• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Karakteristik Suara Ayam Kokok Balenggek Jantan Dewasa...Dio Liandy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Karakteristik Suara Ayam Kokok Balenggek Jantan Dewasa...Dio Liandy"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SUARA AYAM KOKOK BALENGGEK JANTAN DEWASA

DI KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT

Identification Of Sound Characteristics Of Kokok Balenggek Chickens In Solok Regency, West Sumatera

Dio Liandy*, Dani Garnida**, Indrawati Yudha Asmara** Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad

e-mail : liandio2904@gmail.com ABSTRAK

Penelitian mengenai karakteristik suara Ayam Kokok Balenggek jantan dewasa telah dilaksanakan pada tanggal 22 April hingga 1 Mei 2016 di Kecamatan Tigo Lurah dan Kecamatan Ampang Kuali Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik suara Ayam Kokok Balenggek jantan dewasa. Metode Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif melalui sensus terhadap seluruh Ayam Kokok Balenggek pemenang kontes dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ayam Kokok Balenggek memiliki frekuensi kokok adalah 0,842 kali per menit. Jumlah suku kata kokok berkisar 6-12 suku kata dengan rataan 8,81 ± 1,43. Jumlah lenggek kokok berkisar 3-9 dengan rataan lenggek kokok 5,81 ± 1,43. Durasi berkokok berkisar antara 2,39 detik sampai 3,94 detik dengan rataan 3,14 ± 0,00. Kata Kunci : Ayam Kokok Balenggek, Karakteristik Suara, Penilaian Kontes.

ABSTRACT

A research about sound characteristics of Kokok Balenggek Chicken was conducted on April 22nd until May 1st 2016 in Tigo Lurah Sub-District and Ampang Kualo Sub-District in Solok Regency. The aim of this research was to find out the sound characteristics of Kokok Balenggek Chickens. The research used descriptive method to the winner of chicken contest in the last three years. The results showed that the frequency of crowing is of 0.842 times per minute. The number of crowing syllables ranges 6-12 syllable with the average of 8.81 ± 1.43. Number of crowing level is from 3 to 9 with the average of 1.43 ± 5.81. Duration of crow ranges from 2.39 to 3.94 seconds with the average of 3.14 ± 0.00.

Keywords : Kokok Balenggek Chicken, Characteristics of Crow, Contest voting. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman ayam lokal yang tinggi. Ayam lokal ini memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda baik sebagai penghasil daging, telur, sebagai ayam hias, ayam aduan, dan ayam penyanyi. Ayam penyanyi adalah ayam yang memiliki suara kokok merdu. Ada empat tipe ayam penyanyi yang sudah lama berkembang dan sangat digemari masyarakat (hobbies), yaitu Ayam Pelung di Jawa Barat, Ayam Bekisar di

(2)

Jawa Timur, Ayam Ketawa di Sulawesi Selatan dan Ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat.

Ayam Kokok Balenggek merupakan ayam asli Sumatera Barat yang berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Ayam ini tergolong ayam penyanyi karena memiliki suara kokok yang merdu dan enak didengar. Karakteristik khas ayam ini adalah suara kokoknya yang bersusun-susun dan bertingkat (balenggek: bahasa Minang). Suara kokok ayam jantan biasanya terdiri atas empat suku kata dengan suku kata ke-4 lebih panjang.

Ayam Kokok Balenggek sering dilombakan (kontes) dan menarik perhatian para hobbies ayam di Sumatera Barat. Nilai ekonominya sangat ditentukan oleh jumlah lenggek kokok dan kerberhasilan memenangkan kontes. Semakin banyak jumlah suku kata kokok maka semakin mahal harga ayam. Begitu pula ayam yang berhasil memenangkan kontes biasanya memiliki harga jual tinggi.

Selama ini, penilaian kontes Ayam Kokok Balenggek relatif subjektif karena penilaian tak memiliki standar yang dapat diukur (standar kuantitatif). Hasil penilaian secara kuantitatif dapat berupa data angka dan gambaran visual karakteristik suara Ayam Kokok Balenggek, sehingga dapat ditentukan bagaimana kualitas suara Ayam Kokok Balenggek tersebut. Oleh karena itu, penulis memandang perlu dilakukannya penelitian mengenai cara menilai suara Ayam Kokok Balenggek dengan pendekatan kuantitatif sehingga diperoleh penilaian secara objektif. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi penunjang penilaian dalam kontes Ayam Kokok Balenggek. Pola kokok Ayam Kokok Balenggek sangat berbeda dengan pola kokok Ayam Pelung dan Ayam Bekisar. Suara kokok Ayam Kokok Balenggek terbagi atas tiga bagian, yaitu kokok bagian depan, kokok tengah dan kokok bagian belakang (disebut lenggek kokok). Kokok depan terdiri atas suku kata kokok pertama, kokok tengah terdiri atas suku kata kokok kedua dan ketiga, dan kokok keempat atau ujung terdiri atas suku kata yang terdengar berdurasi panjang. Setiap makhluk hidup memliki karakteristik tersendiri dalam mengeluarkan bunyi. Begitu pula dengan ayam penyanyi seperti Ayam Kokok Balenggek (AKB), dimana suara tersebut dapat diidentifikasi secara fisika dengan bantuan alat digital untuk mengenali dan mendefinisikan karakteristiknya.

Peubah yang diamati berupa jumlah suku kata kokok dan jumlah lenggek kokok yaitu suara kokok yang mengelompok dalam sebuah kelompok suara yang rapat dan antara suku kata terdapat fragmentasi yang jelas. Jumlah suku kata kokok Ayam Kokok Balenggek berkisar dari 6 sampai 12 suku kata, dengan rataan 8,07 suku kata (Rusfidra, 2004), durasi berkokok, frekuensi dan waktu berkokok. Lundberg dan Alatallo (1992) menyatakan, bahwa puncak

(3)

aktivitas song pada bangsa burung terjadi pagi hari dan cenderung menurun pada siang dan sore hari. Puncak aktivitas song pada bangsa burung diduga disebabkan adanya beberapa faktor yaitu faktor hormonal, faktor kesehatan, faktor cuaca, faktor pakan dan faktor kebersihan kandang.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus dengan Karakterisasi suara kokok ditetapkan menggunakan metode time sampling. Objek yang diteliti adalah 30 Ayam Kokok Balenggek jantan dewasa yang pernah atau siap mengikuti kontes berumur 12-15 bulan yang berasal dari peternakan rakyat di Kecamatan Ampang Kualo Kabupaten Solok Sumatera Barat.

Suara kokok direkam dalam format mp3 menggunakan alat perekam digital, kemudian dilakukan digitalisasi suara kokok dengan menggunakan sound recorder yang tersedia pada beberapa program analisis suara, lalu visualisasi suara kokok ke dalam bentuk wave form. Data yang diperoleh kemudian diurutkan mulai dari nilai terendah sampai yang tertinggi berdasarkan peubah yang diamati untuk menentukan rentang data (range). Rentang data dapat dihitung dengan rumus :

R = Xi - Xr . . . (Sugiyono, 2003) Dimana :

R = Rentang

Xi = Data terbesar dalam kelompok Xr = Data terkecil dalam kelompok

Kemudian dihitung rata-rata dari setiap peubah yang diamati :

. . . . . . (Sugiyono, 2003) Dimana :

µ = rata-rata populasi xi = nilai sampel ke-i N = jumlah populasi

Rata-rata dari setiap peubah tersebut dapat disimpulkan sebagai karakteristik dari objek Ayam Kokok Balenggek yang diteliti. Kemudian dihitung simpangan baku untuk menentukan besarnya simpangan data :

(4)

. . . (Sugiyono, 2003) Dimana :

O = Simpangan baku populasi N = Jumlah populasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Profil Penangkaran Kinantan Bagombak

Usaha penangkaran Kinantan Bagombak Ampang Kualo Kota Solok didirikan pada tanggal 17 Juni 2011. Saat ini jumlah populasi Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak berjumlah 528 ekor. Sistem pemeliharaan ayam di Penangkaran Kinantan Bagombak adalah intensif dan semi intensif lalu untuk bahan pakan yang diberikan terdiri atas campuran dedak, jagung, tepung ikan dan ada juga pakan tambahan seperti puding. Bahan pakan yang diberikan untuk ayam yang akan melaksanakan lomba juga mendapat pakan tambahan dan buah-buahan seperti pisang, pepaya atau jeruk. Selain itu, peternak menambahkan jamu untuk melembutkan dan mencegah suara serak dari Ayam Kokok Balenggek.

2. Kontes Ayam Kokok Balenggek

Kontes yang dilaksanakan setidaknya setahun satu kali pada bulan April atau Mei. Hal ini dikarenakan belum adanya himpunan atau lembaga resmi yang terkait. Kontes diadakan oleh komunitas yang rutin melaksanakan latihan bersama tiap hari Minggu.

Pada dasarnya kontes yang dilakukan menggunakan penilaian yang sudah ditetapkan. Penilaian yang dilakukan pada kontes Ayam Kokok Balenggek berdasarkan 3 nilai yaitu jumlah lenggek, kerajinan berkokok atau frekuensi dan tipe suara. Penilaian yang pertama adalah jumlah lenggek dengan 3 kategori yang bisa diikuti Ayam Kokok Balenggek yaitu :

 Landi, adalah jumlah lenggek yang berjumlah 2 hingga 4 kali  Boko, adalah jumlah lenggek yang berjumlah 4 hingga 7 kali

 Favorit, atau istimewa adalah jumlah lenggek yang berjumlah diatas 7 kali

Setelah diketahui jumlah lenggeknya, kemudian penilaian dilanjutkan dengan menghitung kerajinan berkokok pada waktu yang ditentukan biasanya sekitar 30 atau 60 menit,

(5)

semakin banyak ayam tersebut berkokok akan langsung dijadikan pemenang kontes. Apabila jumlah kerajinan kokok sama, maka akan dilakukan penilaian ketiga yaitu melihat kelangkaan tipe suara. Makin langka tipe suara yang diikut sertakan kontes maka ayam tersebut yang akan mendapat penilaian lebih dari juri kontes.

3. Performans Suara Ayam Kokok Balenggek

Penelitian dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pagi hari (06.00-08.00 WIB), siang hari (11.00-13.00 WIB) dan sore hari (15.00-17.00 WIB).

Tabel 1. Rataan Jumlah Frekuensi, Jumlah Suku Kata, Jumlah Lenggek, dan Durasi Berkokok dipenangkaran Kinantan Bagombak

No Karakteristik Kokok (Satuan) Rataan Rataan

Pagi Siang Sore

1 Frekuensi Kokok* (Kali) 53,63 ± 13,09 50,73 ± 13,01 46,43 ± 10,12 50,27 ± 12,37 2 Suku Kata (Kali) 9,30 ± 1,44 8,47 ± 1,31 8,67 ± 1,45 8,81 ± 1,43 3 Lenggek Kokok (Kali) 6,30 ± 1,44 5,47 ± 1,31 5,67 ± 1,45 5,81 ± 1,43 4 Durasi Berkokok (Detik) 3,24 ± 0,00 3,08 ± 0,00 3,14 ± 0,00 3,14 ± 0,00 *Frekuensi/60 menit Frekuensi Kokok

Pada Tabel 1 dapat dilihat rata-rata frekuensi kokok Ayam Kokok Balenggek adalah 50,27/60 menit artinya dalam kurun waktu 60 menit Ayam Kokok Balenggek mampu berkokok sebanyak 50 kali secara berturut-turut dalam kurun waktu 60 menit. Jumlah kokok per menit (crow rate) Ayam Kokok Balenggek adalah 0,842 kali per menit. Tabel 1 menunjukkan bahwa Ayam Kokok Balenggek lebih sering berkokok pada pagi hari (53,63) dibandingkan siang hari (50,73) dan semakin menurun pada sore hari (46,43).

Jumlah Suku Kata Kokok

Suku kata kokok adalah suara kokok yang mengelompok dalam sebuah kelompok suara yang rapat dan antara suku kata terdapat fragmentasi yang jelas. Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah suku kata Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak Ampang Kualo Kota Solok berkisar 6-12 suku kata dengan rataan 8,81 ± 1,43. Rataan Ayam Kokok Balenggek

(6)

di penangkaran Kinantan Bagombak lebih tinggi dibandingkan peneliti terdahulu seperti Rusfidra (2004) dan Rusfidra dkk (2009) dengan rataan 8,07 suku kata.

Jumlah Lenggek

Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah lenggek Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak berkisar 3-9 dengan rataan lenggek kokok 5,81 ± 1,43. Tidak jauh berbeda dengan jumlah suku kata kokok, jumlah lenggek kokok memiliki hasil yang lebih tinggi dari literatur hasil peneliti Rusfidra (2004) dan Rusfidra dkk (2009) yang didapat yakni 5,07.

Perbedaan jumlah lenggek kokok antar Ayam Kokok Balenggek diduga sebagai bentuk variasi individu. Jumlah lenggek kokok pada pagi hari dan sore hari tidak jauh berbeda dengan jumlah lenggek kokok pada siang hari. Jumlah lenggek kokok pada pagi hari lebih tinggi yaitu 6,3 lenggek, sore hari 5,667 lenggek dan pada siang hari jumlah lenggek menurun menjadi 5,467 lenggek.

Durasi Berkokok

Ayam Kokok Balenggek di penangkaran Kinantan Bagombak berkisar antara 2,39 detik sampai 3,94 detik (Tabel 1). Durasi berkokok pagi hari lebih tinggi (3,24 ± 0) dibandingkan sore hari (3,14 ± 0).

4. Tipe Suara Ayam Kokok Balenggek

Tipe suara Ayam Kokok Balenggek pada dasarnya ada tujuh macam yaitu : Rantak Gumarang, Riak Hilia Aia, Sigegek Angin, Ginyang, Ginyang Mataci, Gayuang Luluah dan Alang Babega. Tetapi yang ditemukan di penangkaran Kinantan Bagombak yakni hanya enam kecuali Gayuang Luluah dikarenakan kelangkaan dari tipe suara tersebut. 1. Rantak Gumarang adalah ayam yang memiliki alunan suara yang jelas dengan intonasi yang sama dan hentakan yang jelas, seperti bunyi tapak kuda berpacu dengan jarak yang teratur (Abbas, 2015)

2. Riak Hilia Aia adalah alunan suara yang memiliki serak dan diakhir suara akan hilang, tipe suara ini bisa diartikan bagai aliran sungai dari tempat yang tinggi ke yang rendah. Dengan kata lain nada dasar Ayam Kokok Balenggek dari suara nada tinggi ke rendah sampai batas akhir (Abbas, 2015).

3. Sigegek Angin adalah tipe suara dengan alunan suara bergetar tertahan dengan alunan suara tertahan tertatih-tatih ibarat baling-baling diterpa angin kencang yang menahan

(7)

4. Ginyang adalah suara kokok yang tidak stabil berubah-ubah dan tidak teratur merupakan gabungan dari dua atau lebih suara.

5. Ginyang Mataci tidak jauh berbeda dengan tipe suara Ginyang yang tidak beraturan, namun masih memiliki keindahan dalam kokok nya.

6. Alang Babega, pengambilan nama kokok ini berdasarkan suaranya yang dari jauh jelas terdengar seperti suara elang.

7. Gayuang Luluah adalah ayam yang memiliki suara halus yang meluluhkan hati dengan lenggekan satu persatu dengan jelas. Tetapi karena kelangkaannya, tipe suara Gayuang Luluah sangat sulit ditemukan karena memang membutuhkan pendengaran yang cukup bagus untuk menemukannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ayam Kokok Balenggek memiliki frekuensi kokok adalah 0,842 kali per menit. Jumlah suku kata kokok berkisar 6-12 suku kata dengan rataan 8,81 ± 1,43. Jumlah lenggek kokok berkisar 3-9 dengan rataan lenggek kokok 5,81 ± 1,43. Durasi berkokok berkisar antara 2,39 detik sampai 3,94 detik dengan rataan 3,14 ± 0,00.

SARAN

Dari hasil penelitian dapat disarankan Ayam Kokok Balenggek sebaiknya melakukan seleksi yang lebih ketat dan dikawinkan dengan lebih terarah, kemudian melakukan perawatan yang lebih baik dengan memperhatikan manajemen pakan, manajemen kandang dan pemasarannya agar budidaya Ayam Kokok Balenggek lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. Dani Garnida, MS., sebagai pembimbing utama dan Indrawati Yudha Asmara S.Pt., M.Si., Ph.D., sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. H. 2015. Ayam Kokok Balenggek: Ayam Penyanyi Sumatera Barat. Padang: Andalas University Press.

Lundberg, A. and R. V. Alatalo. 1992. The Pied Flycatcher. T&AD Poyser.

Rusfidra. 2004. Ayam Kokok Balenggek; Potensi Genetik, Strategi Pengembangan dan Konservasi. Cendekia Publishing House. Bogor. (in press)

. 2004. Karakterisasi Sifat-Sifat Fenotipik Sebagai Strategi Awal Konservasi Ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Sugiyono, Dr., 2003. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara serin pada 500 mg/l merupakan konsentrasi yang paling potensial dalam induksi kalus dengan 55% potensi tumbuh anter, 24% anter beregenerasi, dan 1,4 anter per

Kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam peningkatan keselamatan pasien. Prinsip komunikasi terbuka antar tenaga kesehatan dalam praktik professional. Adanya mekanisme monitor

Penelitian berjudul analisis kebutuhan investasi usaha peternakan ayam niaga pedaging diKabupaten Purbalingga dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret sampai 15 April 2013. Penelitian

pembiayaan Islam, pembiayaan pensiun yang diterapkan oleh Bank Syari‟ah Mandiri KC Bandar Lampung dapat dikatakan telah memenuhi prinsip pembiayaan Islam, sebab transaksi

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan dengan benar dan tepat serta untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan dalam penelitian

(X) Kantor Pelayanan Perizinan wajib menyediakan dan menyebarkan informasi berkaitan dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelurusan posisi

(1) Dana Pinjaman Modal Usaha Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa di Kabupaten Banjarnegara digulirkan kembali dalam rangka upaya meningkatkan

Tantangan dan kebijakan tersebut, tidak hanya menjadi tantangan bagi peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri dalam belajar, tapi juga menjadi tantangan