• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Herpes adalah infeksi virus pada kulit. Herpes Simplex Virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab). Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.

(2)

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster, Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan Virus Herpes ? 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui definisi Virus Herpes.

b. Untuk mengetahui klasifikasi Virus Herpes. c. Untuk mengetahui etiologi Virus Herpes.

d. Untuk mengetahui manifestasi klinis Virus Herpes. e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Virus Herpes. f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medisVirus Herpes. 1.4 Manfaat Pembuatan Makalah

Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Umum

Untuk memberikan masukan informasi, pengetahuan, dan konsep kepada publik mengenai asuhan keperawatan Virus Herpes.

1.4.2 Manfaat Khusus

Memberikan wawasan atau pengetahuan bagi diri kita, sebagai penulis juga wawasan atau pengetahuan untuk para peneliti atau orang lain yang memiliki ketertarikan terhadap asuhan keperawatan Virus Herpes.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Virus Herpes 1. Virus Herpes Simpleks

a. Herpes simpleks adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

b. Herpes simpleks adalah penyakit kulit/ selaput lendiur yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ditularkan melalui udara( aerogen) dan sebagian kecil memalui kontak kulit langsung (termasuk disini melalui hubungan badaniah/ koitus).

c. Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Partikel DNA penular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk replikasinya sendiri.

2. Virus Hepes Zoster

a. Herpes zoster ( Dampa, Cacar air ) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang – kadang infeksi primer berlangsung subklinis. Frekueni pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai orang dewasa.

b. Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.

c. Herpes zoster adalah Peradangan kulit akut dengan sifat yang khas, yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.

(4)

2.2 Klasifikasi

Ada dua jenis herpes: 1. Herpes Simpleks tipe I

Tipe I biasanya menyerang bibir, mulut, hidung dan pipi. Bentuk herpes ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi tanpa hubungan seksual. Penularannya dapat melalui ciuman, sentuhan dan memakai handuk bersama.

2. Herpes Simpleks tipe II.

Herpes simpleks tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan biasanya didahului oleh suatu hubungan seksual, tetapi tidak selalu. Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang tempat di kulit, walaupun biasanya timbul disekitar mulut dan hidung, yang menyebabkan gingivostomatis, di sekeliling mata menyebabkan konjungtivitis, pada jari tangan menyebabkan herpes jari tangan, dan di bokong dan genitalia menyebabkan edema kulit yang berat vesikulasi yang luas dan nyeri yang sangat.

2.3 Etiologi Virus Herpes 1. Virus Herpes Simpleks

Herpes virus hominis, yang berdiameter 100 nm. Floward dan Cushing adalah yang pertama kali mengemukakan bahwa ada hubungan antara herpes virus hominis dengan sistem saraf.

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simplek. Virus herpes simpleks tipe 1. Penyakit kulit atau selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja. Atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagaian kecil melalui kontak langsung. lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas, dapat juga dijumpai di daerah genetalia, dan penularannya lewat koitus oro genital (oral sex). Virus herpes simpleks tipe 2 (virus of love). Penyakit ditularkan melalui hibungan seksual tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus misalnya dapat terjadi

(5)

pada dokter atau dokter gigi dan tenaga medis lainnya lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh dibawah pusar terutama daerah genetalia lesi ekstra genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital

2. Virus Herpes Zoster

Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air). Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas, seperti leukemia dan limfoma.

Cara penularan dengan Kontak langsung dengan lesi aktif sekresi pernafasan. Dewasa lebih sering dibanding anak-anak dan tidak tergantung pada musim.

2.4 Manifestasi Klinis Pielonefritis 1. Virus Herpes Simpleks

Infeksi VHS ini berlangsung dalam tiga tingkat: a. Infeksi primer

Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi atau pada orang yang sering menggigit jari (herpetic whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.

Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual berupa oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe I, sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II.

Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.

(6)

Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.

b. Fase laten

Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

c. Infeksi rekurens

Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodomal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco). 2. Virus Herpes Zoster

Di dahului dengan disertai nyeri hebat atau rasa terbakar. Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Nyeri yang timbul setelah serangan herpes disebut neuralgia pascaherpetika dan biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Neuralgia lebih sering dialami oleh pasien yang sudah lanjut usia. Herpes zoster yang menyebar ke seluruh tubuh, paru-paru dan otak dapat menjadi fatal.

(7)

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.

Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.

Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa

(8)

vesikel dan eritema. Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.

2.5 Pemeriksaan Penunjang Virus Herpes 1. Pemeriksaan Uji Tzank Smears

Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.

2. Punch Biopsy Penatalaksanaan Medis

1. Virus Herpes Simpleks

Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara topical tampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah. Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus. Klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5 x 200 mg sehari selama 5 hari. Preparat isoprinosin sebagai imunostimulator, efeknya ialah peningkatan imunitas seluler. Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenine arabinosid

(9)

(vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus juga dapat dipakai secara parenteral. Untuk mencegah rekurens, macam-macam usaha yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan imunitas seluler, misalnya pemberian preparat lupidon H (untuk VHS tipe I) dan lupidon G (untuk VHS tipe II) dalam satu seri pengobatan. Pemberian levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa penyelidik membeerikan hasil yang baik. Pemberian vaksinasi cacar sekarang tidak dianjurkan lagi

Herpes genitalis pada kehamilan

Bila pada kehamilan timbul herpes geniitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60% , separuh dari yang hidup, menderita cacat neurologik atau kelainan pada mata.

Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis, keratokonjungtivitis, atau hepatitis; di samping itu dapat juga timbul lesi pada kulit. Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus secara section caesaria bila pada saat melahirkan sang ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat enam jam setelah ketuban pecah. Di Amerika Serikat frekuensi herpes neonatal adalah 1 per 7500 kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester I cenderung terjadi abortus, sedangkan bila pada trimester II, terjadi prematuritas. Selain itu, dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum.

2. Virus Herpes Zoster

Pengobatan herpes zoster bersifat simtomatik dengan kompres pada tempat yang terserang dan pemberi obat penghilang rasa sakit. Bila saraf oftalmikus cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk pada seorang dokter ahli penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea akibat infeksi tersebut. Pemberian kortikosteroid sistemik dini dapat membantu mencegah timbulnya neuroglia pascaherpetika. Asiklovir oral 800 mg 5 kali sehari selama 10 hari dapat mempersingkat durasi infeksi herpes zoster.

(10)

Famsiklovir oral (famvir) dengan dosis 500 mg 3 kali sehari selama 7 hari dan varsiklovir (valtrex) dengan dosis 1 gram 3 kali sehari selama 7 hari dapat memperpendek durasi infeksi herpes zoster.

Neuralgia pascahepertika yang menetap dapat diobati dengan kapsaisin topical (Zostrix) namun biasanya membutuhkan analgetik yang lebih kuat (Tylenol#3, Vicodin). Amitriptilin dan antidepresan trisiklik juga berguna, namun pasien dengan nyeri yang berat biasanya di rujuk ke klinik.

(11)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Virus Herpes

a. Biodata

Cantumkan semua identitas klien ( Herpes simpleks terjadi pada semua orang, sering terjadi pada remaja dan dewasa sedangkan Herpes zoster terjadi pada anak usia 10 tahun atau kelompok dewasa ).

Jenis kelamin ( Dapat terjadi pada pria dan wanita ). b. Keluhan Utama

Alasan yang sering membawa klien penderita herpes dating berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah Nyeri ( Pada Herpes simpleks biasanya nyeri terjadi pada lesi yang timbul sedangkan Herpes zoster nyeri terjadi pada daerah yang terdapat vesikel yang berkelompok).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada beberapa kasus, timbul lesi / vesikel berkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang luas.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya, keluarga atau teman dekat anda Ada yang menderita herpes simpleks atau herpes zoster.

(12)

f. Kebutuhan Psikososial

Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/ citra diri dan harga diri. Sering kali kita jumpai gangguan konsep diri pada klien. Disamping itu, perlu dikaji tingkat kecemasan klien dan informasi yang dimiliki tentang penyakit ini. Reaksi yang akan timbul adalah :

a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh. b. Menarik diri dari kontak social.

c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang. g. Kebiasaan Sehari – hari

Dengan adanya nyeri klien akan mengalami gangguan tidur / istirahat dan juga aktivitas. Perlu dikaji juga tentang kebersihan diri klien dengan cara perawatan diri; apakah alat-alat mandi / pakaian bercampur dengan orang lain? Seharusnya, alat mandi / handuk dan pakaian tidak bercampur dengan orang lain.

h. Pemeriksaan Fisik

Pada klien dengan herpes simpleks keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal dapat terjadi peningkatan suhu tubuh dan perubahan tanda-tanda vital lainnya. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dan dapat pula ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, btang penis, uretra dan daerah anus. Sedangkan pada wanita daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, intratus vaginal dan serviks. Jika timbul lesi, cata jenis, bentuk, ukuran / luas, warna dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran.

Pada klien dengan herpes zoster jarang ditemukan gangguan kesadaran, kecuali terjadi komplikasi infeksi lain. Tingkatan nyeri dirasakan oleh klien bersifat individual sehingga perlu diperlukan pemeriksaan tingkat nyeri dfengan menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri terasa hebat tanda-tanda vital cendrung akan meningkat. Pada inspeksi kulit ditemukan

(13)

adanya vesikel berkelompok sesuai dengan dermatomnya.. vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh (abu-abu), dapat menjadi vistula dan krusta. Kadang ditemukan vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN A. Virus Herpes Simpleks

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.

3. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemanjanan melalui kontak (langsung, tidak langsung dan kontak droplet).

B. Virus Herpes Zoster

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi virus.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah. 3. Cemas berhungan dengan adanya lesi pada wajah.

4. Potensial terjadi penyebaran penyakit berhubungan dengan infeksi virus 3. Rencana Keperawatan

a. Virus Herpes Simpleks

No Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil Rencana Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan Kriteria hsil : • Rasa nyeri berkurang/hilang. • Klien • Observasi TTV

• Kaji kembali faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri. • Kaji adanya konsep pada

keluarga tentang nyeri atau tindakannya.

(14)

menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.

• Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri secara benar.

dan keluarga tentang penyebab nyeri.

• Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,

imajinasi dan ajarkan teknik yang dipilih. • Jaga kebersihan dan

kenyamanan lingkungan sekitar klien.

• Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian obat analgetik. 2. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan perubahan

penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan citra tubuh hilang. Kriteria hasil : • Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya. • Menginginkan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. • Melakukan pola penanggulangan

• Ciptakan hubungan saling percaya antara perawat – klien.

• Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara ia merasakan, berpikir dan memandangnya dirinya. • Jaga privasi dan

linkungan individu. • Berikan informasi yang

dapat dipercaya dan jelas informasi yang telah diberikan.

• Tingkatkan interaksi social.

• Dorong klien dan

(15)

yang baru. keadaan.

• Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekhawatiran dan persepsinya. 3. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemanjanan melalui kontak (langsung, tidak langsung dan kontak droplet). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya penularan infeksi. Kriteria hasil : • Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan infeksi. • Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakitnya.

• Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks,

penyebab, cara penulran dan akibat yang

ditimbulkan.

• Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit.

• Beri penjelaan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang dan pasangan tidak terinfeksi.Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai.

b. Virus Herpes Zoster

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan

(16)

Keperawatan Hasil 1. rasa nyaman nyeri s.d

infeksi virus, ditandai dengan :

DS : pusing, nyeri otot, tulang, pegal DO: erupsi kulit berupa papul eritema, vseikel, pustula, krusta

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan Kriteria hsil : Rasa nyeri berkurang/hilang. Klien bisa istirahat dengan cukup Ekspresi wajah tenang.

• Kaji kualitas & kuantitas nyeri • Kaji respon klien

terhadap nyeri

• Jelaskan tentang proses penyakitnya

• Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

• Hindari rangsangan nyeri

• Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang teraupeutik • Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program 2. Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah, ditandai dengan :

DS :

-DO: kulit eritem vesikel, krusta pustula

Tujuan :

Integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari

Kriteria hasil : Tidak ada lesi baru Lesi lama mengalami involusi

• Kaji tingkat kerusakan kulit

• Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi

• Kelola tx topical sesuai program

• Berikan diet TKTP 3. Cemas s.d adanya lesi

pada wajah, ditandai dengan :

DS : klien menyatakan takut wajahnya cacat

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas akan

hilang/berkurang

• Kaji tingkat kecemasan klien

• Jalaskan tentang penyakitnya dan prosedur perawatan

(17)

DO : tampak khawatir lesi pada wajah

Kriteria hasil : Pasien merasa yakin penyakitnya akan sembuh sempurna Lesi tidak ada infeksi sekunder

• Tingkatkan hubungan teraupeutik

• Libatkan keluarga untuk member dukungan 4. Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus Tujuan : Setelah perawatan tidak terjadi penyebaran penyakit • Isolasikan klien

• Gunakan teknik aseptic dalam perawatannya • Batasi pengunjung dan

minimalkan kontak langsung • Jelaskan pada klien/keluarga proses penularannya BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Herpes simpleks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus herpes simpleks/ virus hpminis. Herpes simpleks terbagi 2 tipe, yaitu tipe 1

(18)

dan tipe 2. Proses penularannya bisa melalui kontak langsung dan hubungan seksual. Selama infeksi Primer, virus bisa naik melalui saraf perifer hingga mencapai radiks ganglia dorsalis, kemudian virus akan berada dalam stadium dorman.

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang – kadang infeksi primer berlangsung subklinis. Frekueni pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai orang dewasa.

4.2 Saran

1) Sebaiknya perawat mengetahui definisi virus herpes. 2) Sebaiknya perawat mengetahui etiologi virus herpes.

3) Sebaiknya perawat mengetahui manifestasi klinis virus herpes. 4) Sebaiknya perawat mengetahui penatalaksanaan medis virus herpes.

Referensi

Dokumen terkait

Kami panitia pembangunan mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaat yang sudah turut berperan dan berpartisipasi dalam mendukung terlaksananya pembangunan Gereja

Orang yang profesional dalam ini adalah orang yang ahli di bidang akuntansi forensik, namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia telah memasukkan akuntansi

22 Masjid Nurul Hikmah (Lingk. Danga Barat Kel. Labuang Rano Kec. Tapalang Barat Kab. Perumahan Graha Nusa Tiga Lingk. Karema Selatan Kel. Ahu Kec.Tapalang Kab. Kurungan

Terlihat pada peta prakiraan curah hujan bulan Maret 2021 (Gambar 3), potensi curah hujan di wilayah Sumatera Utara umumnya berada dalam kategori rendah hingga menengah4.

Data yang di ambil dalam penelitian ini adalah data yang langsung di ambil dan di peroleh dari sampel yang telah di tetapkan, yaitu angka-angka dari hasil tes

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan tambahan informasi bagi penelitian yang akan datang tentang program pembinaan kedisiplinan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan semua