• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR

PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN

AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR,

JAWA BARAT

SKRIPSI

MUHAMAD RIDHO SYAFFENDI H34076103

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

MUHAMAD RIDHO SYAFFENDI. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Buras Pada Peternakan Ayam Buras Cv Trias Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang menyediakan zat-zat makanan bergizi tinggi dari sumber hewani. Salah satu bagian didalam sektor peternakan adalah peternakan ayam petelur bukan ras (buras), rata-rata sektor ini mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Hal tersebut, disebabkan karena perubahan gaya konsumsi masyarakat. Melihat peluang dan kesempatan yang cukup baik di dalam memproduksi telur ayam buras tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang mulai bergerak dalam bidang ini. Jenis ayam penghasil telur ayam buras yang lebih banyak digunakan oleh perusahaan adalah jenis ayam arab disebabkan karena kemampuan produksinya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras lainnya.

CV. Trias Farm merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi telur ayam buras yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini telah memproduksi telur ayam buras selama kurang lebih enam tahun sejak perusahaan ini berbentuk badan usaha. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah terjadinya penurunan produksi telur ayam buras pada tahun 2008 hingga tahun 2009 sebesar 0,3 persen. Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan suatu produksi telur ayam menjadi menurun, yakni kualitas telur itu sendiri, mutu bibit, kecukupan nutrisi, kesehatan ayam, kondisi lingkungan, dan tatalaksana pemeliharaan. Namun mengingat perusahaan ini menggunakan bibit ayam dari jenis ayam arab yang pada saat ini termasuk jenis ayam petelur unggul dengan produktivitasnya yang tinggi menyebabkan faktor kualitas dan mutu bibit bukanlah faktor yang menyebabkan penurunan produksi tersebut, dan dilihat dari segi lingkungan, lokasi CV. Trias Farm yang berada di bawah kaki gunung Salak serta lingkungan yang ditumbuhi banyak tumbuhan dan jauh dari daerah pemukiman penduduk menyebabkan lokasi ini adalah lokasi yang strategis untuk beternak ayam. Hal ini menunjukan kemungkinan permasalahan di dalam usaha peningkatan produksi telur di perusahaan CV. Trias Farm terdapat pada penggunaan faktor produksinya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap penggunaan faktor produksinya. Oleh karena itu, diduga bahwa penurunan produksi telur ayam buras disebabkan karena faktor-faktor produksi yang digunakan perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi telur dan menganalisis efisiensi produksi telur di perusahaan tersebut. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, untuk data primer digunakan sebagai untuk mengetahui gambaran dari perusahaan, mengetahui proses produksi yang dilakukan perusahaan dan untuk menentukan dugaan faktor-faktor produksi yang akan digunakan sebagai parameter pendugaan. Data sekunder digunakan untuk menganalisis faktor

(3)

produksi yang berpengaruh dan menganalisis efisiensi produksi telur di perusahaan CV.Trias Farm.

Berdasarkan dari pengamatan dilapang dan pengkajian terhadap literatur, maka diperoleh dugaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi telur ayam buras (Y), ayam petelur (X3), pakan layer (X6), tenaga kerja (X7) dan vaksinasi (X8) Faktor-faktor produksi tersebut dianalisis dengan menggunakan model fungsi Linear Berganda untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam produksi telur. Setelah itu faktor-faktor produksi tersebut dianalisis efisiensi ekonominya dengan menggunakan rasio perbandingan dari nilai NPM dan BKM. Pengolahan data menggunakan software Minitab 4.0, dan Micorosoft Excel 2007.

Hasil analisis fungsi produksi Linear Berganda menunjukan faktor-faktor produksi yang berpengaruh adalah faktor produksi ayam petelur, jumlah pakan layer yang diberikan perusahaan serta tenaga kerja yang digunakan, sedangkan faktor produksi vaksinasi tidak berpengaruh nyata. Skala usaha dari produksi telur ayam buras ini berada pada masa decreasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut belum efisien, hal ini dibuktikan dengan nilai NPM dan BKM yang tidak sama dengan satu. Di dalam meramalkan kondisi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan perusahaan CV.Trias Farm, tidak semua faktor produksi dapat diketahui disebabkan elastisitas produksi dari faktor produksi tersebut ada yang bernilai negatif dan untuk keuntungan usahatani yang mungkin diperoleh secara keseluruhan pada kondisi optimal juga tidak dapat diketahui.

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan, maka disarankan dalam penggunaan pakan hendaknya perusahaan lebih memperhatikan jumlah kebutuhan pakan sesuai dengan jumlah ayam yang dipelihara, sehingga ayam akan dapat berproduksi dengan optimal. Pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada proses budidaya harus direncanakan dengan baik oleh pengambil keputusan, disebabkan penggunaan kombinasi yang baik akan lebih meningkatkan penerimaan perusahaan. Pemberian vaksinasi pada ternak ayam hendaklah lebih memperhatikan dosis yang sesuai dengan banyaknya jumlah populasi ayam. Tenaga kerja yang digunakan perusahaan harus mempunyai keterampilan dan pengalaman yang cukup baik didalam membudidayakan ayam buras, oleh karena itu perlu adanya pelatihan kepada karyawan perusahaan di dalam beternak ayam petelur, karena penggunaan tenaga kerja yang tidak berpengalaman dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan.

.

(4)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR

PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN

AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR

JAWA BARAT

MUHAMAD RIDHO SYAFFENDI H34076103

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Buras Pada Peternakan Ayam Buras CV. Trias Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Muhamad Ridho Syaffendi NIM : H34076103

Disetujui Pembimbing

Dr.Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP 19600611 198403 1002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Buras Pada Peternakan Ayam Buras CV. Trias Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini

Bogor, April 2010

Muhamad Ridho Syaffendi

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak dari pasangan H Legimin Syaffendi dan Hj Damrawaty Batubara. Dilahirkan pada tanggal 03 September 1986 di kota Rantau Prapat, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak

terakhir dari lima bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TKK) di Labuhan Batu Kecamatan Janji pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 067099 Medan pada tahun 1992 dan meluluskannya pada tahun 1998, dari Sekolah Dasar penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 19 Medan pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001, selanjutnya penulis melanjutkan ke SLTA Swasta Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi pendidikannya ke Perguruan Tinggi Negeri Program Diploma III Program Studi Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah lulus dari Program Diploma III Program Studi

Pengelola Perkebunan penulis melanjutkan pendidikanya hingga ke Strata Satu (S1) di Institut Pertanian Bogor dengan memasuki Program Studi Ekstensi

(8)

KATA PENGANTAR

Allhamdullilah puja dan puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi akhir yang berjudulkan “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Buras Pada Peternakan Ayam Buras CV. Trias Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” ini tepat pada waktunya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat keefisienan perusahaan CV. Trias Farm dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang digunakannya

dalam menghasilkan produk akhir yakni berupa telur ayam buras. Laporan penelitian in merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2010

Muhamad Ridho Syaffendi

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Di dalam proses pembuatannya penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak yang mendukung. Sebagai bentuk tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing, atas segala saran, kritik dan arahan serta bimbingan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ibu Ir. Harmini, MS sebagai dosen penguji utama dan Ibu Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen komisi pendidikan, atas bimbingan dan saran yang diberikan.

3. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator atas bimbingan dan saran yang diberikan.

4. Bapak Ir Budi Miharso selaku kordinator penanggung jawab perusahaan CV. Trias Farm atas ijin dan kesempatannya untuk mempelajari proses budidaya ayam petelur Arab selama penelitian berlangsung

5. Bapak Ir. Agustinus Widianto selaku kordinator produksi peternakan ayam Arab atas bimbingan, informasi dan saran-saran membangun yang diberikan selama proses penelitian berlangsung

6. Staf administrasi CV. Trias Farm atas kerjasamanya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan

7. Ayahanda H Legimin Syaffendi, Ibunda tercinta Hj Dhamrawaty Batubara, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil yang sangat dibutuhkan oleh penulis selama penulis mengikuti pendidikan hingga akhir.

8. Teman-teman sehati dan sejalan di Corps Planter, Bakhtiar Afandi Tanshara, Zaggarudin Sagala, Roy Abhe, Iman Prio Utomo, Yogi Pura Detriyanto, Nope Gromikora, Hendra Kurniawan, Jhon Modesta

(10)

Sembiring, Deni Zaini Hakim dan Muhammad Firmansyah atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan yang tidak pernah akan terlupakan sampai kapanpun.

9. Erita Puspita yang telah memberikan semangat dan dukungannya serta meluangkan waktunya dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

10. Teman- teman sebimbingan Roy Abhe dan Lustri Sembiring atas dorongannya dan dukungannya.

11. Teman-teman angkatan tiga program studi agribisnis terima kasih atas persahabatannya.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dengan ikhlas dan sukarela yang tidak dapat dicantumkan semuanya. Terima kasih banyak.

(11)

iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Agribisnis Peternakan Ayam buras ... 7

2.2 Usahatani Ayam Buras ... 7

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Peternakan Ayam Buras ... 9

2.4 Siklus Bertelur pada Ayam Petelur ... 10

2.4.1 Tanda-Tanda Ayam Akan Bertelur ... 10

2.4.2 Tanda-Tanda Ayam pada Fase Moulting ... 11

2.4.3 Pengambilan Telur ... 11

2.5 Ayam Arab ... 11

2.5.1 Karakteristik Ayam Arab ... 11

2.5.2 Keunggulan Ayam Arab ... 12

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Teori Produksi ... 16

3.1.2 Konsep Efisiensi ... 20

3.1.3 Konsep Efisiensi Faktor Produksi ... 21

3.1.4 Konsep Skala Usaha (Return to Scale) ... 23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Metode Pengolahan Data ... 26

4.3.1 Analisis Model Fungsi Produksi Linier Berganda ... 26

(12)

v

4.4 Definisi dan Batasan Operasional ... 32

4.5 Hipotesis Penelitian ... 33

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 35

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35

5.2 Lokasi Perusahaan ... 35

5.3 Struktur Organisasi ... 37

5.4 Visi, Misi dan Tujuan ... 38

5.5 Ketenagakerjaan ... 39

5.6 Kegiatan Usahatani Ayam Buras ... 40

5.7 Pemasaran ... VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1 Analisis Pemilihan Faktor Produksi ... 44

6.2 Analisis Faktor-Faktor Produksi ... 47

6.3 Analisis Skala Usaha ... 50

6.4 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Telur Ayam Arab ... 50

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

8.1 Kesimpulan ... 55

8.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Produksi Telur Berdasarkan Jenis di Indonesia

Tahun 2004-2008 ... 1 2. Kandungan Zat Per 100 g Bahan yang Dapat dimakan ... 2 3. Produktivitas dari Berbagai Jenis Ayam Buras ... 3 4. Nilai VIF dan Durbin-Watson Model Linear Berganda

dalam Produksi Telur ... 45 5. Hasil Analisis Regresi Model Linear Berganda

Produksi Telur Ayam Arab ... 46 6. Rasio NPM dan BKM Produksi Telur Ayam Buras

di CV.Trias Farm ... 51 7. Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi ... 54

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva produksi ... 18

2. Kerangka Operasional Penelitian ... 24

3. Bentuk Kandang Ayam Petelur ... 36

4. Struktur Organisasi Perusahaan CV. Trias Farm ... 38

5. Budidaya Ayam Umur Sehari ... 41

6. Budidaya Ayam Umur 2 Bulan ... 42

(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Hasil Analisa Regresi Model Linear Berganda

Untuk Produksi Telur Ayam Buras ... 60 2. Hasil Analisa Regresi Model Cobb-Douglas

Untuk Produksi Telur Ayam Buras ... 61 3. Daftar produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Telur Ayam Buras ... 62 4. Gambar-Gambar Peternakan Ayam Arab Petelur

di Perusahaan CV.Trias Farm 1 ... 63 5. Gambar-Gambar Peternakan Ayam Arab Petelur

di Perusahaan CV.Trias Farm 2 ... 64

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor peternakan ayam merupakan salah satu sektor di dalam sektor peternakan yang menyediakan zat-zat makanan bergizi tinggi dari sumber hewani. Di Indonesia sentra peternakan ayam khususnya untuk ayam petelur dapat dijumpai di seluruh pelosok, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera1. Ayam petelur dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni ayam petelur ras yang berasal dari ayam luar negeri dan ayam bukan ras (buras) yang berasal dari ayam lokal (negeri).

Produksi telur ayam buras di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 8,78 persen. Posisi peningkatan ini menunjukan jumlah produksi telur ayam buras terletak pada urutan pertama, apabila dibandingkan dengan peningkatan konsumsi telur yang juga mengalami peningkatan sebesar 4,68 persen menunjukan bahwa produksi telur ayam buras masih dapat lebih ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan dan peluang pasar yang masih luas. Berikut ini merupakan data produksi telur dan konsumsi telur unggas di Indonesia berdasarkan jenisnya, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Telur Berdasarkan Jenis di Indonesia Tahun 2004 – 2008.

Tahun Produksi (000) Konsumsi Telur Buras Pening katan Ras Pening katan Jumlah konsumsi peningkat an 2004 172.147 - 762.042 - 1.107.407 - 2005 175.428 1,90 681.147 -10,62 1.051.528 -5,0 2006 193.953 10,56 816.834 19,92 1.204.413 14,5 2007 230.472 18,83 944.133 15,58 1.382.132 14,8 2008 239.314 3,84 1.027.586 8,84 1.305.724 -5,5 Rata-rata 202.263 8,78 846.348,4 8,43 1.210.241 4,68

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009

Dari Tabel 1 dapat dilihat rata-rata jumlah konsumsi telur meningkat, walaupun terjadi penurunan konsumsi telur tahun 2005 dan 2008 sebesar lima persen. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan konsumsi antara lain meningkatnya kesadaran akan pentingnya protein hewani dan perubahan gaya

1

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Produksi Hasil Ternak. Diambil dari http://www.ditjennak.go.id/ 02/12/2009

(17)

2

hidup masyarakat Indonesia yang mulai menyukai mengkonsumsi makanan alami. Peningkatan konsumsi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Sujionohadi dan Ade (1993) peningkatan kesadaran konsumsi gizi, peningkatan pendapatan, tingkat pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk.

Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Telur sebagai sumber protein hewani mempunyai banyak keunggulan yaitu kandungan asam amino yang lengkap dan gizi yang baik untuk tubuh manusia. Telur mempunyai cita rasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan.

Dari beberapa jenis telur, seperti telur ayam buras, dan telur ayam ras. Kandungan gizi ayam kampung (buras) lebih baik dari ayam ras. Informasi akan kandungan nilai gizi dalam setiap 100 g bahan makanan telur ayam buras dan ayam ras yang akan dimakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Zat Per 100 g Bahan Telur yang Dapat dimakan

Kandungan Ayam Buras Ayam Ras Bahan yang dapat dimakan 90,00 90,00

Energi (kal) 15,08 15,08 Energi (KJ) 667,00 667,00 Air (g) 70,72 74,00 Protein (g) 20,05 12,80 Lemak (g) 7,81 11,50 Karbohidrat (g) 2,33 0,70 Mineral(g) 1,00 1,00 Kalsium(mg) 54,0 54,00 Fosfor (mg) 180,00 180,00 Besi (mg) 2,70 2,70 Vitamin A (retinol) (mcg) 270,00 270,00 Vitamin B(tiamin) (mg) 0,10 1,10 Vitamin C (asam askorbat) (mg) 0,00 2,70

Sumber : Oey Kam Nio, 1992

Dilihat pada Tabel 2 telur ayam buras mempunyai keunggulan dari segi karbohidrat sebesar 2,33 gram dan protein sebesar 20,05 gram, sedangkan ayam

(18)

3

ras memiliki kandungan karbohidrat sebesar 12,80 gram dan protein sebesar 0,70 gram. Telur ayam buras mengandung gizi yang lebih baik, karena

ayam buras pada umumnya mempunyai ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras, sehingga penggunaan obat-obatan kimia untuk ayam buras relatif lebih sedikit, sehingga meyakinkan banyak orang bahwa telur ayam buras jauh lebih alami dibandingkan dengan telur ayam ras.

Jenis-jenis ayam bukan ras (buras) yang dapat menghasilkan telur meliputi ayam arab, ayam kampung, ayam cemani, ayam berkisar, ayam hutan dan ayam pelung, Diantara berbagai jenis ayam di atas, untuk budidaya ayam buras petelur, pengusaha lebih menyukai dari jenis ayam arab yang disebabkan karena pemeliharaan ayam arab sangat praktis dan banyak manfaatnya, selain itu produktivitas ayam arab yang lebih tinggi dibandingkan jenis ayam lain. Produk afkir dari ayam petelur arab tersebut berupa daging masih dapat dijual, walaupun harga ayam afkir untuk per ekornya dihargai lebih murah dibandingkan dengan harga ayam yang dijual khusus untuk pedaging. Produktivitas dari berbagai jenis ayam buras dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produktivitas dari Berbagai Jenis Ayam Buras di Indonesia

Jenis Ayam Produksi

(butir/tahun)

Ayam Arab 230 – 250

Ayam Kampung 140 – 150

Ayam Kedu hitam 215

Ayam Merawang 164

Ayam Wereng 150

Ayam Nunukan 140

Sumber : Darmawan dan Sitanggang (2003)

Melihat peluang dan kesempatan yang cukup baik di dalam memproduksi telur ayam buras tersebutlah menyebabkan munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam buras petelur ini, mulai dari menyediakan telur produksi, indukan dan anak ayam. Salah satu perusahaan yang bergerak disektor industri ini adalah CV Trias Farm. Perusahaan ini merupakan

(19)

4

perusahaan yang bergerak dalam peternakan ayam buras petelur yang telah berdiri selama kurang lebih enam tahun.

1.2 Perumusan Masalah

CV Trias Farm merupakan salah satu jenis perusahaan peternakan ayam buras di Jawa Barat yang sudah berdiri sejak tahun 2004 hingga kini, perusahaan ini mengkhususkan bidangnya pada peternakan ayam buras dari jenis ayam arab. Produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah telur ayam, anak ayam dan

daging ayam. Perusahaan CV Trias Farm dapat memproduksi rata-rata 214.576 butir telur per bulan dengan rata-rata jumlah populasi ayam petelur

sebanyak 23.518 ekor per bulan. Hasil produksi telur perhari dapat langsung disalurkan kepada konsumen ditingkat pedagang pengumpul produksi.

Naiknya harga berbagai faktor produksi ayam petelur seperti pakan, bibit DOC, listrik dan transportasi telah mendorong usaha peternakan untuk berproduksi lebih efisien guna mendapatkan hasil yang optimal. Dalam usaha untuk mencegah kerugian dan mengoptimalkan biaya produksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas ternak atau menjaga produksi yang dihasilkan tidak mengalami penurunan produksi atau tetap. Menurut data penjualan yang diperoleh dari perusahaan Trias Farm, produksi telur perusahaan

ini mengalami penurunan, pada tahun 2009 produksi telur ayam buras perusahaan CV. Trias Farm sebesar 2.571.488 butir sedangkan pada tahun 2008 produksi telur

sebesar 2.578.334 butir, hal ini menunjukan perusahaan mengalami penurunan produksi sebesar 6.846 butir telur atau 0,3 persen. Penurunan ini tidak sesuai dengan jumlah pertumbuhan populasi ayam petelur yang diusahakan oleh perusahaan CV. Trias Farm yang mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009, dimana pada tahun 2008 populasi ayam petelur sebesar 276.167 ekor dan tahun 2009 sebesar 288.269 ekor atau meningkat sebesar 4,38 persen.

Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan suatu produksi telur ayam menjadi menurun, yakni kualitas telur itu sendiri, mutu bibit, kecukupan nutrisi, kesehatan ayam, kondisi lingkungan, dan tatalaksana pemeliharaan. Namun mengingat perusahaan ini menggunakan bibit ayam dari jenis ayam arab yang pada saat ini termasuk jenis ayam petelur unggul dengan

(20)

5

produktivitasnya yang tinggi menyebabkan faktor kualitas dan mutu bibit bukanlah faktor yang menyebabkan penurunan produksi tersebut, dan dilihat dari segi lingkungan, lokasi CV. Trias Farm yang berada di bawah kaki gunung Salak serta lingkungan yang ditumbuhi banyak tumbuhan dan jauh dari daerah pemukiman penduduk menyebabkan lokasi ini adalah lokasi yang strategis untuk beternak ayam. Hal ini menunjukan kemungkinan permasalahan di dalam usaha peningkatan produksi telur di perusahaan CV. Trias Farm terdapat pada penggunaan faktor produksinya.

Permasalahan lain yang dihadapi perusahaan ini adalah persaingan dengan perusahaan sejenis. Perusahaan sejenis tersebut antara lain adalah Andika Agro Farm, Alam Lestari, Sayap Klurik dan Budis Farm. Perusahaan-perusahaan ini

merupakan perusahaan yang mempunyai hasil produk yang sama dengan CV Trias Farm. Persaingan dengan perusahaan sejenis ini menyebabkan

perusahaan CV Trias Farm harus mempunyai kemampuan untuk bersaing di pasar dengan cara dapat berproduksi baik dengan biaya yang lebih murah. Perusahaan CV. Trias Farm harus mengetahui tingkat efisiensi produksi dalam proses budidayanya untuk membantu pengambil keputusan di dalam menentukan kebijakan perusahaannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor produksi apakah yang berpengaruh terhadap produksi telur di perusahaan peternakan CV Trias Farm?

2. Apakah tingkat produksi telur yang dilakukan di Perusahaan Trias Farm sudah efisien?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi telur di perusahaan peternakan CV. Trias Farm.

2. Menganalisis tingkat efisiensi produksi telur di perusahaan CV.Trias Farm.

(21)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan seperti di bawah ini :

a. Bagi Perusahaan

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan untuk menilai kegiatan produksi yang dilaksanakan telah efisien. Hal ini penting dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan daya saingnya.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan peternakan untuk menentukan strategi yang nantinya akan mendukung keberhasilan organisasi dalam menghemat biaya dan meningkatkan produksi.

3. Lebih meyakinkan para pengambil keputusan dalam mempertimbangkan maupun mengambil keputusan dengan memiliki informasi yang memadai.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

1. Memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperkuat teori-teori tentang telaah efisiensi produksi terhadap suatu kegiatan usaha yang berhubungan dengan pertanian. 2. Menambah referensi dan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya,

baik secara teoritis maupun empiris sesuai dengan variabel-variabel yang diamati.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat ruang lingkup dari penelitian ini yang begitu luas maka peneliti hanya memfokuskan permasalahan kepada dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam kegiatan proses produksi yang dilakukan pada lingkungan perusahaan CV. Trias Farm dalam memproduksi telur ayam buras. Penelitian ini hanya menganalisis efisiensi dari produksi telur dengan menggunakan alat analisis Cobb-Douglas dan menghitung efisiensi alokatif dengan rasio Nilai Marginal Produk (NPM) dan Biaya Korbanan Marginal (BKM).

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras

Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti bisnis berbasis sumber daya alam2

.

Salah satu kegiatan agribisnis yang sedang dikembangkan pemerintah adalah agribisnis peternakan unggas. Peternakan unggas merupakan kegiatan yang memanfaatkan komoditi unggas sebagai kegiatan produksinya untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006), tujuan pengembangan agribisnis komoditas unggas yaitu :

a. Membangun kecerdasan dan menciptakan kesehatan masyarakat seiring dengan bergesernya permintaan terhadap produk yang aman dan berkualitas,

b. Meningkatkan pendapatan peternak melalui peningkatan skala usaha yang optimal berdasarkan sumberdaya yang ada,

c. Menciptakan lapangan kerja yang potensial dan tersebar hampir di seluruh wilayah, dan

d. Meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara.

Salah satu sektor agribisnis dengan komoditi unggas adalah peternakan ayam buras. Menurut Suharno (1996) ayam buras merupakan semua ayam yang berada di luar katagori ayam ras, misalnya ayam kampung, ayam hutan, ayam hias, ayam kedu, ayam pelung dan saat ini ayam arab termasuk ke dalam katagori sebagai ayam buras.

2.2 Usahatani Ayam Buras

Usahatani ayam buras dapat dijabarkan sebagai suatu kegiatan memelihara ayam itu agar tetap hidup dan memberikan manfaat bagi petani pemelihara. Tujuan memelihara dan beternak ayam buras adalah untuk memproduksi ayam

2

(23)

8

potong atau ayam pedaging, memproduksi ayam petelur, dan memproduksi bibit ayam.

Beternak ayam buras merupakan kegiatan yang menggabungkan tindakan-tindakan pemeliharaan berupa penyediaan kandang, pemberian pakan, perawatan kesehatan, dan pengelolaan usaha yang berorientasi terhadap pasar dan keuntungan. Menurut Suharno (1996) materi yang baik adalah syarat pertama di dalam budidaya ayam buras, materi yang dimaksud dalam peternakan adalah kandang yang baik, lokasi yang tepat, bibit yang berkualitas, pakan yang cukup, obat-obatan, air, alat-alat dan keadaan lingkungan yang baik.

Menurut Rasyaf (1986) kegiatan usahatani ayam buras terdapat tiga sistem pemeliharaan yang sudah dikenal yaitu :

1. Pemeliharaan secara ekstensif

Pada cara ini tidak terdapat perlakuan khusus dari peternak sebagai pemiliknya. Ternak ini dibiarkan lepas dan akan datang dengan sendirinya pada malam hari. Pemilik tidak memberikan pakan secara teratur dan mengambil ternaknya ketika pemilik membutuhkan uang.

2. Pemeliharaaan semi intensif

Pemeliharaan semi intensif adalah suatu metode pemeliharaan dengan menyediakan kandang dengan memiliki pagar disekeliling kandang, tujuan dari pemagaran tersebut adalah memberikan kesempatan untuk ayam tetap bebas tetapi dalam lingkup yang dibatasi. Pada pemeliharaan ini peternak sudah mulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak yang dipelihara. Peternak sudah mulai memberikan pakan tambahan pada anak ayam.

3. Pemeliharaan secara intensif

Pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan memasukan ternak ayam di dalam kandang selama hidupnya. Pemberian pakan, minum dan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh peternak. Kekurangan dan kelebihan makanan dan minuman berakibat langsung terhadap produksi ayam yang dipelihara. Pada sistem peternakan ini, manusia sepenuhnya sangat berperan dalam kehidupan ternak. Mulai dari kecil hingga afkir, mulai dari

(24)

9

kebutuhan yang kecil hingga besar semuanya menyertakan campur tangan manusia.

2.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Peternakan Ayam buras

Di dalam kegiatan usahataninya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi di dalam kegiatan produksi pada ternak ayam, faktor-faktor tersebut menurut Suharno (1996) yakni :

a) Bibit

Bibit yang baik berasal dari induk yang produktif, untuk memperolehnya dapat melalui pengalaman atau menanyakan kepada orang lain yang berpengalaman.

b) Pakan

Pakan yang baik tentu yang memenuhi kebutuhan gizi dari ayam tersebut. Pakan tersebut dapat diperoleh dari pabrik atau hasil membuat sendiri. Dalam menentukan suatu pakan yang baik harus diketahui dulu kebutuhan gizi ayam. Bahan-bahan tadi terdiri dari sumber protein, lemak karbohidrat, vitamin, dan mineral. Dari bahan-bahan tersebut kemudian di susun formulasi bahan pakan agar sesuai dengan gizi ayam.

c) Obatan-obatan dan vaksin

Seperti halnya pakan dan bibit, vaksin harus tersedia dalam keadaan yang baik. Dibandingkan pakan, syarat penyimpanan obat-obatan dan vaksin umumnya lebih berat, vaksin harus di simpan dalam kondisi dingin.

d) Air minum

Tubuh ayam mengandung air kira-kira sebanyak 70 persen, air merupakan unsur yang amat penting bagi jaringan tubuh karena berperan dalam metabolisme tubuh dan pengaturan suhu tubuh.

e) Kandang

Kandang yang baik bagi ternak sama hakekatnya dengan rumah yang nyaman bagi manusia. Bagaimanapun bentuk kandang yang digunakan harus merupakan tempat yang nyaman untuk hidup. Udara yang segar dan

(25)

10

tidak kekurangan sinar matahari, serta terdapat ruang gerak yang leluasa merupakan kriteria kandang yang baik.

2.4 Siklus Bertelur Pada Ayam Petelur

Ayam buras betina siap bertelur pada usia 4-5 bulan. Periode bertelur ayam buras sama dengan ayam ras, yakni tiga kali periode produksi selama 30 bulan. Setelah periode bertelur, apabila ayam telah berumur 14-16 bulan, ayam buras akan mengalami fase moulting yang pertama dan berjalan selama 60-75 hari. Siklus ini akan terus berulang, selama hidupnya ayam buras mengalami fase

moulting sebanyak tiga kali. Yakni, moulting pertama umur 14 atau 16 bulan,

kedua umur 24 bulan, dan ketiga umur 30 bulan atau 32 bulan. Selama fase

moulting tersebut ayam buras akan berhenti bertelur selama 80 hari untuk bertelur

kembali. Biasanya, setelah moulting kedua ayam buras langsung dijual karena produktivitas telurnya sudah menurun.

Pada saat bertelur pertama kali, umumnya telur masih relatif kecil, dan

mulai pada periode bertelur kedua berat telur mulai normal yakni seberat 35-45 gram/butir. Telur yang baik dapat disimpan selama kurang lebih dua

minggu, apabila lewat dari waktu tersebut maka telur akan mengalami kerusakan.

2.4.1 Tanda-Tanda Ayam Akan Bertelur.

Ayan betina dewasa yang sudah kawin dan siap bertelur, penampilannya sangat periang. Sepanjang hari kelihatan sibuk mencari sarang untuk bertelur dan rajin mencari makan di sekitar kandang. Ciri-ciri fisik yang dapat dilihat antara lain bulu badannya rapat satu sama lainnya, terlihat rapi dan mengkilat. Temboloknya penuh berisi makanan, tetapi tidak keras kalau dirasakan, jengkernya membesar kaku, tebal, berdiri tegak atau miring ke samping, warnanya merah menyala, kalau dirasakan terasa hangat. Badan bagian belakang membesar dan menonjol ke bawah sehingga seolah-olah berbentuk pundi. Dinding paruhnya agak tipis karena lapisan lemaknya berkurang. Telur yang masih berada dalam tubuh terasa menonjol, apabila dirasaka dari luar duburnya terasa basah dan berbentuk bulat panjang agak membusung.

(26)

11

2.4.2 Tanda-Tanda Ayam pada Fase Moulting.

Biasanya setelah bertelur 15-20 butir ayam buras menunjukan tanda-tanda akan mengeram sepanjang siang dan malam duduk dalam sarangnya. Bulu dadanya rontok sehingga menjadi botak kulitnya, serta sering bersuara khas “kok…kok…kok”, jengger tampak kusut dan berwarna pucat. Berat badannya menyusut, kotorannya menjadi encer, bulu leher menjadi tegak seolah marah kalau didekati orang.

2.4.3 Pengambilan Telur.

Hasil utama dari usaha budidaya ayam petelur bagi perusahaan adalah berupa telur yang dihasilkan oleh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur yang disebabkan oleh virus dapat

terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00, pengambilan kedua pukul 13.00-14.00, pengambilan ketiga

sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.

2.5 Ayam Arab

2.5.1 Karakteristik Ayam Arab

Menurut Darmawan dan Sitanggang (2003) ayam arab merupakan ayam pendatang. Ayam ini merupakan keturunan dari ayam jenis silver braekels. Pemberian nama ayam arab karena dua hal, yakni pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia melalui telur yang dibawa oleh seorang jemaah haji yang menunaikan ibadah haji dari Mekah.

Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging. Ciri - ciri ayam arab adalah pada sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning, pejantannya pada umur seminggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram, tinggi ayam arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg dan kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam arab betina dewasa

(27)

12

tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif antara 5 bulan hingga 2 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur.

Secara genetis ayam arab tergolong galur ayam buras disebabkan karena bentuk telur yang kecil seperti ayam kampung, ayam ini termasuk ke dalam jenis ayam petelur unggul karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi, hampir menyerupai produksi ayam ras. Bentuk dan warna telurnya sama dengan ayam lokal. Hal ini merupakan daya tarik yang menyebabkan banyak peternak mulai membudidayakan ayam ini secara serius (Hesty et al. 2004).

2.5.2 Keunggulan Ayam Arab

Ayam arab ini mempunyai beberapa keunggulan di dalam usaha pembudidayaannya. Keunggulan ayam arab yaitu ayam arab memiliki produksi telur tinggi, mencapai 230-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2 persen dari total berat telur. Bentuk ayam kecil sehingga konsumsi pakan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien, libido seksualitas jantan lebih tinggi, mudah dikawinkan dengan ayam jenis lain, dalam 15 menit bisa tiga kali kawin, dapat untuk perbaikan genetik ayam buras, harga day old chicken (DOC) yang berfluktuasi, kadang lebih tinggi

atau rendah, harga induk tergolong tinggi (pullet mencapai harga Rp 40.000 per ekor), konsumsi pakan relatif kecil karena termasuk tipe kecil dan

ayam betina tidak mempunyai sifat mengeram sehingga masa bertelurnya panjang.

2.6 Hasil Penelitian terdahulu

Penelitian Sitorus (1994) menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi usahaternak ayam buras petelur pada kelompok tani peserta program INTAB. Penelitian ini menggunakan alat analisis Cobb-Douglas. Di dalam penelitiannya faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi telur adalah ayam dara, ayam petelur, pakan dedak, pakan grower, pakan layer, tenaga kerja, vaksin dan pendidikan non formal petani, hasil penelitian menunjukan bahwa

(28)

13

pengaruh ayam dara dan pakan grower terhadap produksi telur lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh faktor lainnya. Pada usaha ternak ayam buras yang proses produksinya berada pada tahap decreasing return to scale, faktor produksi yang penggunaannya sudah tidak efisien secara teknis adalah pakan dedak, pakan grower dan vaksin. Namun dilihat dari segi efisiensi ekonomisnya, faktor produksi yang masih dapat ditingkatkan adalah ayam dara, ayam petelur, pakan layer dan tenaga kerja.

Penelitian Pratomo (2007) menganalisis efisiensi produksi usaha ternak ayam buras ramah lingkungan yang dilakukan di peternakan P4S Eka Jaya Jakarta Selatan mengemukakan produksi ayam buras ramah lingkungan di peternakan P4S Eka Jaya ditinjau dari konsumsi faktor dengan bobot badan yang dihasilkan secara menyeluruh, telah efisien secara teknis dalam penggunaan input yang ditunjukan dari nilai elastisitas produksi selama periode yaitu sebesar 0,967; tetapi belum efisien secara ekonomis karena nilai rasio NPM dan BKM secara keseluruhan pada masa finisher tidak sama dengan satu. Peternakan P4S Eka Jaya

memperoleh keuntungan paling besar apabila ayam dipanen pada umur 12 minggu, karena nilai rasio penerimaannya dengan biaya pakan dan bibit

menunjukan nilai terbesar yaitu 2,21 dengan nilai sebesar Rp 10.703,67/ekor.

Penelitian Kusuma (2005) menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternak ayam probiotik dan non-probiotik pada usaha ternak ayam ras pedaging pada perusahaan Sunan Kudus Farm. Model yang digunakan adalah model Cobb-Douglas, dengan faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain bibit, pakan, pemanas, tenaga kerja dan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa bibit, pakan dan pemanas lebih menunjukan responsif di dalam meningkatkan produksi telur pada peternak yang menggunakan probiotik, sedangkan tenaga kerja dan obat-obatan lebih responsif terhadap peningkatan produksi telur pada peternakan yang non-probiotik. Penelitian ini juga menunjukan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada peternakan Sunan Kudus Farm belum efisien, hal tersebut ditunjukan dengan tidak adanya rasio perbandingan antara NPM dengan BKM yang bernilai sama dengan satu.

(29)

14

Penelitian Pakarti (2000) menganalisis pendapatan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan peternak ayam broiler dengan mengambil studi kasus pada pada peternakan inti-plasma Poultry Shop Jaya broiler, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berhasil menyimpulkan bahwa keragaan teknis menunjukan tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada peternakan skala usaha 1001-2000 dan 2001-3000, hal ini kemungkinan besar karena disebabkan oleh terjadinya serangan penyakit dan manajemen pemeliharaan yang kurang baik.

Faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai penduga dalam analisis adalah hasil produksi (Y), pakan stater (X1), pakan finisher (X2), tenaga kerja (X3) dan mortalitas sebagai faktor dummy (D). Hasil penganalisisan dengan taraf kepercayaan sebesar satu persen menunjukan faktor produksi pakan stater dan pakan finisher mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan lima persen. Pada saat penelitian kombinasi optimal faktor-faktor produksi pakan stater, pakan finisher dan tenaga kerja belum mencapai efisiensi karena rasio perbandingan antara NPM dan BKM tidak ada yang sama dengan satu. Kombinasi opimal penggunaan faktor produksi pakan stater dan pakan finisher dicapai dengan meningkatkan pemberian pakan stater dan mengurangi pemberian pakan finisher.

Penelitian Nur (2004) menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usaha ternak ayam broiler, studi kasus pada Hajral Harahap Farm, mempunyai tujuan untuk mendiskripsikan bagaimana usaha peternakan tersebut dalam memanfaatkan faktor produksi yang dimilikinya untuk mencapai hasil produksi yang diharapkan, menduga model produksi yang sesuai dengan usaha kemudian menganalisis faktor-faktor produksi yang diharapkan, menganalisis efisiensi teknis maupun ekonomi.

Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah DOC (X1), jumlah pakan (X2), Tenaga Kerja (X3), umur panen (X4), mortalitas (X5), rasio konfersi pakan (X6), obat, vaksin dan disenfektan (X7), bahan penolong produksi (X8), berat rataan panen (X9), dummy penggunaan strain ayam (Ds), dan dummy penggunaan jenis pakan (Dj). dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang memiliki pengaruh nyata dengan taraf kepercayaan 95 persen

(30)

15

adalah X1,X5,X6,X7 dan X9. Sedangkan X8 berpengaruh pada taraf kepercayaan 90 persen, X2 berpengaruh pada taraf kepercayaan 80 persen, X3 dan X4 tidak berpengaruh nyata.

Efisiensi dari penggunaan faktor produksi diketahui belum efisien disebabkan karena perbandingan antara rasio NPM/BKM tidak sama dengan satu. Skala usaha dalam tahap increasing return to scale. Untuk kombinasi optimal tidak dapat diramalkans secara tepat disebabkan karena terdapat nilai rasio yang benilai negatif.

2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jika dilihat dari komoditas yang dijadikan penelitian dan tempat penelitian serta fungsi produksinya, pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi Linear Berganda. Selain itu jika dibandingkan dengan penelitian Sitorus (1994) lebih menekankan efisiensi pada produksi telur yang dikaitkan dengan program pemerintah, Pratomo (2007) lebih menekankan efisiensi dengan perbandingan jumlah konsumsi pakan ternak dengan bobot badan, Kusuma (2005) lebih menekankan pada penggunaan probiotik dan non-probiotik, penelitian dari Pakarti (2000) dan Nur (2004) cenderung penganalisisan efisiensi penggunaan faktor produksi pada komoditi ayam pedaging dari jenis ayam ras.

Penelitian ini lebih ditekankan pada produksi telur ayam buras yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem peternakan secara intensif dan penelitian ini dalam melakukan analisis usahataninya tidak terlalu dalam dan tidak mencakup keuntungan pendapatan dari usahatani tersebut dan lebih terfokus kepada efisiensi produksi pada komoditas telur buras. Sementara itu, persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah persamaan dalam menggunakan alat analisis untuk menghitung efisiensi ekonomi yaitu dengan menggunakan perbandingan NPM dan BKM.

(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam menghasilkan produk dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi, sedangkan yang dimaksud fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output).

Menurut Sudarsono (1995) fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi, sering disebut pula masukan (input) dan hasil produksinya (output), disebut produksi karena adanya bersifat mutlak supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk. Menurut Soekartawi (1986) fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan hasil, masukan seperti tanah, produksi, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Fungsi produksi selain dapat dinyatakan secara sistematis juga dapat digambarkan dalam bentuk grafis. Grafik ini menggambarkan hubungan fisik faktor produksi dengan hasil produksinya. Asumsi yang dimiliki bahwa hanya

satu produksi yang berubah dan faktor produksi lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Dalam usaha untuk memahami pendekatan pada Gambar 1, haruslah dipahami terlebih dahulu konsep hubungan antara input dan output. Hubungan fisik antara input dan output ini sering disebut dengan fungsi produksi. Hubungan fisik antara input (X) dan output (Y) ini sering disebut dengan istilah Faktor

Relationship (FR). FR ini dapat dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Y = f(X1,X2,X3,X4,X5,…..Xn) ………..(1)

Berdasarkan persamaan diatas, petani/produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi (Y) dengan cara sebagai berikut :

(32)

17

a. Menambah jumlah salah-satu dari input yang digunakan, dan

b. Menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return). Hukum ini menjelaskan bahwa variabel faktor produksi dengan jumlah tertentu apabila ditambahkan secara terus menerus pada sejumlah faktor produksi tetap, akan mencapai suatu kondisi dimana setiap penambahan satu unit variabel faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang besarnya berkurang.

Menurut Soekartawi (1986) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi yaitu :

a. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi.

b. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

c. Fungsi produksi harus mudah diukur, dalam hitungan secara statistik untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi, dimana pengukuran suatu tingkat produktivitas dapat dilihat dari dua tolak ukur yang digunakan yaitu produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). Pengertian dari Produk Marginal (PM) adalah tambahan output yang dihasilkan dari setiap penambahan satu-satuan faktor yang digunakan. Produk Rata-rata (PR) adalah hasil produk (output) dibagi jumlah unit faktor produksi masukan (input) yang digunakan untuk memproduksinya. Dalam bentuk sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

=

=

Menurut Soekartawi (2003) PM dan PR mempunyai hubungan satu sama lain apabila PM lebih besar dari pada PR, maka PR dalam posisi meningkat sebaliknya apabila PM lebih kecil dari pada PR, maka PR dalam keadaan

(33)

18

menurun dan apabila PM sama dengan PR maka PR dalam keadaan maksimum. Berikut adalah penggambaran secara grafik dari PM dan PR.

Keterangan :

A = Titik balik

B = Titik produksi optimum C = Titik produksi maksimum Y = Jumlah produk (Output) X = Faktor produksi (Input) PT = Produk total (Total Product)

PR = Produk rata-rata (Advarage Marginal Product) PM = Produk marginal (Marginal Product)

Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Soekartawi (2002)

X1 A

B C

EP>1 0<Ep>1 Ep<0

TP PR PM y X y X 2

(34)

19

Hukum PM dan PR dapat juga dikaitkan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input atau produk marginal dibagi dengan produk rata-rata, hubungan antara PM dan PR serta elastisitas tersebut menjadikan suatu fungsi dibagi menjadi tiga daerah produksi. Pembagian tiga daerah produksi ini juga berhubungan dengan faktor produksi. Tiga daerah tersebut yakni :

a. Daerah Produksi I

Daerah ini mempunyai elastisitas lebih dari satu (Ep>1) yang terletak antara titik awal dan X, daerah ini disebut tidak rasional (irrational region

or irrational stage production) karena pada daerah ini penggunaan faktor

produksi masih bisa ditingkatkan. Elastisitas di daerah ini lebih dari satu yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan output (hasil produksi) lebih besar dari satu persen. Penambahan pemakaian faktor produksi masih bisa meningkatkan produksi yang mengindikasikan bahwa keuntungan maksimum belum tercapai. Pada daerah ini Produk Marginal (PM) belum mencapai titik maksimum dan mengalami penurunan namun PM masih lebih besar dari produk rata-rata (PR). PR meningkat selama berada pada daerah ini dan mencapai maksimum pada akhir daerah II. Karena itu masih terdapat kemungkinan menambah penggunaan faktor produksi dalam proses memproduksi output.

b. Daerah produksi II

Daerah ini terletak antara X1 dan X2 dimana elastisitas produksinya antara nol dan satu (0<Ep>1). Nilai elastisitasnya tersebut mengandung arti bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan berdampak pada penambahan output paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen.

Pada daerah ini produk marginal mengalami penurunan lebih rendah daripada produk rata-rata namun lebih dari nol. Pada awal daerah II ketika PM sama dengan PR, merupakan penggunaan minimum dari faktor produksi yang memberikan keuntungan maksimum sehingga daerah ini disebut daerah rasional (rational region).

(35)

20

c. Daerah Produksi III

Pada daerah ini produk total mengalami penurunan yang ditunjukan oleh PM yang bernilai negatif dimana setiap tambahan input yang diberikan akan menghasilkan tambahan output yang lebih kecil dari tambahan inputnya. Daerah ini juga dicirikan oleh nilai elastisitasnya yang kurang dari nol (Ep<0) yang berarti bahwa penambahan satu persen faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Karena itu, daerah produksi III, disebut sebagai daerah tidak irasional (irrational region) pada umumnya seorang produsen belum tentu menggunakan faktor-faktor produknya sama tepat, pada kondisi demikian maka keuntungan belum tercapai.

3.1.2 Konsep Efisiensi

Efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dibandingkan metode produksi lainnya apabila menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk tingkat korbanal marjinal yang sama atau dapat mengurangi input untuk memperoleh output yang sama. Oleh karena itu konsep efisiensi merupakan konsep yang bersifat relatif (Soekartawi,1990).

Prinsip memaksimumkan penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut digunakan secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Efisien teknis

b. Efisien alokatif (efisien harga) c. Efisien ekonomi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum atau jika usahatani tersebut menghasilkan jumlah produksi yang lebih banyak dari pada usahatani lainnya dengan menggunakan sejumlah faktor produksi yang sama, pengertian lainnya suatu usahatani menghasilkan sejumlah produksi tertentu dengan menggunakan sejumlah faktor produksi yang sama atau

(36)

21

suatu usahatani menghasilkan sejumlah produksi tertentu dengan menggunakan faktor produksi lebih sedikit daripada usahatani lainnya.

Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginalnya sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, sehingga pada kondisi ini akan tercapai keuntungan maksimum, dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

3.1.3 Konsep Efisiensi Faktor Produksi

Suatu usaha dikatakan mencapai efisiensi ekonomis apabila telah memaksimumkan keuntungannya. Keuntungan maksimum akan diperoleh jika produsen/petani menggunakan pilihan kombinasi faktor-faktor produksi yang optimal, sehingga pada saat keuntungan maksimum dicapai, berarti faktor-faktor produksi telah digunakan secara efisien (Doll & Orazem 1984).

Keuntungan maksimum dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol, atau :

= Hy. - Hxi = 0 : I = 1,2,3,……..n

Dimana adalah Produk Marginal faktor produksi I, sehingga

Hy . PMxi = Hxi ………..… (2)

Dimana Hy.PMxi = Nilai Produk Marginal Xi (NPMxi)

Hxi = Harga faktor produksi, Biaya Korbanan Marjinal Xi (BKMxi)

Maka apabila harga input tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian input, persamaan (2) dapat ditulis sebagai berikut :

NPMxi = BKMxi ………... (3) 1 ……….. (4)

Penggunaan lebih dari satu faktor produksi, misalnya n faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila :

(37)

22

Berdasarkan dari rumus syarat kecukupan diatas, suatu faktor produksi dikatakan telah dialokasikan secara optimal apabila Nilai Produk Marjinal (NPM) yang dihasilkan sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) faktor produksi tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapai keuntungan maksimum produsen harus menggunakan sejumlah faktor produksi sedemikian rupa sehingga nilai produk marginalnya sama dengan biaya korbanal mariginal yang dikeluarkan untuk faktor produksi yang digunakan tersebut. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan sejumlah yang sama dengan nilai produk marjinalnya.

Persamaan bagi kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal dapat juga ditulis dalam bentuk :

. . 1 . .

……… (6)

Dimana : b = Elastisitas faktor produksi ke-i Xi = Jumlah faktor produksi ke-i Pxi = Harga faktor produksi ke-i Py = Harga hasil produksi (produk) Y Y = Jumlah hasil Produksi

i = 1,2,3,…..,n

Rasio NPMxi dengan BKMxi yang lebih kecil dari satu menunjukan penggunaan faktor produksi yang telah melampui batas optimal, karena setiap penambahan penggunaan faktor produksi itu akan menghasilkan nilai produk marjinal yang lebih kecil dari tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut. Pada kondisi ini, produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksinya sampai mencapai kondisi optimal. Sebaliknya, apabila nilai rasio NPMxi dengan BKMxi lebih besar dari satu, penggunaan faktor produksi belumlah optimal sehingga produsen dapat memperbesar penggunaan faktor produksinya hingga mencapai kondisi optimal.

(38)

23

3.1.4 Konsep Skala Usaha (Return to Scale)

Konsep skala usaha sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui apakah hasil produksi masih dapat lebih besar, tetap atau lebih kecil secara proposional terhadap perubahan dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Suatu produksi memiliki kemungkinan berada dalam salah satu dari tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu decreasing return to scale, constan

return to scale dan increasing return to scale (Soekartawi, 2002).

Suatu proses dikatakan pada fase decreasing return to scale apabila semua faktor produksi ditingkatkan penggunaannya dalam proporsi yang sama, akan meningkatkan hasil produksi lebih kecil daripada proporsi kenaikan faktor produksi. Elastisitas produksi total untuk skala usaha ini adalah kurang dari satu. Fase constan return to scale ditunjukan dengan elastisitas yang bernilai

sama dengan satu. Hal ini berarti bahwa peningkatan penggunaan semua faktor produksi secara proporsional akan meningkatkan hasil produksi tepat sama dengan proporsi kenaikan faktor produksi tersebut. Skala usaha ini mempunyai elastisitas yang sama dengan satu.

Fase terakhir yaitu increasing return to scale yaitu apabila semua faktor produksi ditingkatkan penggunaannya dalam proporsi yang sama maka akan meningkatkan hasil produksi yang lebih besar daripada proporsi kenaikan faktor produksi tersebut. Pada fase ini elastisitas produksi totalnya lebih dari satu.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

CV Trias farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di dalam budidaya ayam buras petelur, kendala yang dihadapi CV. Trias Farm antara lain adalah peningkatan jumlah populasi ayam petelur yang dilakukan oleh perusahaan tidak disertakan dengan peningkatan produksi telur yang diperoleh. Peningkatan jumlah populasi ayam petelur seharusnya meningkatkan jumlah produksi telur perusahaan Trias Farm. Rendahnya produksi ini diduga karena penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien. Oleh karena itu, efisiensi faktor produksi diperlukan untuk mengetahui penggunaan faktor produksi yang tepat. Jenis faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi kegiatan dalam budidaya ayam petelur buras adalah jumlah ayam dara yang dipelihara, jumlah ayam petelur

(39)

24

yang dimiliki, penggunaan pakan grower, penggunaan pakan layer, penggunaan tenaga kerja dan pemberian vaksin kepada ayam dara dan petelur.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi linier berganda. Hasil dari regresi akan membentuk model yang akan diuji dengan menggunakan uji multikolonearitas dan autokorelasi untuk menentukan kelayakan model sebagai model penelitian. Kemudian dilakukan pengujian secara statistik meliputi koefisien determinasi (R2), pengujian keseluruhan parameter (Uji F), pengujian parameter (uji T). Setelah itu dilakukan penghitungan efisiensinya dengan menggunakan rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM). Maka setelah di dapat faktor-faktor yang berpengaruh dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan dan saran sebagai rekomendasi ke perusahaan. Bagan kerangka operasional penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka Operasional Penelitian Uji Multikorelasi, Uji

Autokorelasi, Uji p-value dan Uji F

CV Trias Farm

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh

Efisiensi Produksi dengan rasio NPM/BKM

Rekomendasi Faktor-Faktor Produksi yang digunakan 1. Ayam Petelur (X3) 2. Pakan Layer (X6) 3. Tenaga Kerja (X7) 4. Vaksinasi (X8) Analisis produksi dengan Linear Berganda

Terjadinya Penurunan Produksi Telur Ayam Buras

(40)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini telah berproduksi selama kurang lebih enam tahun yaitu semenjak tahun 2004, hal tersebut menyebabkan perusahaan ini telah memiliki pengalaman dalam pembudidayaan ayam petelur arab, memiliki pasar yang telah pasti, telah memiliki manajemen perusahaan dan CV. Trias Farm telah berhasil membuat anakan ayam yang memiliki kualitas yang baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2009. Waktu tersebut digunakan untuk pengambilan informasi dan data dari pihak CV. Trias Farm.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk menggambarkan proses produksi telur perusahaan CV.Trias Farm, data ini berasal dari perusahaan melalui kegiatan observasi langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer yang dikumpulkan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi perusahaan, ketenaga kerjaan, proses budidaya dan pemasaran hasil. Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menganalisis proses produksi telur perusahaan, diperoleh melalui data-data administrasi yang dimiliki oleh perusahaan CV.Trias Farm, dan didukung dengan literatur-literatur lainnya.

Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh adalah data faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Data faktor-faktor produksi tersebut yaitu jumlah ayam petelur, pakan layer, tenaga kerja dan vaksinasi yang tercatat oleh perusahaan selama dua tahun yakni tahun 2008-2009. Sedangkan untuk menganalisis efisiensi faktor-faktor produksi data yang digunakan adalah data biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing faktor tersebut.

(41)

26

4.3 Metode Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berbentuk time series dari produksi telur ayam Buras, faktor-faktor produksi, biaya pembudidayaan dan harga yang dikeluarkan dalam proses produksi telur. Pengolahan data menggunakan program software Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007. Alat analisis digunakan untuk menganalisis data meliputi analisis kelayakan model fungsi produksi, analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan analisis efisiensi faktor-faktor produksi. Analisis-analisis tersebut dilakukan untuk menghitung nilai efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi perusahaan CV.Trias Farm.

4.3.1 Analisis Model Fungsi Produksi Linier Berganda

Penelitan ini menggunakan fungsi produksi Linear Berganda. Fungsi Linear Berganda melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut variabel tak bebas (Y) dan yang lain disebut variabel bebas (X).

Secara matematis fungsi produksi Linear Berganda ditulis sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2+…+ bnXn ………. (7)

Analisis fungsi produksi digunakan untuk melihat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Dalam analisis ini dilakukan analisis fungsi produksi dan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor produksi telur. Penggunaan regresi Linear Berganda disebabkan karena regresi ini memiliki kemudahan di dalam penganalisisannya.

Tahap-tahap dalam menganalisis produksi adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi variabel bebas dan terikat

Dalam mengidentifikasi variabel dilakukan dengan mendaftarkan faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produksi telur. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ayam petelur, pakan layer, tenaga kerja dan vaksinasi. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel bebas yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu hasil produksi telur.

(42)

27

2. Analisis regresi

Dalam menganalisis dengan regresi, pendekatan fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Linear Berganda, dimana model untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3+ b4X4

Dimana :

Y = Hasil Produksi telur selama dua tahun (butir) X1 = Jumlah ayam petelur (ekor)

X2 = Pakan Layer (kg) X3 = Vaksinasi (ml) X4 = Tenaga Kerja (HKP) b1,b2,b3,b4 = Besaran parameter

a = Konstanta/intersep, merupakan besaran parameter 3. Pengujian hipotesis

Hubungan antara faktor-faktor produksi dan hasil produksi digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (MKT), karena itu, suatu model fungsi produksi terbaik harus memenuhi beberapa asumsi MKT antara lain tidak ada gejala multikolinearitas dan tidak ada autokorelasi. Pemenuhan asumsi MKT dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pengujian terhadap asumsi-asumsi tersebut, yakni :

a) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel-variabel bebas satu dengan yang lainnya di dalam fungsi produksi. Suatu model yang baik adalah jika tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas.

Adanya gelaja multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (Variance

Inflation Faktor). Nilai VIF dapat diperoleh melalui persamaan :

………... (8) Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke –j dengan variabel bebas lainnya.

(43)

28

Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 menunjukan adanya gejala multikolinearitas variabel tersebut.

b) Uji Autokorelasi

Suatu model dikatakan baik apabila tidak terdapat autokorelasi diantara disturbance termnya (cov (ei,ej) = 0, i≠j).pengujian terhadap ada atau tidaknya autokorelasi dalam model pengujiannya sebagai berikut :

Hipotesa :

Ho = tidak terjadi korelasi H1 = terjadi korelasi Kriteria uji :

Tolak H0 jika : d<dl atau d>4-dl Terima H1 jika : du <d<4-du

Tidak ada keputusan : dl<d<du atau 4-du<d<4-dl

Pada output komputer dapat dilihat apabila nilai Durbin-watson (DW)

mendekati dua maka tidak terjadi masalah korelasi.

Apabila pengujian terhadap asumsi MKT terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap statistika. Pengujian secara statistika dibedakan menjadi dua antara lain :

a) Pengujian terhadap keseluruh parameter

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah model telah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi

Hipotesis :

H0 = koefisien sama dengan 0

H1 = paling tidak ada satu koefisien ≠ 0, dengan i =1,2,3,4 Uji statistik yang digunakan adalah uji F :

………..… (9) Keterangan : R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel n = jumlah data Kriteria pengujian:

F hitung > Ftabel (k,n-k-1) maka tolak Ho F hitung < Ftabel (k,n-k-1) maka terima Ho

(44)

29

Apabila Ho ditolak berarti secara bersama-sama variabel dugaan yang dimasukan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Pengujian terhadap keseluruhan parameter juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probability (p-value) pada output komputer hasil dari metode kuadrat terkecil. Apabila p-value kurang dari taraf nyata (α) yang digunakan maka variabel dugaan yang dimasukan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Koefisien determinasi (R2) yang digunakan dalam uji F menunjukan besarnya keragaman produksi yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas yang telah dipilih Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

……… (10)

Model terbaik secara statistik adalah model yang mempunyai p-value kurang dari taraf nyata (α) dan nilai koefisien determinasi (R2) yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari R2, maka model yang digunakan semakin baik dalam menduga variabel dan fungsi produksi.

b) Pengujian untuk masing-masing parameter

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Karena itu, dapat diketahui variabel bebas mana yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Hipotesis : Ho = bi = 0 Hi = bi > 0

Rumus dasar uji statistik T dapat dilihat pada persamaan 11 berikut ini :

(45)

30 ……… (11)

Keterangan :

bi = Koefisien regresi dugaan ke-i Se(bi) = Simpangan baku koefisien dugaan kriteria uji :

Thitung < ttabel (α/2,n-k) maka terima H0 Thitung > ttabel (α/2,n-k) maka tolak H1 Dimana :

n = Jumlah pengamatan

k = Jumlah variabel termasuk konstanta

Apabila H0 ditolak berarti suatu variabel yang di uji dalam hal ini adalah faktor-faktor produksi, berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas yaitu hasil produksi. Sebaliknya, jika H0 diterima maka suatu faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. 4. Analisis Skala Usaha (Return to Scale)

Analisa skala usaha dapat dilakukan dengan melakukan uji terhadap skala usaha. Cara melakukan pengujian untuk skala usaha menurut Soekartawi (2002) dapat dilakukan seperti berikut ini. Hipotesa sebagai berikut :

H0 : (b1+b2+……+bn) = 1; terjadi konstan H1 : (b1 +b2+……+bn) ≠ 1; tidak terjadi konstan

Kalau misalnya koefisien regresi yang akan diuji adalah b1 dan b2, maka untuk mendapatkan informasi apakah terjadi konstan skala usaha atau tidak, maka perlu dibuat hipotesa. Bila dilakukan pendugaan regresi dengan melakukan manipulasi bahwa b1 + b2 = 1, maka model pendugaan seperti ini disebut constrained regression. Di dalam penentuan skala usaha dalam penelitian ini maka nilai koefisien dirubah ke dalam bentuk logaritma sehingga dapat diketahui elastisitas dari keseluruhan faktor produksi, oleh karena itu maka pada penentuan skala usaha menggunakan alat analisis Cobb-Douglas. Untuk model Cobb-Douglas secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1. Produksi Telur Berdasarkan Jenis di Indonesia Tahun 2004 – 2008.
Tabel 2. Kandungan Zat Per 100 g Bahan Telur yang Dapat dimakan
Tabel 3. Produktivitas dari Berbagai Jenis Ayam Buras di Indonesia
Gambar 1. Kurva Produksi  Sumber : Soekartawi (2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penyusunan dan penafsiran terhadap fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Berbagai fakta yang berbeda antara

Kemudian, terjadinya surplus NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) keseluruhan 2017 yang mencapai USD 11,6 milyar yang juga didukung oleh peningkatan surplus TMF dan

Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada tanaman sirsak umur 12 MST, perlakuan tanpa skarifikasi (S1) adalah nyata menghasilkan volume akar tertinggi daripada perlakuan

Jadi, dilihat dari foto hasil praktikum terlihat perbedaan antara preparat kode 3 dan 5 merupakan jaringan yang sejenis yaitu jaringan tulang kompak atau sejati!. Terkhir, preparat

berasal dari Tuhan (Allah SWT), sehingga pada hakekatnya antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum termasuk ilmu matematika, ada kaitan satu dengan yang lain. Landasan

Slav in (dala m Ike Agustinus) menyatakan bahwa terdapat empat indikator dala m menentukan keefe ktifan pe mbela jaran, ya itu 31 : (a ) Kualitas Pembela jaran,

Although Economics of Education Review does not cover economic education (teaching economics), an exception may be made for this book, because someday a controlled study of