• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Plastik adalah bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan seharihari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Plastik adalah bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan seharihari"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini adalah limbah plastik. Telah banyak berita di media televisi dan surat kabar tentang penggunaan plastik yaitu semakin bertambahnya penumpukan sampah plastik yang menyebabkan rusaknya lingkungan. Plastik adalah bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia, plastik dapat digunakan sebagai alat bantu yang relative kuat, ringan dan mempunyai harga yang relatif murah. Karakteristik plastik yang sulit terdegradasi menjadi permasalahan yang buruk bagi kelestarian lingkungan.

Penggunaan plastik setiap tahunan juga mengalami peningkatan terutama digunakan sebagai pembungkus makanan maupun non makanan, misalnya penggunaan kantong plastik berbasis minyak bumi sebagai pembungkus minyak goreng dan langsung digunakan bersama minyak goreng untuk bahan makanan. Bahan makaanan yang digoreng dengan minyak goreng dan pembungkus plastiknya menghasilkan makanan lebih renyah dan elastis.

Berbagai cara dilakukan untuk menangani pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah plastik) diantaranya adalah penanggulangan limbah plastik dengan cara reduce, reuse, recycle, burn dan biodegradation (Budi Santoso, 2006; Eli Rohaeti dkk, 2003; Eli Rohaeti dkk, 2004). Jika dilihat dari sudut pandang kebutuhan manusia akan plastik yang sukar untuk dikurangi apalagi dihindari, maka

(2)

2

diperlukan suatu terobosan baru atau alternatif untuk mengatasi masalah kelestarian lingkungan tanpa merugikan manusia.

Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk bioplastik yang lebih mudah terbiodegradasi sehingga aman bagi lingkungan (Jan van Bailen 2006, Eli Rohaeti dan Senam, 2008). Perlu adanya alternatif bahan alami untuk pembuatan plastik (bioplastik) agar dapat dengan mudah diurai oleh pengurai (biodegradable). Plastik biodegradable ini dibuat untuk mempermudah proses degradasi terhadap reaksi enzimatis mikroorganisme. Plastik biodegradable dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional. Plastik biodegradable merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan, karena sifatnya yang dapat kembali ke alam.

Bioplastik yang dihasilkan merupakan bioplastik yang tahan lama namun mudah terurai oleh bakteri pengurai. Keunggulan bioplastik yang berasal dari limbah organik yaitu ramah lingkungan dapat langsung dikonsumsi bersama bahan makanan yang dikemasnya dan bahan baku cukup melimpah.

Umbi kentang merupakan sumber karbohidrat yang sangat persfektif sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable. Kadar pati yang terdapat pada kentang sekitar 22%-28%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niken, dkk, (2013) kentang memiliki kadar amilosa sekitar 97,978% dan kadar amilopektin kentang berkisar antara 78,962%, akan tetapi, salah satu kelemahan plastik biodegradable dari pati adalah bersifat rapuh. Untuk mengatasi masalah ini biasanya digunakan plasticizer dalam pembuatan plastik biodegradable. Dengan penambahan plasticizer akan memperbaiki karakteristik plastik biodegradable

(3)

3

menjadi elastis, fleksibel dan tidak mudah rapuh. Salah satu plasticizer yang umum digunakan pada pembuatan plastik biodegradable yaitu gliserol dan sorbitol..

Plasticizer adalah senyawa yang memungkinkan plastik yang dihasilkan tidak kaku dan rapuh, dimana Penambahan pemlastis baik sintetis maupun alami bertujuan untuk memperbaiki sifat bioplastik yang dihasilkan, memperluas atau memodifikasi sifat dasarnya atau dapat memunculkan sifat baru yang tidak ada dalam bahan dasarnya (Spink dan Waychoff dalam Frados, 2008). Pada pembuatan plastik sintetik sendiri biasanya dalam penambahan plasticizer masih menggunakan platicizer sintetis yang berasal dari golongan ftalat. Berdasarkan penelitian, ester turunan asam ftalat ini dapat membahayakan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian (Arban, 2007). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan penggunaan plasticizer yang aman,yaitu plasticizer dari golongan polihidrik alcohol atau poliol diantaranya adalah gliserol dan sorbitol (Harris, 2001).

Penelitian tentang pemanfaatan pati kentang sebagai plastik ramah lingkungan dengan plasticizer gliserol dan sorbitol masih jarang dilakukan, padahal bahan baku tersebut tersedia dalam jumlah yang melimpah .Jika dilihat dari mata kuliah Teknik Lingkungan, tentunya sangat berkaitan dengan judul yang saya ajukan. Sebagai Sarjana Teknik Lingkungan tujuan saya didalam penelitian ini, agar dapat menjadi manfaat untuk lingkungan dan sekitar serta dapat mengaplikasikan penelitian plastik biodegradable ini menjadi suatu inovasi yang bisa menggantikan plastik non-biodegradable. Dan berdasarkan latar belakang

(4)

4

yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pati kentang yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan plastik yang ramah lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah langkah kerja dan perbandingan karakteristik produk plastik biodegradable dari pati kentang dengan dua plasticizer gliserol dan sorbitol? 2. Berapa komposisi variasi pati kentang dan plasticizer terbaik untuk

menghasilkan nilai kuat tarik plastik ,pemanjangan (elongation) plastik dan biodegradabilitas ?

1.3. Batasan Masalah

1. Kualitas plastik menggunakan uji kuat Tarik ,pemanjangan (elongation) dan biodegradabilitas

2. Uji Biodegradabilitas menggunakan metode soil burial test

3. Bahan yang digunakan adalah pati kentang sebagai plastik biodegradable , gliserol dan sorbitol sebagai plasticizer

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui langkah kerja dan perbandingan plastik biodegradable dari pati kentang dengan plasticizer gliserol dan sorbitol

2. Mengetahui komposisi pati terbaik untuk menghasilkan nilai kuat tarik plastik , pemanjangan (elongation) plastik dan biodegradabilitas.

(5)

5 1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan hasil penelitan ini diharapkan menjadi tambahan data penelitian tentang plastik biodegradable bagi penelitian lainnya.

2. Diharapkan dapat mengurangi penggunaan kemasan makanan yang bersifat nondegradable, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.

(6)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Plastik biodegradable adalah polimer plastik yang tersusun atas monomer organik yang terdapat pada pati,selulosa,protein dan mikroorganisme. Plastik biodegradable dapat digunakan layaknya plastik konvensional biasa namun akan hancur oleh aktivitas mikroorganisme dan menghasilkan air dan senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan ketika dibuang kelingkungan. Karena terbuat dari bahan-bahan organik, plastik biodegradable bersifat ramah lingkungan. Menurut Bambang (2017), bioplastik yang dibentuk dari polimer pati termodifikasi mengandung gugus fungsi hidroksil (O-H) yang berikatan dengan hydrogen, alkana (C-H), aldehida (C-H), ikatan hidrogen asam karboksilat, alkuna (C=C), ester, senyawa aromatik sederhana, karboksil (C-O), alkena (C=C) serta hidrokarbon -(CH2)n.

Pembentukan plastik biodegradable dengan bahan dasar pati (starch) menggunakan prinsip gelatinisasi. Pati dilarutkan dengan sejumlah air kemudian dipanaskan dengan temperatur tertentu sehingga menguapkan kandungan air dan meninggalkan lapisan fim yang bersifat kaku dan stabil. Film adalah lembaran tipis yang fleksibel dan tidak mengandung bahan metalik dengan ketebalan 0,01 inci sampai 250 mikron (Pudjiastuti,2012). Tetapi Plastik biodegradable berbahan dasar pati memiliki antara lain tidak tahan terhadap panas, sifat mekanis yang rendah, tidak tahan terhadap mikroorganisme dan air. Untuk meningkatkan sifat

(7)

7

mekanis plastik ditambahkan zat aditif antara lain kitosan. Berdasarkan bahan bakunya, Plastik biodegradable dibedakan menjadi plastik biodegradable berbahan baku petrokimia (nonrenewable resources) dan plastik biodegradable berbahan dasar biomassa (renewable resources) (Ningsih,2010).

Plastik pada umumnya dibuat dari minyak bumi dan bersifat non-biodegradable. Plastik sintetik mempunyai kestabilan fisiko-kimia yang sangat kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami. Plastik tersebut dianggap tidak ramah lingkungan dan dapat mencemari lingkungan (Tegar, 2009). Alternatif solusi dalam menanggulangi pemasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan kemasan plastik yang biodegradable dan ramah lingkungan. Menurut American Society for Testing and Materials (ASTM D20.96), plastik biodegradable dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Photodegradable plastik adalah jenis plastik yang terdegradasi akibat cahaya matahari.

2. Oxidatively degaradable plastik adalah jenis plastik yang terdegradasi secara oksidatif.

3. Hydrolytically degradable plastik adalah jenis plastik yang terdegradasi secara hidrolisis.

4. Biodegradable plastik adalah jenis plastik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme seperti bakteri, fungi, dan alga.

Plastik biodegradable didefinisikan sebagai lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen makanan (film) yang berfungsi sebagai penahan terhadap transfer massa seperti kadar air,

(8)

8

oksigen, lemak dan cahaya, atau berfungsi sebagai bahan tambahan pangan (Gandhiasari, 2000). Komponen utama penyusun plastik dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu hidrokoloid, lemak dan komposit. Hidrokoloid yang dapat digunakan untuk pembuatan plastik adalah karbohidrat dan protein, sedangkan lemak yang digunakan adalah lilin/wax dan asam lemak (Putranto, 2005).

Istilah plastik meliputi produk hasil proses polimerisasi baik yang sintesis maupun semisintesis. Plastik dapa dibentuk menjadi suatu objek plastik ataupun serat (Anonim, 2006). Plastik biodegradable tersebut dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku hasil pertanian dengan mencampurkan polyolefin ke dalam pati untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik dan sifa barrier terhadap uap air dari kemasan berbahan baku pati (Gontard & Guilbert, 1993). Plastik biodegradable juga dapat dibuat dengan mencampurkan polimer sintetik dengan polimer alami seperti pati dan juga plastik tersebut dapat dibuat dengan bahan baku yang 100% biodegradable (Tegar, 2009).

Pembentukan plastik biodegradable dapat melalui dua teknik dasar yang berbeda, yaitu solution casting atau molten polymer. Pada pembuatan plastik dengan teknik solution casting, bahan polimer dilarutkan ke dalam pelarut yang cocok untuk menghasilkan larutan yang viscous. Larutan yang dhasilkan dituang pada suatu permukaan yang rata (cetakan) yang bersifat non-adesif dan pelarut dibiarkan menguap sampai habis. Film plastik yang sudah kering kemudan diangkat dari cetakannya. Teknik molten polymer dilakukan dengan cara pemanasan polimer sampai di atas titik lelehnya. Teknik solution casting menjadi pilihan yang cepat dan mudah untuk dilakukan pada skala laboratorium.

(9)

9

Pengadukan diperlukan untuk mempercepat kelarutan, misalnya pengadukan dengan stirrer. Larutan polimer perlu disaring sebelum proses casting, maka dapat dilakukan penyaringan vakum karena larutan terlalu viskous (Allcock & Lampe, 1981).

Menurut Setiahadi (2005), keuntungan plastik biodegradable apabila dibandingkan dengan pengemas plastik lainnya yaitu,

1. Edible film dapat dimakan bersamaan dengan produk yang dikemas, sehingga tidak ada pembuangan pengemas.

2. Jika edible film tidak dikonsumsi, plastik tersebut tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal tersebut karena plastik dibuat dari bahan-bahan yang dapat diolah kembali, sehingga mudah diuraikan daripada bahan plastik.

3. Edible film dapat berfungsi sebagai suplemen gizi pada makanan.

4. Edible film sangat baik digunakan untuk mikroenkapsulasi aroma bahan makanan dan dapat memperbaiki sifat-sifat organolepik makanan yang dikemas dengan varisasi komponen yang menyatu dengan bahan makanannya.

5. Edible film dapat digunakan sebagai bahan pengemas satuan individu dari bahan makanan yang berukuran kecil.

6. Edible film dapat diterapkan pada sistem pengemasan berlapis dengan edible plastik sebagai pengemas bagian dalam dan pengemas non-edible di bagian luar.

(10)

10

Standar edible film yang digunakan menurut Japanese Industrial Standart (1975) dalam Krochta, dkk (1997) pada table 2.1.

Tabel 2.1. Standart edible film ( JIS (1975) dalam Krochta, dkk (1997))

No

Sifat

Nilai

1

Ketebalan 0.25 mm

2

Kuat Tarik 3.92266 Mpa

3

Elongation (%)

Jelek < 10% Bagus > 50%

4

Modulus Young 0.35 Mpa

5

Laju transmisi uap air 10 g/m2h

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Plastik

Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau monomer. Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semisintetik, namun ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi (Wikipedia, 2009; Azizah, 2009).

(11)

11

Bahan dasar plastik adalah phtalat ester yang bersifat stabil, sukar diuraikan oleh mikroorganisme. Pada makanan yang dikemas dalam plastik akan terjadi migrasi zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika kemasan tidak cocok dengan karakteristik makanan tersebut. Migrasi ini dipengaruhi oleh suhu makanan dan penyimpanan (Koswara S, 2006).

b. Bioplastik (Biodegradable)

Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan layaknya pada plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktifitas mikroorganisme menjadihasil akhir berupa air da gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang kelingkungan tanpa meninggalkan sisa yang beracun. Karena sifatnya yang dapatkembali ke alam, maka plastik biodegradable merupakan bahan plastik yang ramah lingkungan (Worldcentric, 2009).

2.2.2. Komposisi Plastik

Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya plastik polivinil klorida mempunyai monomer vinil klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer plastik, maka terdapat bahan-bahan tambahan non plastik atau

(12)

12

bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam pembuatan plastik ini merupakan Bahan-bahan dengan berat molekul rendah, yaitu berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.

2.2.3. Plastik Biodegradable

Plastik merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai pengemas yang bersifat tidak bisa di degradasi hayati (non biodegradable) di lingkungan karena mikroorganisme tidak mampu mengubah dan mensintesis enzim yang khusus untuk mendegradasi polimer berbahan dasar petrokimia (Darni dkk., 2010). Beberapa bahan seperti polisakarida, protein dan lipid dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan biodegradable film sebagai pengemas (Alves, Vieira , Tharanathan, dkk, 2003.).

Istilah biodegradable diartikan sebagai kemampuan komponen-komponen molekuler dari suatu material untuk dipecah menjadi molekul-moleklu yang kecil oleh mikroorganisme hidup, sehingga zat karbon yang terkandung dalam material tersebut akhirnya dapat dikembalikan kepada biosfer. Plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti konvensional namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir berupa air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan, karena sifatnya dapat kembali ke alam, plastik biodegradable merupakan bahan plastik yang ramah lingkungan (Rucitra Widyasari, 2010).

(13)

13

Plastik biodegradable merupakan plastik yang terbuat dari sumber yang dapat diperbaharui yaitu senyawa-senyawa dalam tanaman misalnya pati, selulosa dan lignin serta pada hewan seperti kasein, protein dan lipid (Averous dalam Darni dkk, 2008). Penggunaan plastik biodegrdable dapat disamakan seperti penggunaan plastik sintetik tetapi plastik biodegradable akan terdegradasi oleh aktivitas mikroorganisme seperti, jamur maupun alga menjadi hasil akhir dan kabondioksida seteelah ahbis terpakai dan dibuang ke lingkungan (Pranamuda dalam Firdaus dkk, 2004).

Degradasi terhadap plastik biodegradable tejadi lebih cepat dibandingkan degradasi pada plastik sintetik. Sebagai perbandingan, plastik sintetik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun agar dapat terdegradasi sempurna, sedangkan plastik biodegradable selain menghasilkan karbondioksida dan air, juga akan menghasilkan senyawa organik lain yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil degradasi ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak ataupun sebagai pupuk kompos sehingga kualitas tanah akan meningkat karena hasil degradasi oleh mikroorgasinme dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah. Pembakaran plastik biodegradable juga tidak membahayakan lingkugan karena tidak akan menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya (Huda, 2007).

2.2.4. Karakteristik Film Plastik

a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Kekuatan tarik atau kuat renggang putus merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapat sampai film dapat tetap bertahan sebelum putus.

(14)

14

Pengukuran kekuatan tarik digunakan agar dapat diketahui besarnya gaya yang dicapai untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap satuan luas area film pada saat memanjang (Krochta dan Mulder-Johnstone dalam Purwanti, 2010). Perhitungan kekuatan tarik mengikuti rumus :

𝜎 = 𝐹 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐴0 Dengan

𝜎 = Tensile Strength (kg/cm2) Fmaks = Tegangan maksimum (kg) A0 = Penampang mula-mula (cm2)

Hasil pengukuran ini berhubungan erat dengan jumlah plasticizer yang ditambahkan pada proses pembuatan plastik (Purwanti, 2010). Pada umumnya semakin banyak penambahan plasticizer seperti sorbitol menyebabkan nilai kekuatan plastik semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya pembentukan ikatan yang dapat memperlonggar ikatan dalam plastik sehingga gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan plastik semakin berkurang.

Tensile Strength adalah ukuran untuk kekuatan film secara spesifik, merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film tetap bertahan sebelum putus/sobek (Krochta and Mulder-johnston, 1997). Pengukuran ini untuk mengetahui besarnya gaya yang diperlukan untuk mencapai tarikan maksimum pada setiap luas area film. Sifat tensile strength tergantung pada konsentrasi dan jenis bahan penyusun edible film terutama sifat kohesi struktural. Kohesi struktural adalah kemampuan polimer untuk menentukan kuat atau tidak ikatan antar rantai molekul antar rantai polimer.

(15)

15 b. Persentase Pemanjangan (Elongation)

Persentase pemanjangan adalah besarnya pertambahan panjang yang diakibatkan oleh beban tarikan pada saat putus. Besarnya persentase pemanjangan menentukan keelastisan atau keuletan suatu bahan. Bila nilainya mendekati nol maka material tersebut merupakan material yang rapuh (Van Vlack dalam Martania. 2010). Berikut ini adalah rumus perhitungan persentase pemanjangan

ε= It - I0 𝐼0

dengan

𝜀 = Elongation (%)

I0 = Panjang spesimen mula-mula (mm)

It = Panjang Spesimen setelah diberi beban (mm)

Penambahan plasticizer dapat mempengaruhi persentase pemanjagan akan semakin banyak penambahan plasticizer maka nilai persentase pemanjangan akan semakin meningkat karena plasticizer dapat menyebabkan ikatan pada plastik menjadi berkurang sehingga plastik bersifat lebih elastik (Purwanti, 2010).

Laju transmisi uap air (WVTR) adalah jumlah uap air yang melalui suatu permukaan persatuan luas atau slope jumlah uap air dibagi luas area. Edible film dengan bahan dasar polisakarida umumnya sifat barrier terhadap uap airnya rendah. Film hidrofilik seringkali memperlihatkan hubungan-hubungan positif antara ketebalan dan permeabilitas uap air. Studi-studi sebelumnya sudah menandai hubungan-hubungan yang serupa antara

(16)

16

ketebalan film dan sifat permeabilitas didalam sistem film yang hidrofilik (Liu dan Han, 2005). Nilai laju transmisi uap air suatu bahan dipengaruhi oleh struktur bahan pembentuk dan konsentrasi plasticizer. Penambahan plasticizer seperti gliserol akan meningkatkan permeabilitas film terhadap uap air karena gliserol bersifat hidrofilik (Gontard et al, 1993).

c. Uji Biodegradabilitas

Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat terdegradasi dengan baik dilingkungan. Proses biodegradabilitas dapat terjadi dengan proses hidrolisis (degradasi kimiawi), bakteri/jamur, enzim (degradasi enzimatik), oleh angin dan abrasi (degradasi mekanik), cahaya (fotodegradasi). Proses ini juga dapat dilakukan melalui proses secara anaerobik dan aerobik. Pada penelitian ini uji biodergradasi dilakukan pada kondisi aerobik dengan bantuan bakteri dan jamur yang terdapat ditanah dengan reaksi sebagai berikut :

C plastik + O2 Bakteri →CO2 + H2O + Humus

Sampel berupa film bioplastik ditanamkan pada tanah yang ditempatkan dalam pot dengan asumsi komposisi tanah sama (Harnist dan Darni, 2011).

Biodegradasi adalah penyederhanaan sebagian atau penghancuran seluruh bagian struktur molekul senyawa oleh reaksi-reaksi fisiologis yang dikatalisis oleh mikroorganisme. Biodegradabilitas merupakan kata benda yang menunjukkan kualitas yang digambarkan dengan kerentanan suatu

(17)

17

senyawa (organik atau anorganik) terhadap perubahan bahan akibat aktivitas-aktivitas mikroorganisme (Madsen, 1997).

Saat degradasi, film plastik akan mengalami proses penghancuran alami baik mengalami proses fotodegradasi (cahaya matahari, katalisa), degradasi kimiawi (air, oksigen), biodegradasi (bakteri, jamur, alga, enzim), atau degradasi mekanik (angin, abrasi). Proses – proses tersebut dapat berlangsung secara tunggal maupun kombinasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat biodegradabilitas kemasan setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni: sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi, struktur polimer, morfologi, dan berat molekul bahan kemasan (Griffin, 1994).

2.2.5. Pati

Pati merupakan salah satu polisakarida yang terdapat dalam semua tanaman, terutama dalam jagung, kentang, biji-bijian, ubi akar, padi, dan gandum (Hardjono Sastrohamidjojo, 2001: 90). Pati terdapat sebagai butiran kecil dengan berbagai ukuran dan bentuk yang khas untuk spesies tumbuhan. Butir pati dapat ditunjukkan dengan mikroskop cahaya biasa dan cahaya terpolarisasi, serta dengan difraksi sinar-X terlihat struktur kristal yang sangat beraturan (De Man, 1997: 190).

Pati terdiri atas dua macam polisakarida yang keduanya merupakan polimer dari glukosa. Polimer glukosa tersebut tersusun dari unit satuan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4 glikosidik dan ikatan α-1,6 glikosidik pada percabangan rantainya. Kedua polimer glukosa tersebut

(18)

18

adalah amilosa dan amilopektin (Anna Poedjiadi dan Titin Supriyanti, 1994).

Amilosa mempunyai molekul yang berbentuk lurus dari satuan-satuan glukosa dan terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan α-(1,4) glikosidik. Sifat khas dari amilosa adalah kemampuannya untuk mengikat iod, karena membentuk kompleks biru tua. Amilosa dapat mengikat 20% bobot iod. Amilosa mudah terhidrolisis daripada amilopektin.

Gambar 2.1 Sebagian Struktur Amilosa

Amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan yang bercabang-cabang, karena adanya ikatan α-(1,6) glikosidik pada titik tertentu dalam molekulnya, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Rantai cabang yang demikian itu dapat mengandung 200-3000 satuan glukosa hingga mempunyai berat molekul relatif ± 500.000. Amilopektin akan memberikan warna merah bila ditambahkan larutan iodin dan mengandung 20-30 sisa glukosa serta mempunyai bobot molekul relatif 50.000-1.000.000 (Aisjah Girindra,1993).

(19)

19

Gambar 2.2 Bagian Molekul Amilopektin

Kestabilan edible film dipengaruhi oleh amilopektin, sedangkan amilosa berpengaruh terhadap kekompakannya. Pati dengan kadar amilosa tinggi menghasilkan edible film yang lentur dan kuat karena struktur amilosa memungkinkan pembentukan ikatan hidrogen antar molekul glukosa penyusunnya dan selama pemanasan mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang dapat memerangkap air sehingga menghasilkan gel yang kuat (Meyer dalam Purwitasari, 2000).

Ubi-ubian merupakan jenis bahan pangan yang sering dijadikan sumber pati antara lain, ubi jalar, kentang dan singkong (Liu dalam Cui, 2005). Kandungan pati pada beberapa bahan pangan disajikan pada Tabel 2.2 berikut ini.

Table 2.2 Kandungan Pati Pada Beberapa Bahan Pangan Bahan Pangan Pati (% dalam basis kering)

Biji gandum 67

(20)

20 Jagung 57 Biji sorghum 72 Kentang 75 Ubi jalar 90 Singkong 90

Sumber: Liu Cui (2005) 2.2.6. Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu umbi-umbian yang banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat atau makanan pokok bagi masyarakat dunia setelah gandum, jagung dan beras. Sebagai umbi-umbian, kentang cukup menonjol dalam kandungan zat gizinya. Perbandingan protein terhadap karbohidrat yang terdapat di dalam umbi kentang lebih tinggi dari pada biji serealia dan umbi lainnya. Kandungan asam amino umbi kentang juga seimbang sehingga sangat baik bagi kesehatan (Niederhauser 1993). Umbi kentang mengandung sedikit lemak dan kolesterol, namun mengandung karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin C, kalsium, zat besi dan vitamin B6 yang cukup tinggi (Kolasa 1993).

Bagian-bagian penting pada tanaman kentang menurut Budi Samadi (2011: 10) adalah sebagai berikut:

 Daun: tanaman kentang umumnya berdaun rimbun terletak berselang-seling pada batang tanaman, berbentuk oval agak bulat dengan ujung

(21)

21

yang meruncing dan tulang daun yang menyirip. Warna pada daun mulai dari hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu.

 Batang: berbentuk segi empat atau segilima, tergantung varietasnya, tidak berkayu dan bertekstur agak keras. Warna pada batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang bercabang dan setiap cabang ditumbuhi daun yang rimbun.

 Akar: tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil. Diantara akar ini ada yang nantinya berubah bentuk dan fungsi menjadi bakal umbi, yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.  Bunga: tanaman kentang ada yang berbunga dan tidak tergantung

varietasnya. Warna pada bunga yaitu kuning atau ungu. Kentang varietas desiree berbunga ungu. Varietas cipanas, segunung dan cosima berbunga kuning.

 Umbi: ukuran, bentuk dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Ukuran umbi bervariasi dari kecil hingga besar. Bentuk umbi ada yang bukat, oval, bulat panjang. Umbi kentang berwarna kuning, putih dan merah.

(22)

22

Gambar 2.3 Tanaman Kentang

Klasifikasi kentang menurut Setiadi (2009: 31) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta/Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae (berkeping dua) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales/Tubiflorae (Berumbi) Famili : Solanaceae (Berbunga terompet)

Genus : Solanum (Daun mahkota berletak satu sama lain) Seksi : Petota

(23)

23

Nama binomial : Solanum tuberosum LINN. (Solanum tuberosum L.)

Kentang mempunyai kandungan selulosa , hemiselulosa dan karbohidrat. Komposisi kimia kentang beragam, bergantung pada mutu bahan baku, efisiensi proses ekstraksi pati, dan penanganan pati kentang itu sendiri (Kurniadi, 2010). Berikut ini kandungan yang terdapat pada kentang :

Tabel 2.3 Komposisi kimia dalam kentang Gambar 2.4 Umbi Kentang

(24)

24

Komponen Kadar /100 gram

Karbohidrat (gr) 20-35 Protein (gr) 1,5-2 Lemak (gr) 0,1 Serat (mg) 30 Fosfor (mg) 56 Air (gr) 75-78 Besi (mg) 0,7 Kalsium (mg) 11 Kalori (kal) 83

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) 2.2.7. Plasticizer

Plasticizer diartikan sebagai bahan non volatile bertitik didih tinggi dan dapat mengubah sifat fisik dari suatu material jika ditambahkan pada material tersebut. Sifat fisik yang berubah setelah penambahan plasticizer yaitu : lunak, tahan terhadap air, bertambahnya sifat elastis. Beberapa macam plasticizer yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable adalah gliserol, sorbitol, polietilen glikol 400 (EG), propilen glikol dan etilen glikol (Purwanti, 2010).

Mekanisme kerja Plasticizer secara umum adalah terjadinya disperse molekul Plasticizer ke dalam fase polimer. Jika Plasticizer mempunyai gaya interaksi ke dalam polimer, proses dispersi akan berlangsung dalam skala

(25)

25

molekul dan terbentuk larutan polimer-plasticizer sehingga keadaan ini disebut kompatibel (Wirjosentono, 1995)

Ada dua kelompok Plasticizer yang dibedakan berdasarkan nilai polaritasnya, yaitu Plasticizer kelompok polar dan Plasticizer kelompok amfifilik. Plasticizer kelompok polar terdapat 6 jenis senyawa kimia yang dipilih terutama berdasarkan jumlah gugus OH-nya, antara lain adalah gliserol , sorbitol, trietilen glikol, polietilen glikol, asam laktat, dan poli laktat, dan poli asam laktat. Sedangkan Plasticizer dari kelompok amfifilik digunakan 5 jenis asam lemak bebas, yaitu asam oktanoat, asam laurat, asam palmitate, asam stearate, dan asam oleat (Di Giola dan Guibert dalam Paramawati, 2001).

Dalam penelitian yang akan dilakukan, plastik yang dihasilkan dari bahan kulit kentang masih bersifat kaku. Tingkat kekuatan dari plastik yang dihasilkan dapat menyebabkan plastik yang dihasilkan tidak elastis sehingga tidak fleksibel untuk digunakan. Maka dari itu, penambahan plasticizer sangat diperlukan untuk membuat plastic memiliki sifat yang elastis karena plasticizer dapat melemahkan kekuatan dari plastic biodegradable yang dihasilkan.

2.2.8. Gliserol

Gliserol adalah senyawa alkohol polihidrat (polyol) dengan 3 buah gugus hidroksil dalam satu molekul atau disebut alkohol trivalent. Rumus kimia gliserol adalah C3H8O3, berat molekul gliserol 92,10 massa jenisnya 1,23 g/cm3 dan titik didihnya 204 ℃. Gliserol mempunyai sifat mudah larut

(26)

26

air, meningkatkan viskositas larutan, mengikat air dan menurunkan Aw (Lindsay, 1985).

Senyawa yang penting dari alkil trihidrat adalah gliserol (propan-1,2,3-triol) dengan rumus CH

2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir disemua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliseril dari asam palmitat, stearat dan oleat. Senyawa ini bermanfaat sebagai anti beku (anti freeze) dan juga merupakan senyawa yang higroskopis sehingga banyak digunakan untuk mencegah kekeringan pada tembakau, pembuatan tinta dan parfum, obat-obatan, kosmetik, pada bahan makanan dan minuman serta penggunaan lainnya (Austin dalam Ginting, 2012).

Gliserin, atau juga sering dikenal sebagai gliserol, merupakan unsur kimiawi yang bersifat organik. Gliserin dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya, banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserin merupakan jenis pelarut yang baik (Yusmarlela, 2009)

Rumus kimia gliserol yaitu C3H8O3 :

Gambar 2.5 Struktur Gliserol Kepadatan: 1,26 g/cm³

(27)

27 Nama IUPAC: propane-1,2,3-triol Massa molar: 92,09382 g/mol Titik lebur: 17,8 °C

Titik didih: 290 °C Klasifikasi: Poliol

Gambar 2.6 Reaksi pembentukan Gliserol

Gliserol efektif digunakan sebagai plasticizer pada film hidrofilik, seperti film berbahan dasar pati, gelatin, pektin, dan karbohidrat lainnya termasuk kitosan. Penambahan gliserol akan menghasilkan film yang lebih fleksibel dan halus. Gliserol adalah molekul hidrofilik yang relatif kecil dan dapat dengan mudah disisipkan di antara rantai protein dan membentuk ikatan hidrogen dengan amida. Gliserol dapat meningkatkan pengikatan air pada edible film. Gliserol merupakan cairan yang memiliki kelarutan tinggi, yaitu 71 g/100 g air pada suhu 25 ℃. Biasanya digunakan untuk mengatur

(28)

28

kandungan air dalam makanan dan mencegah kekeringan pada makanan (Ginting, 2012).

2.2.9. Sorbitol

Sorbitol merupakan bahan pengganti gula dari golongan gula alkohol yang paling banyak digunakan, terutama di Indonesia. Di Indonesia sorbitol (C6H14O6) paling banyak digunakan sebagai pemanis pengganti gula karena bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah. Di Indonesia, sorbitol diproduksi dari tepung umbi tanaman singkong (Manihot Utillissima Pohl) yang termasuk keluarga Euphoribiaceae. Selain itu sorbitol juga dapat ditemui pada alga merah Bostrychia scorpiodes yang mengandung 13,6% sorbitol. Tanaman berri dari spesies Sorbus Americana mengandung 10% sorbitol. Famili Rosaceae seperti buah pir, apel, ceri, prune, peach, dan aprikot juga mengandung sorbitol. Sorbitol juga diproduksi dalam jaringan tubuh manusia yang merupakan hasil katalisasi dari D-glukosa oleh enzim aldose reductase, yang mengubah struktur aldehid (CHO) dalam molekul glukosa menjadi alkohol (CH2OH)

Sorbitol pertama kali ditemukan oleh ahli kimia dari Perancis yaitu Joseph Boosingault pada tahun 1872 dari biji tanaman bunga ros. Proses hidrogenasi gula menjadi sorbitol mulai berkembang pada tahun 1930. Pada tahun 1975 produsen utama sorbitol adalah Roguette Freres dari Perancis. Secara alami sorbitol juga dapat dihasilkan dari berbagai jenis buah.

Sorbitol dinyatakan GRAS (Generally Recognized As Safe) atau secara umum dikenal sebagai produk yang aman oleh U.S. Food and Drug

(29)

29

Administration dan disetujui penggunaannya oleh Uni Eropa serta banyak negara di seluruh dunia. Mencakup Australia, Austria, Kanada dan Jepang (Suara merdeka, 2008).

Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhidric alcohol dengan rumus kimia C6H14O6. Struktur molekulnya mirip dengan struktur molekul glukosa hanya yang berbeda gugus aldehid pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Sorbitol juga dikenali glucitol, adalah sejenis alkohol gula dimana badan manusia boleh memetabolismakannya secara perlahan.

Sorbitol atau dikenal juga hexitol dengan rumus kimia C6H14O6

Sifat-sifat fisika sorbitol :

Specific gravity : 1.472 (-5 ℃)

 Titik lebur : 93 ℃ (Metasable form) 97,5 ℃ (Stable form)  Titik didih : 296 ℃

 Kelarutan dalam air : 235 gr/100 gr H2O

 Panas Pelarutan dalam air : 20.2 KJ/mol Gambar 2.7 Struktur Sorbitol

(30)

30

 Panas pembakaran : -3025.5 KJ/mol Sifat-sifat Kimia :

 Berbentuk kristal pada suhu kamar

 Berwarna putih tidak berbau dan berasa manis  Larut dalam air,glycerol dan propylene glycol

 Sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat dan phenol  Tidak larut dalam sebagian besar pelarut organik (Perry, 1950)

2.3. Kerangka Berpikir

Umbi Kentang

Sumber daya alam yang mengandung

selulosa dan hemiselulosa tinggi

(31)

31 2.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan karakteristik plastik biodegradable dari kentang antara

yang menggunakan plasticizer gliserol dengan plasticizer sorbitol

2. Terdapat komposisi pati kentang dan plasticizer yang tepat untuk menghasilkan plastik biodegradable terbaik

BAB III

METODE PENELITIAN Tepung Pati Kentang

Variasi tepung pati kentang

Uji Karakteristik Plastik Uji Biodegradabilitas Soil Burial Test

Uji laboratorium : 1. Uji kuat tarik 2. Pemanjangan

Plasticizer Gliserol Pembuatan Plastik Biodegradable Plasticizer Sorbitol

Analisis data menggunakan korelasi - regresi

(32)

32 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Oktober 2018 sampai Desember 2018 di Laboratorium Fakultas Pertanian UGM untuk pengujian kekuatan tarik (tensile strength) dan persentase pemanjangan (elongation). Sedangkan untuk uji biodegradabilitas dan pembuatan bioplastik dilakukan di Laboratorium Kampus 2 Institut Teknologi Yogyakarta.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah plastik biodegradable dengan bahan utama kentang yang didapat dari Pasar Giwangan

3.3. Waktu Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

N

o. Kegiatan

Waktu (Dalam 2018)

Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan proposal 2 Ujian proposal 3 Revisi proposal 4 Persiapan penelitian 5 Pelaksanaan penelitian 6 Pengolahan data 7 Penyusunan skripsi 8 Ujian skripsi 9 Revisi skripsi

(33)

33 3.4. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

1. Pati kentang sebanyak 10 gram, 12 gram, 14 gram, 16 gram, 18 gram, 20 gram dan 22 gram

2. Plasticizer gliserol sebanyak 5 mL dan sorbitol sebanyak 5 mL 2. Variabel Terikat

Uji kuat tarik (tensile strengthI), pemanjangan (elongation) dan uji biodegradabilitas

3.5. Prosedur Penelitian 3.5.1. Tahap Persiapan

Pada metode penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah persiapan alat dan bahan.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain ;

1. UTM (Universal Testing Machine) digunakan untuk mengukur kuat tarik (tensile strengthI), pemanjangan (elongation).

2. Blender digunakan untuk menghaluskan kentang

3. Kompor gas digunakan untuk perebusan pada pembuatan bioplastik. 4. Panci digunakan sebagai wadah untuk pembuatan bioplastik

5. Timbangan digunakan untuk menimbang bahan 6. Pisau untuk mencacah kentang

(34)

34

8. Cetakan berupa piring melamine digunakan untuk mencetak plastik biodegradable

9. Oven digunakan untuk pemanasan pati kentang dan plastik biodegradable.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu ;

1. Kentang sebagai bahan utama dalam pembuatan plastik biodegradable 2. Gliserol dan Sorbitol

3. Aquadest untuk pencampuran pembuatan pati kentang dan plastik biodegradable.

4. Asam asetat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan plastik biodegradable

3.5.2. Tahap Pelaksanaan

3.5.2.1. Tahap Pembuatan Pati Kentang

Gambar 3.1 Bagan pembuatan pati kentang

Pembuatan pati kentang pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kentang di potong kecil

dan penghalusan pemerasan

pengendapan slurry dipisahkan dengan cairannya kemudian dikeringkan dengan oven Tepung pati kentang

(35)

35

1. Alat dan bahan disiapkan, seperti kentang, timbangan, blender.

2. Kentang dicuci terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender.

3. Kentang yang sudah diblender diperas menggunakan serbet 4. Air hasil pemerasan dari kentang tersebut didiamkan selama

6 – 8 jam untuk mendapatkan endapan

5. Endapan pati dipisahkan dengan cara dekantasi kemudian di keringkan pada suhu ± 40ºC selama ± 6 jam

6. Kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh

3.5.2.2. Pembuatan Plastik Biodegradable

Gambar 3.2 Bagan pembuatan plastik biodegradable Bahan pati kentang

sesuai variasi yang ditentukan dilarutkan

dengan aquadest sebanyak 50 mL

Ditambahkan

plasticizer (gliserol dan

sorbitol)

Dipanaskan pada suhu 70-74C selama 10 menit hingga terbentuk

gelatin

Bahan dicetak pada cetakan loyang ukuran

20 cm x 15 cm yang dilapisi alumunium foil

Hasil cetakan dijemur dengan panas matahari

selama 9 jam

Setelah dioven, hasil bioselulosa dilepas dari cetakan dan didinginkan

dalam suhu ruang

Uji laboratorium : 1. Uji kuat tarik 2. Pemanjangan

Uji Biodegradable

(36)

36

Pembuatan plastik biodegradable pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat dan bahan disiapkan, seperti tepung pati kentang, gliserol, sorbitol dan beaker glass.

2. Pati kentang ditimbang dengan variasi yang telah ditentukan yaitu : 10 gram, 12 gram, 14 gram, 16 gram, 18 gram, 20 gram, dan 22 gram.

3. Kemudian mencampur pati kentang, menambahkan aquades sebanyak 50 mL dan asam asetat sebanyak 5 mL, kemudian di tambahkan gliserol dan sorbitol masing-masing 5 mL. Dipanaskan pada suhu 70-80C selama 10 menit sampai terbentuk gelatin.

4. Kemudian bahan dicetak menggunakan cetakan loyang 20 cm x 15 cm yang dilapisi dengan alumunium foil.

5. Hasil cetakan dijemur dengan panas matahari selama 9 jam, lalu hasil bioselulosa dilepas dari cetakan dan di dinginkan sesuai suhu kamar.

3.5.2.3. Tahap Uji Karakteristik Plastik Biodegradable 1. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Pengujian kuat tarik dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Pengujian kuat tarik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara komposisi bahan pembentuk / bahan pengisi terhadap nilai kuat tarik

(37)

37

yang dihasilkan. Sampel plastik yang di perlukan 70 mm x 30 mm.

Kekuatan tarik dihitung dengan membagi gaya maksimum dalam Newton (atau pound force) dengan luas penampang minimum dalam milimeter persegi (atau inci persegi). Hasil dinyatakan dalam pascal (atau pound fource per milisquare inch).

σ =

𝐹𝑚𝑎𝑥

𝐴

Sumber : Hukum Hook

keterangan : σ = kekuatan tarik (Mpa) Fmax = tegangan maksimum (N)

A = luas penampang melintang (mm2)

2. Pemanjangan (Elongation)

Pemanjangan (Elongasi) adalah peningkatan panjang material saat diuji dengan beban tarik, dinyatakan dalam satuan panjang, biasanya inci atau millimeter. Persen elongasi adalah pemanjangan benda uji yang dinyatakan sebagai persen dari panjangnya.

Pengujian elongasi plastik biodegradable dilakukan dengan membandingkan penambahan panjang yang terjadi dengan panjang bahan sebelum dilakukan uji tarik. Dari pengujian elongasi ini akan dapat diketahui tingkat

(38)

38

kemuluran bahan dengan adanya prubahan komposisi yang dilakukan pada saat perlakuan.

𝜀(%)

=

𝑙𝑡−𝑙0

𝑙0

𝑥100%

Sumber : Hukum Hook

keterangan :  = Elongation (%)

𝑙𝑡 = Panjang setelah putus (mm) 𝑙𝑜 = Panjang awal (mm)

3. Uji Biodegradabilitas

Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sampel film plastik sampai mengalami

degradasi. Uji biodegradabilitas yang dipilih yaitu

mengendalikan mikroorganisme tanah sebagai pembantu proses degradasi atau yang disebut dengan teknik soil burial test (Subowo dan Pujiastuti, 2003). Sampel berukuran 4 x 1

𝑐𝑚2ditempatkan dan ditanam dalam pot yang telah terisi tanah,

sampel dibiarkan terkena udara terbuka tanpa ditutupi kaca selama 8 hari. Pengamatan terhadap sampel dilakukan Pengamatan terhadap sampel dilakukan dengan visual

3.6. Teknik Analisis Data

Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Selanjutnya data tersebut dianalisis secara deskriptif menggunakan korelasi-regresi. Matris data variasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(39)

39

Tabel 3.2 Variasi dan perlakuan pembuatan plastik biodegradable

Sumber : Data Primer, 2018 N o Pati Kentan g (gr) Glisero l (mL) Sorbito l (mL) Parameter Uji Kuat Tarik Pemanjang an Biodegradabilitas 1 10 5 5 2 12 5 5 3 14 5 5 4 16 5 5 5 18 5 5 6 20 5 5 7 22 5 5

(40)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Penelitian yang berjudul “PERBANDINGAN PLATICIZER GLISEROL DAN

SORBITOL PADA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI KENTANG” ini telah

dilaksanakan mulai tanggal 5 November 2018 – 6 Januari 2019. Pembuatan plastik biodegradable dilakukan di Laboratorium ITY Kampus 2 di Jalan Nyipembalun, Yogyakarta.

Bahan utama kentang didapat dari Pasar Giwangan, Bantul, Yogyakarta. Dan untuk hasil uji dilakukan di Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

4.1.1. Karakteristik Plastik Yang Dihasilkan

Tabel 4. 1 Sifat Fisik Film Bioplastik dari Kentang

No Sifat Fisik Gliserol Sorbitol

1 Bentuk Lembaran plastik Lembaran plastik

2 Warna Bening

kekuning-kuningan Bening bintik-bintik putih 3 Transparan / tidak Transparan Tidak

(41)

41

4 Permukaan Halus Kasar

Sumber : Data Primer 2018

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari bioplastik pati kentang menggunakan platicizer gliserol dan sorbitol berbeda seperti warna , transparan dan teksturnya.

4.1.2. Hasil dan Pembahasan Uji Kuat Tarik

Pada uji kuat Tarik dilakukan untuk mendapatkan nilai kekuatan Tarik dari bioplastik. Hasil uji kuat tarik dapat disajikan dalam bentuk

tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Kuat Tarik Plastik Biodegradable No

Pati Kentang

Uji Kuat Tarik (MPa) Standar (JIS 1975) Gliserol Sorbitol 1 10 gram 2,64 2,67 Minimal 3,92 MPa 2 12 gram 0,78 1,81 3 14 gram 1,98 1,37 4 16 gram 1,72 2,51 5 18 gram 2,67 1,87 6 20 gram 1,13 2,18 7 22 gram 2,40 4,27

(42)

42 Sumber : Data Primer 2018

Dari hasil pengujian kuat tarik yang diperoleh mempunyai nilai yang beragam berdasarkan variasi pati kentang. Nilai kuat tarik tertinggi diperoleh sebesar 4,27 MPa dengan perlakuan 22 gram pati kentang dan penambahan 5 mL sorbitol serta nilai terendahnya diperoleh sebesar 0,78 MPa dengan perlakuan 12 gram pati kentang dan penambahan 5 mL gliserol. Nilai kuat tarik tertinggi dan terendah dipengaruhi perbandingan berat pati dengan jumlah mL plasticizer.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Korelasi-Regresi Antara Variasi Pati Terhadap Kuat Tarik y = 0.0239x + 1.8071 R² = 0.0049 y = 0.2157x + 1.52 R² = 0.245 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 10 gr 12 gr 14 gr 16 gr 18 gr 20 gr 22 gr K u at Ta ri k (M p a)

(43)

43

Variasi pati kentang yang sudah diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, selanjutnya dianalisis dengan metode korelasi – regresi. Metode bertujuan mengetahui hubungan yang terbaik antara variabel bebas dengan variabel terikatnya dengan menunjukkan angka terbaiknya. Hasil analisa berdasarkan metode korelasi – regresi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Metode korelasi – regresi mempunyai klasifikasi berdasarkan nilai R untuk dapat menghubungkan dua variabel apakah mempunyai kaitannya diantaranya atau tidak. Klasifikasi ini digolongkan menjadi empat, yaitu sangat erat (0,76 – 1), erat (0,51 – 0,75), kurang erat (0,26 – 0,5) dan tidak erat (0 – 0,25).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada gambar 4.1. bahwa kuat tarik terendah yaitu pada perlakuan menggunakan gliserol dengan nilai R = 0,07. Nilai R pada perlakuan ini berada pada klasifikasi tidak erat dan garis yang dibentuk adalah naik. Sedangkan nilai R tertinggi yaitu pada perlakuan sorbitol dengan nilai R= 0,45. Nilai R pada perlakuan ini berada pada klasifikasi kurang erat dan garis terbentuk adalah naik. Hubungan tidak erat yang terbentuk antara pati kentang dengan kuat tariknya adalah semakin banyak pati kentang maka tidak mempengaruhi nilai kuat tarik yang dihasilkan. Nilai kuat tarik menunjukkan besarnya gaya maksimum yang digunakan untuk memutuskan bioplastik.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai kuat tarik tidak sesuai kriteria selain faktor penambahan plasticizer. Pada saat sebelum melakukan pengujian kuat tarik, hal yang dilakukan pada bioplastik adalah

(44)

44

pembentukan spesimen. Pembentukan spesimen adalah bentuk yang telah ditentukan oleh suatu alat agar bioplastik dapat diukur dengan alat Universal Testing Machine (UTM). Pemotongan spesimen tidak boleh terputus-putus, karena akan mempengaruhi alat untuk membaca nilai kuat tarik yang akan dihasilkan.

Adapun faktor lainnya adalah faktor ketebalan. Jenis plastik yang banya digunakan dalam bahan pangan biasanya memiliki ketebalan antara 0.03-0.06 mm. Ketebalan plastik berhubungan dengan kemudahannya untuk dibentuk. Semakin tebal suatu plastik maka plastik makin kaku dan sulit dibentuk namun akan memberikan perlingungan mekanis yang lebih baik terhadap bahan yang dikemasnya (Buckle et. Al., 1987).

kemudian hal lain yang mempengaruhi nilai kuat tarik yaitu konsentrasi platicizer. Semakin besar konsentrasi platicizer maka semakin turun nilai kuat tarik dan semakin meningkat elongasinya (Krochta et. al, 1997)

4.1.3. Hasil dan Pembahasan Uji Pemanjangan (elongation)

Hasil uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji pemanjangan (elongation). Pada penelitian ini hasil uji pemanjangan dapat dilakukan setelah uji kuat tarik didapatkan. Untuk dapat mengetahui pengaruh yang terjadi pada uji pemanjangan terhadap variasi pati kentang. Adapun hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut;

(45)

45

Sumber : Data Primer 2018

Dari hasil pengujian pemanjangan yang diperoleh mempunyai nilai yang beragam berdasarkan variasi pati kentang. Nilai pemanjangan tertinggi diperoleh sebesar 18,64 % dengan perlakuan 16 gram pati kentang dan penambahan 5 mL sorbitol serta nilai terendahnya diperoleh sebesar 8,32% dengan perlakuan 20 gram pati kentang dan penambahan 5 mL sorbitol.

No Pati Kentang Pemanjangan (Elongation) (%) Nilai Standar (JIS 1975) Gliserol Sorbitol 1 10 gram 15,13 16,25 Jelek < 10% Bagus > 50% 2 12 gram 17,65 9,09 3 14 gram 10,86 12,97 4 16 gram 13,83 18,64 5 18 gram 11,59 15,96 6 20 gram 13,26 8,32 7 22 gram 17,43 12,58

(46)

46

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Korelasi-Regresi Antara Variasi Pati Terhadap pemanjangan (Elongasi)

Variasi pati kentang yang sudah diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, selanjutnya dianalisis dengan metode korelasi – regresi. Metode bertujuan mengetahui hubungan yang terbaik antara variabel bebas dengan variabel terikatnya dengan menunjukkan angka terbaiknya. Hasil analisa berdasarkan metode korelasi – regresi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Metode korelasi – regresi mempunyai klasifikasi berdasarkan nilai R untuk dapat menghubungkan dua variabel apakah mempunyai kaitannya diantaranya atau tidak. Klasifikasi ini digolongkan menjadi empat, yaitu sangat erat (0,76 – 1), erat (0,51 – 0,75), kurang erat (0,26 – 0,5) dan tidak erat (0 – 0,25).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada gambar 4.2. bahwa nilai R pemanjangan terendah pada perlakuan gliserol dengan nilai R= 0,03. Nilai

y = -0.0411x + 14.414 R² = 0.0011 y = -0.3414x + 14.767 R² = 0.0374 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 10 gr 12 gr 14 gr 16 gr 18 gr 20 gr 22 gr P em an ja n ga n (% )

(47)

47

R pada perlakuan ini berada pada klasifikasi tidak erat dan garis yang dibentuk adalah turun. Sementara Nilai R pemanjangan tertinggi pada perlakuan sorbitol dengan nilai R= 0,17. Nilai R pada perlakuan ini berada pada klasifikasi tidak erat dan garis yang dibentuk adalah turun

Umumnya struktur edible film lebih lembut, kuat tarik menurun dan persen pemanjangan meningkat. Persen pemanjangan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa edible film lebih fleksibel. Penambahan konsentrasi platicizer dapat menurunkan nilai pemanjangan. Hal ini dapat terjadi karena sifat film dipengaruhi oleh komponen penyusun utama dan platicizer, baik jenis maupun konsentrasinya. Apabila platicizer ditambahkan ke dalam larutan film, berbagai modifikasi struktur terjadi dalam jaringan pati, matriks film menjadi kurang rapat, rantai polimer bergerak, fleksibilitas film menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Wittaya (2013) bahwa penambahan padatan terlarut dan plastizicer berpengaruh dalam kinerja rantai polimer sehingga mempengaruhi persen pemanjangan edible film.

Secara umum nilai persentase pemanjangan akan semakin besar seiring dengan penambahan platicizer. Hal ini sejalan dengan Nisperos-Carriedo (1994) dan Bourtoom (2006) yang menyatakan bahwa peningkatan penggunaan platicizer akan meningkatkan nilai persentase pemanjangan. Peran sorbitol sebagai platicizer pada edible film akan menurunkan gaya molekul sehingga akan meingkatkan mobilitas antar polimer yang akibatnya edible film menjadi lebih elastis dan fleksibel.

(48)

48

Semakin tinggi nilai persentase pemanjangan menunjukkan bahwa edible film tersebut semakin elastis (Kramer, 2009).

4.1.4. Hasil dan Pembahasan Uji Biodegradabilitas

Pada uji biodegradabilitas dilakukan untuk mendapatkan nilai berapa persen degradasi pada sampel plastik. Hasil uji biodegradabilitas dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil uji biodegradabilitas

Sumber : Data Primer 2018

No Pati Kentang

Biodegradabilitas Gliserol Sorbitol

1 10 gram Hancur Hancur

2 12 gram Tidak Hancur Tidak Hancur

3 14 gram Tidak Hancur Hancur

4 16 gram Hampir Hancur Hampir Hancur 5 18 gram Hampir Hancur Tidak Hancur

6 20 gram Hancur Hancur

(49)

49

Dari hasil pengujian biodegradabilitas yang diperoleh mempunyai hasil yang beragam berdasarkan variasi pati kentang dan platicizer nya. Terbagi 3 klasifikasi yaitu hancur , hampir hancur dan tidak hancur. Dengan hasil, 5 variasi plastik di klasifikasi hancur , 3 variasi plastik di klasifikasi hampir hancur dan 6 variasi plastik di klasifikasi tidak hancur

Adapun hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut;

Tabel 4.5 Hasil dan keterangan uji biodegradabilitas No Foto Sampel Biodegradabilitas Keterangan

1 Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan sudah terdegradasi setengah dari bentuk sampel sebelumnya

2 Tidak Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan bagian sudut sampel terdegradasi

3 Tidak Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan bagian sudut sampel terdegradasi

(50)

50

4 Hampir Hancur Kondisi plastik

berjamur dan terpecah menjadi 2 bagian

5 Hampir Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan kedua ujung sampel terdegradasi

6 Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan bagian sudut sampel terdegradasi

7 Hampir Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan sedikit dibagian sudut sampel terdegradasi

(51)

51

8 Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur ,terpecah beberapa bagian dan hanya menyisakan bagian kecil dari sampel

9 Tidak Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur , sampel terpecah menjadi 2 bagian dan bagian sudut sampel terdegradasi

10 Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur ,terpecah beberapa bagian dan hanya menyisakan bagian kecil dari sampel

11 Hampir Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan sepanjang sisi bawa sampel hingga ujung sampel terdegradasi

(52)

52

12 Tidak Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur ,salah satu ujung sampel terdegradasi dan terdapat beberapa lubang disampel

13 Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan sudah terdegradasi setengah dari bentuk sampel sebelumnya

14 Tidak Hancur Kondisi sampel

plastik berjamur dan kedua ujung sampel terdegradasi

Sumber : Data Primer 2018

Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai biodegradabilitas tidak sesuai kriteria selain faktor penambahan platicizer . Pada saat sebelum melakukan pengujian biodegradabilitas, hal yang dilakukan pada bioplastik adalah pembentukan spesimen. Setelah itu faktor media pengaruh biodegradabilitas seperti mikroba pengurai, kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor kimia fisik yang lain. Biodegradasi sendiri didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk dapat dengan mudah terdegradasi dengan

(53)

53

mikroba pada suhu 20º-25ºC. Proses degradasi terjadi dengan melepaskan karbon dioksida dan air di alam. Secara kimiawi, film plastik yang dihasilkan jelas bersifat biodegradable, hal itu disebabkan oleh bahan baku yang digunakan adalah bahan baku organik dan alamiah yang mudah berinteraksi dengan air dan mikroorganisme lain bahkan sensitif terhadap pengaruh fisik/kimia lingkungan. Plastik dengan kandungan air yang banyak memiliki waktu mengering yang semakin lama, oleh karena itu keadaan basah yang lebih lama dibandingkan dengan plastik yang lain memungkinkan jamur lebih mudah bertumbuh, tapi untuk penilitian ini semua sampel mengalami penjamuran. Proses degradasi secara alamiah dipengaruhi oleh penempatan sampel, sinar matahari,lama waktu penguburan , kelembaban, atau peran mikroorganisme itu sendiri. Kerusakan yang tidak beraturan ini menunjukkan bahwa mikroorganisme tanah juga mempengaruhi pada degradasi sampel bioplastik yang dihasilkan (Nurdini dkk, 2017).

4.1.5 Uji Standar Edible Film

Berdasarkan beberapa hasil pengujian, adapun perbandingan nilai hasil penelitian dengan nilai standar seperti pada Tabel berikut:

Tabel 4. 6 Perbandingan Standart Edible Film ( JIS (1975) dalam Krochta, dkk (1997)) dengan Hasil Penelitian

No Sifat Nilai Standar (JIS (1975))

Hasil

(54)

54

1 Ketebalan 0,25 mm 0,31 mm Terlalu tebal

2 Kuat tarik Minimal 3,92266

MPa 4,27 MPa Baik

3 Elongasi Jelek < 10 % sedang 11 % - 49 % Bagus > 50 % 18,64 % Sedang Sumber : Data Primer, 2018

Perbedaan variasi pati dan platicizer yang digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable mempengaruhi nilai kuat Tarik , elongisasi dan biodegradasi yang dihasilkan. Hasil pengujian plastik. Jika dibandingkan dengan Standar Edible film pada tabel 4.6 sudah memenuhi standar yang ditetapkan hanya saja untuk elongisasi pada kondisi sedang.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, beberapa sifat dalam hasil penelitian memenuhi standar bioplastik yaitu ketebalan sebesar 0,31 mm, kuat tarik sebesar 4,27 MPa dan nilai elongasi 18,64 %. Kuat tarik yang digunakan dari variasi pati 22 dan penambahan 5 mL sorbitol. Nilai elongasi yang digunakan dari variasi pati 16 gram dan penambahan 5 mL sorbitol. Sedangkan untuk nilai ketebalan yang paling mendekati standar Edible Film yaitu dari variasi komposisi pati 14 gram dan penambahan 5 mL gliserol dengan ketebalan 0,247 mm

(55)

55

Gambar 4.3 Hasil biofilm dari pati kentang dengan plasticizer gliserol dan sorbitol

Perbedaan secara fisik antara plastik biodegradable pati kentang dan gliserol dengan plastik biodegradable pati kentang dengan sorbitol lainnya adalah dari bentuk yang dihasilkan, bioplastik secara keseluruhan masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena pada beberapa perlakuan mengalami persamaan hasil. Bentuk yang dihasilkan adalah kasar, dan sebagian besar banyak mengalami kerusakan karena faktor pencetakan . Dari Plastik yang dihasilkan, plastik biodegradable dengan gliserol bening/transparan , permukaan plastik halus dan mudah dilepas dari cetakan sedangkan plastik biodegradable dengan sorbitol, plastik tidak bening/sedikit transparan ,permukaan lebih kasar dan sukar dilepas dari cetakan.

Perbedaan secara mekanik setalah diuji. Plastik biodegradable dengan sorbitol lebih baik daripada plastik biodegradable dengan gliserol dikarenakan nilai tertinggi untuk kuat tarik , pemanjangan dan

(56)

56

biodegradabilitas dihasilkan dari perlakuan dengan variasi pati kentang dengan platicizer sorbitol.

Perbedaan secara fisik antara bioplastik pati Kentang menggunakan platicizer gliserol dan sorbitol dengan plastik konvensional lainnya adalah dari bentuk yang dihasilkan, bioplastik secara keseluruhan masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena pada beberapa perlakuan mengalami persamaan hasil. Bentuk yang dihasilkan adalah kasar, dan sebagian besar banyak mengalami kerusakan karena faktor pencetakan. Sedangkan pada plastik konvensional, bentuk sudah dketahui, jika terlihat lebih kuat dibanding bioplastik dari pati kentang

Sedangkan jika dilihat dari warna yang dihasilkan untuk bioplastik pati kentang agak bening kekuningan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor salah satunya ketidaksempurnaan pada penambahan sorbitol, dan penggunaan bahan dasar pun menjadi pengaruh. Sedangkan pada plastik konvensional yang sering digunakan warna telah disesuaikan dari tempat pembuatan.

(57)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Plastik biodegredable dapat dibuat menggunakan pati kentang dengan plasticizer gliserol dan sorbitol.

2. Plastik biodegredable dengan sorbitol lebih baik daripada plastik biodegredable dengan gliserol dikarenakan nilai tertinggi untuk kuat tarik dan pemanjangan dihasilkan dari perlakuan dengan variasi pati kentang dengan plasticizer sorbitol. 3. Variasi pati yang memberikan kuat tarik terbaik adalah pada perlakuan pati 22

gram dan 5 mL sorbitol sebesar 4,67 MPa dan pemanjangan terbaik 18,64 % pada pati 16 gram dan 5 mL sorbitol .Sedangkan nilai kuat tarik terendahnya diperoleh sebesar 0,78 MPa dengan perlakuan 12 gram pati kentang dan penambahan 5 mL

(58)

58

gliserol, pemanjangan terendahnya diperoleh sebesar 8,32% dengan perlakuan 20 gram pati kentang dan penambahan 5 mL sorbitol.

4. Uji biodegradabilitas dari 14 variasi sampel dihasilkan, 5 variasi plastik di klasifikasi hancur , 3 variasi plastik di klasifikasi hampir hancur dan 6 variasi plastik di klasifikasi tidak hancur.

5. Karakteristik bioplastik dari pati kentang jika dibandingkan pada Standar Edible Film ( JIS (1975) sudah cukup sesuai.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi berat pati dan jumlah mL plasticizer yang berbeda.

2. Menggunakan alat atau metode yang lebih sesuai dan mendukung dalam pembuatan plastik biodegredable.

3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan memperhatikan lagi faktor-faktor yang mempengaruhi uji biodegredabilitas menggunakan metode soil burial test.

(59)

59

DAFTAR PUSTAKA

Afiifah, R., Novita., Hendra, G. 2015 Pengaruh Berat Pati Dan Volume Plasticizier Gliserol Terhadap Karakteristik Film Bioplastik Pati Kentang. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3

Afsoriah, S., Akhmad., Hassan, H. 2016. Pemanfaatan Kulit Kentang (Solanum tuberosum L.) Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Enzimatis. Karya Tulis Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

Aisjah Girindra. 1993. Biokimia 1. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama

Anna Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta: UI-Press, 1994.

Azizah, U., 2009. Polimer Berdasarkan Sifat Thermalnya. Chem-is-Try.Org. Darni, Y. dan Utami, H., (2010), Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat

Mekanik dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 7 (4), pp. 88-93.

(60)

60

Firdaus, F. 2004. Sintetis Kemasan Film Ramah Lingkungan Dari Komposit Pati, Kitosan, dan Asam Polilaktat Dengan Pemplastis Gliserol. Pusat Sains dan Teknologi DPPM Universitas Indonesia Yogyakarta.

Ginting, Adil. 2012. Pemanfaatan Gliserol dan Turunannya Sebagai Plastisizer Pada Edible Film Gelatin yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmamii) Sebagai Antimikroba.Disertasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Gontard, N., dan S., Guilbert, 1993. Bio Packaging Technology and Properties of Edible Biodegradable Material of Agricultural Origin. The AVI. Publ. Inc., Wesport Connecticut.

Huda, Thorikul, dan Feris Firdaus. 2007. Karakteristik Fisiokimiawi Film Plastik Biodegradable dari Komposit Pati Singkong-Ubi Jalar. Jurnal LOGIKA. Vol. 4. No.2. ISSN 1410-2315.

Krochta and De Mulder Johnson. 1997. Edible and Biodegradable Polymer Film:Changes& Oportunities. Food Technology 51.

Krochta, J. M., De Mulder-Johnston, C., 1997, Edible and Biodegradable Polymer films: Challenges and Opportunities, J. Food Technol., 51(2), 61– 74.

Nathiqoh, A. 2013. Uji Ketahanan Biodegredable Plastic Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Air Dan Pengukuran Densitasnya. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Paramawati, Raffi. 2001. Kajian Fisik dan Mekanik terhadap Karakteristik Film kemasan Organik dari -Zein Jagung. Tesis. Bandung: IPB

Pudjiastuti, Wiwik. 2012. Polimer Nanokomposit sebagai Master polimer Biodegradeble untuk Kemasan Makanan. Peneliti Pada Balai Besar Kimia Dan Kemasan, Kementerian Perindustrian.

Purwanti, Ani. 2010. Analisis Kuat Tarik dan Elongasi Plastik Kitosan Terplastisasi Sorbitol. Jurnal Teknologi. Volume 3 Nomor 2, Desember 2010, 99-106.

Purwitasari, 2000. Pembuatan edible film (kajian konsentrasi suspensi tapioka dan konsentrasi karaginan terhadap sifat fisik edible film). Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Gambar

Tabel 2.1. Standart edible film ( JIS (1975) dalam Krochta, dkk (1997))
Gambar 2.1 Sebagian Struktur Amilosa
Gambar 2.2 Bagian Molekul Amilopektin
Gambar 2.3  Tanaman Kentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produksi ikan pelagis yang didaratkan oleh pukat cincin di Gorontalo tahun 2005 11.300 ton atau sekitar 30% dari seluruh produksi ikan laut (Laporan Dinas Kelautan dan

Tujuan konsumen mempertimbangkan ber- bagai faktor di dalam proses keputusan pembelian beras organik adalah untuk mendapatkan hasil pembelian yang sesuai dengan harapan,

[r]

Meyakini kebenaran kisah Nabi Muhammad saw., Menunjukkan sikap jujur., Menyebutkan sikap terpuji dari kisah keteladanan Nabi Muhammad saw., Menjelaskan sikap jujur dari

Untuk mewujudkan keberhasilan pelaksanaan peningkatan dan pemantapan tata kelola pemerintahan berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis

Pola yang di terapkan Majelis Ṣ ul ḥ dalam menyelesaikan mediasi pertikaian keluarga di Mahkamah Syari ’ ah Selangor berdasarkan undang-undang yang dikeluarkan oleh

Objek penelitian yang akan diteliti adalah Ancaman Kepentingan Pribadi, Ancaman Telaah Pribadi, Ancaman Kedekatan, Ancaman Advokasi Dan Ancaman Intimidasi

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah.. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah