• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Struktur Musik, Makna Teks Dan Tema Lagu Pop Batak Karya Dakka Hutagalung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Struktur Musik, Makna Teks Dan Tema Lagu Pop Batak Karya Dakka Hutagalung"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan Indonesia di zaman sekarang ini sangat jauh tertinggal bahkan hampir punah dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang telah menghipnotis para pemuda sebagai penerus bangsa Indonesia, Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya, Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia yang telah banyak dikenal oleh negara-negara lain. Setiap suku di negara Indonesia memiliki budaya yang berbeda, termasuk adat istiadat, musik dan bahasa.

(2)

Pada dasarnya karya musik merupakan refleksi perasaan, pikiran atau cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat tersebut. Didalam diri manusia terdapat berbagai macam inspirasi, ide, gagasan yang dituangkan lewat seni dan seni tersebut memiliki peranan penting dan tidak terlepas dari kehidupan manusia, sebab seni tumbuh dan berkembang ditengah-tengah manusia. Inspirasi, ide, gagasan yang dituangkan lewat seni pada dasarnya bersumber dari perasaan manusia seperti sedih, senang, marah, kecewa, cinta atau perasaan lainnya yang sedang dirasakan pencipta atau pelaku seni.

Seni yang diciptakan oleh pencipta atau pelaku seni biasanya melalui media bunyi, suara, gerak, rupa, kata-kata secara tepat sehingga dapat diterima dan dirasakan oleh penikmat dan pengamat seni. Musik merupakan cabang dari seni. Seni musik juga termasuk salah satu media atau sarana yang digunakan dalam mengekpresikan diri. Manusia menggunakan bunyi melalui suara manusia dan melalui ragam alat musik. Alat musik atau instrumen musik berperan sebagai media yaitu alat pengantar/penyalur inpirasi, ide, gagasan yang dituangkan komponis dalam suatu komposisi yang ditulis dalam bentuk partitur atau tulisan musik. Pemain musik melalui alat musiknya membantu mewujudkan partitur dalam bentuk nada-nada yang dapat didengar.

(3)

Kemajuan atau kemunduran kebudayaan suatu daerah tidak terlepas dari seorang tokoh pendukung kebudayaan tersebut. Oleh karena itu sangat penting mengetahui dan memahami peranan tokoh dimasa lalu sebagai bagian dari pendukung kebudayaan suatu masyarakat.

Untuk memahami peranan para tokoh dimasa lalu dapat dilihat kembali melalui jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Jejak-jejak itu dapat berupa tulisan maupun keterangan-keterangan lisan dari para tokoh (jika masih hidup) ataupun orang yang mengenal tokoh tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak langsung mengenai kehidupan para tokoh tersebut.

Dalam Khasanah, buku yang menceritakan kisah tentang seorang tokoh terdiri dari tiga jenis. Pertama, otobiografi merupakan kisah perjalan hidup seseorang yang ditulis sendiri oleh sang tokoh. Kedua, memori merupakan tulisan kenang-kenangan tentang seseorang yang ditulis oleh banyak orang yang pernah mengisi dinamika kehidupan sang tokoh, baik kawan sekolah, kolega, atasan, bawahan, kerabat maupun orang lain yang pernah mengenalnya. Ketiga, biografi merupakan kisah perjalanan hidup seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain berdasarkan informasi dari si tokoh maupun narasumber lain (Sembiring 2010:2). Dalam tulisan ini penulis bertugas sebagai penulis riwayat hidup seseorang.

(4)

Selain itu, dengan biografi dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman yang menjadi latar belakang biografi, lingkungan sosial politiknya (Kuntowijoyo, 2003:203). Selanjutnya Kuntowijoyo mengemukakan bahwa sebenarnya sebuah biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah, cukup partisipan, bahkan the unknown (Kuntowijoyo, 2003: 203-204). Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan sosial-budaya, dan perkembangan diri (Kutowijoyo, 2003:207).

Awal pesatnya pertumbuhan musik populer Batak terjadi tahun 1940-an dikenal dengan sebutan era Tapanuli modern adalah bagian dari perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Batak. Beberapa tokoh pencipta lagu-lagu Tapanuli modern adalah Nahum Situmorang, Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Cornel Simanjuntak, dan Dakka Hutagalung.

(5)

Nama Dakka diambil dari kenyataan, ketika Dakka Hutagalung lahir jari tangannya bercabang, atau disebut Hiperdakkiti (hiperdakkiti disebut bila jumlah jarinya enam). Dalam bahasa Batak bercabang diartikan Dakka, karena lahir dalam kondisi hiperdakkiti itu, maka orang tuanya memberi nama Dakka. Kegiatan Dakka sedari kecil Dakka suka menyanyi dan bermain gitar. Aktivitas bermain musik lebih banyak dilakukan dibandingkan sekolah. Ketika itu Dakka bersekolah di SMPN 6 Medan dan menekuni talentanya. Sewaktu masih sekolah di SMP dia pernah menjadi juara kedua nyanyi (vokal solo) dalam ajang Pesta Paduan Suara gerejawi (Perparawi) yang diadakan di Medan. Pada saat itu menjadi momentm yang bagus mengembangkan talenta tarik suara. Namun peristiwa G-30-S/PKI membuat semuanya berantakan. Setelah hal itu terjadi maka Dakka Hutagalung akhirnya merantau ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Karena minat dan bakatnya ke musik, hanya saja persaingan di Ibu Kota sangat berat. Setelah berumur 24 tahun Dakka mulai giat dan tekun menciptakan lagu-lagu.

Sebelum menjadi pencipta lagu, Dakka dikenal sebagai personil trio pada tahn 1972 yang bernama Trio Golden Heart. Trio Golden Heart merupakan trio yang pertama mengumumkan media lewat recording rekaman, tulis, dan cetak di Indonesia tepatnya di Jakarta. Personil grup penyanyi Trio ini adalah Dakka Hutagalung, Star Pangaribuan, dan Ronald Tobing.

(6)

dasar kesepakatan para personilnya. Trio ini sangat digemari oleh masyarakat pada tahun 1970-an, terutama lagu-lagu Batak dan lagu Rohani yang diambil dari Buku Ende yang dinyanyikan oleh mereka. Trio Golden Heart menghasilkan 28 album yang terdiri dari pop Batak, rohani, melayu dan irama dangdut. Seiring perjalanan waktu, trio ini menghilang dari panggung musik, Star Pangaribuan yang telah meninggal dunia, Ronald Tobing menderita Stroke, dan sampai sekarang hanya Dakka Hutagalung yang masih tetap segar dan sehat, Dari sana Dakka beranjak menjadi pengarang lagu. Di organisasi musik, Dakka didaulat menjadi dewan pembina Persatuan Artis Batak Indonesia (PARBI).

Dakka Hutagalung mulai menciptakan lagu pada tahun 1970-an bersama ayahanda yang berjudul “Sibaganding”. Sibaganding adalah nama sebuah kampung di dekat kota Parapat, tempat keluarga Dakka Hutagalung pernah berdomisili. Pada umumnya lagu ciptaan Dakka Hutagalung direkam dan dinyanyikan , oleh trio Golden Heart maupun penyanyi lain dan banyak dari hasil karyanya yang populer sampai ke tingkat Nasional, Banyak karya Dakka yang melegenda yang sampai sekarang dinyanyikan di pesta, kafe, dan acara-acara penting lainnya.

Dalam menciptakan lagu Dakka sangat mandiri. Dia selalu berusaha untuk menciptakan lagu tanpa meniru lagu lain. Dakka menciptakan lagu sesuai dengan karakter, warna, dan berdasarkan apa yang ada dipikirannya.

(7)

dan tersirat dibalik penggunaan tanda dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dakkadapat menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan penggunaan tanda, isi pesan dan cara penyampaiannya.

Makna lagu dapat digunakan oleh Dakka untuk menyampaikan sesuatu pesan. Pemancaran makna dan pesan itu melibatkan semua bentuk perlakuan dan konteks kewujudannya baik dalam bentuk bahasa ataupun perbuatan, atau kedua-duanya sekaligus. Dihubungkan dengan syair atau teks adalah kata-kata yang asli dibuat oleh Dakka Hutagalung. Menurut penulis syair atau teks adalah rangkaian kata-kata yang memperkuat komposisi musik dan juga merupakan sarana komunikasi si pencipta lagu, Melalui syair dapat diketahui makna, pesan, tujuan dari sebuah lagu atau banyak hal yang bisa diungkapkan dan dikomunikasikan lewat syair atau teks.

(8)

mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta diiringi oleh lidah. 2

Musik sangat penting bagi aktivitas masyarakat Batak Toba, bernyanyi bersama-sama dapat dilihat dari pembagian musik vokal Batak Toba, bagaimana orang Batak menggambarkan suasana hatinya dan menuangkannya lewat tarian dan nyanyian. Musik memiliki pengaruh yang kuat atau musik merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya. Musik merupakan suatu budaya yang mencerminkan aspek sosial kemasyarakatan dimana musik itu hidup, tumbuh, dan berkembang, Musik secara signifikan dapat merubah sebuah situasi, karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam sistem

Setiap masyarakat/ budaya memiliki musik atau dapat dikatakan setiap orang memerlukan musik. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memeiliki apa yang dsebut dengan musik dan setiap anggota masyarakatnya adalah musikal akan tetapi musik bukanlah genre seni dan unsur kebudayaan yang berdiri sendiri.

Budaya adalah sekelompok orang yang menanggung kebutuhan bersama, lingkungan, perhatian dan nilai, teridentifikasi serta terpilih secara teratur oleh dunia suara, sensitivitas manusia terhadap suara, produksi suara saat ini, masa lalu serta yang termodifikasi. Kluckohn mengatakan kebudayaan sering diartikan sebagai keseluruhan cara hidup manusia, yaitu warisan sosial yang diperoleh seseorang dari kelompoknya dan kebudayaan dapat dianggap sebagai bagian lingkungan yang diciptakan manusia.

2

(9)

sosial sehingga musik mempunyai fungsi yang sangat luas, misalnya musik diadakan untuk menghibur penguasa di istana, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan, untuk upacara pernikahan dan lain-lain, tergantung kepada konteks penyajian dan jenis musik yang dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lagi secara detail, mengangkat dan melakukan penelitian yang berjudul: KAJIAN STRUKTUR MUSIK, MAKNA TEKS DAN TEMA LAGU POP BATAK TOBA KARYA DAKKA HUTAGALUNG

1.2 Pokok Permasalahan

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis, maka peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah:

1. Bagaimana biografi kehidupan Dakka Hutagalung?

2. Bagaimana struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung? 3. Bagaimana makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba karya Dakka

Hutagalung?

4. Bagaimana eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung? 5.

1.3 Tujuan Penelitian

(10)

jawaban atas pertanyaan dan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah:

1. Untuk mengenal sosok kehidupan Dakka Hutagalung?

2. Untuk menganalisis struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?

3. Untuk menganalisis makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?

4. Untuk mengetahui eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat penelitian yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa secara umum dan mahasiswa Program Studi Pascasarjana penciptaan dan Pengkajian Seni khususnya tentang karya Dakka Hutagalung pada lagu pop Batak Toba.

(11)

3. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan agar pemerintah lebih memahami, memperhatikan, dan memberikan penghargaan yang pantas bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan seni di lingkungan masyarakat Batak Toba. Selain itu, tulisan ini menjadi bahan masukan dalam kajian struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya Dakka Hutagalung.

4. Bagi penulis/peneliti dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan berpikir peneliti dalam ilmu mencipta lagu kajian struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya Dakka Hutagalung.

5. Untuk mengetahui gagasan, pikiran, dan hasil karya pencipta lagu Batak Dakka Hutagalung dalam menciptakan suatu karya.

6. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis

7. Sebagai bahan acuan, referensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya yang berniat melakukan penelitian.

1.5 Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini penulis menggunakan sumber yang berasal dari buku yaitu:

(12)

mencakup: ekonomi, budaya keagamaan, sastra, keahlian seni, dan silsilah masyarakat Batak.

Alan P. Merriam. The Antropology of Musik (Chicago: North Westwrn University Press, 1964). 3

Selain itu konsep juga merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian. Bila masalahnya serta kerangka teoritisnya sudah jelas, maka mudah diketahui pula mengenai gejala-gejala yang merupakan pusat perhatian. Defenisi konsep itu Bahwa fungsi musik dalam sebuah masyarakat berkenaan dengan berbagai kebutuhan, selain menjelaskan fungsi musik, buku ini juga menjeslakan 10 fungsi musik dalam suatu masyarakat, antara lain: fungsi ekspresi, emosional, fungsi kenikmatan estetis, fungsi iringan, fungsi komunikasi, fungsi penggambaran simbolik, fungsi respon fisik, fungsi penyelenggaraan kesesuaian dengan norma-norma sosial, fungsi pengesahan lembaga sosial dan ritual religious, fungsi penopang kesinambungan dan stabilitas kebudayaan dan integrasi sosial.

1.6 Konsep dan landasan teori 1.6.1 Konsep

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang konsep yang berlaku secara umum dan dijadikan acuan kerja untuk membahas seluruh masalah tesis ini. Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Poerwadarminta dalam Kamus Besat Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005:588)

3

(13)

terdiri secara singkat berarti kelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat 1981:32) seperti yang dikatakan oleh R.Merton bahwa konsep adalah defenisi apa yang perlu diamati. Konsep menentukan variabel-variabel mana yang kita inginkan, menentukan adanya hubungan empiris(ibid 1981:32).

Tradisi lisan dalam semua kesenian, pertunjukan atau permainan yang menggunakan tuturan atau disertai ucapan lisan dan konfensi budaya masyarakat (Sibarani,2000) Selanjutnya disebutkan bahwa jika suatu kesenian, pertunjukan atau permainan tidak menggunakan atau tidak disertai tuturan atau ucapan lisan, maka itu tidak termasuk tradisi lisan. Sebaliknya, jika suatu cerita tidak lagi ditradisikan (dipertunjukkan atau dibiasakan dihadapan masyarakat pendukungnya) maka tidak lagi termasuk ke dalam tradisi lisan meskipun itu dahulu termasuk tradisi lisan, dan meskipun itu pada suatu saat potensinya menjadi tradisi lisan.

(14)

Dalam menganalisis makna syair, penulis mengkaji gaya bahasa dan melihat makna-makna yang terkandung didalamnya. Konsep makna yang penulis maksudkan hanya tertuju pada syair/tekslagu-lagu karya Dakka Hutagalung.

Analisis struktur musik dapat dikonsepkan sebagai bagian-bagian dari suatu komposisi musik yang terintegrasi menjadi suatu bentuk yang estetik. Struktur musik yang penulis maksudkan disini adalah mencakup aspek melodi dan ritme beberapa karya lagu Dakka Hutagalung. Struktur musik ini tidak lepas dari tangga nada, nada-nada, wilayah nada, persebaran nada-nada, interval, pola-pola kandensa, kontur, dan lain sebagainya (Malm.1997)

Setiap masyarakat memiliki musik dan memerlukan musik. Musik adalah prilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang disebut dengan musik dan setiap anggota masyarakatnya disebut musikal. Akan tetapi bukanlah genre seni dan unsur kebudayaan yang berdiri sendiri. Musik dan lagu memiliki pengaruh yang kuat, musik merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya. Musik dan nyanyian merupakan suatu budaya yang mencerminkan aspek sosial masyarakat dimana musik itu hidup, tumbuh, dan berkembang, musik dan lagu secara signifikan dapat merubah sebuah situasi karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam system sosial sehingga musik dan lagu mempunyai fungsi yang sangat luas. Misalnya, musik diadakan untuk menghibur, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan, pernikahan, dan lain-lain.

(15)

antropologi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya sekedar hubungan praktis tetapi bersifat integrative, dalam arti mempunyai fungsi hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya (Malenowski 1987: 165-171)

Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang menjadi bagian darinya,Fungsi ini dapat menjadi fungsi yang lebih dalam, contohnya, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya,maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti penari, pembaca doa, ritual, yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial menunjukkan situasi musik dan nyanyian dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakainya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya.

Dalam rangka tujuan penelitian ini, akan dikemukakan satu rumusan yang dipilih khusus. Musik adalah peristiwa getaran, merupakan hasil interaksi getaran dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber getar dengan penggabungan beberapa unsur dan teratur untuk mengungkapkan ide. Didalam bunyi sudah terkandung jenis atau warna (timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai waktu yang terkandung oleh bunyi maupun bukan bunyi yang sering disebut ritme.

(16)

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.

Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik (Silitonga, 2011:7). Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, yang masih hidup atau sudah mennggal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lan. Sedangkan menurut wikipedia, biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang (Jeperson, 2009:6).

(17)

berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain:

a. Pilih seseorang yang menarik perhatian anda

b. Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut c. Mulailah dengan eksiklopedia dan catatan waktu

d. Pikirkan apa lagi yang perlu diketahui mengenai orang tersebut

Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya: a. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik

b. Dampak apa yang telah dilakukan bagi dunia atau orang lain

c. Sifat apa yang mungkin akan peneliti gunakan untuk menggambarkan orang tersebut

d. Contoh apa yang dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut e. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah orang tersebut

f. Apakah ia mampu menghadapi rintangan tersebut

g. Apakah ia mengatasi dengan mengambil resiko, atau dengan keberuntungan

(18)

Selain itu, dalam buku Antropologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia, dijelaskan bahwa dalam menyususn biografi seeorang harus memuat latar belakang diri yang ingin kita tulis antara lain:

Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orangtua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik oekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya.

Karya-karya itu yang didaftar mnurut jenisnya, baik berupa buku maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai dia meninggal.

Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya, dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tergantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggai (Silitonga,2011:6).

(19)

dalam tujuan ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan hidup dari Dakka Hutagalung di blantika musik Batak Toba.

Biografiuntuk memahami kehidupan seorang tokoh secara utuh sebagai individu dan sekaligussebagai anggota masyarakat, haruslah dikaji kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi kehidupan tokoh tersebut. Sutherland dalam bukunya Introductory Sociology menyatakan bahwa pada hakikatnya, kehidupan pribadi itu merupakan abstraksi dari individu, masyarakat, serta budayanya. Ketiga aspek tersebut mempunyai peranan saling mempengaruhi kepribadian seseorang. Sedangkan Onghokham meenyatakan bahwa silsilah, keluarga, dan orang-orang yang disekelilingnya pada masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tokoh (Mulyanto, 1990:7).

1.6.3 Teori Etnomusikologi

Alan P. Merriam dalam buku The Antropologi Of Music menggunakan teori etnomusikologi yang menyatakan bahwa music as sound, music as knowledge, music behavior.

Selanjutnya Merriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai suatu ekspresia. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam, maka diperlukan usaha untuk menganaliss bagaimana pengelolaan elemen-elemen bunyi musikal serta bagaimana interaksinya sehingga menghasilkan suatu atmosfir khusus music as knowledge.

(20)

Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research.

(21)

Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicologists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the appreciation of the world’s musics

Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya. Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.

(22)

tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekaligus), dan penelitian sejarah musik.

Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia.

Musik merupakan suatu pengetahuan yang memiliki sistem dan metodenya sendiri, baik musik maupun bermusik merupakan perilaku (behavior). Musik merupakan perilaku seseorang atau masyarakat. 4

4

William P. Malm, 1964. The Antropology Of Mussic. Evaston: Northwesteren University Press, halm, 20-23

(23)

Perihal konseptual, pembentukan ide, (ideation), atau perilaku cultural, menyangkut perihal konsep-konsep musik yang harus diterjemahkan kedalam perilaku fisik guna memproduksi bunyi. Konsep Merriam5 menunjukkan bahwa ada jiwa dan nilai yang mendasari musik, yang artinya musik tersebut juga tercermin dalam perilaku dari komunitas dan budayanya. Oleh sebab itu, berarti sistem yang diterapkan atau yang terjadi dalam musik tersebut dipengaruhi oleh perilaku serta corak hidup dari penciptanya.

Pada bagian lain, Merriam juga menjelaskan bahwa etnomusikologi merupakan studi musik dalam kebudayaan, ia juga mengemukakan pendapat Mantle Hood yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik, psikologis, estetik dan cultural.

Mantle Hood juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk mengerti tentang musik yang dipelajari dari segi struktur musik dan juga untuk memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok dipakai dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik adalah bunyi.

1.6.4 Teori Weighted Scale

(24)

Seperti yang ditawarkan oleh Malm, bahwa ada delapan parameter itu adalah: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) jumlah nada-nada yang digunakan, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) konsur (garis melodi).

Tangga nada atau dalam bahasa Inggris scale dapat dikonsepkan sebagai nada-nada yang digunakan dalam sebuah lagu, yang didalamnya mengandung unsur-unsur modal atau tonal. Nada-nada inilah yang menjadi unsur utama pembentuk melodi. Adakalanya nada-nada hias lainnya diselipkan di antara melodi yang harus disajikan secara akurat dalam pertunjukan musik. Melodipun biasanya berkaitan dengan struktur bahasa masyarakat yang menghasilkan kebudayaan musiktersebut. Dengan demikian, mengkaji tangga nada pastilah akan kompleks, karena berkaitan dengan berbagai unsur kebudayaan manusianya.

Selanjutnya wilayah nada dapat didefinisikan sebagai jarak antara nada terendah ke nada tertinggi dalam sebuah nyanyian. Jarak ini dapat diukur dengan satuan cent, seperti yang ditawarkan oleh para pakar etnomusikologi terutama Alexander J. Ellis, Atau jarak ini dapat diukur pula dengan istilah-istilah interval seperti oktaf, prim murni, sekta mayor, dua oktaf dan seterusnya.

(25)

Interval atau selang nada adalah jarak-jarak yang digunakan dari satu nada ke nada berikutnya dalam sebuah komposisi lagu. Interval ini biasanya diukur berdasarkan sistem cent atau juga menurut interval-interval yang umum digunakan dalam musikologi barat, seperti sekunde mayor, sekunde minor, ters mayor, ters minor, kuart murni, kuint murni, dan seterusnya. Dalam sebuah melodi lagu umumnya dijumpai interval yang melangkah atau melompat, yang diatur oleh penciptanya sedemikian rupa.

Unsur melodi lainnya adalah jumlah nada-nada yang digunakan. Ini dapat dimaknai secara kuantitatif bagaimana masing-masing nada anggota dalam sebuah tangga nada didistribusikan dalam sebuah lagu. Biasanya dapat dihitung berdasarkan kemunculannya beberapa kali. Namun ada pula yang menghitungnya berdasarkan seberapa besar nilai durasi masing-masing nada itu membentuk bangunan lagu. Jumlah nada-nada ini secara kuantitatif dapat didekati dengan metode statistik. Gunanya adalah untuk melihat sejauh apa peranan musikal masing-masing nada dalam sebuah komposisi.

(26)

Beberapa nada itu bisa saja dua, tiga, empat atau lebih,namun letaknya adalah diujung frase-frase melodi. Biasanya diulang-ulang dan memiliki struktur saling terkait dengan kadensa lainnya. Dengan demikian, kadensa ini dapat dimaknai sebagai kecenderungan melodis dalam ujung-ujung frase.

Unsur melodi yang kedelapan adalah kontur yang dapat dikonsepkan sebagai garis perjalanan melodi baik itu bentuk secara keseluruhan, frase-frasenya atau hanya motif-motifnya. Kontur ini dapat pula dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata seperti garis lurus, berayun keatas, berayun kebawah, berjenjang, melengkung, kurva, melesat keatas, jatuh kebawah, dan seterusnya. Kontur juga selalu digunakan dalam mendeskripsikan kata-kata atau kalimat dalam bahasa. Demikian kira-kira delapan parameter melodi yang ditawarkan oleh Malm, menurut tafsiran dan uraian penulis.

1.6.5 Teori Semiotik

(27)

Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representation, (2) pengamat (interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori, yaitu: ikon, indeks, simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol.

(28)

Dalam karya awal Peirce lapangan semiotik ini, ia menumpukan perhatian ini kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain”. Salah satu sumbangannya yang besar bagi semiotik adalah pengkategoriannya mengenai tanda-tanda kedalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan referennyya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tandanya api) dan (c) simbol, yang berkaitan dengan referennya dengan cara penemuan seperti kata-kata atau signal trafik. Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji syair lagu karya Dakka Hutagalung.

1.6.5.1 Semiotik Charles Sanders Peirce

Peirce dalam buku Interpretasi dan Semiotika (Panuti Sudjiman & Art van Zoert) menuliskan bahwa semiotika dapat dipecahkan dengan baik yang disebabkan oleh masalah inferense (pemikiran logis), akan tetapi semiotika juga membahas masalah-masalah dan signifikasi dan komunikasi. Salah satu gagasan beliau dalam teori semiotika adalah mengenai tanda-tanda yang dibagi dalam tiga kategori adalah a. ikon, b. Indeks dan c. Simbol.

(29)

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangel meaning yang terdiri dari tiga elemen, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang terbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera anusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks (tanda yang muncul dari sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda sesuatu yang dirujuk tanda (Santosa, 1993:10) dan (Pudentia, 2008:323).

Bagan 1.1 Segitiga makna

OBJEK

(30)

Menurut Peirce (Santosa, 1993:10) pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak dapat ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatisme. Seorang menafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala sesuatunya akan dilihat dari tiga jalur logika, yaitu hubungan penalaran dengn jenis penandanya, hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya dan hubungan pikiran dengan jenis pertandanyaseperti yang tertera dalam bagan 1.2.

(31)

juga yang lain

Pembagian Tanda. Sumber Emi Yunita (2011) 1.6.5.2 Semiotik Ferdinand de Saussure

(32)

(signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah wujud fisik yang dapat dikenal melalui wujud arsitektur atau seni rupa. Sedang pertanda yang dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi, dan/atau nilai-nilai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure adalah relasi antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, bisa disebut dengan signifikasi. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuahsistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut (Culler, 1996:7). Bagan berikut tentang tanda (sign) yng dikemukakan oleh Saussure (dalam Djajasudarma, 1993:23).

Hubungan antara significantdan signifie bersifat arbitrer atau sembarang saja. Dengan kata lain, tanda bahasa (signe linguistique atau signe) bersifat arbitrer. Significant bersifat linear, unsur-unsurnya membentuk suatu rangkaian (unsur yang satu mengikuti unsur lainnya).

Bagan 1.2

Tentang hubungan Tanda Sign/ Simbol

(33)

Menurut Saussure (Caer, 2003:348) tanda terdiri dari (a) bunyi-bunyian dan gambar, yang disebut signifier atau penanda, dan (b) konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar , disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut referent. Hampir sama dengan pendapat Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh, ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpatkan maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah menurut Saussure, “signified dan signifier” merupakan kesatuan, tidak dapat dipisahkan seperti dua sisi dari sehelai kertas.

Bahasa merupakan sistem tanda, dimana setiap tanda yang ada terdiri dari dua bagian yaitu signifier dan signified. Signifier merupakan konsep, ide, atau gagasan. Sementara signified adalah kata-kata atau tulisan yang menyampaikan konsep, ide, atau gagasan tersebut. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan, suatu signified tanpa signifier tidak memiliki arti apa-apa, sebaliknya signifier tanpa signified tidak mungkin dapat disampaikan. Contohnya manusia yang masih sangat muda yang belum bisa berbicara dan berjalan merupakan sebuah signifier. Untuk menyampaikan gagasan dalam signifier tersebut maka digunakan signified “bayi”.

1.6.5.3 Semiotik Halliday

(34)

dedonatif yang mengkaji tanda-tanda bahasa dalam makna sesungguhnya, dan yang kedua adalah semiotik konotatif yang mengkaji bahasa dalam makna di luar makna yang sesungguhnya.

Dalam pemakaian bahasa, sistem konotatif terdapat dalam hubungan bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya dan faktor situasi sebagai semiotik konotatif, pemakaian bahasa menunjukkan bahwa ideologi tidak memiliki bentuk. Oleh karena itu, semiotik meminjamkan budaya sebagai bentuk sehingga ideologi terealisasikan oleh budaya, budaya direalisasikan oleh konteks situasi. Selanjutnya konteks situasi meminjamkan semiotik oleh bahan yang mencakup semantik, tata bahasa dan fenologi.

Bahasa dalam pandangan semiotik sosial menandai jenis pendekatan yang dilakukan oleh Halliday. Dalam pengertian ini bahwa sebagai semiotik, bahasa terjadi dari dua unsur yaitu arti dan ekspresi(Ungkapan), berbeda dengan semiotik biasa sebagai semiotik sosial sosial bahasa memiliki unsur lain yaitu bentuk. Dengan demikian bahasa dalam interaksi sosial terdiri dari tiga unsur yaitu arti, bentuk dan ekspresi. Arti semantic atau discourse semantic direalisasikan pada bentuk gambar (grammar atau expression) dan bentuk ini seterusnya dikodekan oleh ekspresi atau phonology/grapohology (Saragih, 2000:11).

1.6.5.4 Semiotik Roland Barthes

(35)

tingkat konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan penanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (Barthes, 2007:82).

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure, yang tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Menurut Saussure (Aminudidin, 1995:168) hubungan antara simbol dan yang disimbolkan tidak bersifat satu arah. Kata bunga misalnya, bukan hanya memiliki hubungan yang timbal balik dengan gambaran yang disebut bunga, tetapi secara asosiatif juga dapat dihubungkan dengan keindahan, kelembutan dan sebagainya.

Konsep mental ini kemudian menjadi bahan perhatian Barthes yang mengembangkan konsep tanda Saussure dengan menambahkan konsep “relasi”. Relasi yang dimaksud adalah penghubung penanda (expression) ungkapan dilambangkan dengan E dan pertanda (contenu) isi dilambangkan dengan C. Penanda dan pertanda dihubungkan dengan relasi R. Gabungan dan kesatuan tingkatan-tingkatan tersebut dan relasinya itu membentuk satu sistem ERC. Sistem ini terdapat dalam bentuknya sendiri, dab=n menjadi unsur sederhana, dan sistem atau bentuk kedua yang membina bentuk yang lebih luas, oleh Barthes sistem ini dapat dipilah menjadi dua sudut artikulasi. Konotasi dan denotasi satu sudut, meta bahasa dan objek bahasa disudut lain.

(36)

penulis menggunakan teori dan metode semiotik yang ditawarkan seorang ahli sastra yaitu Riffaterre. Menurutnya, sistem bahasa dan sastra merupakan dua aspek penting dalam semiotik. Karya sastra merupakan sistem tanda yang bermakna yang mempergunakan medium bahasa. Preminger (1974:981) mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem semiotik tingkat pertama yang sudah mempunyai arti (meaning). Dalarn karya sastra, arti bahasa ditingkatkan menjadi makna (significance) sehingga karya sastra itu merupakan sistem semiotik tingkat kedua. Riffaterre (1978:166) mengatakan bahwa pembacalah yang bertugas untuk memberikan makna tanda-tanda yang terdapat pada karya sastra. Tanda-tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya. Sesungguhnya, dalam pikiran pembacalah transfer semiotik dari tanda ke tanda terjadi.

1.6.6 Teori Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema, yang artinya tanda atau lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filosof Perancis bernama Michael Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang memepelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fenologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994:2).

(37)

yang lain., dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya. (Tarigan, 1985:7). Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna sebuah kata, bahwa semantik itu adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fenologi, gramatikal, dan semantik (Chaer, 1990:2). Semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”.

(38)

mempunyai konotasi kasar karena makna ‘melahirkan’ untuk sebutan hewan yang melahirkan.

1.6.7 Pengertian Teks

Dihubungkan dengan syair atau teks adalah kata-kata yang asli dibuat pengarang lagu. Syair atau teks atau kata-kata lagu, dengan kata lain suatu komposisi puisi yang sering dilagukan. Syair yang memperkuat komposisi musik., dapat dikatakan tanpa syair akan sulit mengetahui makna atau tujuan dari sebuah komposisi musik., karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Sigmund Fleud dalam Migdolf mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta diiringi lidah.

Menurut penulis syair atau teks adalah rangkaian kata-kata yang memperkuat sebuah komposisi musik dan juga merupakan sarana komunikasi si pencipta lagu, melalui syair maka dapat diketahui makna, pesan dan tujuan dari sebuah lagu atau banyak hal yang bisa diungkapkan dan dikomunikasikan lewat syair atau teks.

(39)

1.7Metode Penelitian 1.7.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan januari 2016 sampai selesai. Penulis melakukan penelitian yaitu di Kota Medan dan Jakarta.

1.7.2 Jenis penelitian

Penelitian merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk meneliti, menemukan dan menyusun permasalahan yang akan diteliti serta mencari kembali apa-apa saja yang terkandung dalam objek yang akan diteliti. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009:3) yang mengatakan bahwa “Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dikatakan metode penelitian selain sebagai prosedur kerja yang sistematis dalam menyikapi sebuah fenomena, juga sebuah usaha yang sistematis untuk menemukan sesuatu yang berkaitan dengan topik penelitian, atau pengamatan secara alami, mengikuti aturan-aturan atau prinsip yang menguasai suatu gejala. Penelitian merupakan aktivitas menemukan dan menyusun pemahaman secara rasional. Untuk memahami aspek rasionalitas tersebut, peneliti perlu memahami konsep teoritis sejalan dengan gambaran permasalahan yang akan diteliti serta konsep metodologinya.

(40)

strukturalis. Pendekatan strukturis ini lebih memusatkan pada peran individu atau kelompok sosial tertentu, sebagai faktor perubahan. Sedangkan struktur sosial menjadi wadahnya yang mengikat antara individu atau kelompok sosial sehingga terjadi interaksi (Permana, 2004:5).

1.7.3 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian dan penulisan ini adalah metode historis, atau metode sejarah (historical methode). Sebagaimana dikemukakan Gottshalk, metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottshalk, 2006:39). Sedangkan Sjamsuddin mendefinisikan metode sejarah sebagai suatu cara bagaimana mengetahui sejarah (Sjamsuddin, 2007;14). Menurut Ernest Bernheim, metode sejarah memiliki 4 (empat) tahapan kerja yaitu:

1. Heurustik yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah

2. Kritik menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah

3. Aufassung yaitu penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang dipungut dari dalam sumber-sumber sejarah

(41)

Berdasarkan pendapat diatas, maka langkah kerja yang digunakan dalam penelitian dan penulisan biografi ini menggunakan prosedur metode sejarah kritis dengan tahapan sebagai berikut:

a) Heuristik (pengumpulan sumber)

Pada tahap ini, penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah (historical sourcess) adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan manusia pada masa lampau (past actuality) (Sjamsuddin, 2007:95). Sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Adapun teknik yang peneliti gunakan dalam melakukan pengumpulak sumber/data penelitian tersebut, yaitu studi literatur (studi kepustakaan) dan studi lapangan.

Studi literatur (studi kepustakaan) ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan membaca sejumlah literatur. Literatur dapat berupa buku-buku (karya tulis), dokumen-dokumen, serta catatan-catatan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh data tertulis berupa buku, dokumen, serta catatan-catatan lainnya yang relevan dengan kajian. Dengan melakukan telaah penulis mendapat bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai perbandingan atau tolak ukur terhadap bahan-bahan yang diperoleh di lapangan.

(42)

Hutagalung serta orang yang berhubungan dengan beliau. Selain dengan melakukan wawancara, peneliti mengunjungi tempat penjualan (distributor) kaset lagu-lagu Batak, serta wawancara dengan penyanyi-penyanyi Batak Toba yang sudah pernah membawakan lagu karya komponis Dakka Hutagalung.

b) Tahap kritik sumber

` Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber dimaksudkan untuk menyeleksi, menilai, atau menguji semua sumber yang telah berhasil dikumpulkan, baik dari segi otentisitas (kesejatian, ketulenan, keaslian) maupun kredibilitas (kebenaran, keabsahan, kesahihan) (Hadara, 2004:3).

Dalam metode sejarah kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu eksternal dan internal. Kritik eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber, sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji realibilitas dan kredibilitas sumber.

Kritik eksternal merupakan penilaian sumber dari aspek luar/fisik dari sumber tersebut seperti kertas, tinta, gaya tulisan, kata-kata, huruf-hurufnya. Pada tahap kritik ini ada tiga pertanyaan penting yang diajukan, yaitu:

a. Adakah sumber itu memang sumber yang dikehendaki? b. Adakah sumber itu asli atau turunan?

c. Adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah (hadara, 2004:4)

(43)

1) Apakah saksi didalam memberikan kesaksiannya mampu menyatakan kebenaran?

2) Apakah saksi mau menyatakan kebenaran?

3) Apakah saksi melaporkan secara akurat mengenai detail yang sedang diuji?

4) Apakah ada dukungan (koroborasi) secara merdeka terhadap setail yang sedang diperiksa? (Hadara, 2004:6)

c) Tahap interpretasi

Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penyusunan dan penafsiran terhadap fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Berbagai fakta yang berbeda antara satu dengan lainnya tersebut kemudian dirangkaikan dan dihubungkan sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, dimana peristiwa yang satu dimasukkan kedalam keseluruhan konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya. Interpretasi adalah proses penafsiran data dan fakta yang telah didapatkan. Tahapan interpretasi merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dari sumber dalam penelitian. Dalam tahap ini, penulis menggabungkan data yang dipeoleh dari sumber selama penelitian kemudian dirangkaikan dan diinterpretasi.

d) Tahap penulisan (historiografi)

(44)

akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya kedalam suatu tulisan yang untuh (Sjamsuddin, 2007:156) hasil penelitian yang diperoleh tersebut, disusun menjadi sebuah karya ilmiah berupa tesis.

1.7.4 Sumber data penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data dari penelitian yang dilakukan peneliti. Sugiyono (2009:308) mengatakan bahwa:

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk menjaring data-data yang dibutuhkan sesuai dengan konteks permasalahan dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga jenis sumber data, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Sumber tertulis berupa dokumen (resmi atau pribadi seperti surat-surat pengangkatan, piagam penghargaan, ijazah), tulisan-tulisan tokoh khususnya mengenai karya-karya Dakka Hutagalung. Bentuk tulisan, serta literatur lainnya yang ada relevansinya dengan kajian dalam penelitian dan penulisan biografi Dakka Hutagalung.

(45)

1.8Analisis Data

Analisis data, menurut Patton adalah “mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar”. Taylor mendefinisikan : “Analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formaluntuk menemukan temadan merumuskan hipotesa (ide), seperti yang disarankan oleh datadan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesa itu”. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori tersebut dengan menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan lapangan atau komentar penelitian gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

Pekerjaan penulis dalam menganalisis data ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya. Pengorganisasiannya dan pengelolaan data dilakukan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data dilakukan penulis dalam suatu proses-proses, berarti pelaksanaannya sudah mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.

(46)

1.9Sistematika Penulisan

Dalam Bab I, penulis akan membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, konsep, teori dan metode penelitian

Bab II membahas Tinjauan umum masyarakat Batak Toba dan Kesenian Batak Toba, Geografi Batak Toba, Asal Usul Masyarakat Batak Toba, Mitologi masyarakat Batak Toaba, dan kesenian masyarakat Batak toba.

Bab III membahas tentang musik populer, musik populer Batak Toba, pengaruh kebudayaan modern dalam musik Batak Toba, dan pengertian seni.

Bab IV membahas tentang biografi Dakka Hutagalung dan eksistensi dari karya Dakka Hutagalung

Dalam Bab V, penulis akan membahas arti dan makna syair yang terdapat dalam 10 lagu karya cipta Dakka Hutagalung

Bab VI membahas struktur musik seperti tempo lagu, kontur melodi, tangga nada, progesi akord, harmoni dan lain lain

Gambar

Tabel 1.1 Pembagian Tanda. Sumber Emi Yunita (2011)

Referensi

Dokumen terkait

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.”

Pada tahap ini dilakukan upaya mengelopokkan dan menyamakan data yang sama dan membedakan data yang berbeda (Mahsun, 2007: 257). Analisis data adalah proses mengatur urutan data

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas tentang Lagu Yesus Bertanya maka penulis tertarik untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi yang

Penelitian terhadap makna teks dan struktur melodi lagu Selimut Putih ini, sesuai dengan ilmu yang penulis pelajari selama ini, yakni etnomusikologi, yaitu ilmu

mengandung nilai musikal yang tinggi dan memiliki keunikan yang khas. Lagu dangdut memiliki struktur bentuk musik yang terdiri dari bentuk lagu, motif, frase, kalimat dan

Berdasarkan analisis pada beberapa karya piano komponis Indonesia yang dibangun dengan konsep variasi, penulis menemukan beberapa hal yang berbeda akibat dari penyesuaian yang dilakukan