• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Hasil belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar ( Sagala, 2010: 12 ). Menurut Hamalik, (2005: 27) belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latian melainkanpengubahan kelakuan.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang dapat meningkatkan ilmu, prilaku, dan ketrampilan yang dimiliki dapat diperolehnya yang dapat berguna untuk dirinya sebagai pengetahuan dan bekal didalam kehidupannya. Keberhasilan suatu proses belajar dapat ditentukan oleh peserta didik itu sendiri.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Suprijono (2012:

(2)

5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.

Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009: 22) hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom dalam Sudjana (2009: 23) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni :

a) Knowledge / Pengetahuan adalah tingkat belajar pengetahuan yang paling rendah tetapi sebagai prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman.

b) Comprehension / Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap suatu makna dalam suatu konsep.

c) Application / Aplikasi adalah penggunaan abstraksi (ide, teori, atau petujuk teksnis) pada situasi kongkret atau situasi khusus.

(3)

d) Analysys / Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.

e) Synthesis / Sintesis adalah pernyataan unsure-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

f) Evaluation / Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll sehingga diperlukan suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam penelitian ini akan ditekankan pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Sudjana (2009: 29) sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian ranah afektif tidak mendapat perhatian dari guru tetapi hasil belajar ranah afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif berdasarkan taksonomi Kratwohl dalam Winkel (1996 : 247) terdiri dari lima aspek yakni :

(4)

a) Reciving / penerimaan

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b) Responding / Partisipasi

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

c) Valuing / Penilaian

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

d) Organization / Organisasi

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada

(5)

suatu skala nilai: yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, yang tidak begitu penting.

e) Characterization by evalue or calue complex / Internalisasi nilai

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel (1996: 249) tingkatan keterampilan yaitu sebagai berikut:

a) Perception / Persepsi

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan anatara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b) Set / Kesiapan

Mencakup kemempuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

(6)

c) Guided response / Gerakan terbimbing

Mencakup kemampuan untuk melakaukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam gerakan anggota tubuh menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d) Mechanical response / Gerakan yang terbiasa

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e) Complex response / Gerakan kompleks

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan beruntun dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerak yang teratur.

f) Adjustment / Penyesuaian pola gerakan

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi

(7)

setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g) Creativity / Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

2. Metode index card match

a. Pengertian metode index card match

Metode index card match atau pencocokkan kartu indeks adalah cara aktif dan menyenangkan menuntut meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan peserta didik untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis pada temanya (Silberman, 2006: 250). Sedangkan menurut (Hamruni, 2011: 162) metode index card match adalah cara menyenangkan lagi aktif untk meninjau ulang materi pembelajaran. Strategi ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas.

Menurut (Zaini, 2008: 67) metode index card match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas

(8)

mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan,

Dari pendapat beberapa ahli di atas tentang metode index card match dapat disimpulkan bahwa metode index card match adalah metode yang mengajarkan peserta didik untuk berperan aktif dalam sebuah grup atau pasangannya untuk melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Dalam metode ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan bagi peserta didik yang melakukan pembelajaran melalui metode index card match b. Langkah langkah metode index card match

Terdapat langkah langkah metode index card match menurut (zaini, 2008: 67) yaitu:

1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada tengah bagian kertas yang telah disisipkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

(9)

4) Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.

5) Kocok semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.

6) Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan ini adalah aktifitas yang dilakukan berpasangan. Separo peserta didik akan mendapatkan soal dan separo yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8) Setelah peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain

9) Akhir proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan

(10)

3. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informansi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu, 2013:205). Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tau dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Dari penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran pada kurikulum ktsp. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah ini mempunyai kriteria sesuai dengan Permendikbud Nomor 81a yaitu proses pembelajaran menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

(11)

b. Karakteristik pendekatan saintifik

1) Berpusat pada siswa

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruk konsep, hukum dan prinsip

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan potensial intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

4) Dapat mengembangkan karakter siswa

Berdasarkan karakteristik pendekatan saintifik tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pendekatan saintifik tepat diterapkan pada kurikulum 2013 pada pembelajaran yang menggunakan tema. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik peserta didik dijadikan sebagai pusat pembelajaran sehingga pengetahuan, keterampilan dan karakternya dapat berkembang dengan baik serta mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Menurut Kemendikbud (2013:208), Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pendekatan berbasis pendekatan ilmiah, ketiga ranah tersebut harus menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik dalam ranah sikap tahu ‘mengapa, ranah pengetahuan tahu

(12)

‘apa’, dan dalam ranah keterampilan agar peserta didik tahu ‘bagaimana’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills).

Proses pembelajaran dalam Permendikbud 81a, terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1) Mengamati 2) Menanya

3) Mengumpulkan informasi 4) Mengasosiasi

5) Mengkomunikasikan

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 : Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan

Kegiatan Belajar dan Maknanya (Permendikbud 81a, 2013 : 5).

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar

Kompetensi yang dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat

Melatih kesungguhan,

(13)

(tanpa atau dengan alat) ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengumpulkan informasi/ eksperimen - Melakukan eksperimen - Membaca sumber

lain selain buku teks - Mengamati objek/ kejadian/ - Aktivitas Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan

(14)

- Wawancara dengan nara sumber kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan/ mengolah informasi - Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan / eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. - Pengolahan informasi yang Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

(15)

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan Mengkomunikasi kan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

(16)

singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang metode pembelajaran index card match telah banyak dilakukan oleh peneliti diantaranya Si Ngurah Putu Suta Prawira, Siti Zulaikha, I Gst Agung Oka Negara (2014) Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Sd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Mengwi, Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang menggunakan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V semester 1 SD Gugus III Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan sampel penelitian yang ditentukan secara random sampling. Sampel penelitian yaitu SD N 2 Sempidi sebagai kelompok

(17)

eksperimen berjumlah 34 orang dan SD N 4 Sading sebagai kelompok kontrol berjumlah siswa 35 orang. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan teknik tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Selanjutnya data dianalisis dengan uji-t. Hasil uji hipotesis dengan uji-t menunjukkan t hitung = 2.708, sedangkan t table dengan dk = 67 dan taraf signifikan 5% didapat angka batas penolakan hipotesis 2.00. Berdasarkan kriteria pengujian, t hitung > t table (2.708 > 2.00), sehingga Ha diterima dan H 0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus III Mengwi, Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian lain terkait dengan index card match pernah dilakukan juga oleh Sumarni, Nanang Heryana, dan Ahmad Yani (2013) Penerapan Strategi Index Card Match Untuk meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 15 Nanga Pinoh Kabupaten Melawi terkait

(18)

dengan penerapan strategi index card match. Bentuk penelitiannya berupa Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklusnya terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa diambil dari data hasil belajar siklus I dan II. Sedangkan data pada proses pembelajaran guru dan aktivitas siswa diambil dari APKG 1 dan II serta lembar observasi aktivitas siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila siswa memperoleh ratarata hasil belajar mencapai ≥ 70. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 68.80, sedangkan pada siklus II sebesar 86.40. Simpulan dalam penelitian ini bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang siknifikan setelah diterapkannya strategi index card match pada materi kenampakan alam di SDN 15 Nanga Pinoh Kabupaten Melawi yakni sebesar 37.80 poin dengan rata-rata nilai peningkatan hasil belajar sebesar 68.00

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV sudah menggunakan kurikulum 2013. Pada kurikulum ini pembelajaranya menggunakan tema dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu tema. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan saintifik

(19)

C. Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam hal baik yang berhubungan dengan siswa maupun dari luar siswa. Pembenahan harus dilakukan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Masalah ini terjadi pada siswa kelas IVB SD N 1 Karanglewas Lor. Masih rendahnya hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa di SD N 1 Karanglewas Lor.

Untuk aspek kognitifnya terjadi masalah pada pengetahuan siswa, siswa menganggap ada beberapa mata pelajaran yang sulit sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa takut sebelum pelajaran, ini berdampak pada nilai pengetahuan siswa. Untuk aspek afektifnya terjadi masalah ternyata pada saat siswa membaca dan menghitung pada saat pembelajaran juga masih ada yang merasa kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi dimana siswa tidak bisa mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh guru dan saat siswa disuruh membacan keras oleh guru masih banyak siswa yang belum lancar dalam mengucakan kata, siswa yang aktif dalam kelas hanya sedikit, masih suka mencontek pekerjaan teman. Kemudian untuk aspek psikomotornya terdapat masalah dengan percaya diri, tanggung jawab dan disiplin siswa yang rendah saat berjalanya pembelajaran.

Rendahnya hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, sehingga membutuhkan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran.

(20)

Penerapan metode index card match, merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD N 1 Karanglewas Lor. Penerapan Metode index card match adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dlam pembelajaran. Hal ini sangat efektif dimana guru dapat menggali kekampuan peserta didik agar dapat maksimal berperan aktif, mandiri dan dapat mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya.

Penggunaan metode index card match ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik ranah afektif, kognitif, dan psikomotor. Gambaran dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:  

 

Gambar 2.1 Sekema Kerangka Berpikir Penelitian

Kondisi Awal

Hasil belajar kelas IV SD Negri 1 Karanglewas

masih rendah

Tindakan

Pembelajaran mengunakan Penerapan metode index

card match

Kondisi Akhir

Meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negri 1 Karanglewas Lor

Hasil belajar

Naik

(21)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu:

1. melalui metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif pada Sub tema Indahnya Peninggalan Sejarah di SD Negeri 1 Karanglewas Lor.

2. melalui metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah afektif pada Sub tema Indahnya Peninggalan SejarahdiSD Negeri 1 Karanglewas Lor.

3. melalui metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah pisikomotor pada Sub tema Indahnya Peninggalan Sejarah diSD Negeri 1 Karanglewas Lor.

Gambar

Tabel 2.1 : Keterkaitan  antara  Langkah  Pembelajaran  dengan   Kegiatan Belajar dan Maknanya (Permendikbud 81a,  2013 : 5)
Gambar 2.1 Sekema  Kerangka Berpikir Penelitian Kondisi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya rata-rata nilai tambah yang dihasilkan dari satu kilogram buah carica yang digunakan untuk menghasilkan olahan carica berupa carica in syrup adalah

3.39 39 Belanja Bantuan Sosial Program Peningkatan Infrastruktur PNPM Kepada BKM Baloi Indah Mandiri. Kecamatan Lubuk Baja -

POLITIKA: Jurnal Ilmu Politik 12(1), 2021 ê 9 Terakhir, terkait dengan politik uang dan hoaks yang keduanya mereduksi kualitas demokrasi pemilu, sikap pemilih muda atas

Analisis kajian yang dijalankan adalah analisis faktor-faktor yang menyebabkan pengurusan projek pembinaan tidak mengikut spesifikasi kerja oleh Pejabat Daerah Johor Bahru

Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah produk sabun dai bahan  baku susu dan stroberi untuk memaksimalkan pemanfaatan susu dan stroberi....

Pokja V Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Indragiri Hilir akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan

Hasil yang diperoleh dari sistem penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dengan metode matching yang dibantu dari hasil penginderaan jauh menggunakan Citra

Buku harian adalah buku yang berisi catatan seluruh transaksi keuangan secara kronologis. Dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan ke dalam buku harian harus disertai dengan