1 ABSTRAK
Zakaria, 2015. Pengaruh Substrat Terhadap Laju Pertumbuhan Daun Lamun ( Enhalus acoroides ) di Perairan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota, Skripsi. Tanjungpinang : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Arief Pratomo, ST,M.Si. Pembimbing 2: Andi Zulfikar,S.Pi,MP.
Penelitian ini bertujuan mengetahui laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides pada substrat yang berbeda. Pengamatan sampel pertumbuhan lamun Enhalus acoroides dilakukan pada 3 tipe substrat terpilih yang berbeda yaitu Lumpur berpasir, Pasir berlumpur dan Pasir berbatu sebanyak 10 ulangan untuk masing-masing tipe substrat. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan pertumbuhan pada substrat yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95% ( α = 0.05 ). Laju pertumbuhan daun rata-rata pada substrat Lumpur Berpasir 16,06 mm/hari, Pasir Berlumpur 12,70 mm/hari dan Pasir Berbatu 10,76 mm/hari. Laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides pada substrat Lumpur Berpasir lebih cepat dibanding substrat Pasir Berlumpur dan Pasir Berbatu, ini karena partikel Lumpur Berpasir lebih halus, sehingga kandungan Nutrien dalam substrat sedikit lebih banyak disamping itu energi yang digunakan lamun untuk menancapkan akar pada substrat Lumpur Berpasir tidak sebesar energi yang dikeluarkan lamun pada substrat Pasir Berlumpur dan Pasir Berbatu. Hal ini juga didukung oleh kondisi perairan yang masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan lamun Enhalus acoroides.
2
ABSTRACT
Zakaria, 2015. Effect of Substrate Against Leaf Seagrass Growth Rate ( Enhalus acoroides ) at Waters Senggarang District of Tanjungpinang city, Thesis. Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor 1: Arief Pratomo, ST, M.Si. Supervisor 2: Andi Zulfikar, S.Pi, MP.
This study aimed to determine rate seagrass leaves growth of Enhalus acoroides on different substrates. Observations the sample seagrass growth of Enhalus acoroides was performed on 3 different types of substrates selected those were Mud sandy, muddy sand and Gravelly Sand as much as 10 replicates respectively. The results showed that there were difference growth on different substrates with a 95% confidence level (α = 0.05). The rate of growth the average leaf on substrate Mud sand was 16,06 mm/ day, Muddy sand was 12,70 mm/ day and Gravelly Sand was 10,76 mm/ day. The growth rate of seagrass leaf Enhalus acoroides on the substrate Mud Sandy was faster than the substrate Muddy Sand and Gravelly Sand, This was because the particles Mud sandy more subtle, so that the content of nutrients in the substrate slightly more besides that energy used to put down root in substrate Mud sandy was not as big as the energy expended on the substrate Muddy Sand and Gravelly Sand. It was also supported by the water conditions were still within tolerable limits for seagrass growth Enhalus acoroides.
3
PENDAHULUAN
Lamun jenis Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang umum ditemukan pada substrat halus hingga substrat kasar. Enhalus acoroides mempunyai ukuran paling besar. Helaian daunnya dapat mencapai ukuran panjang lebih dari 1 meter ( Susetiono, 2004 dalam Badria, 2007 ).
Padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Substrat berperan menentukan stabilitas kehidupan lamun, sebagai media tumbuh bagi lamun sehingga tidak terbawa arus dan gelombang, sebagai media untuk daur dan sumber unsur hara. Perbedaan komposisi jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun, juga dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan dan pertumbuhan lamun. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi ukuran butiran pasir akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan lamun dan proses dekomposisi dan meneralisasi yang terjadi di dalam substrat (Kiswara,1992 dalam Hasanuddin 2013).
Hasil survey lapangan
mengindikasikan bahwa di Perairan
Senggarang terdapat beberapa tipe substrat yang ditumbuhi lamun Enhalus acoroides. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat pengaruh substrat terhadap pertumbuhan panjang daun lamun berdasarkan tipe substrat yang berbeda.
Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides pada tipe substrat yang berbeda.
Tujuan
Mengetahui jenis substrat dan mengukur laju pertumbuhan daun lamun pada tipe substrat yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Senggarang, pada bulan Februari 2014 - Juni 2014, yang meliputi survey lokasi, pengambilan data lapangan analisa sampel, pengolahan data, analisis data dan penyusunan laporan hasil.
Pemilihan fraksi substrat di lapangan terlebih dahulu dilihat secara visual yang akan menjadi sampel keterwakilan dari tipe substrat yang ada di Senggarang. Selanjutnya dilakukan penarikan garis transek mulai dari awal dijumpai lamun hingga batas surut terendah kearah laut
4 dengan jarak antara plot 5 m. Dalam transek ini diambil sampel substratnya kemudian dikeringkan dan dilakukan penimbangan, pengayaan, penimbangan per mesh dan penentuan fraksi substrat di Laboratorium Kelautan Umrah. selanjutnya menentukan plot-plot yang akan diamati panjang daun lamunnya berdasarkan tipe substrat yang diperoleh.
Pengukuran pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides menggunakan metode penandaan daun Ziemen ( 1974 ) dalam Azkab, 2000). Pada awal pengukuran pertumbuhan, tiap tunas diberi tanda dengan klip plastik yang bernomor . Titik pangkal penentuan awal penandaan pertumbuhan pada setiap tunas lamun dilakukan dengan memakai tusuk sate yang dibenamkan ke dasar tempat tumbuhan lamun dan penandaan menggunakan isi staples yang dimodifikasi yang ditusukan tepat diujung tusuk sate pada dasar tempat tumbuh lamun. Pengukuran pertumbuhan lamun dilakukan dengan interval waktu 1 minggu dengan melubangi tunas lamun di tempat yang sama saat awal penandaan dikerjakan, selama 28 hari ( 4 kali pengamatan pertumbuhan yaitu dalam 7 hari sekali ).
Pengukuran kualitas perairan fisika dan kimia seperti: kekeruhan, suhu, salinitas
secara insitu dan kedalaman menggunakan sidhrous selat kijang 2014.
HASIL
Lokasi pengamatan pada titik koordinat stasiun I N00º56’31,1” E104º26’05,3” dengan 2 plot substrat pasir berlumpur dan 8 plot lumpur berpasir., stasiun II N00º56’33,7” E104º25’57,7” dengan 8 plot pasir berlumpur dan 2 plot lumpur berpasir dan stasiun III yaitu N00º56’31’9” E104º26’00,7” dengan 10 plot substrat pasir berbatu. Hal ini berdasarkan perolehan sampel substrat pada masing-masing plot yang telah dilakukan pengayakan kering dan data diolah menggunakan segitiga Shepard.
Gambar II. Peta lokasi penelitian
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada substrat yang berbeda dengan tingkat
5 kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ) dan uji lanjut tukey bahwa pertumbuhan lamun berbeda untuk masing-masing tipe substrat, kecepatan tertinggi diperoleh pada substrat Lumpur Berpasir.
Gambar 4. Grafik pola pertumbuhan panjang daun Enhalus acoroides selama 4 minggu.
Dari pola pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides yang dilakukan selama 4 minggu terlihat bahwa pertumbuhan lamun semakin meningkat terhitung mulai Minggu ke-0 hingga ke 4 pada Substrat Lumpur Berpasir ( LB ) 67,33 mm, 201,4 mm, 335,5 mm, 450,9 mm, 517,1 mm.
Pertumbuhan panjang daun lamun juga meningkat pada substrat Pasir Berlumpur ( PB ) terhitung dari minggu ke-0 hingga ke-4 yaitu 69,33 mm, 187,5 mm, 303,86 mm, 379,76 mm, dan 425,13 mm.
Begitu pula dengan pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides yang tumbuh pada substrat Pasir berbatu semakin meningkat untuk masung-masing minggunya terhitung mulai minggu ke-0 hingga ke-4 yaitu 64,16 mm, 169,66 mm, 272,8 mm, 337,73 mm, dan 365,46 mm.
Rerata Laju Pertumbuhan Daun Lamun
Pertumbuhan panjang daun di substrat lumpur berpasir secara signifikan tumbuh lebih cepat dibanding yang tumbuh pada substrat Pasir berlumpur dan Pasir Berbatu.
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Daun Lamun
Pertumbuhan lamun rata-rata per hari pada substrat lumpur berpasir lebih cepat dibandingkan dengan substrat pasir berlumpur dan pasir berbatu.
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 0 1 2 3 4 P ola p er tu m b u h an p anjang d aun En h alus a coroi de s ( m m )
Waktu pengamatan ( Minggu )
LB PB PBt 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 1 2 3 4 Laj u Per tu m b u h an D au n Lau n En h alus a coroi de s ( m m ) / Har i Minggu LB PB PBt
6 Laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides pada substrat Lumpur Berpasir ( LB ) secara berurut dari minggu ke-1 yaitu 19,15 mm/ hari, 19,12 mm/hari, 16,48 mm/hari, dan 9,45 mm/hari,
pada substrat Pasir Berlumpur ( PB ) secara berurut dari minggu ke-1 yaitu 16,88 mm/hari, 16,62 mm/hari, 10,84 mm/hari , dan 6,48 mm/hari.
Sedangkan pertumbuhan daun lamun pada substrat Pasir Berbatu ( PBt ) secara berurut dari minggu ke-1 yaitu 15 mm/ hari, 14,80 mm/hari, 9,27 mm/hari, 3,96 mm/hari.
Gambar 6. Rerata laju pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides pada substrat yang berbeda.
Pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides berbeda nyata dengan uji
lanjut tukey di substrat yang berbeda. Pada substrat Lumpur Berpasir ( LB ) rata-rata pertumbuhanya 16,06 mm/hari, substrat Pasir Berlumpur ( PB ) rata-rata 12,70 mm/hari dan pada substrat Pasir Berbatu ( PBt ) rata-rata 10,76 mm/hari.
Parameter Perairan
Hasil penelitian diperoleh suhu dan salinitas dilokasi penelitian berkisar 30ºC dengan Salinitas 29,3 %0. Suhu dan salinitas
yang diperoleh diperairan Senggarang ini masih dalam kondisi optimal bagi jenis lamun untuk perkembanganya.
Tingkat kecerahan mencapai 70 % meski kondisi cuaca cerah saat melakukan pengukuran. Adanya partikel tersuspensi mengakibatkan perairan terlihat keruh sehingga menghalangi cahaya matahari yang masuk ke perairan. Kedalam perairan saat penelitian berkisar antara 0,2-0,9 meter saat surut terendah dan 1,5-2,0 meter saat pasang tertinggi. ( Shidros selat kijang 2014 ).
Pembahasan
Hasil penelitian pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides pada substrat lumpur berpasir lebih tinggi dibandingkan dengan yang tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan pasir berbatu. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 Lumpur berpasir Pasir Berlumpur Pasir Berbatu R e rata laju p e rtu m b u h an m m / h ar i Tipe Substrat Lumpur berpasir Pasir Berlumpur Pasir Berbatu
7 Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken ( 1992 ) bahwa jenis subtrat dan ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi yang mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi benthos. Kemampuan menjebak bahan organik dalam sedimen semakin meningkat seiring dengan semakin halusnya subtrat.
Disamping itu karena substrat
lumpur berpasir lebih halus dan umumnya mempunyai ketersediaan unsur hara N dan P yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erftemeijer and Middelburg, (1993) dalam Steven ( 2013 ) bahwa ketersediaan unsur hara N dan P pada substrat tersebut berkaitan dengan ukuran partikel dan ketebalan sedimen. Semakin kecil ukuran sedimen, maka akan semakin besar ketersediaan unsur hara N dan P di substrat tersebut.
Pertumbuhan lamun pada substrat Lumpur berpasir lebih cepat juga di sebabkan sistem pengakaran. Pada substrat Lumpur Berpasir sistem pengakaranya hanya membutuhkan sedikit energi untuk menancapkan akar kedalam substrat, tidak sebesar energi yang di keluarkan lamun pada tipe substrat Pasir Berlumpur dan Pasir berbatu.
Hasil penelitian serupa didapatkan oleh badria (2007), di Teluk Banten.
Enhalus acoroides yang tumbuh pada substrat lumpur lebih cepat karena energi yang dikeluarkan untuk menancapkan akar kedalam substrat tidak sebesar energi yang dikeluarkan di substrat berpasir serta ukuran partikel pasir yang besar dan seragam membuat akar perlu ekstra kuat mempertahankan diri dalam substrat.
Penelitian pertumbuhan semaian panjang daun lamun Enhalus acoroides Pada substrat yang berbeda juga dilakukan oleh Steven ( 2013 ) di Laboratorium yang menyatakan bahwa semaian lamun Enhalus acoroides yang ditanam pada substrat pasir laut lebih tinggi dibandingkan dengan yang tumbuh pada substrat pasir kuarsa dan pecahan karang. Hal ini pula disebabkan karena tekstur sedimen pada pasir alami lebih halus. Tekstur substrat yang halus menyebabkan tumbuhan tidak memerlukan energi yang lebih besar agar akar bisa masuk kedalam substrat.
Pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides yang di lakukan oleh Badria ( 2007 ) bahwa pada substrat lumpur rata-rata daun muda 24,7 mm/ hari, daun sedang 24,0 mm/hari dan daun tua 19,5 mm/hari. Sedangkan pada substrat pasir diperoleh daun muda 14,2 mm/hari, daun sedang 11,6 mm/hari dan daun tua 9,1 mm/hari.
8 Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides pada substrat Lumpur Berpasir lebih cepat di banding dengan lamun yang tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan Pasir Berbatu ( gambar 5 ) . Rata –rata Pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides secara berurut dari minggu pertama di substrat Lumpur Berpasir ( LB ) 19,15 mm/ hari, 19,12 mm/hari, 16,48 mm/hari, dan 9,45 mm/hari . Pada substrat Pasir Berlumpur ( PB ) terhitung dari minggu pertama yaitu 16,88 mm/ hari, 16,62 mm/hari, 10,84 mm/hari dan 6,48 mm/hari. Sedangkan pada substrat Pasir Berbatu ( PBt ) terhitung dari minggu pertama yaitu 15 mm/hari, 14,80 mm/hari, 9,27 mm/hari, dan 3,96 mm/hari. Pada minggu pertama dan kedua ini merupakan pertumbuhan daun muda, minggu ke -3 merupakan pertumbuhan daun sedang, dan minggu ke-4 merupakan pertumbuhan daun tua.
Dari hasil analisis anova diperoleh laju pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides pada jenis substrat yang berbeda tampak berbeda nyata dengan tingkat kepercayaan 95 % ( α= 0.05 ) laju rata –rata pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides pada substrat Lumpur
berpasir yaitu 16,06 mm/ hari, pada substrat pasir berlumpur 12,70 mm/hari dan pada substrat Pasir Berbatu ( PBt ) 10,76 mm/hari. Hasil ini di perkuat juga oleh penelitian Azkab dan kiswara 1994 dalam Ghufran 2011 menyatakan bahwa pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides rata-rata adalah 16,9 mm/ hari untuk daun muda dan 6,5 mm/ hari untuk daun tua.
Hasil ini juga didukung oleh suhu dan salinitas yang masih dalam batas toleransi pertumbuhan untuk lamun. Menurut Asriyana dan Yuliana ( 2012 ) Kisaran suhu optimal bagi jenis lamun untuk berkembang adalah 28 – 30ºC, sedangkan Suhu di perairan Senggarang yaitu 30 ºC. Begitu pula dengan salinitas perairan bagi lamun menurut Zieman 1975 dalam ( Ghufran 2011) salinitas untuk pertumbuhan lamun adalah 25-35º/͚ . Hasil penelitian salinitas diperairan senggarang yaitu 29,3º/͚ .
Tingkat kecerahan diperairan senggarang mencapai 70 % meski kondisi cuaca cerah saat melakukan pengukuran. Adanya partikel tersuspensi mengakibatkan perairan terlihat keruh sehingga menghalangi cahaya matahari yang masuk ke perairan. Kekeruhan juga disebabkan karena pengaruh pengadukan substrat dasar perairan, akibat hilir mudik perahu dan
9 kapal ( Ghufran 2011 ). Kedalam perairan saat penelitian berkisar antara 0,2-0,9 meter saat surut terendah dan 1,5-2,0 meter saat pasang tertinggi.
Panjang pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides lebih tinggi pada substrat lumpur berpasir karena beberapa faktor, diantaranya yaitu : (1) Nutrien menjadi faktor pembatas ( penentu ) pertumbuhan lamun. Kandungan Nutrien dalam substrat lumpur berpasir sedikit lebih besar dibandingkan substrat pasir berlumpur dan Pasir Berbatu sehingga pertumbuhan daun lamun lebih optimal sebab kebutuhan akan nutrisi pada substrat terpenuhi.
Adapun kondisi perairan bukan menjadi pembatas pertumbuhan Enhalus acoroides sebab sinar matahari masih dalam keadaan cukup untuk melakukan fotosintesis dan metabolisme. (2) Enhalus acoroides yang tumbuh pada substrat Lumpur berpasir lebih cepat karena energi yang digunakan untuk menancapkan akar ke dalam substrat tidak sebesar energi yang dikeluarkan oleh lamun yang tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan pasir berbatu. ( 3 ) Daun Lamun yang tumbuh pada substrat lumpur berpasir lebih panjang di bandingkan dengan yang tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan Pasir Berbatu, Sesuai dengan pernyataan kiswara 2004 yang mengatakan
bahwa lamun yang tumbuh pada dasar perairan pasir dan puing karang dengan air jernih mempunyai ukuran daun yang lebih kecil dan rimpang tegak yang lebih pendek dari pada lamun yang tumbuh pada dasar yang berair keruh.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Jenis substrat yang ada di perairan Senggarang yaitu Lumpur Berpasir, Pasir Berlumpur dan Pasir Berbatu. Tipe Substrat bepengaruh terhadap laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides, laju pertumbuhan panjang daun lamun lebih signifikan pada substrat Lumpur Berpasir dengan tingkat kepercayaan 95% ( α = 0.05 ) dibanding pada substrat Pasir Berlumpur dan Pasir Berbatu. Rata-rata panjang daun lamun pada substrat Lumpur berpasir 16,06 mm/ hari, Pasir Berlumpur 12,70 mm/hari dan substrat Pasir Berbatu 10,76 mm/hari.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik mengenai siklus usia lamun Enhalus acoroides pada substrat yang berbeda, Mulai dari tumbuh hingga mati untuk mengetahui produksi detritus yang dilakukan oleh lamun Enhalus acoroides.
10
DAFTAR PUSTAKA
Azkab, M.H. 2000. Struktur dan Fungsi pada Komunitas Lamun. www.Oseanografi. Lipi.go.id Azkab, M.H. dan Kiswara, W. 1994.
Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun Dipantai Selatan
Lombok dan Kondisi
Lingkungannya. LIPI.Jakarta. Apramilda,R.2011. Temporal Komunitas
Lamun dan Keberhasilan Transpaltasi Lamun Pada Kawasan Rehabilitasi di Pulau Pramuka dan Harapan, KepulaunSeribu ,Provinsi DKI Jakarta. IPB. Bogor.
Asriyana. Dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Penerbit PT Bumi Aksara. Bogor.
Badria, S. 2007. Laju Pertumbuhan Daun Lamun ( Enhalus acoroides) Pada Dua Substrat yang Berbeda Diteluk Banten. IPB. Bogor.
Faiqoh, E. 2006. Laju pertumbuhan dan roduksi daun Enhalus acoroides ( L.F ) Royle dipulau Burung,Kepulauan Seribu Jakarta. IPB. Bogor.
Fachrul,M.F.2006.Metode Sampling Bioekologi.Penerbit PT. Bumi Aksara.Jakarta.
Hasanuddin,R.2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun Enhalus acoroides dengan Substrat dan Nutrient di Pulau
sarappo Lompo Kab.
Pangkeb.UNHAS.Makassar. Ira.2011. Keterkaitan Padang Lamun
Sebagai Pemerangkap dan Penghasil Bahan Organik dengan Struktur Makrozoobentos di Perairan Pulau Barang Lompo. IPB. Bogor.
Jumniaty, S. 2013. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Enhalus acoroides yang
ditranplantasikan Dengan Metode Staple Pada APO ( Alat Pemecah Ombak ) dan Tanpa APO dikabupaten Pangkeb.UNHAS. Makassar.
Kordi, K, M. Ghufran, H. 2011. Ekosistem lamun. PT. Rieneka Cipta, Jakarta. Kasim,M. 2013. Struktur Komunitas
Padang Lamun Pada Kedalam Berbeda Diperairan Desa Berakit Kabupaten Bintan.Umrah. Tanjungpinang.
Mckenzie, L.J. and Yoshida, R. L. (2013).Seagrass-Watch:
Proceedings of a workshop for monitoring seagrass habitats in cape York peninsula, Queensland, 9-10 march 2013.(Seagrass- Watch HQ, Cairns). 50 pp.
Nybakken, J. W, 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis: PT Gramedia, Jakarta.
Ohorella.et, al. 2011. Analisis Kandungan Fosfat dan Hubungannya dengan Tingkat Pertumbuhan Daun Lamun Enhalus acoroides.UNHAS.
Rifardi.2008. Tekstur Sedimen Sampling dan Analisis.Penerbit UnriPres, Pekanbaru.
Shidros, 2014. Pasang Surut Selat Kijang. TNI AL.
Steven. 2013. Pengaruh Perbedaan Substrat Terhadap Pertumbuhan Semaian dari Biji Lamun Enhalus acoroides. UNHAS. Makasar. Supriharyono, M.S. 2008. Konservasi
Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar.Semarang.