden berhak untuk tidak menjawab semua

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Kemudian peneliti mengelompokkan

data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel penelitian.

7. Analisa Data

Setelah kuesioner yang disebarkan kepada responden terkumpul, peneliti

melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis yang digunakan pada penelitian

ini adalah analisis deskriptif. Pada analisis ini, data demografi dan jawaban

responden akan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Pengolahan data meliputi Editing, yaitu proses pengecekan kembali kuesioner

(40)

kelengkapan, kejelasan, relevansi, serta konsistensi jawaban responden. Kuesioner

yang belum lengkap akan dikembalikan kepada responden untuk diisi kembali

pada saat itu juga. Coding, yaitu proses mengubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk bilangan sehingga akan mempercepat proses memasukkan data

serta memudahkan pada saat analisis data. Scoring, yaitu proses memberi nilai

untuk setiap pertanyaan sesuai dengan ketepatan jawaban responden. Jawaban

responden diberi scor dan hasil scoring ini akan dijumlahkan, sehingga setiap

responden memiliki nilai tersendiri. Processing, yaitu proses memasukkan data ke

dalam program komputer.Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data

yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama

kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan maka data

tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data

yang dilakukan.

7.1Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu

variabel yang bertujuan untuk mendiskripsikan suatu hasil penelitian (Polit &

Hugler, 2002). Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk

menganalisa variabel dependen yaitu peran advokasi perawat. Untuk menganalisa

variabel peran advokasi perawat, akan dianalisa dengan menggunakan skala

ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Untuk menganalisa

variabel independen yaitu kategori pelaksanaan dalam praktek di rumah sakit akan

dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam

(41)

Peran advokasi perawat dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai terendah

yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 60. Kategori kurang

dengan nilai 0-20, kategori cukup dengan nilai 21-40, dan kategori baik dengan

(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai peran advokasi perawat

dalam merawat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Penelitian ini telah

dilaksanakan dari tanggal 20 Desember sampai 21 Desember 2010 di Rumah

Sakit Umum Langsa dengan jumlah responden 70 orang.

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 1 : Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden

Frekuensi Persentase

Usia (Tahun)

(43)

Pendidikan SPK

Diploma Tiga (D III) Sarjana (S1)

Tabel 1. menunjukkan bahwa 45 orang responden (63,4%) berada pada

rentang usia 23-31 tahun, sebanyak 63 orang responden (90%) adalah perempuan.

Sebagian besar responden (45 orang; 63,4%) telah bekerja selama 1-9 tahun, dan

62 orang responden (87,3%) memiliki latar belakang pendidikan Diploma III

Keperawatan.

5.1.2. Peran advokasi perawat dalam merawat pasien di Rumah Sakit

Umum

Daerah Langsa

Tabel 2 : Distribusi Peran Advokasi Perawat Sebagai Pembela Pasien di Rumah

Sakit Umum Daerah Langsa (n = 70)

N o.

Peran sebagai pembela pasien

1 Memberi informasi kepada pasien sebelum dan sesudah melakukan tindakan

0 0 0 0 32 42,9 40 57,1

2 Memberi kesempatan kepada anggota keluarga berada di samping pasien

0 0 7 10 15 21,4 48 68,6

3 Mengakui hak pasien untuk memilih keputusan tentang tindakan pengobatannya

0 0 5 7,1 20 28,6 45 64,3

4 Mempertahankan

kerahasiaan mengenai keadaan pasien seperti yang diminta keluarga

0 0 10 14,3 18 25,7 42 60

5 Merawat pasien yang diabaikan oleh teman sejawat

(44)

pernyataan persetujuan sebelum melakukan tindakan kepada pasien

7 Memberi informasi pada pasien / keluarga setiap diminta tentang efek samping dari pengobatan medis

0 0 9 12,9 26 37,1 35 50

Berdasarkan tabel 2 peran advokasi perawat sebagai pembela hak pasien

pernyataan selalu mayoritas ditemukan pada pernyataan no 2 yaitu sebanyak 48

responden (68,6%) dan paling sedikit pada pernyataan no 6 yaitu 13 responden,

pernyataan sering mayoritas ditemukan pada pernyataan no 6 yaitu sebanyak 33

responden (47,1%) dan pernyataan paling sedikit yaitu pada pernyataan no 2 yaitu

15 responden (21,4%), dan pernyataan kadang-kadang mayoritas ditemukan pada

pernyataan no 6 yaitu sebanyak 24 responden (34,3%) dan paling sedikit pada

(45)

Tabel 3 : Distribusi frekuensi mediator pasien dengan tenaga kesehatan lain

no Peran sebagai mediator pasien dengan tenaga kesehatan lain

Tidak pernah

Kadang-kadang

sering Selalu

n % n % n % n %

8 Melindungi pasien dari tindakan perawatan yang tidak pantas/ sesuai dengan peraturan yang berlaku

4 5,7 23 32,9 13 18,6 30 42,9

9 Memberikan pilihan kepada pasien untuk menentukan dokter yang akan merawat pasien

2 2,9 35 50 19 27,1 14 20

10 Bertindak sebagai mediator untuk berkomunikasi antara pasien/ keluarga dan tim kesehatan lainnya

2 2,9 18 25,7 25 35,7 25 35,7

11 Berbicara kepada ketua tim mengatasnamakan pasien ketika perawatan yang diberikan bertentangan dengan hak-hak pasien

0 0 1 1,4 48 68,6 48 30

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada indikator peran

advokasi mediator pasien dengan tenaga kesehatan lain pernyataan selalu

mayoritas ditemukan pada pernyataan no 8 yaitu sebanyak 30 responden (42,9%)

dan paling sedikit ditemukan pada pernyataan no 9 yaitu 14 responden (20%),

pernyataan sering mayoritas ditemukan pada pernyataan no 11 yaitu sebanyak 48

responden (68,6%) dan paling sedikit yaitu pada pernyataan no 8 sebanyak 18

responden (18,6%), dan pernyataan kadang-kadang mayoritas ditemukan pada

pernyataan no 9 yaitu sebanyak 35 responden (50%) dan paling sedikit ditemukan

pada no 11 yaitu sebanyak 1 responden (1,4%), sedangkan pernyataan responden

(46)

responden (5,7%) dan paling sedikit pada pernyataan no 9 dan 10 masing-masing

2 responden (2,9%).

Tabel 4 : Distribusi frekuensi bertindak atas nama pasien

No Peran sebagai bertindak atas nama pasien

Tidak pernah

Kadang-kadang

Sering Selalu

N % n % n % n %

12 Tidak pernah menghindar merawat pasien dengan penyakit menular

0 0 0 0 26 37,1 44 62,9

13 Melaksanakan standar

profesi dalam merawat pasien

0 0 11 15,7 35 50 24 34,3

14 Mencoba mengikuti

harapan pasien

0 0 9 12,85 31 44,28 30 42,85

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada indikator peran

advokasi bertindak atas nama pasien pernyataan selalu paling banyak ditemukan

pada pernyataan no 12 yaitu sebanyak 44 responden (62,9%) dan paling sedikit

pada pernyataan no 13 sebanyak 24 responden (34,3%), pernyataan sering

terbanyak dijumpai pada pernyataan no 14 yaitu sebanyak 35 responden (50%)

dan paling sedikit ditemukan pada pernyataan no 12 sebanyak 26 responden

(37,1%), pernyataan kadang-kadang terbanyak pada pernyataan no 13 yaitu

sebanyak 11 responden (15,7%) dan pernyataan paling sedikit ditemukan pada

(47)

Tabel 5 : distribusi frekuensi pelindung terhadap keputusan pasien

15 Menyarankan pasien agar mau dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas yang lebih mendukung

0 0 6 8,6 21 30 43 61,4

16 Merawat pasien walaupun takut akan bahaya tertularnya penyakit yang diderita pasien

0 0 8 11,43 29 41,43 33 47,14

17 Mencoba mendduku ng pasien/ keluarga untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan

0 0 6 8,6 28 40 30 51,4

18 Memberikan informasi dan memberikan kesepatan untuk membuat keputusan

0 0 20 28,6 29 41,49 21 30

19 Memberikan penjelasan secara terperinci kepada pasien/ keluarga

mengenai biaya perawatan

0 0 5 7,1 47 67,1 18 25,7

20 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam pembuatan keputusan ketika pasien tidak berdaya

1 1,4 8 11,4 55 78,6 6 8,6

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada indikator peran

advokasi pelindung terhadap keputusan pasien pernyataan selalu mayoritas

ditemukan pada pernyataan no 15 yaitu sebanyak 43 responden (61,4%) dan

pernyataan paling sedikit terdapat pada pernyataan no 20 yaitu sebanyak 6

(48)

yaitu sebanyak 47 responden (67,1%) dan paling sedikit pernyataan paling sedikit

terdapat pada pernyataan no 15 yaitu sebanyak 21 responden (30%), pernyataan

kadang-kadang mayoritas ditemukan pada pernyataan no 18 yaitu sebanyak 20

responden (28,6%) dan paling sedikit terdapat pada pernyataan no 19 yaitu

sebanyak 5 responden (7,1%), sedangkan pernyataan responden tidak pernah

mayoritas ditemukan pada pernyataan no 20 yaitu sebanyak 1 responden (1,4%).

Tabel 6 : Distribusi frekuensi peran advokasi perawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Langsa

Peran advokasi Frekuensi Persentase

Kurang Cukup Baik

0 21 49

0 30 70

Total 70 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden

dalam melakukan perawatan terhadap pasien terbanyak adalah kategori baik yaitu

sebanyak 49 orang (70%), kategori cukup sebanyak 21 orang (30%) dan paling

sedikit yaitu kategori kurang yaitu (0%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa jumlah responden berdasarkan usia

dijumpai paling banyak pada kelompok usia 23-31 tahun yaitu 45 orang (63,4%),

jenis kelamin responden yang terbanyak yaitu perempuan sebanyak 63 orang

(49)

45 orang (63,4%), tingkat pendidikan terbanyak dijumpai yaitu diploma tiga (D

III) sebanyak 62 orang (87,3%). Setelah responden memberikan pernyataan dalam

bentuk kuesioner didapati hasil bahwa peran advokasi perawat dalam merawat

pasien dengan indikator pembela hak pasien mayoritas di rumah sakit mayoritas

peran responden dalam katagori baik yaitu sebanyak 49 orang (70%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep menurut (Purba dan Pujiastuti,

2009) yang mengatakan advokasi merupakan konsep yang penting dalam praktek

keperawatan, peran perawat sebagai advokasi harus bertanggung jawab untuk

melindungi hak pasien dari adanya penipuan atau penyimpangan. Menurut teori

(Putri & Fanani, 2010) tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

dan kinerja yang ditampilkan untuk memperoleh hasil pelayanan yang berkualitas

tinggi dengan memahami uraian tugas dan spesifikasinya serta berdasarkan

standart yang berlaku. Perawat yang bertanggung jawab berarti menunjukkan

kewajibannya sebagai seorang professional dengan komitmen menempatkan

kebutuhan pasien diatas kepentingan sendiri.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Salman

(2009) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam

Informed Consent Dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Pada Klien Pra Bedah

Di RSUD Pariaman Tahun 2008” dengan menggunakan jenis penelitian

deksriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study jumlah sampel 30

orang dengan metode total sampling, dan pengumpulan data dengan

(50)

53,3% perawat memiiiki pengetahuan tinggi, 73% memiliki sikap positif dan

53,3% tidak melaksanakan peran advokasinya.

Sejauh ini peran advokasi perawat dalam merawat pasien di Rumah Sakit

Umum Daerah Langsa dalam katagori baik, berdasarkan penilaian yang dilakukan

dalam pernyataan yang diberikan pada responden kategori peran advokasi perawat

dalam merawat pasien di rumah sakit umum langsa tahun 2010 didapatkan hasil

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1.1. Karakteristik perawat usia 23-31 tahun mayoritas didapati yaitu 45

orang (63,4%), dengan jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan

sebanyak 63 orang (90%), lama bekerja responden terbanyak yang

dijumpai yaitu 1-9 tahun sebanyak 45 orang (63,4%), tingkat pendidikan

terbanyak dijumpai yaitu diploma tiga (D III) keperawatan sebanyak 62

orang (87,3%). Namun dalam penelitian ini tidak diteliti sehingga tidak

dijabarkan.

1.2. Peran advokasi perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2010

dalam merawat pasien di rumah sakit mayoritas dalam katagori baik

yaitu sebanyak 49 orang (70%).

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat peneliti

sampaikan yaitu sebagai berikut :

2.1. Aplikasi Keperawatan

Rumah Sakit hendaknya mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban

pasien dan perawat di tiap ruang rawat inap sehingga pasien dan keluarga

pasien dapat mengetahui hak dan kewajibannya, begitu juga bagi perawat

(52)

dalam merawat pasien, pasien dan keluarga dapat memperoleh pelayanan

yang baik. Dan perawat agar dapat meningkatkan dan mempertahankan peran

advokasi nya dalam merawat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

2.2. Institusi Pendidikan Keperawatan

2.2.1 Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu referensi

tentang peran advokasi perawat dalam merawat pasien di Rumah

Sakit.

2.3. Penelitian Berikutnya

2.3.1 Perlu modifikasi dalam jumlah dan tekhnik pengambilan data yang

berbeda agar dapat menjadi suatu perbandingan dengan penelitian

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C.. (2001). Kamus saku keperawatan. (edisi 31). Jakarta. EGC

Creasia, J. L., & Parker. B.. (2001). Conceptuals foundations : the bridge to professional

nursing practice. (3rd

Dewi. A. I.. (2008). Etika dan hokum kesehatan). Yogyakarta : Pustaka book publisher ed). St. Louis : Mosby.

Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and coordinating nursing care. (3rd

Helm, A. (2006). Mal praktik keperawatan. Jakarta. EGC

ed). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Hidayat. A. A.. (2008). Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta : Penerbit salemba medika

Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of nursing : concepts, process, and practice. (7th

Notoatmojo, S. (2005). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta : Andi Alfred..

ed). Volume 1. New jersey : Pearson Education.

Putri. H. T. & Fanani. A. (2010). Etika profesi keperawatan. Yogyakarta. Citra pustaka. Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema etik & pengambilan keputusan etis.

Jakarta. EGC.

Salman .(2009). Data peran advokasi perawat .06 januari, 2011

Suryani, M. (2004). Pemahaman dan perilaku perawat dalam melaksanakn peran

advokat klien di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah dewasa RS Husada-Jakarta. Tesis master tidak diterbitkan, Universitas Indonesia. Jakarta, Indonesia.

Sulandra-sulandra. (2009). Blogspot.com/…/konsep-moral-dalam-praktik-keperawatan Taher. M. D.Taylor.. (2003). Medical ethics. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka utama.

(54)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Peran Advokasi Perawat dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa

Oleh : Zacky Mubaraq

Nim: 091121010

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Medan. Ingin melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan peran advokasi perawat dalam merawat pasien.

Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan USU Medan. Maka saya mengharapkan kesediaan bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Tanggal :

No. responden :

(55)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut

berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang bernama : Zacky Mubaraq, Nim.

091121010, tentang “Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien Di

Rumah Sakit Umum Langsa Tahun 2010”

Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi pada saya.

Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman

atau berakibat negatif terhadap saya, saya berhak menghentikan atau

mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak.

Saya mengerti bahwa catatan/data mengenai penelitian ini akan

dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk pengolahan data pada penelitian ini

saja.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

berperan dalam penelitian ini.

Langsa, Desember 2010

Tanda Tangan

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

Soal 20

Pearson Correlation

.742* .893** .115 .705* .742* .625 .502 .705* .057 .905** .546 .827** .848** .684* .318 .778** .893** .869** .281 1 .941** Sig.

(2-tailed)

.014 .000 .752 .023 .014 .054 .139 .023 .875 .000 .102 .003 .002 .029 .371 .008 .000 .001 .431 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Total Pearson Correlation

.831** .835** .156 .798** .838** .519 .729* .841** .279 .823** .605 .950** .891** .685* .315 .904** .835** .812** .238 .941** 1 Sig.

(2-tailed)

.003 .003 .666 .006 .002 .124 .017 .002 .435 .003 .064 .000 .001 .029 .375 .000 .003 .004 .507 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

(63)

Lampiran

Kuesioner

Petunjuk: berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan sikap anda terhadap pernyataan itu

No Pernyataan TP KD SR SL

1 Saya memberikan informasi kepada pasien sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2 Saya memberikan kesempatan anggota keluarga pasien berada di samping pasien dalam keadaan kritis

3 Saya mengakui hak pasien untuk memilih keputusan tentang tindakan pengobatannya

4 Saya mempertahankan kerahasiaan mengenai keadaan pasien seperti yang diminta oleh keluarga 5 Saya merawat pasien yang diabaikan oleh teman

sejawat dengan penuh perhatian

6 Saya memberikan surat pernyataan persetujuan sebelum melakukan tindakan kepada pasien/ keluarga

7 Saya memberi informasi pada pasien/ keluarga setiap diminta tentang efek samping dari pengobatan medis

8 Saya melindungi pasien dari tindakan perawatan yang tidak pantas/ sesuai dengan peraturan yang berlaku

9 Saya memberikan pilihan kepada pasien untuk menentukan dokter yang merawat pasien untuk menentukan dokter yang akan merawat pasien 10 Saya bertindak sebagai mediator untuk

berkomunikasi antara pasien/ keluarga dan tim kesehatan lainnya

11 Saya berbicara kepada ketua tim mengatasnamakan pasien ketika perawatan yang diberikan

bertantangan dengan hak-hak pasien

12 Saya tidak pernah menghindar merawat pasien dengan penyakit yang menular

13 Saya melaksanakan standar profesi dalam merawat pasien

(64)

15 Saya menyarankan pasien agar mau dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas yang lebih mendukung untuk penyembuhan pasien dari penyakit yang dideritanya 16 Saya harus merawat pasien walaupua takut akan

bahaya tertularnya penyakit yang diderita pasien 17 Saya mencoba untuk mendukung pasien/ keluarga

untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan 18 Saya memberikan informasi dan meberikan

kesempatan pada pasien untuk membuat keputusan 19 Saya memberikan penjelasan secara terperinci

kepada pasien/ keluarga mengenai baiya perawatan 20 Saya membarikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam pembuatan keputusan ketika pasien tidak berdaya

Keterangan :

TP : Tidak pernah

KD : Kadang-kadang

SR: Sering

(65)

GET

FILE='D:\skripsi zacky\data spss jack.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

SAVE OUTFILE='D:\skripsi zacky\data spss jack.sav' /COMPRESSED.

COMPUTE total = p1 + p2 + p3 + p4 + p5 + p6 + p7 + p8 + p9 + p10 + p11 +

p12 + p13 + p14 + p15 + p16 + + p17 + p18 + p19 + p20 . EXECUTE .

FREQUENCIES

VARIABLES=kategori /ORDER= ANALYSIS .

Frequencies

[DataSet1] D:\skripsi zacky\data spss jack.sav

Statistics

kategori peran

N Valid 70

Missing 1

kategori peran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 21 29.6 30.0 30.0

baik 49 69.0 70.0 100.0

Total 70 98.6 100.0

Missing System 1 1.4

(66)

FREQUENCIES VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Soal13 Soal14 Soal15 Soal16 Soal17 Soal18 Soal19 Soal20 /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Frequency Table

Soal1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sering 30 42.9 42.9 42.9

Selalu 40 57.1 57.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

Soal2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 7 10.0 10.0 10.0

Sering 15 21.4 21.4 31.4

Selalu 48 68.6 68.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

Soal3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 5 7.1 7.1 7.1

Sering 20 28.6 28.6 35.7

(67)

Soal3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 5 7.1 7.1 7.1

Sering 20 28.6 28.6 35.7

Selalu 45 64.3 64.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Soal4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 10 14.3 14.3 14.3

Sering 18 25.7 25.7 40.0

Selalu 42 60.0 60.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

Soal5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 23 32.9 32.9 32.9

Sering 16 22.9 22.9 55.7

Selalu 31 44.3 44.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Soal6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang-Kadang 24 34.3 34.3 34.3

Sering 33 47.1 47.1 81.4

Selalu 13 18.6 18.6 100.0

Gambar

Tabel 1 : Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 1. menunjukkan  bahwa 45 orang responden (63,4%) berada pada
Tabel 3 : Distribusi frekuensi mediator pasien dengan tenaga kesehatan lain
Tabel  4 : Distribusi frekuensi bertindak atas nama pasien
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent meliputi : memberikan informasi rencana tindakan, menjelaskan hak pasien,

Saya telah diminta dan memberi ijin untuk berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Beban Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poli

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring lama di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Desain penelitian ini adalah deskriptif

Peran Perawat Dalam Pencegahan Luka Tekan Pada Pasien Tirah Baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Oleh: Diana

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di RSJ Daerah Provsu Medan.. Psikologi

Melakukan tindakan pada pasien selalu dengan bantuan perawat lain.. Menyerahkan tindakan perawatan pasien pada

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara peran advokasi perawat dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman pada keluarga dan pasien yang dilakukan Cardiopulmonary