• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Profil Guru

1. Pengertian Profil Guru

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Sagala,2009:21). Seseorang yang menjadi pelatih, pembimbing maupun pengaruh dalam suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai seorang guru.

Guru merupakan sebuah kata yang banyak digunakan untuk menyebutkan seseorang yang dijadikan panutan. Sosok guru menyiratkan pengaruh yang luar biasa terhadap siswa-siswanya, sehingga baik tidaknya seorang siswa sangat dtentukan oleh guru. Menurut Malik (1998) dalam Mujtahid (2011:33), guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik, dan membimbing. Jika ketiga sifat itu tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai seorang guru.

Kata Profil menurut Bahasa Indinesia adalah pandangan, gambaran, sketsa biografi, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Dalam bidang komunikasi dan bahasa, berarti biografi atau riwayat singkat hidup seseorang arti inilah yang digunakan dalam “Membaca Profil Tokoh”.

Guru atau pendidik dalam pasal 1 ayat 6 undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga berkependidikan berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususa serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Pada pasal 29 ayat 2 dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitiandan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi” (Mulyasa, 2005:197-198).

(2)

8

Menurut Syafi‟ie dalam Muhson (2004:94), bahwa pengertian guru secara epistimologi adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya,profesinya) mengajar. Guru dalam arti profesi mempunyai tugas mengajar dan mendidik dalam konteks pendidikan.

Menurut UU RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasipeserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Guru merupakan orang yang pertama mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman dan menanamkan nilai-nilai budaya dan agama tehadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah.

Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang memainkan peran penting dalam proses belajar mengajar (Mujtahid, 2011:34). Oleh karena itu sosok guru yang dibutuhkan adalah seseorang yang mampu membantu siswa membangun pengetahuan sehinggga dapat mencapai tujuan pendidikan.

2. Kriteria Guru yang Berkualitas

Tilaar dalam Mulyasa (2007 :3), menyatakan bahwa guru profesional abad 21 sebagai berikut :

a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang. b. Mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat.

c. Menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat dan potensi peserta didik. d. Pengembangan potensi yang bersinambungan.

Menurut Usman (1992) bahwa seorang guru yang ideal mempunyai tugas pokok yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: (1) kompetensi personal, (2) kompetensi sosial, dan (3) kompetensi profesional. Kompetensi personal lebih menunjukkan pada kematangan pribadi. Di sini aspek mental dan emosional harus benar-benar terjaga. Kompetensi social lebih menunjukkan pada kemampuan guru untuk berelasi, berinteraksi. Guru memperlihatkan keluwesan dalam pergaulan dengan siswa, kepala sekolah, dan juga teman sejawat di tempat

(3)

9

mengajar. Guru bisa menciptakan persahabatan yang baik. Sedangkan kompetensi professional lebih menunjukan pada kemampuan yang dimiliki guru sebagai pengajar yang baik.

3. Kompetensi Guru

Menurut Muhibin dalam Priyatna (2012 :9) bahwa ada 10 kompetensi meliputi: 1) menguasai materi, 2) mengelola KBM, 3) mengelola kelas, 4) mengelola media atau sumber belajar, 5) menguasai landasan-landasan pendidikan, 6) mengelola interaksi belajar mengajar, 7) menilai prestasi belajar siswa, 8) mengenal program dan fungsi pelayanan bimbingan dan penyuluhan bimbingan, 9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi, 10) memahami persiapan-persiapan dan menafsirkan hasil –hasil pendidikan guru dalam pengajaran.

Menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi yaitu sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Komptensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Subkompetensi mantap dan stabil memiliki indicator esensial yakni bertindak sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma social, bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.

(4)

10 3. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep atarmata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga harus menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan meteri bidang studi.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kepentidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru tidak bisa bekerja sendiri tanpa memperhatikan lingkungannya. Ia harus sadar sebagai bagian tak terpisahkan bagi dari masyarakat akademik tempat dia mengajar maupun dengan masyarakat di luar.

4. Peran Guru

Guru yang professional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecapakapan. Kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian kompetensi jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak atau kemampuan atau kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya (Usman,2005:14).

UU RI No. 14 tahun 2005, pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas professional.

(5)

11

Menurut Munandar (1992:17) kompetensi merupakan daya untuk melakukan tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Pendapat ini menginformasikan dua factor yang mempengaruhi terbentuknya kompetensi yaitu factor bawaan seperti bakat dan factor latihan seperti hasil belajar.

Menurut Hamzah (2010:24), bahwa posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan proses pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai :

a. Pemimpin belajar, dalam arti perencana, pengorganisasian, pelaksana dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.

b. Fasilitator belajar, disini guru memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar melalui upaya dalam berbagai bentuk. c. Moderator belajar, guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik.

Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi juga harus bersamaan dengan peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah di bahas dan diajukan peserta didik.

d. Motivator belajar, disini guru sebagai pendorong peserta didik agar lebih semangat dalam melaksanakan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta didik melaksanakan kegiatan belajar, baik individu maupun kelompok.

e. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai peneliti yang objektif dan komperenshif.

Menurut Usman (2000) bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari peran guru perlu mencermati perilaku guru, konteks siswa, kurikulum, metode, dan sarana. Keenam unsure ini dapat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Namun diantara unsure keenam tersebut, guru merupakan satu-satunya unsure yang mampu mengubah unsure-unsur lain menjadi bervariasi, sebaliknya unsure-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru merupakan unsure yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembejalaran, menurut kualitas yang dikehendaki.

(6)

12 5. Tugas Guru

Guru merupakan jabatan atau profesi atau pekerjaan yang memrlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru di dalam kelas mempunyai tugas yang cukup berat. Dalam hal ini tugas guru dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Guru bertugas di bidang profesi yang meliputi, guru sebagai pendidik, sebaga pengajar dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedagkan melatih berarti mengembangkan keerampilan-keterampilan pada siswa.

b. Guru bertugas dibidang kemanusiaan, yaitu menjadi orang tua kedua di sekolah setelah orang tua siswa sendiri di rumah. Guru sebagai idola para siswa hendaknya dapat menjadi panutan dalam berfikir, berperilaku dan dapat memberikan motivasi untuk belajar.

c. Guru bertugas dibidang kemasyarakatan, dalam hal ini, guru mendidik dan menjadikan siswanya menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila, dan mencerdaskan bangsa Indonesia.

Dalam beberapa uraian tugas pengajar atau guru sebagai pelaksana (Executive teacher) Menurut Uno (2011: 21) secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan secara khusus diantaranya adalah mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memaksimalkankegiatan kelas serta mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik. Sedangkan menurut (Usman, 2000) bahwa tugas guru dalam lingkup profesi guru memiliki beberapa tugas, baik yang terkait oleh profesinya maupun diluar tugas formalnya.

6. Fungsi Guru dalam Pembelajaran

Guru di dalam kelas selain melakukankegiatan pembelajaran bagi siswa-siswinya, juga memiliki fungsi sebagai pendidik yang membimbing dan memberikan contoh dari sikap dan perilaku yang mengantarkan siswa sampai pada titik kedewasaan. Hal lainnya yang juga menjadi bagian dari fungsinya, yaitu sebagai seorang menager yang

(7)

13

mengatur lingkungan kelas sebagai sebuah entitas sistem tempat berinteraksi semua komponen kelas. Lebih jelasnya fungsi guru dalam pembelajaran menurut Rukmana (2006:7) yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi Instruksional

Sepanjang sejarah keguruan, fungsi guru yang sudah tradisional adalah mengajar yaitu : 1) menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada siswa, 2) memberikan tugas-tugas kepada mereka, 3) mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi intruksional inilah yang masih selalu diutamakan oleh hamper semua guru, dan fungsi intruksional ini masih dominan dalam karier besar guru.

b. Fungsi Edukasional

Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga harus mendidik. Fungsi edukasional ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini setiap guru harus berusaha mendidik murid-muridnya menjadi manusia dewasa.

c. Fungsi Managerial

Fungsi kepemimpinan atau managerial guru ini dalam administrasi sekolah modern tidak hanya tebatas di dalam kelas, akan tetapi juga menyangkut situasi sekolah dimana ia bekerja, bahkan menyangkut pula kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat.

B. Keterampilan Mengelola Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan berasal dari kata “Kelola” sama halnya dengan manajemen. Pengelolaan merupakan proses manajemen atau penciptaan kondisi yang cocok. Artinya seseorang dikatakan sebagai pengelola yang baik jika ia mampu mengatur atau menciptakan segala sesuatu hal menjadi efektif. Menurut Djamarah (2010 :174) menyatakan bahwa, “Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan”. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelola kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara afektif dan efisien. Ketika

(8)

14

kelas terganggu, guru selalu berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.

Pengelolaan adalah substanstifa dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasian, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian (Arikunto, 1992:8-9). Pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Dibawah ini bagan model pengelolaan menurut Winarto dalam Arikunto (1992 :9) :

Gambar 2. Bagan Model Pengelolaan

Dalam bagan tersebut terllihat arus kegiatan dimulai dari penyusunan data (yang akan dikelola), merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan. Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap keempat kegiatan. Berdasarkan hasil pengawasan, dilakukan kegiatan penilaian, yang memberikan umpan balik untuk semuanya.

Menurut Usman dalam Djamarah (2010:194) yaitu :

“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif’’. “Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indicator dari kegagalan ini seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai standar atau batas ukuran yang ditentukan”.

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik, karena kelas yang baik adalah kelas yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Apabila guru kurang mampu mengelola kelasnya dengan baik maka proses pembelajaran akan terganggu dan tujuan

Penyusunan Data Merencana kan Mengorgan isasikan Melaksana kan Pengawasan Penilaian

(9)

15

pembelajaran tidak akan tercapai, karena tidak terciptanya pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tingkat penguasaan siswa akan rendah.

Dari definisi di atas, yang dimaksud dari pengelolaan kelas adalah usaha atau tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka menyediakan kondisi dalam proses pembelajaran agar berlangsung efektif dan teratasi serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Menurut Sudirman dalam Ali Rohmad (2009 :73-74), secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah :

“Penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya lingkungan social yang memberikan kepuasan, sarana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apersepsi pada siswa”.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajarsiswa dalam lingkungan social, emosional dan intelektual dalam kelas. Menurut Sudirman dalam Djamarah (2010 :178) mengatakan, fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apersepsi pada siswa.

Menurut Arkunto dalam Djamarah (2010 :178) tujuan pengelolaan kelas adalah “Agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga dapat tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.

3. Pendekatan dalam Pengelola Kelas

Peengelolaan kelas bukan masalah yang berdiri sendiri, melainkan terjadi karena beberapa faktor. Permasalahan siswa adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk meningkatkan kegairahan atau keinginanbelajar siswa baik secara berkelompok maupun secara

(10)

16

individual. Menurut Djamarah (2010 :178), ada beberapa pendekatan dalam uraian berikut :

a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplindalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada siswa untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

b. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku siswa dilakukan dengan memberikan ancaman, misalnya melarang ejekan, sindiran, dan memaksa.

c. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan siswa.

d. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggembarkan apa yang harus dana pa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di dalam kelas. e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalammengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik. Peranan guru adalah meencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan Psikologi Bihavioral yang mengemukakan asumsi berikut: semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini maengharuskan guru kelas

(11)

17

berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

g. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial

Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan social yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan social yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang positif antara guru dengan siswa , atau siswa dengan siswa.

h. Pendekatan Proses Kelompok

Proses kelompok adalah usaha guru dalam mengelompokan siswa kedalam beberapa kelompokdengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.

i. Pendekatan Elektis dan Pluralistik

Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien .

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Menurut Djamarah dan Zain (2010:185-186), dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Hangat dan Antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat akan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

(12)

18 b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Dan juga, akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka. c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, ata alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi seuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d. Keluwesan

Keluwesan tangkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwean pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan sepeerti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebaginya.

e. Penekanan Pada Hal- hal yang Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku yang negative. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat menggangu jalannya proses belajar mengajar.

f. Penanaman Disiplin Diri

Tugas akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

(13)

19

5. Komponen Utama Keterampilan Mengelola Kelas

Terdapat dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu diperhatikan guru, yaitu :

a. Keterampilan yang bersifat preventif, yakni keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari terjadinya situasi yang tidak menguntungkan atau merusak proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:

1) Menunjukan Sikap Tanggap

Dalam tugasnya mengajarnya, guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta didik yang menunjukan perilaku positif maupun perilaku negative. Sikap tanggap itu dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, misalnya pernyataan yang mengandung ancaman ”Saya tunggu sampai kalian diam”. ”Saya atau kalian yang keluar”.

2) Membagi Perhatian

Guru harus mampu membagi perhatian kesemua peserta didik, perhatian itu bisa bersifat visual maupun verbal. Perhatian bersifat visual misalnya guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama, sehingga dapat melirik kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandang ini dilakukan terhadap kelompok anak didik atau individu anak didik. Perhatian bersifat verbal misalnya memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama, sementara ia memimpin dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.

3) Memusatkan Perhatian Kelompok

Mempertahankan dan mengingatkan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu. Kegiatan ini dapat dilakukan selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab peserta didik akan tugas-tugasnya.

(14)

20 4) Memberi Petunjuk-Petunjuk yang Jelas

Petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran.

5) Menegur

Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukan perilaku yang menggangu atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar dan menyakitkan.

6) Memberi Penguatan

Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negative perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan agar perilaku tersebut muncul kembali. Perilaku negative diberikan penguatan dengan cara memberi teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali. b. Keterampilan yang Bersifat Represif, yakni keterampilan mengembalikan kondisi

belajar mengajar yang tidak menentu ke dalam kondisi belajar yang efektif. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat represif, guru dapat menggunakan kemampuan dengan cara :

1) Modifikasi Tingkah Laku

Perilaku peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian ditentukan langkah-langkah untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara Conselor.

2) Pengelolaan Kelompok

Dalam menangani masalah pengelolaan kelas, guru dapat memanfaatkan pendekatan pemecahan masalah kelompok. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.

3) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalh

Guru dapat melaksanakan beberapa cara untuk mengendalikan tingkah laku mengganggu yang muncul yaitu : pertama, menyadari sebab-sebab perilaku itu muncul, dan kedua menemukan pemecahannya (Rukmana, 2006 :3).

(15)

21 6. Pengelolaan Kelas yang Efektif

a. Menegakkan Aturan dan Menerapkan Prosedur

Menurut Sya‟diyah dan Sukayati (2011:9), mengatakan bahwa untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, siswa harus mengetahui aturan kelas dan prosedur. Aturan kelasa adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan untuk dilakukan dan tidak dilaukan oleh siswa. Sedangkan prosedur adalah cara untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan dan jarang yang dibuat dalam bentuk tertulis. Prosedur kelas ditetapkan oleh guru untuk menangani tugas-tugas rutin dan menginstruksikan apa yang seharusnya dilakukan siswa.

Pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud bila konsisten dalam menegakkan aturan dan penerapan prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apapun akan hilang dengan cepat.

b. Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa

Untuk mempersiapkan pengelolaan kelas yang efektif, guru perlu mengembangkan tanggung jawab kepada siswa. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut yaitu guru mengkomunikasikan dengan jelas tugas-tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas dan guru perlu pula mengetahui kemajuan siswa setelah tugas diberikan. Bila tugas dilakukan di dalam kelas guru dapat berjalan mengitari kelas untuk memeriksa dan memberi bimbingan. Untuk tugas-tugas jangka panjang, sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan siswa dibimbing membuat laporan kemajuan secara bertahap. Gur meeriksa secara konsisten pekerjaan yang telah diselesaikan oleh siswa dan memberikan umpan pada hasil pekerjaan tersbut.

c. Menangani Perilaku Yang Tidak Semestinya dan Menggangu

Menurut Glasser, bila siswa berperilaku buruk disekolah, guru guru sering menunjuk pada keadaan rumah yang tidak menguntungkan sebagai alasannya. Padahal seringkali alasan sebenarnya adalah karena siswa tersebut menganggap sekolah tidak cukup memuaskan dirinya. Guru seharusnya menyadari bahwa siswa tersebut ingin terpenuhi semua kebutuhan dan pengalaman belajarnya di kelas. Bila guru cukup sabar untuk menghadapi ketidakmampuan siswa dalam belajar, maka

(16)

22

siswa akan memiliki peluang cukup banyak untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik.

d. Merespon Perilaku Siswa yang Menyimpang

Seringkali siswa berperilaku menyimpang atau tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, misalnya menggangu teman. Dengan adanya perilaku menyimpang, maka guru harus merespon tindakan menyimpang tersebut. contoh respon guru terhadap perilaku menyimpang.

1) Respon kejelasan (clarity), Guru jelas atau spesifik menyebutkan apa yang salah dari perilaku yang menyimpang dari siswa. Contoh : “Hentikan”, Jangan meraut pensilmu jika saya sedang berbicara”.

2) Respon Ketegasan (firmness), Guru mengkomunikasikan keseriusannya dalam menanggapi perilaku yang menyimpang dari siawa. Contoh : “Kumohon jangan lakukan itu” atau “ Saya tidak menoleransi perbuatanmu”.

3) Respon Kekerasan (roughness), Guru mengkomunikasikan kemarahannya dalam menanggapi perilaku yang menyimpang dari siswa. Contoh : “Seharusnya kau tidak melakukannya lagi” atau Kalau kau melakukannya lagi, saya akan marah dan menghukummu”.

C. Fungsi Manajemen Pendidikan POAC

Terry (1997) menyatakan bahwa fungsi dasar manajemen ialah perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), menggerakan (Actuating), dan pengendalian (Controlling). Masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan dapat di definisikan sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang harus dikerjakan, kapan dikerjakan dan siapa yang dikerjakannya. Dalam perencanaan terlibat unsure penentuan yang berarti bahwa dalam perencanaan tersebut tersirat pengambilan keputusan. Karena itu perencanaan dapat dipahami sebagai suatu proses dalam rangka untuk mengambil keputusan dan penyusunan rangkaian tindakan selanjutnya di masa depan.

Rencana yang baik akan merumuskan tujuan dan sasaran apa yang ingin dicapai. Penentuan tujuan atau sasaran penting bagi setiap organisasi karena :

(17)

23 a. Bersifat memberikan arah.

b. Membantu orang-orang dalam organisasi untuk memotivasi diri. c. Memfokuskan usaha yang dilaksanakan oleh pelaksana organisasi.

d. Memprioritaskan pengalokasian sumber daya untuk tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

e. Pedoman bagi penyusunan rencana strategis maupun rencana oprasional organisasi serta pemilihan alternative keputusannya.

f. Membantu mengevaluasi kemajuan yang akan dicapai menjadi pedoman bagi penyusunan. Ini berarti bahwa tujuan atau sasaran yang ingin dicapai itu bisa dipakai sebagai standardisasi. (Karwati, 2014:18)

2. Fungsi pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses manajeral yang berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui teknologi terus berkembang dan lingkungan organisasi dapat berubah. Oleh karena itu, menjer harus menyesuaikan strategi yang telah disusunnya sehingga tujuan dari organisasi tetap dapat tercapai secara efektif dan efisien. Demikian halnya dengan struktur organisasinya dapat didesain kembali disesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai efektif dan efisien.

Tujuan pengorganisasian adalah untuk mengelompokkan kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki agar pelaksanaan dari sesuatu rencana dapat dicapai secara efektif dan efisien. Langkah penting dalam pengorganisasian adalah proses mendesain organisasi, yaitu penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk strategi, orang-orang yang berpartisipasi, teknologi yang digunakan serta tugas organisasi yang diemban. (Karwati,2014 :19)

3. Fungsi Menggerakan (Kepemimpinan)

Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengarhui aktivitas dari pada kelompok yangterorganisir dalam usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan. Memimpin adalah sesuatu proses mempengaruhi yang orang lain untuk bekerja menuju pencapaian tujuan organisasi. (Karwati, 2014:20)

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system umpan balik

(18)

24

informasi, menentukan apakah da penyimpangan, dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, serta mengambil inisiatif dan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya organisasi yang digunakan dikelola dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran dan tujuan organisasi.

Tujuan utama dari pengendalian adalah memastikan bahwa hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengendalian tidak bersifat restriktif, namun korektif, artinya jika terjadi penyimpangan dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan adanya pengendalian diharapkan :

a. Diketahui atau dipastikan kemajuan yang diperoleh dalam pelaksanaan perencanaan.

b. Meramalkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai.

c. Menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan.

d. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan yang akan datang.

e. Mengetahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini mungkin. (Karwati,2014 :20)

Fungsi menejemen kelas sebenarnya merupakan implementasi dari fungsi-fungsi manajemen yang diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Berikiut ini disajikan fungsi manajemen kelas :

1. Fungsi Perencanaan Kelas

Merencanakan adalah membuat suatu target yang ingin dicapai atau diraih dimasa depan. Dalam kaitannya dengan kelas, merencanakan merupakan sebuah proses untuk memikirkan dan menetapkan secara matang tentang arah, tujuan, tindakan, sumber daya, sekaligus metode, atau teknik yang tepat untuk digunakan guru di dalam kelas. Perencanaan kelas sangat penting bagi guru karena berfungsi untuk.

a. Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai di dalam kelas.

b. Menetapkan aturan yang harus diikuti agar tujuan kelas dapat tercapai dengan afektif.

(19)

25

c. Memberikan tanggung jawab secara individu kepada peserta didik yang ada di kelas.

d. Memperhatikan serta memonitor sebagai aktivitas yang ada di kelas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pengorganisasian Kelas

Setelah mendapat kepastian tentang arah, tujuan, tindakan, sumber daya, sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk digunakan, lebih lanjut dari guru melakukan upaya pengorganisasian agar rencana tersebut dapat berlangsung dengan sukses. Dalam kaitannya dengan kelas, mengorganisasikan berarti :

a. Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelas.

b. Merancang dan mengembangkan kelompok belajar yang berisi peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi.

c. Menugaskan peserta didik atau kelompok belajar dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.

d. Mendelegasikan wewenang pengelolaan kelas kepada peserta didik. 3. Fungsi Kepemimpinan Kelas

Keemimpinan efektif diruang kelas merupakan bagian dari tanggung jawab guru di dalam kelas. Dalam hal ini, guru memimpin, mengarahkan, memotivasi dan membimbing peserta didik untuk dapat melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran. Selain itu, guru harus mampu memberikan keteladanan yang baik bagi peserta didik sehingga peserta didik akan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru. Dalam kepemimpinan, guru perlu menjaga wibawa dan kredibilitas, dengan tanpa mengabaikan kemampuan fleksibilitas dari adaptif dengan kebutuhan peserta didik.

4. Fungsi Pengendalian Kelas

Penendalian kelas bukan merupakan perkara yang mudah, karena didalam kelas terdapat berbagai macam peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kegiatan didalam kelas dimonitor, dicatat, dan kemudian dievaluasi agar dapat dideteksi apa yang kurang serta dapat direnungkan kira-kira apa yang perlu diperbaiki. Pengendalian merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai

(20)

26

dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen, yaiitu :

a. Menetapkan standar penampilan kelas.

b. Menyediakan alat ukur standar penampilan kelas.

c. Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan dikelas.

d. Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan tujuan kelas. (Karwati, 2014: 23)

D. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah di uji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan sebagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa, 2013:14).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat ini dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur Kurikulum KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentuyang secara khusus dikembangkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan (Anonim. 2014).

Kurikulum 2013 merupakan sebuah Kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.

Kurikulum 2013 merupakan perubahan dari struktur Kurikulum KTSP yang memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hardskill dan softskill di mulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian dapat diwujudkan (Sunarti, 2013:1).

Menurut Hidayat (2013:113) bahwa Kurikulum 2013 yaitu Kurikulum yang mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, akan tetapi cerdas emosi, sosial dan spiritualnya. Karena hal itu tampak dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter kedalam proses pembelajaran.

(21)

27

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).Proses pembelajaran dengan menggunakaan pendekatan scientific jauh berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana guru merupakan sumber informasi siswa dan guru selalu aktif menjelaskan, menuntun siswa hingga siswa mengerti. Dalam pendekatan ilmiah masalah yang diberikan guru selalu berdasarkan dengan fenomena yang selama ini terjadi di kehidupan para siswa, lalu siswa mencoba mencari jawaban dari masalah yang diberikan secara mandiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan siswa aktif melalui aspek mengamati, menyanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan serta penilaian yang dilakukan oleh guru harus meliputi penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

E. Scientific Approach

1. Pengertian Scientific Approach

Implemntasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), mereumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan.

(22)

28

Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik atau Scientific approach dalam kurikulum 2013 menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengelola, menyaji, menalar dan mencipta. Tujuan aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berfikir untuk mengembangkan rasa keingin tahuan siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat disekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langka ini diharapkan siswa mampu merumuskan masalah atau merumuskan hal yang ingin diketahuinya. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bias berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu model diklat kurikulum 2013, (Majid, 2014:71)

Selain standar lulusan (SKL) dan standar isi (Si), komponen lainnya yang mengalami pengembangan dalam kurikulum 2013 adalah standar proses. Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran berlangsung dengan memadukan penalaran induktif dengan penalaran deduktif

a. Mendekatan induktif mendekati agar proses pembelajaran dilalui dengan pengamatan dan penemuan fakta-fakta lapangan, yang kemudian diharapkan menjadi pengetahuan baru bagi para siswa

b. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan pembelajaran yang hanya memanfaatkan pengetahuan dan teori-teori yang ada. Para siswa menerima dan menjadikannya bagian dari pengetahuan baru.

Selain standar lulusan (SKL) dan standar isi (Si), komponen lainnya yang mengalami pengembangan dalam kurikulum 2013 adalah standar proses. Dalam

(23)

29

kurikulum 2013, proses pembelajaran berlangsung dengan memadukan penalaran induktif dengan penalaran deduktif

c. Mendekatan induktif mendekati agar proses pembelajaran dilalui dengan pengamatan dan penemuan fakta-fakta lapangan, yang kemudian diharapkan menjadi pengetahuan baru bagi para siswa

d. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan pembelajaran yang hanya memanfaatkan pengetahuan dan teori-teori yang ada. Para siswa menerima dan menjadikannya bagian dari pengetahuan baru.

Sebelumnya guru cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan deduktif. Para siswa langsung diceramahi dengan sejumlah teori, baik itu dari guru itu sendiri ataupun dari buku-buku pelajaran. Teori-teori itu diterima siswa begitu adanya, tanpadisertai sikap kritis, lebih-lebih berupa dorongan untuk munculnya pemikiran-pemikiran baru. Pendekatan deduktif dipandang tidak memunculkan kreativitas para siswa. mereka cenderung dijadikan sebagai objek pembelajaran materinya pun bersifat instan. Adapun pendekatan ilmiah (saintifik) memadukan kedua pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Dalam proses pembelajaranya siswa memanfaatkan sejumlah teori yang telah didapatkan sebelumnya untuk dikorelasikan dengan pengamatan yang dilakukannya sendiri dilapangan. Antara teori dengan fakta-fakta lapangan itu diharapkan menjadi pengetahuan baru bagi siswa. Dengan demikian siswa tidak terjebak pada sikap variabelisme, tidak selalu menerimaterhadap suatu pendapat dan teori. Akan tetapi mereka pun berusaha untukmembuktikan pendapat ataupun teori itu, (Kosasih, 2013: 70).

Pada intinya pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat indoktrinisasi, hafalan dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri.

Dalam materi pedoman Implementasi Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga rana yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajran berbasis pendekatan ilmiah, rana sikap menggamit

(24)

30

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tau tentang „mengapa‟. Rana ketermpilan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Rana pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa‟.

Gambar 3. Unsur-unsur pendekatan ilmiah (Hosnan, 2014: 24).

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan melalui kegiatan observasi, mencoba melaksanakan aktivitas, atau melaksanakan percobaan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian dilanjut dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan ilmiah (Sceintifik Approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,

Sikap (Tahu mengapa) Keterampilan (Tahu bagaimana) Pengetahuan (Tahu apa) Produktif, Inovatif, Kreatif, Afektif.

(25)

31

menanya, mencoba, mengelola, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Sedangkan menurut Permendikbud No 81 A tahun 2013 lampiran IV proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi dan mengomunikasikan.

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

3. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa dalam mengkomuniksikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

(26)

32

4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran berpusat pada siswa.

b. Pembelajaran membentuk studens self concept. c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hokum, dan prinsip.

e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. f. Pembelajaran meningkatkan motinasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam

komunikasi.

h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya (Hosnan, 2014:37).

5. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach )

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific Approach) meliputi, menggali informasi melalui observing (pengamatan), questioning (bertanya), experimenting (percobaan), kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating (menalar).

Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum 2013. Scientific Approach adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (Scientific Approach) mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut :

(27)

33

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalar yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi. d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran .

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris, yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

system penyajiannya.

Menurut Permendikbud No 81 A tahun 2013 lampiran IV, bahwa proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam table sebagai berikut :

Langkah Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang

Dikembangkan

Mengamati 1) Membaca sumber-sumber

tertulis

2) Mendengarkan informasi

lisan

3) Melihat gambar 4) Menonton tayangan

5) Menyaksikan fenomena alam,

Melatih kesungguhan dalam mencari informasi, menemukan fakta, ataupun suatu persoalan.

(28)

34 social budaya

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang

hal-hal yang tidak dipahami dari suatu yang diamatinya.

Pertanyaan-pertanyaan bersifat

factual

Per…….. problematic.

Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis.

Menalar 1) Mengumpulkan sejumlah

informasi ataupun fakta-fakta

dalam rangka menjawab

pertanyaan permasalah-an

yang diajukan siswa

sebelum-nya. Caranya dengan

membaca sejumlah referensi,

melakukan wawancara,

melakukan pengamat-an

lapangan, ataupun kegiatan penelitian di laboratorium. 2) Mengolah informasi ataupun

fakta-fakta yang telah

dikumpulkan menjadi sebuah rumusan kesimpulan, sesuai

dengan masalah yang

diajukan pada langkah

sebelumnya.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan Menerapkan (mengembangkan,

memperdalam) pemahaman atas suatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau yang berbeda. Mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis.

(29)

35 Berikut langkah-langkah Scientific Approach :

a. Mengamati (Observing)

Langkah pertama dalam pembelajaran saintifik adalah mengamati. Kegiatan bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari suatu objek materi yang berkenaan dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari . kegiatan mengamati dalam pembelajran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:

1) Menemukan objek pengamatan, sesuai dengan KD yang akan dipelajari 2) Menentukan aspek-aspek yang perlu diamati siswa sesuai dengan indicator

pembelajran

3) Menuliskan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama kegiatan pengamatan

4) Menyiapkan scenario pembelajaran lanjutan setelah melakoni proses pengamatan (Kosasih, 2013: 74).

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil kegiatan

belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan ataupun tulisan. Mengembangkan sikap jujur, percaya diri, betanggung jawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memperhatikan pula kejelasan, kelogisan dan keruntutan sistematikanya.

(30)

36

Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:

1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi

2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkungan objek yang akan diobservasi

3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

4) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi

5) Menentukan secar jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancer.

6) Menentukan cara dan melakukan pencatatn atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorer, video perekam dan alat-alat tulis

Secara lebih luas alat atau instrument yang digunakan dalam melakukan observasi dapat berupa data cek, skala rentang, dan catatan bersifat anekdot, catatan berkala dan alat mekanikal. Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek atau factor-faktor yang yang akan diobservasikan tingkatnya. Catatan anecdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta tingkatnya. Catatan anecdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakukan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal berupa alat mekanik yang subjek yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

Menurut Hosnan (2014:40) mengatakan bahwa metode observing adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangkam pembelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan

(31)

37

langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. Guru harus membimbing peserta didik untuk bisa mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak. Pertanyaan yang bersifat factual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

1) Fungsi bertanya yaitu :

1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik

2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri

3) Mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancaman untuk mencari solusinya

4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan dan pemahamanny.

5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan dn memberikan jawaban secara logis.

2) Kriteria Pertanyaan yang Baik

Kriteria pertanyaan yang baik, sebagai patokan untuk bertanya dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a) Singkat dan jelas b) Menginspirasi jawaban c) Memiliki focus

(32)

38 d) Bersifat pobling dan divergen e) Bersifat validatif atau penguatan

f) Member kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitf h) Merangsang proses interaksi

3) Tingkatan Pertanyaan

Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkat kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang rendah hingga yang tinggi. Hal tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Kognitif tingkat lebih rendah meliputi pengetahuan (apa, siapa, dimana, sebutkan jodohkan, golongkan), pemahaman (terangkan, bedahkan, terjemahkan, simpulkan, bandingkan, ubahla), penerapan (gunakan, tunjukkan, buatlah, demonstrasikan, carilah hubungan).

b) Kognitif yang lebih tinggi meliputi: Analisis ( analisislah, kemukakan bukti-bukti, mengapa, identifikasi, tujukkan sebabnya, berikan alasannya), sintesis (ramalkanlah, bentuklaah, ciptakanlah, susunlah) Evaluasi (berikanlah pendapat anda, alternative mana yang lebih baik, kritiklah, setujukah anda).

c. Menalar

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adlah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkan menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan

(33)

39

peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan dimemori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

Kegiatan yang dilakukan siswa dalam tahap bernalar adalah sebagai berikut:

1) Membaca beragam referensi yang sekiranya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

2) Melakukan pengamatan lapangan, terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pembuktian ilmiah

3) Mewawancarai narasumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban yang berupa pendapat ahli (Kosasi, 2013: 78)

Seperti telah dijelaskan dimuka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalarn induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi indrawi atau pengalaman empiris. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.

d. Mengolah

Pada tahap mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kalaboratif. Pada pembelajaran kalaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafa pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lainnya atau guru.

(34)

40

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus mempunyai keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. e. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersamasama dalam satu kesatuan kelompok atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hal kegiatan mengolah informasi. Aktivitas menyimpulkan tidak lain dari menjawab pertanyaan pokok dari tujuan utama kegiatan atau proses pembelajaran.

f. Menyajikan

Hasil tugas yang dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan individu yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru. Pada tahapan ini, walaupun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu, sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaanya sendiri secara individu.

g. Mengkomunikasi Hasil

Pada kegiatan akhir siharapkan peserta didik dapat mengomunilkasikan hasil percobaan yang telah disusun, baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat dilakukan dalam bentuk pejangan atau lisan melalui presentasi.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogic modern dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanyya, menalar, mencooba dan membentuk jarring-jaring intuk semua mata pelajaran. Prosses pembelajaran menyentuh tiga rana, yaitu: sikap, pengetahuan dan keterampilan. Melalui pendekatan itu, diharapkan siswa

(35)

41

memiliki kompetensi sikap keterampilan dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bias sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan dizamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Upaya penerapan pendekatan (Scientific Approach) dalam proses pembelajaran ini kemudian melahirkan system evaluasi yang auntentik, (Sunarti: 2013:2).

Gambar

Gambar 2. Bagan Model Pengelolaan
Gambar 3. Unsur-unsur pendekatan ilmiah (Hosnan, 2014: 24).

Referensi

Dokumen terkait

Hartono (2013) melalui pendekatan dan penggunaan metode inkuiri guru tidak hanya mengajarkan siswa untuk memahami dan mendalami materi pembelajaran, tetapi juga melatih

Pendekatan cooperative metode snowball throwing adalah salah satu alternatif bagi guru dalam mengajar peserta didik, yang merupakan sebuah variasi dalam kelompok yang

Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.  Titik tekannya tentu dalam banyak hal

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menjawab permasalahan di atas adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific (scientific approach)

Kegiatan menalar dalam proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dilakukan melalui dua cara yaitu (1) penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik

Berbagai cara dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar matematika salah satunya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,