• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Formalin 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Formalin 1"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

KESEHATAN DAN KEAMANAN BAHAN

KESEHATAN DAN KEAMANAN BAHAN PANGAN

PANGAN

mengidenti

mengidentifikasi dan

fikasi dan menentuk

menentukan kadar

an kadar kandungan formalin

kandungan formalin

pada bahan pangan

pada bahan pangan

Di Susun Oleh : Di Susun Oleh : 1.

1. ELIS ELIS NUR NUR HANIFAH HANIFAH ( ( 2011.1113.032011.1113.031 1 )) 2.

2. SITI SITI LIA LIA MASLUKHAH MASLUKHAH ( ( 2011.1113.012011.1113.018 8 )) 3.

3. ELLAYIN ELLAYIN FARIDA FARIDA ( ( 2011.1113.022011.1113.027 7 )) 4.

4.  NUR HIDAYATI  NUR HIDAYATI ( 2011.1113.01( 2011.1113.016 )6 ) 5.

5. R. R. INDAH INDAH RISKI RISKI ( 2011.1113.00( 2011.1113.004 4 ))

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2014

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allahu Robbi puncak dari segala tujuan hidup kita, yang telah memberikan begitu banyak karunia sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan berupa makalah praktikum pangan dan gizi yang berjudul ”  mengidentifikasi dan menentukan kadar

kandungan formalin pada bahan pangan ”.

Keberhasilan yang telah dicapai tentu tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun haturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Wiwi Wikanta. M.Kes selaku dosen pembinging mata kuliah praktikum  pangan dan gizi

2. Teman-teman semuanya yang begitu solid dalam pengerjaaan laporan ini

Semoga seluruh waktu, pikiran dan tenaga yang tercurah dicatat oleh Allah sebagai amal sholeh. Dan semoga karya sederhana ini berbuah kemanfaatan dan kebarokahan bagi kita semua.

Surabaya, April 2014

(3)

DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR ………...……….... 2

B. DAFTAR ISI ………...……… 3

C. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ………...……… 4

B. RUMUSAN MASALAH ………...………..…. 4

C. HIPOTESIS ………..….………...………..….…. 4

D. TUJUAN PENELITIAN ………...………..…. 4

E. MANFAAT PENELITIAN ………...………..…. 4

F. BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 5

G. BAB III METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN ………...……… 9

B. CARA KERJA ………...………..…. 9

H. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……...………..………… 13

I. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ………...……….………..…. 18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan  pengawet untuk bahan-bahan pangan dan non pangan. Formalin merupakan salah satu  pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.

Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan  pada makanan karena berbahaya untuk kesehatan manusia. Bahaya yang ditimbulkan

akibat penggunaan formalin bermacam-macam, misal mual, muntah, bahakan dapat menyebabkan kanker. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya  bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.

Oleh karena itu perlu dilakukan uji formalin pada produk pangan seperti ikan asin dan tahu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui produk apa saja yang mengandung pengwet buatan (formalin).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada kandungan formalin pada bahan pangan? C. HIPOTESIS

Ada kandungan formalin pada bahan pangan. D. TUJUAN

1. Mengidentifikasi kandungan formalin pada bahan makanan. 2. Menentukan kadar formalin pada bahan makanan.

E. MANFAAT

Manfaat penelitian ini adalah Bagi Penyusun :

 Untuk mengetahui kandungan dan kadar formalin pada bahan pangan.

Bagi Masyarakat :

 Memberikan informasi kepada masyarakat tentangan kandungan formalin pada

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Formalin

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and Waddington, 1983). Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, Made, 2006). Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus  –  NH2 dari  protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).

Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk  polimer pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kalor pembakaran untuk gas formalin 4,47 Kcal / gram. Daya bakar dilaporkan pada rentang volume 12,5  –  80 % di udara. Campuran 65  –  70 % formaldehid di dalam udara sangat mudah terbakar. Formaldehid dapat terdekomposisi menjadi metanol dan karbonmonooksida pada suhu 150oC dan pada suhu 300˚C jika dekomposisi tidak menggunakan katalis. Pada tekanan atmosfer formaldehid mudah mengalami fotooksidasi menjadi karbondioksida (WAAC Newsletter, 2007). Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung 37 % gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10  –  15% metanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan larutan formalin 40% yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (Cahyadi, 2006).

B. Karakteristik Formalin

Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida  berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan

Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang ‘formalin’ atau ‘formol’ ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam  bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk

membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta  bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

(6)

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama  pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005).

C. Fungsi Formalin

Formalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan  juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono (2006).

Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal.

 b. Pembasmi lalat dan serangga.

c. Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. d. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. e. Bahan pembentuk pupuk berupa urea.

f. Bahan pembuatan produk parfum. g. Pencegah korosi untuk sumur minyak. h. Bahan untuk isolasi busa.

i. Bahan perekat untuk produk kayu lapis ( plywood ) (Oke, 2008).

Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut (Herdiantini, 2003). Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu lama sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).

D. Karakteristik Sampel 1. Tahu

Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut berperan dalam pola makan sehari-hari sebagai lauk pauk maupun sebagai makanan ringan. Kacang kedelai sebagai bahan dasar tahu mempunyai kandungan protein sekitar 30-45%. Dibandingkan dengan kandungan protein bahan  pangan lain seperti daging (19%), ikan (20%) dan telur (13%), ternyata kedelai merupakan bahan  pangan yang mengandung protein tertinggi. Penggunaan CaSO4 merupakan cara penggumpalan tradisional yang dapat menghasilkan tahu yang bermutu baik (Tim Pengajar Pendidikan Industri Tahu, 1981).

Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan  protein agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah (Hamid, 2012).

(7)

Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan batu tahu. Penggumpalan protein oleh batu tahu akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap di dalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu (Bayuputra, 2011).

Kandungan air di dalam tahu ternyata bukan merupakan hal yang merugikan. Oleh  beberapa pengusaha, hal tersebut justru dimanfaatkan untuk memproduksi tahu dengan tingkat

kekerasan yang rendah (tahu gembur). Dalam proses pembuatan tahu gembur, air yang dikeluarkan hanya sebagian kecil, selebihnya dibiarkan tetap berada di dalam tahu. Dengan demikian, akan dihasilkan tahu yang berukuran besa r namun gembur (Bayuputra, 2011).

Tabel 1. Kandungan gizi tahu

 No Unsur gizi Kadar/100 g bahan tahu 1 Energi (kal) 79 2 Protein (g) 7,8 3 Mineral (g) 2,2 4 Kalsium (mg) 124 5 Fosfor (mg) 63 6 Zat besi (mg) 0,8 7 Vitamin A (mcg) 0 8 Vitamin B (mg) 0.06 9 Air 12,5 Sumber : (Bayuputra, 2011) 2. Ikan asin

Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehigga mudah dicerna (Adawyah, 2007). Ikan merupakan komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan dibandingkan produk daging, buah dan sayuran. Pembusukan pada ikan terjadi karena beberapa kelemahan dari ikan yaitu tubuh ikan mengandung kadar air tinggi (80%) dan pH tubuh mendekati netral, sehingga memudahkan tumbuhnya bakteri pembusuk, daging ikan mengandung asam lemak tak jenuh berkadar tinggi yang sifatnya mudah mengalami proses oksidasi sehingga seringkali menimbulkan bau tengik,  jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga cepat menjadi lunak dan mikroorganisme

cepat berkembang.

Oleh karena beberapa kelemahan tersebut, para produsen melakukan penghambatan kebusukan dari ikan dengan membuat kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba dapat ditekan pertumbuhannya. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan proses penggaraman dan pengeringan yang kemudian hasil produksinya disebut dengan ikan asin. Ikan asin diproduksi dari bahan ikan segar atau ikan setengah basah yang ditambahkan garam 15-20%. Walaupun kadar air didalam tubuh ikan masih tinggi 30-35 persen, namun ikan asin dapat disimpan agak lama karena penambahan garam yang relatif tinggi tersebut. Untuk mendapatkan ikan asin berkualitas bahan baku yang digunakan harus bermutu baik, garam yang digunakan biasanya garam murni berwarna putih bersih. Garam ini mengandung kadar natrium chlorida (NaCl) cukup tinggi, yaitu sekitar 95 %. Komponen yang biasa tercampur dalam garam murni adalah MgCl2  (magnesium chlorida), CaCl2  (calsium chlorida), MgSO4 (magnesium

(8)

sulfat), CaSO4 (calsium sulfat), lumpur, dll. Jika garam yang digunakan Mg (magnesium) dan Ca

(calsium) akan menghambat proses penetrasi garam ke dalam daging ikan, akibatnya daging ikan  berwarna putih, keras, rapuh dan rasanya pahit. . Jika garam yang digunakan mengandung Fe (besi) dan Cu (tembaga) dapat mengakibatkan ikan asin berwarna coklat kotor atau kuning (Djarijah, 1995).

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi dan rak. 2. Pipet tetes.

3. Gelas kimia.

4. Alat penangas (kompor, bunzen/lampu spiritus). 5. Timbangan teknis Ohaus/timbangan roti.

6. Formalin komersial 37% dari merck. 7. Aquades.

8. Teskit Formalin (PT. ET Group Indonesia). 9. Bahan Makanan dari pasar (ikan asin). B. CARA KERJA

1. Prosedur Uji kualitatif

a. Uji Kualitatif dengan Kit Uji Formalin (Teskit Formalin ET-Easy Test)

1). Cincang iris kecil-kecil atau blender bahan yang akan diuji. Ambil 10 g (sekitar 1 sendok makan).

2). Tambahkan 20 ml (Sekitar 2 sendok makan) air panas, lalu aduk dan biarkan dingin. 3). Ambil 5 ml air campuran (airnya saja), kemudian tambahkan 4 tetes Reagen A dan 4 tetes Reagent B. Kocok sebentar dan tunggu 5-10 menit. Amati perubahan warna yang terbentuk. Jika terbentuk warna ungu sampai ungu tua, berarti bahan makanan yang diuji positif mengandung formalin (PT. ET Group Indonesia).

b. Uji Kualitas dengan Reagen Acetilaseton dan Reagen Amoniumasetata 1). Menghaluskan sampel di dalam lumping porslen.

2). Menimbang sampel yang telah dihaluskan 10 g, kemudian melarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml dan menggojlok beberapa kali (dekantir) selama 30 menit. 3). Menyaring filtrate sampel dan memasukkan 10 ml filtrate ke dalam labu takar 50 ml, kemudian menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml ammonium asetat dan menggenapkan volume dengan aquades samapai tanda batas.

4). Memanaskan labu ukur takar yang telah ditutup didalam penangas air selama 15 menit pada suhu 400C.

5). Mengamati perubahan warna yang terjadi, adanya formalin ditunjukkan dengan munculnya warna ungu muda sampai ungu tua.

2. Prosedur Uji Kualitas

a. Pembuatan Larutan dan Kurva Standart Formalin

1). Membuat larutan standard formalin 1000 ppm dengan menempatkan larutan formalin sebanyak 0,25 ml (formalin 37% Merk) kedalam labu takar 100 ml. kemudian mengencerkan dengan aquades samapai tanda batas.

(10)

2). Kemudian, membuat seri larutan standard formalin kosentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10  ppm dengan konsentrasi yang akan dibut ke dalam labu takar 100 ml dan mengencerkan

dengan aquades samapai batas.

3). Mengambil masing-masing seri larutan standard formalin sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 50 ml. Kemudian, menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml ammonium asetat dan menggenapkan dengan aquades sampai tanda batas.

4). Memanaskan labu takar yang telah ditutupi di dalam penangas air selama 15 menit pada suhu 400C.

5). Mengangkat dan mendinginkan semua labu pada suhu kamar yang terhindar dari cahaya selama 1 jam. Kemudian, memindahkan larutan sampel ke dalam kuvet dan mengukur asorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Sebagai larutan  balngko menggunakan aquades.

6). Mencatat hasil asorbansi semua seri konsentrasi standard formalin dalam tabel. Memflot hubungan antara kosentrasi dan asorbansi larutan standard formalin, kemudian membuat  persamaan regresi linier yang akan digunakan unyuk menghitung kadar formalin dalam

sampel.

b. Penentuan Kadar Formalin Sampel.

1). Mengambil 10 ml filtrate dari masing-masing perlakuan ke dalam labu takar 50 ml, Kemudian menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml ammonium asetat dan mengenapkan volume dengan aquades sampai tanda batas.

2). Memanaskan labu takar yang telah ditutupi di dalam penangas air selama 15 menit pada suhu 400C.

3). Mengangkat dan mendinginkan semua labu pada suhu kamar yang terhindar dari cahaya selama 1 jam. Kemudian, memindahkan larutan sampel ke dalam kuvet dan mengukur asorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm.

4). Mencatat hasil asorbansi semua smapel dalam tabel dan menentukan kadar formalin  berdasarkan persamaan regresi hasil dari seri larutan standard formalin.

c. Prosedur Pemakaian Spectronic-20 Bausch-Lomb

1). Putar tombol (1) (tombol on/off yang di sebelah kiri) ke kanan. Biarkan 1 menit untuk memanaskan alat. Atur tombol sampai menujukkan angka 0 pada petunjuk % (layar  penunjuk serapan).

2). Putar tombol (2) (tombol yang ada disebelah atas alat) untuk memilih panjang gelombang sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan.

3). Masukkan kuvet yang berisi paling sedikit 3 ml aquades ke dalam tempat sampel (sebelum memasukkan kuvet, pastikan bahwa kuvet dalam keadaan kering dengan mengeringkannya menggunakan kertas tissue). Tutup penutup tempat sampel.

4). Putar tombol (3) (tombol yang terletak disebelah kanan). Sehingga %T pada layar penunjuk serapan menujukkan angka 100 atau A menunjukkan 0.

(11)

5). Angka kuvet yang berisi aquades dari tempat sampel (6). Gnati isi kuvet dengan larutan  balnko , baca serapannya. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standard atau

larutan uji. Baca serapannya (Soewoto, dkk. 2001). Contoh :

Data hasil pengkuran kadar formalin pada larutan standard, seperti disajikan pada tabel 1 di  bawah ini.

Tabel 1. Hasil Asorbansi Spektofometer Larutan Standar.

Konsentrasi Absorban 0 0 1 0,009 2 0,016 3 0,035 4 0,068 5 0,094 6 0,122 7 0,165 8 0,187 9 0,205 10 0,231

Penentuan kadar formalin pada sampel berdasarkan grafik larutan dengan persamaan regresi Y=0,025X-0,022, sebagai berikut:

Persamaan :

Y= 0,022X-0,022, dimana Y = nilai hasil absorbansi, X = kadar formalin.

 jika diketahui hasil absorbansi sampel 0,208 dan sampel yang digunakan 2 g, maka kadar formalin dalam mg/kg (ppm) adalah :

X={[Y + 0,022)/0,025]/berat sampel} X 1000 ={[0,208 + 0,022)/0,025]/2} X 1000

=4600 mg/kg (ppm)

Atau = 4600/10.000 = 1,46%

(12)

1. Uji Kualitas Formalin

a. Uji Formalin dengan Test Kit

- Dihaluskan.

- 10 g dilarutkan 20 ml air panas, dikocok (dekantir selama 30 menit, biarkan dingin)

- Disaring filtratnya

-- Ditambahkan 4 tetes Reagen A dan 4 tetes Reagen B

- Dikocok sebentar dan biarkan 5-10 menit.

SAMPEL

5 ml filtrate sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi

HASIL POSITIF : Larutan berwarna ungu terang samapi gelap

HASIL NEGATIF : Larutan tidak berubah warna

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin dengan Test Kit (udang kering) No Nama bahan Warna asal Warna

perubahan

Indicator 1. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

2. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++ 3. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

b. Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin dengan Test Kit (udang kering) No Nama bahan Warna asal Warna

perubahan

Indicator 1. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

2. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++ 3. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

c. Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin dengan Test Kit (terasi udang) No Nama bahan Warna asal Warna

perubahan

Indicator 1. Terasi Coklat Ungu pekat +++

2. Terasi Coklat Ungu pekat +++ 3. Terasi Coklat Ungu pekat +++

d. Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin dengan Test Kit (udang kering) No Nama bahan Warna asal Warna

perubahan

Indicator 1. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

2. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++ 3. Udang kering Coklat moca Ungu pekat ++

e. Tabel Hasil Pengamatan Uji Formalin dengan Test Kit (tahu) No Nama bahan Warna asal Warna

perubahan

Indicator 1. Tahu Putih susu Putih susu

-2. Tahu Putih susu Putih susu -3. Tahu Putih susu Putih susu

(14)

-PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami meneliti 4 macam bahan makan yaitu udang kering, ikan asin, terasi dan tahu pada keempat bahan tersebut ada yang positif mengandung formalin dan ada juga yang hasilnya negative atau tidak mengandung formalin.

Kami dapat menilai bahan pangan tersebut positif mengandung formalin dengan menggunakan uji kealitatif formalin dengan menggunakan Test Kit, yaitu dengan cara melihat warna bahan makanan tersebut dengan mata telanjang sesudah pemberian perlakuan yakni sesudah diberi 4 tetes Reagen A dan 4 tetes Reagen B (Test Kit).

Dari hasil pengmatan tabel yang pertama yaitu pengmatan pada ikan udang kering warna  pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu agak pekat dengan indicator ++, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung formalin.

Dari hasil pengmatan tabel yang kedua yaitu pengmatan pada ikan udang kering warna  pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu agak pekat dengan indicator ++, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung formalin.

Dari hasil pengmatan tabel yang ketiga yaitu pengmatan pada terasi warna pertama menujukkan coklat kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu pekat dengan indicator +++, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung formalin.

Dari hasil pengmatan tabel yang keempat yaitu pengmatan pada ikan udang kering sama dengan kelompok satu dan warna pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi  perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu agak pekat dengan indicator ++, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung formalin.

Dari hasil pengmatan tabel yang kelima yaitu pengmatan pada tahu warna pertama menujukkan putih susu kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya tidak berubah yakni sama dengan warna semula putih susu dengan indicator -, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan tahu negative artinya tidak mengandung formalin.

A. APAKAH BAHAN MAKANAN YANG DIPERIKSA MENGANDUNG FORMALIN? BAHAN MAKANAN MANA SAJA YANG MENGANDUNG FORMALIN?

Pada semua bahan makanan yang kami amati, tidak semuanya bahan makanan tersebut mengandung formalin, pada bahan makanan yang mengandung formalin yaitu:

1. ikan asin

2. ikan udang kering 3. dan terasi udang

 pada ketiga sampel tersebut positif mengandung formalin hanya saja kadarnya yang membedakan, pada kadar formalin yang sangat tinggi yaitu terdapat pada bahan makanan terasi

(15)

udang. Sedangkan pada ikan asin dan ikan udang kering kadar formalinnya juga tinggi tetapi masih lebig tinggi kadar formalin yang terdapat dalam terasi udang.

Pada bahan praktikum bahan makanan yang negative artinya tidak mengandung formalin yaitu:

1. tahu

karena pada saat bahan makanan tahu ini di uji warna semula yakni sebelum diberi perlakuan (diberi test kit) sama dengan warna sesudah diberi perlakuan (diberi test kit), dan tidak menjukkan adanya warna merah ataupun warna ungu. Hal tersebut yang membuktikan bahwa  bahan makanan tahu ini negative atau tidak mengandung formalin sedikitpun.

B. APAKAH ADA PERBEDAAN, SECARA FISIK, BAHAN MAKANAN TANPA FORMALIN DENGAN BAHAN MAKANAN BERFORMALIN?

Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin:

1. Ikan Asin Sangat Awet

Ikan asin yang tidak mengandung formalin biasanya cepat busuk dan rusak jika

diletakkan di ruangan biasa. Sedangkan ikan asin yang diberi pengawet bisa tahan hingga 1  bulan lebih.

2. Bau Khas Ikan Asin Hilang

Ikan asin biasanya berbau tidak sedap dan ada aroma khasnya. Jika Anda tidak mencium aroma tersebut dan bahkan tidak ada aroma apapun pada ikan asin itu, kemungkinan karena sudah dicampur formalin.

3. Daging Lebih Keras dan Alot

Daging ikan asin biasanya mudah hancur dan rapuh. Anda harus waspada pada ikan asin yang dagingnya alot, keras dan susah diambil dengan tangan. Formalin akan membuat bahan makanan lebih alot dan tidak mudah hancur.

4. Tidak Dihinggapi Lalat dan Kucing Tidak Mau

Lihatlah di bagian atas ikan asin, apakah ada lalat yang hinggap? Jika ada, itu adalah hal yang baik, karena lalat biasanya punya sensor lebih peka, sehingga mereka tidak mau hinggap di  bahan makanan yang sudah tercampur bahan kimia. Coba tes juga ikan asin dengan memberinya  pada kucing, jika kucing tampak menolak, ada kemungkinan ikan asin itu mengandung formalin.

C. APA KADAR FORMALIN DAPAT MEMPENGARUHI KADAR ZAT GIZI LAIN DALAM BAHAN MAKANAN?

Iya, karena pada bahan makanan yang mengandung formalin zat gizinya sudah  berkurang, dan jika pada bahan makanan tersebut kadar formalinnya bertambah banyak

maka bahan makanan tersebut tidak lagi bergizi, tetapi menjadi seperti racun karena jika dimakan akan menimbulkan berbagai penyakit, dan bahan makanana yang mengandung

(16)

formalin jika tertelan atau termakan oleh manusia dampeknya tidak akan timbul secara langsung akan tetapi jika bahan makanan tersebut tertelan atau termakan berkali-kali maka akan menimbulkan penyakit yang kronik.

D. APA DAMPAK BAHAN MAKANAN BERFORMALIN TERHADAP KESEHATAN? Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.

a. Akut (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung).

1) Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru dan pembengkakan paru. Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

2) Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

3) Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan  berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang

hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

4) Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu  juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf  pusat dan ginjal.

b. Kronik (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).

1) Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

2) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.

3) Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput mata.

4) Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang  berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gr dapat mengakibatkan

(17)
(18)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Pada hasil praktikum tidak semua bahan positif mengandung formalin, bahan yang mengandung formalin yaitu ikan udang kering, ikan asin, dan terasi hanya saja yang membedakan kadar formalin dari bahan makanan tersebut yaitu indikatornya.

Sedangkan bahan makanan yang tidak mengandung formalin yaitu tahu karena warna tahu pada saat pemebrian perlakuan dan sesudah pemberian perlakuan warna tetap sama dengan indikato -.

B. DAFTAR RUJUKAN

 Wikanta Wiwi. 2014.  Pedoman Praktikum Bio Pangan dan Gizi. Universitas

Muhammadiyah. Surabaya

 F.G. winarno. 2004. kimia pangan dan gizi. gramedia pustaka utama, Jakarta.  http://nuruszahro.blogspot.com/2014/01/laporan-boraks.html

 http://www.wikipedia.com

 http://catatankimia.com/catatan/ciri-makanan-berformalin.html  http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%204.htm

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi tahu
Tabel 1. Hasil Asorbansi Spektofometer Larutan Standar.
GAMBAR HASIL PENGAMATAN UJI FORMALIN PADA IKAN UDANG ASIN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mugiati mengenai hubungan jenis informasi yang diterima dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja informasi dari

Pada poin ini, penalti yang diberikan 0,50 karena terdapat tanggul dengan tinggi 1,3 meter yang digunakan untuk melokalisasi dan menampung tumpahan, namun tumpahan tersebut dapat

Bagaimanakah efektifitas pemberdayaan masyarakat MDK sebagai upaya yang telah dilakukan terhadap masyarakat, faktor-faktor apa yang berhubungan dan mempengaruhinya,

Pertimbangan dalam keputusan diskresi tersebut adalah asas perlindungan maksimum dan asas tidak mengenal tanpa kewarganegaraan (apartride), dimana yang bersangkutan akan

b) Value propositions : kedua belah pihak terproteksi fluktuasi harga pada saat maturity,dan terproteksi akan resiko likuiditas. c) Channels : agar

Beberapa penelitian tersebut telah dilakukan untuk merumuskan bagaimana pengaplikasian internet of things terhadap embedded systems agar dapat berhubungan antar perangkat

Pemberian ekstrak metanol lerak dalam bentuk pakan blok pada sapi PO dengan taraf 0,03% dan 0,08% dari total ransum belum dapat mempengaruhi konsumsi bahan kering ransum,

Hasil uji hipotesis mutu layanan garbarata diperoleh kesimpulan bahwa menerima H 1 ini menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk docking kurang dari dua menit