• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Peserta Didik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Peserta Didik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 7 Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teaching And Learning (CTL)

Bagi Peserta Didik

Yulistiyanto (07140035)

Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Latar belakang masalah, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah di MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal masih tergolong rendah. Hal tersebut diantaranya disebabkan model pembelajaran yang selama ini diterapkan kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran sejarah di MTs jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran lain yang efektif dan tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dicobakan melalui penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual. Pada dasarnya CTL sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugas-tugasnya. Tujuan penelitian ini, (1) Ingin mengetahui model pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. (2) Ingin mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPS Sejarah kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. (3) Ingin mengetahui hasil belajar yang diperoleh setelah menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPS kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang ditempuh dalam tiga siklus. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan dalam setiap siklus dilakukan dengan cara peneliti memberikan tugas berupa penyelesaian suatu permasalahan secara berkelompok dan individu, dimana setiap kelompok atau individu mempunyai tugas masing-masing, kemudian mereka mempresentasikan hasil karya mereka.. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal yang terdiri dari 42 siswa pada tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum tindakan sebesar 65 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 39%. Pada siklus I sebesar 66 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 40,47 %. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus II sebesar 72,2 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 65%. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus III sebesar 76,6 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. Adapun hasil aktivitas belajar siswa diperoleh ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 52,25%, siklus II sebesar 63,75% dan siklus III sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kontekstual, kemampuan siswa dalam menyampaikan materi di depan kelas dan belajar mandiri di rumah dapat ditingkatkan. Selain itu siswa menjadi lebih berani mengemukakan pendapat dan dapat menerapkan ilmu sejarah dalam kehidupan bermasyarakat. Variasi penerapan model pembelajaran ini dapat juga menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 39% menjadi 100%. Berdasarkan penelitian bahwa hasil belajar IPS Sejarah yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-ratanya meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kontekstual. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah hendaknya guru mata pelajaran IPS menerapkan model pembelajaran kontekstual, dalam pelaksanan pembelajaran menerapkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kompetensi akan disampaikan, perlu diadakan penelitian lebih lanjut

(2)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 8 untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memodifikasi desain atau rancangan penelitian (misalnya Penelitian Tindakan Kelas) sehingga diperoleh perubahan positif yang lebih signifikan.

Kata Kunci : Metode Contextual Teaching And Learning, Peserta Didik, Hasil Pembelajaran IPS

PENDAHULUAN

Otonomi daerah membawa pengaruh bagi manajemen pendidikan di Indonesia. Salah satu pengaruh tersebut adalah diberlakukannya otonomi sekolah, yang menjadikan tiap-tiap sekolah memiliki wewenang untuk mengelola dan meningkatkan mutu sekolah masing-masing berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Dalam lingkup kelas, maka guru mempunyai peran yang strategis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Guru merupakan elemen sekolah yang memiliki kewajiban mendidik sekaligus mengajar siswanya. Dengan demikian, peran dan tanggung jawab guru sesuai dengan kebijakan otonomi sekolah antara lain adalah menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran, serta mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

“Kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif dan efisien”.

Berdasarkan pengamatan, sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan, bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial . Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Sering dijumpai guru terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajarannnya dengan metode konvensional di mana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru. Proses belajar mengajar terkesan kaku, kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. “Siswa diibaratkan sebagai kertas putih bersih yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan. Pencapaian dan keberhasilan pendidikan berdasarkan hasil akhir pembelajaran tanpa memperhatikan proses kegiatan pembelajaran seluruhnya”.

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan pendidikan. “Hasil belajar yang baik tergantung pada pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar dipengaruhi oleh empat faktor. Keempat faktor itu adalah guru, siswa, kurikulum dan faktor lingkungan”.

Guru mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembelajaran, karena guru memegang peranan utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. “Dalam kurikulum

(3)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 9 KTSP, guru mempunyai tugas penting yaitu menentukan konsep pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah dan keadaan siswa. Oleh sebab itu, guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu”.

Pada kenyataannya sebagian besar sekolah masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau tradisional. Yaitu proses pembelajaran di sekolah yang berlangsung hanya berorientasi pada interaksi belajar mengajar yang berjalan secara searah. Fungsi dan peranan guru menjadi sangat dominan. Dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan guru. Ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional. Guru sangat aktif, tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. “Selama ini siswa hanya diperlakukan sebagai obyek sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya”.

Hal senada juga terjadi metode pembelajaran konvensional atau metode ceramah masih sering dipakai di MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal, namun belum optimal, karena selama ini mata pelajaran IPS hanya disampaikan dengan metode konvensional atau tradisional. Metode yang sering dipakai adalah ceramah, mencatat, pemberian pekerjaan rumah (PR) dan ulangan yang menuntut siswa untuk menghafal semua materi yang pernah diterima. Guru menyampaikan materi yang banyak dan teoritis sementara siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa adanya aplikasi dari materi yang telah diberikan ke dalam lingkungan sebenarnya.

Dalam kegiatan pengajaran, guru perlu mengupayakan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam proses KBM, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan kepekaan di lingkungan masyarakat dan mengembangkan nalar siswa. “Siswa harus dimotivasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga siswa dapat membangun pengetahuan terhadap dunia sekitar, membangun kepercayaan diri dan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah untuk memajukan masyarakat”. (Djamarah, 2002:87).

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal khususnya mata pelajaran IPS cukup baik karena sudah mencapai taraf ketuntasan belajar yaitu rata-rata mendapat nilai 60 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, namun belum optimal, karena selama ini mata pelajaran IPS hanya disampaikan dengan metode konvensional atau tradisional. Metode yang sering dipakai adalah ceramah, mencatat, pemberian pekerjaan rumah (PR) dan ulangan yang menuntut siswa untuk menghafal semua materi yang pernah diterima. Guru menyampaikan materi yang banyak dan teoritis sementara siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa adanya aplikasi dari materi yang telah diberikan ke dalam lingkungan sebenarnya.

Dalam kegiatan pengajaran, guru perlu mengupayakan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam proses KBM, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan kepekaan di lingkungan masyarakat dan mengembangkan nalar siswa. Siswa harus dimotivasi untuk berinteraksi dengan

(4)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 10 lingkungan sehingga siswa dapat membangun pengetahuan terhadap dunia sekitar, membangun kepercayaan diri dan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah untuk memajukan masyarakat.

Dari latar belakang di atas, maka diperlukan suatu inovasi strategi belajar yang diharapkan lebih efektif dan efisien sebagai alternatif yaitu antara lain menggunakan metode pembelajaran kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui metode PTK.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hasil Pembelajaran IPS

Hasil pembelajaran sering disebut juga prestasi belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1990:30). Hasil artinya sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) perolehan oleh usaha-usaha sedangkan belajar mempunyai arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1990:35).

Pembelajaran IPS adalah program pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan individu sebagai “aktor sosial” yang mampu mengambil keputusan yang bernalar sebagai “ warga negara yang cerdas, memiliki komitmen, bertanggung jawab dan partisipatif” (Udin S winataputra,dkk, 2002:148)

Oleh karena itu Hasil belajar siswa yang diharapkan adalah kemampuan lulusan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik, dan kemampuan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hierarkhis terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Krmampuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan gerak dan sering disebut dengan keterampilan dan banyak terdapat dalam pelajaran praktek. Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku social, sikap, minat, disiplin dan sejenisnya Pengertian Pembelajaran CTL

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, suasana dan keadaan (konteks)” sehingga Contextual Teaching and Learning dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secar umum contextual mengandung arti yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks yang membawa maksud, makna, dan kepentingan pendekatan contextual teaching and learning ini merupakan upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

Menurut Wiriaatmadja, (2002 : 307) pendekatan kontekstual juga merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Hal senada juga dikemukakan oleh Semiawan (1991 : 19 ) dimana pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan siswa sehari-hari

(5)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 11 dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penelitian sebenarnya.

Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks tersebut, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mancapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dalam pembelajaran kontekstual guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan apa kata guru. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan srendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi –strategi mereka sendiri untuk belajar.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber internet http:/wikipedia.org/subcrib.com dijelaskan bahwa “Contekstual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk apat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dalam kehidupan mereka.

METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terikat dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi maupun refleksi. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2004:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Istilah penelitian tindakan kelas dipakai untuk menekankan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam konteks penelitian kelas lebih ditekankan pada bagaimana keterampilan teknik yang dimiliki guru bisa menggali informasi untuk kepentingan perbaikan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahapan yang akan dilakukan di dalam proses pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. (1) Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi; (2) Pelaksanaan tindakan adalah penerapan isi rancangan, yaitu melakukan tindakan kelas; (3) Pengamatan yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dan (4) Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

(6)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 12 Waktu dan Tempat

a. Waktu Penelitian

Penelitian akan dimulai pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, yaitu bulan Juli dan berakhir sampai dengan bulan September 2011.

b. Tempat

Adapun tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung kecamatan Sukorejo kabupaten Kendal.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung kecamatan Sukorejo kabupaten Kendal yang berjumlah 42 orang siswa selama proses belajar mengajar IPS dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual

Metode Pengumpulan Data a. Jenis Data

Sejalan dengan tujuan penelitian serta pendekatan yang digunakan maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak berbentuk kata-kata, tingkah laku, keadaan dan fenomena-fenomena yang terjadi. Kata-kata, tingkah laku atau tindakan serta fenomena-fenomena yang dihimpun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru IPS Kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung.

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru IPS di MTs darul Ishlah Gentinggunung serta siswa kelas VIII dan para pelaku kegiatan sekolah yang lainnya dengan harapan dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang memadai sesuai dengan aspek kajian yang dirumuskan.

Guna melengkapi dan mendukung sumber data utama digunakan sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen serta arsip-arsip yang terdapat di sekolah seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Daftar Nilai beserta komponen lainnya untuk dijadikan bahan studi kelayakan.

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian siklus I 1) Perencanaan

Pada tahap ini disusun rencana pembelajaran siklus I yang meliputi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, sumber dan bahan belajar.

Selain menyusun lembar observasi siswa juga disusun lembar observasi aktivitas guru. Lembar tersebut disusun untuk membantu pelaksanaan pengambilan data oleh observer dalam penilaian lembar aktivitas untuk siswa dan guru pada setiap siklus

(7)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 13 2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi fisik siswa yang meliputi mengabsen siswa, menyiapkan buku pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menginformasikan proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan melakukan apersepsi

Guru membentuk dan menyiapkan kelompok belajar, dengan cara membagi siswa menjadi 7 (tujuh) kelompok dengan anggota tiap kelompok 6 siswa. Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan materi sebab-sebab kekalahan Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Kemudian guru memberikan model yang berupa gambar dan foto yang berkaitan dengan peristiwa sekitar kemerdekaan Indonesia.

Setelah itu dilanjutkan dengan pembelajaran melalui penggunaan pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini guru menyajikan lembar kerja siswa dan model yang berupa gambar dan foto yang berkaitan dengan peristiwa sekitar kemerdekaan Indonesia untuk tiap kelompok.

Guru mengorganisir siswa untuk belajar berkelompok sesuai dengan kelompok masing-masing dan meminta siswa untuk mempelajari foto atau gambar. Guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan dan menjelaskan pembagian tugas anggota kelompok dan meminta siswa menyajikan hasil diskusi didepan kelas.

Selama proses diskusi berlangsung guru membentuk siswa untuk belajar, dalam hal ini guru meminta siswa untuk memecahkan masalah dan mendorong siswa untuk berdiskusi antar teman satu kelompok dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan selama diskusi belangsung. Setelah diskusi selesai dilaksanakan dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah, yaitu dengan cara memilih secara acak kelompok yang akan ditugasi untuk mempresentasikan hasil diskusi, dimana siswa masih belum terbiasa untuk berdiskusi. Guru juga memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya, pada tahap ini siswa masih kurang aktif dalam mengemukakan gagasan.

Setelah siswa selesai menyajikan hasil diskusinya, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu dengan membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah dan memberikan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual telah selesai, kemudian guru menutup pembelajaran dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Pengamatan

Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam lembar observasi yang telah ditentukan. Pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :

a) Lembar pengamatan siswa b) Lembar Observasi Aktivitas Guru

(8)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 14 4) Hasil tes

Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 66 dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebesar 70. Dari 42 siswa sebanyak 17 siswa atau 40,47% sudah mampu mencapai nilai dengan rata-rata diatas ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 70%. Sisanya, sebanyak 25 siswa atau 59,52% masih belum memenuhi standar ketuntasan belajar dengan kata lain siswa masih memperoleh nilai dibawah ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu mendapat nilai 70. Perbandingan nilai hasil belajar siswa sebelum dan setelah siklus I dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I (Subjek PTK =42 Peserta Didik )

Kategori Frekuensi Persentase

(%)

Interpretasi Keterangan

Sangat baik /berhasil sekali

3 7,14 Peningkatan

sangat positif

Tuntas

Baik / Berhasil 14 33,33 Peningkatan

positif Tuntas Cukup Baik/ Cukupberhasil 15 35,75 Peningkatan cukup Perlu perbaikan Kurang Baik/ Kurag

Berhasil

6 14,28 Peningkatan

kurang

Belum tuntas Tidak Baik/ Tidak

berhasil 4 9,52 Tidak ada peningkatan Tidak tuntas Absen 0 0 - Nihil

Jumlah 42 100% Tindakan Belum

Tuntas

Masih perlu perbaikan Sumber : Data Hasil Evaluasi dan Pengamata Tindakn Siklus , Diolah, 2011.

Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui persentase jumlah siswa yang tuntas belajar yaitu mencapai 40,47% yang telah mencapai nilai 70 Bila digambarkan dalam bentuk histogram, hasil tes siswa dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan 40,47 % Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan 40,47 %

(9)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 15 5) Refleksi

Siklus I merupakan awal, suasana dalam proses belajar mengajar belum ada perkembangan yang cukup berarti baik dilihat dari data hasil belajar siswa, analisis pengamatan aktivitas siswa dan analisis pengamatan aktivitas guru pada siklus I. Pada proses pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pelaksanaan pada pembelajaran pada siklus I sebagai berikut : (1). Guru dapat menyampaikan materi sesuai tujuan pembelajaran dan runtut dengan menggunakan sumber belajar yang relevan; (2). Guru daapat menetapkan kelompok belajar dengan baik; (3). Guru dapat memberikan pemahaman dan umpan balik, membimbing untuk menarik kesimpulan pememcahan masalah, dan melakukan evaluasi dengan baik; (4). Antusias siswa terlihat pada saat merangkum materi diakhir pelajaran.

Selain itu terdapat beberapa kelemahan selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu: (1). Aktivitas dalam proses pembelajaran masih kurang baik; (2). Kinerja kelompok masih kurang optimal, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam mengikuti jalannya diskusi; (3). Dalam mengorientasikan tanggapan atas penjelasan dari guru masih didominasi oleh siswa yang pandai; (4). Siswa belum dapat menjalankan diskusi dengan baik; (5). Guru kurang memberi penguatan terhadap hasil penyelesaian masalah; (6). Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi timbal balik

Hasil Penelitian Siklus II 1) Perencanaan

Perencanaan pada siklus ini dibuat berdasarkan hasil refleksi peneliti terhadap aktivitas guru dan siswa pada siklus I.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3) Pengamatan

Hasil pengamatan siklus II dicatat dalam lembar observasi yang telah ditentukan. Pengamatan siklus II diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Lembar pengamatan aktivitas siswa b. Lembar observasi aktivitas guru 4) Data hasil tes

Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 72,2 dan sudah memenuhi standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebesar 70. Dari 42 siswa sebanyak 28 siswa atau 65% sudah mampu mencapai nilai dengan rata-rata diatas ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 70%. Sisanya, sebanyak 14 siswa atau 35% masih belum memenuhi standar ketuntasan belajar atau memperoleh

(10)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 16 nilai dibawah ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 70%. Perbandingan nilai hasil belajar siswa sebelum dan setelah siklus I dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 2. Hasil Evaluasi Siklus II (Subjek PTK =42 Peserta Didik )

Kategori Frekuensi Persentase

(%)

Interpretasi Keterangan

Sangat baik /berhasil sekali

8 19,04 Peningkatan

angat positif

Tuntas

Baik / Berhasil 20 47,61 Peningkatan

positif Tuntas Cukup Baik/ Cukupberhasil 10 23,80 Peningkatan cukup Perlu perbaikan Kurang Baik/ Kurag

Berhasil

3 7,14 Peningkatan

kurang

Belum tuntas Tidak Baik/ Tidak

berhasil 1 2,38 Tidak ada peningkatan Tidak tuntas Absen 0 0 - Nihil

Jumlah 42 100% Tindakan Belum

Tuntas

Masih perlu perbaikan Sumber data : Pengolahan Hasil Tes Evaluasi Siklus II

Berdasarkan data pada tabel 2 diketahui adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar secara klasikal. sebelum tindakan dan setelah siklus I maupun II. Bila digambarkan dalam bentuk histogram, hasil tes siswa dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus II

5) Refleksi

Gambaran secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat telaksana dengan baik. Namun selama proses pembelajaran dengan manerapkan pembelajaran kontekstual masih memiliki kelebihan dan kelemahan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan 65 % Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Presentase Ketuntasan 65 %

(11)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 17 Kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual pada siklus II antara lain : (a). Kreativitas dan tingkat pemahaman siswa baik; (b). Pemberian materi sesuai kompetensi dasar; (c). Proses pelaksanaan diskusi semakin membaik; (d). Guru sudah mampu menciptakan komunikasi timbal balik dengan baik..

Sedangkan kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada siklus II yaitu : (a). Siswa masih kurang aktif dalam melaksanakan diskusi; (b). Belum ada kesadaran siswa sendiri untuk tunjuk jari dalam mengajukan maupun menjawab pertanyaan. Secara keseluruhan hasil pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut (a). Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada tes evaluasi siklus II sebesar 72,2, dengan ketuntasan klasikal 66,6 %. Dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 14 siswa; (b). Dari hasil analisis pengamatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran diperoleh skor 51; (c). Dari hasil pengamatan aktivitas guru pada saat pembelajaran diperoleh skor sebesar 46 dengan kecenderungan kategori baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang pengaruh pembelajaran dengan menggunakan Model CTL dengan tanpa menggunakan Model CTL terhadap hasil pembelajaran IPS bagi peserta didik Kelas VIII MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. dapat disimpulkan sebagai berikut:

Ada pengaruh antara hasil belajar, antara pembelajaran yang menggunakan Model CTL dengan pembelajaran yang tidak menggunakan Model CTL. Implikasi dalam pendidikan yang dimaksudkan disini adalah merupakan nilai-nilai positif yang terkandung dalam masalah yang diteliti serta berhubungan dengan pendidikan. Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu “Hasil pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teaching and Learning ( CTL) Bagi Peserta Didik Kelas VIII di MTs Darul Ishlah Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012” dapatlah penulis paparkan implikasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Dapat memberikan suatu gambaran atau semacam petunjuk bagi guru menggunakan metode CTL dalam mengajar materi IPS.

2. Dapat memberikan suatu gambaran bagi para guru untuk menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan jenis materi yang disampaikan dan media yang tepat dan baik dalam usahanya membantu anak didik untuk memperdalam materi IPS.

3. Dengan diketahuinya cara belajar anak/metode belajar anak yang tepat untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep belajar IPS, maka seorang guru dalam proses belajar mengajarnya agar menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik harus memperhatikan metode yang sesuai dengan jenis materi pelajaran yang sedang diajarkan.

(12)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang | 18 DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk: Guru. Bandung:Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, syaiful Bahri.2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Grasindo

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Paris, S. G. & Winograd, P. (2005). The Role of Self-Regulated Learning in Contextual Pustaka Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Puskur Balitbang. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis kompetensi. Semarang: UNNES

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Wiraatmadja, Rochiati. 2002. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja http:abangilham.wordpress.com/2010/03/31/

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning, diterjemahkan oleh Alwasilah A. Chaedar. Cetakan ke VII. Bandung: MLC

Gambar

Tabel 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I  (Subjek PTK =42 Peserta Didik  )  Kategori  Frekuensi  Persentase
Tabel 2. Hasil Evaluasi Siklus  II (Subjek PTK =42 Peserta Didik  )  Kategori  Frekuensi  Persentase

Referensi

Dokumen terkait

Data yang tersaji dalam penelitian ini unsur yang tersirat dalam video klip “Harimau. Harimau!” oleh Grup Band Navicula yang

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Masyarakat secara umum berharap dengan adanya peresmian Geopar Ciletuh sebagai UNESCO Global Geopark Network bisa memberi dampak kemajuan bagi kehidupan masyarakat,

Penduduk usia produktif akan mendorong permintaan tenaga kerja yang produktif, peningkatan kualitas hidup, meningkatkan tabungan dan investasi yang pada akhirnya

Harga saham yang akan dibayarkan adalah sebesar harga rata dari harga saham DVLA pada penutupan perdagangan harian di Bursa Efek Indonesia selama 90 (sembilan puluh) hari terakhir