• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan organisasi persatuan al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah perkembangan organisasi persatuan al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh :

Nur Aisyia Ayu Wulandari NIM: A0.22.13.074

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Sejarah dan Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana sejarah berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (2) Bagaimana perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (3) Apa faktor pendukung dan penghambat perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sejarah untuk mengetahui kapan berdirinya, di mana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Lalu pendekatan sosiologi untuk mengetahui perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan oleh Max Weber, teori peranan oleh Soekanto dan teori siklus oleh Ibnu Khaldun. Sedangkan untuk metodenya adalah metode sejarah, yang melalui langkah-langkah seperti pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi), interpretasi dan historiografi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa (1) organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh Kiai Pamudji Rahardjo. Berawal dari suatu pengajian di Wonorejo pada tahun 1977. (2) Perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan meliputi program kerja yang

setiap tahun terdapat penambahan program kerja, amal usaha dan jumlah jama’ah.

(3) Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan yang disampaikan melalui dua sisi, internal dan eksternal. Faktor pendukung internal meliputi fleksibilitas keanggotaan, adanya pendanaan mandiri, fasilitas yang memadai, loyalitas kinerja kepengurusan dan jama’ah serta

banyaknya bantuan untuk jama’ah. Faktor pendukung eksternal adanya partisipasi

dari masyarakat dan lokasi yang strategis. Sedangkan faktor penghambat internal

adanya problem transformasi nama, jama’ah kurang fokus dan kurangnya minat

(7)

ABSTRACT

This thesis discusses the history and development of Al-Ihsan unity organization. This research contains two research problem, they are: (1) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was established at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (2) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was developed at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (3) kind of supporting and demotivating factors the development of the organization of Persatuan Al-Ihsan in Demak Timur Suabaya.

The research use historicaly approach to find out when Persatuan Al-Ihsan was established, where Persatuan Al-Ihsan was established, what the factors which make Persatuan Al-Ihsan were established and who are the pioneers of Persatuan Al-Ihsan. This research also uses sociological approach to investigate the development of Persatuan Al-Ihsan. Researcher uses leadership theory which is proposed by Max Weber, actor theory by Soekanto and cycle (siklus) theory which is propsed by Ibnu Khaldun. Whereas, to suppor the research, the researcher uses historical method through some steps such as collecting data (Heuristic), criticizing resources (verification), interpreting and historiography.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ………xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pendekatan dan Teori ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 16

G. Metode Penelitian... 17

H. Sistematika Pembahasan ... 27

BAB II : BIOGRAFI KYAI HASAN MUKMIN A. Geneologi Kyai Hasan Mukmin ... 29

(9)

C. Ajaran-ajaran Kyai Hasan Mukmin ... 45

BAB III : LATAR BELAKANG TERJADINYA PERLAWANAN PETANI DI GEDANGAN 1904

A. Profil Daerah dan Faktor Ekologis ... 50

B. Struktur Sosial dan Ekonomi ... 52

C. Konflik Tanah ... 59

BAB IV : PERAN KYAI HASAN MUKMIN DALAM PERLAWANAN GEDANGAN 1904

A. Mendeklarasikan Diri Sebagai Ratu Adil/Imam Mahdi... 80

B. Perlawanan Gedangan ... 82

C. Dampak dari Pemberontakan ... 89

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 94

(10)

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan umat Islam. Hal

ini ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan Islam yang muncul

bersamaan dengan lahirnya kesadaran pergerakan Nasional. Gerakan tersebut

diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi Islam dengan corak dan

gayanya yang berbeda. Masing-masing ditentukan oleh lingkungan

kedaerahan, pengaruh kepribadian tokoh, dan tantangan yang dihadapi dari

dalam maupun dari luar lingkungan masyarakat Islam.1

Organisasi merupakan suatu wadah penyaluran aktifitas dan aspirasi

bagi para anggotanya, sehingga mereka dapat mengimplementasikan ide-ide

yang mereka miliki di dalam organisasi tersebut. Keberadaan organisasi Islam

menjadi sangat penting dalam melestarikan dan menebarkan nilai-nilai Islam

kepada masyarakat melalui implementasi berbagai program, kebijakan

maupun pemikirannya. Terbentuknya berbagai organisasi ini memberikan

akses terhadap kesadaran untuk memperjuangkan nasib sendiri melalui

instrumen organisasi yang bersifat nasional. Dari aspek kesejarahan, dapat

ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak

dalam bidang politik maupun sosial membawa sebuah pembaharuan bagi

bangsa, seperti kelahiran Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul

1

(11)

Ulama, dan lain-lainnya. Organisasi Islam merupakan representasi dari umat

Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi

Islam sebagai kekuatan sosial maupun politik.

Salah satu organisasi Islam yang berkontribusi dalam aspek sosial

keagamaan adalah organisasi Persatuan Al-Ihsan yang dibentuk pada tahun

1991. Organisasi ini menjadi wadah untuk menyebarkan agama Islam yang

sesuai dengan ajaran Rasulullah saw berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bagi warga masyarakat Demak Timur gang 11. Kawasan Demak Timur, Kelurahan

Gundih merupakan salah satu kawasan yang terletak di Kota Surabaya,

Kecamatan Bubutan.

Organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan oleh Kiai Pamudji Rahardjo.

Lalu resmi terdaftar di BKB (Badan Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur,

bidang hubungan antar lembaga pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor

inventaris: 9 / X / LSM / 2006.2

Kiai Pamudji Rahardjo lahir di Magetan pada tahun 1954. Ia adalah

putra pertama dari Bapak Sirun dan Ibu Sila. Mereka dari kalangan keluarga

yang sederhana. Kiai Pamudji adalah sosok yang sangat cerdas, beliau banyak

menulis tentang metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan lain-lain.

Organisasi ini awalnya hanya pengajian yang diisi dengan mengkaji

Al-Qur’an beserta isinya yang berdiri pada tahun 1977. Pengajian ini bertempat di Wonorejo gang 1 Surabaya salah satu rumah jama’ah Persatuan

2

(12)

Al-Ihsan yang bernama bapak Su’ud Efendi pada malam hari dan dihadiri oleh kalangan bapak-bapak saja. Selain pengajian, juga ada tanya jawab antara kiai

dengan jama’ahnya.3

Organisasi ini awalnya hanya terdiri dari kalangan bapak-bapak saja,

kini bertambah dari kalangan ibu-ibu, para remaja dan anak-anak. Organisasi

ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islami dalam tatanan

kehidupan. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para

sahabatnya, yakni dengan mewujudkan kondisi masyarakat yang damai,

sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan yang

diridhoi Allah SWT.

Pada perkembangnnya organisasi Persatuan Al-Ihsan memiliki sarana

dan prasarana. Persatuan Al-Ihsan mulai dengan mendirikan PAUD, TK yang

berada di Bondowoso dan TPQ di Demak Timur. Sedangkan dalam bidang

sosial Persatuan Al-Ihsan menyediakan pemakaman sebagai wujud kepedulian

terhadap jama’ah yang sulit untuk mendapatkan makam di pemakaman umum

daerah Demak Timur dan sekitarnya karena prosedur yang tidak mudah.

Setelah Persatuan Al-Ihsan berkembang, jumlah anggota juga

berkembang berdasarkan dengan bertambahnya cabang di kota Surabaya

maupun luar kota Surabaya. Persatuan Al-Ihsan ini sudah mempunyai empat

cabang resmi di tiga kota yakni Surabaya (Wonorejo dan Benowo),

Bondowoso di Jl. Diponegoro dan Banyuwangi di Jl. Mendut. Persatuan

3

(13)

Ihsan berpusat di Demak Timur gang 11, Gundih Surabaya.4 Perkembangan

organisasi ini dipermudah karena Persatuan Al-Ihsan terbilang cukup

fleksibel. Karena organisasi ini tidak hanya merangkul kalangan

Muhammadiyah saja, tetapi kalangan yang lain seperti Nahdlatul Ulama, dan

lain-lain.

Organisasi dalam mencapai tujuan visi misinya, senantiasa tidak

terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat baik dari internal

maupun eksternal, maka ada istilah organisasi yang baik adalah organisasi

yang mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar baik dengan antar

organisasi, pihak dan lembaga terkait yang mewadahi organisasi masyarakat,

maupun kepada masyarakat secara umum.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengangkat organisasi ini

untuk penelitian. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat berkontribusi

terhadap organisasi Persatuan Al-Ihsan supaya tetap eksis dan semakin maju

dengan berbagai amal usahanya serta meningkatkan kembali jiwa organisasi

kepada para pemuda Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari deskripsi latar belakang masalah diatas penulis mengambil tiga

rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak

Timur Surabaya Tahun 1991-2016?

4

(14)

2. Bagaimana Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur

Surabaya tahun 1991-2016?

3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi

Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak

Timur Surabaya.

2. Mengetahui PerkembanganOrganisasi Persatuan Al-Ihsan tahun

1991-2016.

3. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi

Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian tentunya memberikan kegunaan baik bagi

peneliti, objek yang diteliti maupun instansi yang terkait dalam penelitian,

kemudian dirumuskan beberapa kegunaan, sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat informative serta

menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan khususnya dalam

bidang keilmuan sejarah organisasi masyarakat Islam di Indonesia.

2. Diharapkan membuahkan pemahaman terhadap salah satu organisasi

masyarakat Islam di Indonesia baik itu sejarah terbentuknya dan

(15)

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi

peniliti, serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan

pengetahuan peneliti dengan ilmiyah dan objektif.

E. Pendekatan dan Teori

Berdasarkan dengan judul penilitan ini, maka pendekatan yang

digunakan Penulis adalah pendekatan historis dan sosiologi. Pendekatan

sejarah (historis) adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai

peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,obyek, latar belakang,

dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat

dilacak dengan melihat kapan berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan,

dimana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan.5

Sedangkan pendekatan Sosiologi digunakan untuk meneropong

segi-segi sosial peristiwa,6 terkait kajian yang mencakup perkembangan organisasi

Persatuan Al-Ihsan terhadap jama’ah dan masyarakat sekitar. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki

ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.7

Kemudian landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori kepemimpinan yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi

orang lain atau pengikutnya untuk mencapai tujuan. Sehingga orang lain

5

Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 64.

6

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Imu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.

7

(16)

tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin

tersebut.8 Max Weber mengemukakan tiga bentuk kepemimpinan yaitu:

1. Kepemimpinan kharismatik yaitu kepemimpinan yang didasarkan dengan

kemampuan alami, semacam mukjizat, karisma atau kewibawaan di luar

rasio. Kepemimpinan ini adalah kemampuan atau kekuatan batin yang ada

padanya dan didukung oleh kondisi masyarakatnya. Kekayaan, umur,

kesehatan, profil, bahkan pendidikan formal tidak menjadi kriteria.

2. kepemimpian tradisional yaitu kepemimpinan yang diterima berdasarkan

tradisi yang dalam komunitas masyarakat atau dinasti tertentu yang

dominan dan diterima masyarakat. Seseorang diangkat menjadi pemimpin

secara turun temurun dari suatu keluarga atau dinasti tertentu.

3. Kepemimpinan legal rasional yaitu kepemimpinan yang mendasarkan

wewenangnya pada kekuatan formal dan legalistik yang memperoleh

kedudukan berdasarkan rasio dan diterima.9

Kajian mengenai kiai, sudah tentu mengikutsertakan kajian tentang

kepemimpinan, dan mengkaji kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari

kajian kharisma. Karena kepemimpinan kiai, sering diidentikkan dengan

kepemimpinan kharismatik.

Menurut Kartono tipe pemimpin kharismatik ini memiliki daya tarik

dan wibawa yang luar biasa, sehingga dia mempunyai pengikut yang

jumlahnya sangat besar, dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib

8

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 318.

9

(17)

(supranatural power) dan kemampuan yang super human yang diperolehnya

dari kekuatan Yang Maha Kuasa.10

Penulis menyimpulkan otoritas kharismatik yang akan penulis gunakan

dalam skripsi ini. Dikarenakan hal tersebut Kiai Pamudji Rahardjo termasuk

pemimpin yang berkharisma. Ia memiliki kemantapan moral dan kualitas ilmu

yang membuat ia memiliki kepribadian yang menarikdan dapat diteladani oleh

masyarakat. Kiai dengan kharisma yang dimilikinya dikategorikan sebagai

tokoh agama masyarakat yang memiliki otoritas tinggi dalam menyebarkan

pengetahuan keagamaan.

Selanjutnya penulis menggunakan teori peranan untuk menguraikan

secara rinci peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat. Dalam

konteks ilmu sosial, peran merupakan fungsi seseorang yang menduduki

posisi dalam struktur sosial.11

Peran merupakan suatu proses dinamis kedudukan (status), yang mana

seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya,

maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan itu mencakup tiga hal yakni,

peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang

dapat dilakukanoleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peranan

juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.12

10

Kartini Kartono, Pemimpin dan kepemimpinan (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), 51.

11

Edy Suhardono, Teori Peran; Konsep, Derivasi dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 3.

12

(18)

Adapun peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat yaitu

mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai islami yang

dulu pernah dicontohkan Rasulullah saw dan para sahabat.Dan juga

mengembangkan amal usaha.

Selanjutnya teori siklus yang diprakarsai oleh Ibnu Khaldun. Dalam

teori ini terdapat teori gerak sejarah dan Ibnu Khaldun menyatakan bahwa

gerak sejarah terbagi tiga pola gerak. Pertama, sejarah digambarkan dalam

perkembangan yang oportunitis bahwa peradaban manusia berkembang secara

lurus (linear), jadi secara perlahan peradaban manusia akan terus maju

bersama waktu.Kedua sejarah bergerak dalam daur kultural, baik daur itu

saling terputus atau saling berjalin dan terulang kembali (berbentuk siklus).

Dan yang ketiga sejarah bergerak dengan tidak melalui pola tertentu atau

secara acak.13Untuk menganalisis sejarah dan perkembangan Persatuan

Al-Ihsan, penulis menggunakan teori gerak sejarah yang bergerak dalam daur

kultur (berbentuk siklus). Dalam gerak daur kultur (siklus) ini polanya dapat

saling terputus maupun saling berjalinan dan berulang kembali sehingga

membentuk sebuah siklus. Hal ini tergambarkan dalam sejarah dan

perkembangan Persatuan Al-Ihsan yang mengalami pasang surut dalam

perjalanannya. Proses sejarah yang diawali dengan pengajian mbah ji lalu

semakin berkembang yang dulunya hanya pengajian rutinan akhirnya

meningkat ke masalah sosial maka dibentuklah sebuah organisasi Persatuan

13

(19)

Al-Ihsan pada tahun 1991, yang didirikan oleh Kyai Pamudji Rahardjo dan

terus berkembang hingga sekarang.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang hasil penelitian, penulis menelusuri karya-karya

ilmiah tetang tema yang sama atau mirip dengan topik skripsi penulis.

Penelitian terdahulu tentang organisasi Persatuan Al-Ihsan belum pernah

diteliti oleh siapapun, tetapi ada beberapa karya ilmiah yang membahas

tentang suatu kumpulan sekitar daerah Surabayayang di lakukan oleh

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya:

1. Ahmad Fauzan Zaenal Abidin, A02212035, Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2016, Sejarah dan Perkembangan Majelis Shalawat Muhammad

Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya pada tahun 2004-1016. Dalam

skripsi tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Majelis shalawat

Muhammad Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya yang dibawa oleh

Shaykh Abdul Kahar sekitar tahun 2004 yang bertujuan untuk

mengamalkan bacaan sholawat dan puji-pujian kepada Rasulullah, seiring

berjalannya waktu jam’ah dari majelis ini semakin banyak hingga tersebar

di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan sampai Jerman,China,

Malaysia, dan Singapura. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan

penelitian ini dari segi tempat, pendirinya dan dari segi perkembangan

(20)

2. Ida Kumala Sari, A02211055, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015, Sejarah

dan Perkembangan Pengajian Ahad Dhuha di Kecamatan Tambak Sari

Surabaya tahun 1963-2014. Dalam skripsi tersebut membahas tentang

sejarah diadakannya Pengajian Ahad Dhuha yang berawal dari daerah

Ampel oleh ulama KH. Salim Bachmid pada tahun 1963. Sekitar tahun

1999 pengembangan dakwah pengajian Ahad Dhuha ini mulai diterapkan

di kecamatan Tambak Sari yang diprakarsai oleh H. Mas’ud Qusyairi. Pengajian ini diadakan setelah sholat Dhuha berjama’ah. Pengajian ini

cukup berkembang sampai sekarang dan mendapt respon yang baik oleh

masyarakat. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan penelitian ini

dari segi tempat,pendirinya dan dari segi perkembangan amal usaha.

3. Rachmijawati, 089100130, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,

Fajultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1996, Nasyiatul Aisyiyah:

Studi Perkembangan Organisasi Keputrian Islam di Kecamatan Karang

Pilang Kotamadia Surabaya Periode 1979-1995. Dalam skripsi tersebut

membahas tentang bagaimana sejarah berdirinya organisasi Nasyiatul

Aisyiyah yang berdiri pada tanggal 28 desember 1978 yang bertempat di

SD Muhammadiyah XV. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan

penelitian ini dari segi sejarah, tempat, tujuan dan pendirinya.

G. Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mencapai penulisan sejarah, Penulisan

(21)

ilmiah.14Di dalam penelitian ini di tempuh melalui metode sejarah.

Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali dilangsungkan

dengan metode penggunaan bahan dokumen. Metode ini dapat berlangsung,

karena ditemukan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi

seputar objek maupun informasi langsung mengenai organisasi Persatuan

Al-Ihsan.15Metode sejarah biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan yaitu:

heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.

1. Heuristik

Heuristik yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu atau

proses pencarian data.16 Cara pertama penulis tempuh dengan cara mencari

sumber, baik sumber primer maupun sekunder.

a. Sumber primer, yaitu menggunakan data kesaksian dari seorang saksi

yang menyaksikan atau terlibat langsung dalam peristiwa sejarah

dengan ala tmekanis seperti arsip dan foto.17 Sebagai sumber utama

dalam penulisan skripsi dan sebagai sumber primer penulis

menggunakan hasil wawancara dengan pendiri Persatuan Al-Ihsan

yakni Kiai Pamudji Rahardjo pada tanggal 27 Maret 2017 di kantor

pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Penulis juga

melakukan wawancara dengan amir cabang Persatuan Al-Ihsan yakni

bapak M. Fauzan tepatnya pada tanggal 19 Februari 2017 di kantor

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001), 12.

15

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1990), 92.

16

Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), 36.

17

(22)

pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Data berupa tulisan

berasal dari catatan tulisan tangan dari kyai Pamudji selaku pendiri

organisasi ini, AD dan ART organisasi Persatuan Al-Ihsan dan SK

pendirian organisasi Persatuan Al-Ihsan.

b. Sumber sekunder, yaitu menggunakan data dari kesaksian siapapun

yang bukan merupakan saksi dari pandangan mata.18Yaitu

literatur-literatur pendukung atau buku-buku yang mendukung dalam penulisan

skripsi ini. Seperti buku karangan Deliar Noer yang berjudul Gerakan

Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3S, 1985).

Dalam laporan ini dibutuhkan beberapa data atau sumber yang

obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan. Dalam hal ini penulis

melakukan penggalian data melalui dua tahap, yaitu pada tahap pertama

penulis melakukan wawancara mendalam dengan tokoh yang terlibat baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam sejarah sebagai sumber

primer. Sedangkan sumber-sumber sekunder didapat melalui beberapa

literatur yang digunakan sebagai sumber pendukung dalam penulisan

skrpsi ini.-buku, dan brosur bacaan dari jama’ah Persatuan Al-Ihsan. 2. Verifikasi

Setelah mendapatkan data-data yang bisa menjadi acuan dalam

penulisan skripsi ini, penulis melakukan verifikasi atau kritik sumber,

adalah kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh guna

18

(23)

mengetahui kejelasan tentang kredibilitasnya. Dalam meneliti dan menilai

data yang diperoleh dengan melalui dua cara, yaitu:

a. Kritik intern, yakni suatu upaya yang dilakukan untuk melihat apahak

isi sumber-sumber tersebut cukup kredibel atau tidak. Kritik intern ini

berkaitan dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan

informasi yang kita butuhkan. Hal ini dapat kita buktikan dengan cara

peneliti melihat latar belakang informan yang di wawancarai dengan

membuktikan kesaksiannya dapat dipercaya atau tidak.

Membandingkan kesaksian dari berbagai sumber, yakni peneliti

membandingkan sumber yang di dapat dari jama’ah, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Setelah peneliti membandingkan berbagai

sumber yang telah terkumpul terdapat perbedaan dari berbagai sumber

penelitian. Dalam SK terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan dan

hasil wawancara dengan pendiri organisasi ini tidak sama tentang

kategori organisasi ini di SK menyebutkan bahwa organisasi ini adalah

organisasi masyarakat saja tapi dalam hasil wawancara dan dokumen

Persatuan Al-Ihsan organisasi ini menyebutkan bahwa organisasi ini

bergerak dibidang keagamaan dan sosial.

b. Kritik ekstern, menyangkut persoalan apakah sumber tersebut

merupakan sumber yang diperlukan. Terkait dengan kritik ekstern

menjawab tiga pertanyaan yaitu menanyakan relevan atau tidak, sesuai

dengan objek yang dikaji atau tidak, mengenai asli tidaknya suatu

(24)

pada semua sumber yang didapat dengan tujuan menghindari

terjadinya ketidak kredibelan dan auntektikannya suatu hasil

penelitian.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses menafsirkan fakta sejarah yang telah

ditemukan melalui proses kritik sumber sehingga akan terkumpul

bagian-bagian yang akan menjadi fakta serumpun. Dalam interpretasi ini

dilakukan dengan dua macam yaitu: analisis (menguraikan), sintesis

(menyatukan) data.19 Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas

sejumlah fakta yang diperolah dari sumber-sumber. Penulis berusaha

menafsirkan apa yang terdapat di data yang ditemukan oleh penulis.

Awalnya penulis mengira organisasi ini sama dengan organisasi

Muhammadiyah karena terlihat dengan idiologi organisasi ini hanya

bersadarkan dengan Al Quran dan Hadits. Namun setelah ditelusuri

kembali melalui data, organisasi ini terdapat ajaran tarekat dan pengobatan

ruqyah.

4. Historiografi

Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah,

dimana Historiografi adalah cara penulisan atau pemaparan hasil laporan.20

Cara penulisannya dengan merekontruksi fakta-fakta yang didapatkan dari

penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk

tertulis. Dalam skripsi ini penulis lebih memperhatikan aspek-aspek

19

Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.

20

(25)

kronologis peristiwa. Aspek ini sangat penting karena arah penelitian ini

adalah penelitian sejarah sehingga proses peristiwa dijabarkan secara

detail. Data atau fakta tersebut selanjutnya ditulis dan disajikan dalam

beberapa bab berikutnya yang terkait satu sama lain agar mudah dipahami

oleh pembaca.

H. Sistematikan Pembahasan

Dalam penyusunan skripsi ini akan dipaparkan dalam bentuk

pembagian bab, dan kemudian dari setiap bab diklasifikasikan dalam sub-bab.

Hal ini dikarenakan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling

berkaitan.

Bab I: Berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunan penelitian, pendekatan dan teori, penelitan

terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II: Berisi pembahasan tentang sejarah berdirinya Persatuan

Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya, yang meliputi latar belakang berdirinya

Persatuan Ihsan, tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian Persatuan

Al-ihsan, dan visi misi berdirinya Persatuan Al-ihsan. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejarah Persatuan Al-Ihsan lebih detail.

Bab III: Berisi pembahasan tentang perkembangan Persatuan Al-Ihsan

dari awal berdiri tahun 1991 sampai tahun 2016, yang meliputi cabang-cabang

Persatuan Al-ihsan, sarana sampai amal usaha yang dihasilkan oleh Persatuan

(26)

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Persatuan Al-Ihsan

dari tahun ke tahun.

Bab IV: Berisi pembahasan tentang faktor pendukung dan penghambat

berkembangnya Persatuan Al-ihsan, yang meliputi dari faktor internal dan

eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahuiapa saja faktor pendukung

dan penghambat yang mempengaruhi berkembangnya Persatuan Al-ihsan.

(27)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN

A. Latar Belakang berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk individu yang

harus menyadari sepenuhnya bahwa ia adalah hamba Allah, diciptakan oleh

Allah dan akan kembali kepada-Nya pula. Oleh karena itu ia wajib beriman

dan bertauhid kepadanya, dengan mensucikan-Nya dan memuji-Nya. Selain

itu manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari

kehidupan bermasyarakat. Berkewajiban ikut menciptakan tatanan kehidupan

bermasyarakat yang sebaik-baiknya, yaitu masyarakat yang dilandasi perasaan

saling kasih sayang, tolong menolong, bermusyawarah bersama, saling

menasehati, dan menghargai satu sama lain.

Agama Islam adalah agama yang memberikan jalan dan petunjuk

kearah kehidupan rahmatan lil ‘aalamin yang digambarkan diatas, maka dari

itu setiap hamba berkewajiban menjunjung tinggi, menegakkan, dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan manusia yang

saling berkebutuhan dan mempunyai keinginan yang sama dalam perbaikan

ini diwujudkan dalam terbentuknya suatu organisasi. Salah satunya adalah

organisasi Persatuan Al-Ihsan yang berada di Surabaya.21

Organisasi Persatuan Al-Ihsan sebagai organisasi yang menghidupkan

kembali nilai-nilai Islami dengan tatanan kehidupan sebagaimana yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, untuk mewujudkan

21

(28)

kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari

kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah, sebagaimana yang

difirmankan di dalam Al-Qur’an:

bertepatan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan

Gundih Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh seorang kiai bernama

Pamudji Rahardjo. Menurut sang pendiri, organisasi ini dulunya hanya

pengajian yang bertempat di Jl. Wonorejo gang I Surabaya yang merupakan

salah satu rumah jama’ah yaitu bapak Su’ud Efendi. Pengajian ini didirikan

pada tahun 1977 yang hanya berjumlah sepuluh orang. Kiai Pamudji (63

tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan dalam wawancara:

“Sebelum dibentuk organisasi ini dulunya hanya pengajian biasa, ya

seperti ngaji quran sak maknane dan tanya jawab masalah kehidupan sehari-hari, tetang agama oleh jama’ah pada tahun 1977 di Wonorejo, hanya dihadiri sepuluh orang saja, dulu belum dinamakan Persatuan Al-Ihsan tapi lebih dikenal dengan pengajian Mbah Ji yang diambil dari nama saya atau pengajian Demak karena memang tempatnya di Demak. Organisasi ini bertujuan menghidupkan kembali nilai Islam dengan mengikuti ajaran Rasulullah dan sahabat untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah.”23

Organisasi ini bermula dari suatu pengajian yang dihadiri oleh sepuluh

orang. Kemudian dalam perkembangannya mulai banyak diminati oleh

22

Al-Qur’an, 34 (Saba’): 15.

23

(29)

masyarakat. Hal ini karena pengajian tersebut sangat fleksibel dan mudah

dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Seiring dengan bertambahnya

jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian, akhirnya pada tahun 1978

pengajian ini dipindahkan ke Demak Timur. Kegiatan rutinan mulai

ditambahkan untuk membentuk suatu keharmonisan di masyarakat dengan

memperhatikan masalah-masalah yang bersifat sosial dan keagamaan. Selama

satu tahun kedepan jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian semakin

berkembang sehingga membuat kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan

bisa terealisasi dengan baik.

Pada tahun 1987, muncullah gagasan dari jama’ah pengajian tentang

perlunya suatu identitas diri atau nama. Gagasan ini kemudian disampaikan

pada kiai, yang merupakan pimpinan utama dalam sebuah pengajian tersebut.

Kiai mulai mempertimbangkan gagasan yang disampaikan oleh jama’ahnya

ini dengan memberikan amanah kepada salah seorang jama’ahnya untuk

melakukan salat istikharah dan meminta petunjuk kepada Allah, orang

tersebut adalah bapak Gatot Supriyono. Hasil istikharah sebenarnya sudah di

dapatkan dengan jelas pada waktu itu, namun karena belum bisa menangkap

makna dari hasil tersebut. Akhirnya semenjak itu pembahsan jama’ah

selanjutnya sudah tidak terfokus pada identitas saja, namun sudah mulai

berkembang untuk mewujudkan pembangunan sebuah organisasi

kemasyarakatan.

Tanggal 02 Mei 1988 kiai berpindah tugas kerja sebagai guru di

(30)

dibukalah cabang pengajian di Bondowoso atau disebut dengan cabang 02.

Pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu kiai berada di Surabaya untuk membina

jama’ah. Kiai akhirnya mulai berfikir lagi mengenai perlunya sebuah nama.

Setelah bermunajat kiai kemudian mengumpulkan jama’ahnya untuk

mengadakan musyawarah mengenai nama yang tepat digunakan untuk

membentuk organisasi yang diridhoi oleh Allah. Dalam proses musyawarah

tersebut diputuskan untuk mencari kembali identitas diri dengan melalui

istikharah lagi. Pada tanggal 20 Syawal 1411 yang bertepatan dengan tanggal

05 Mei 1991, sehabis salat subuh di masjid Banjar Sugihan Surabaya, kiai dan

muridnya yang bernama Gatot Supriyono melakukan salat istikharah bersama.

Kedua orang tersebut mendapatkan hasil yang sama yaitu “Al-Ihsan”,

sekaligus mendapatkan lambangnya. Setelah mendapatkan nama, jama’ah

berkumpul untuk diberitahukan bahwa telah diadakan ijtihad dari kiai dan

beberapa muridnya mengenai gagasan dibentuknya suatu organisasi yang

merupakan perkembangan dari pengajian mbah Ji mengingat banyaknya

jama’ah yang meningkat secara signifikan. Setelah itu nama dan lambang

dipadukan dan disempurnakan.24

Nama Ihsan dalam Islam berarti baik adalah kata dalam bahasa Arab

yang berarti kesempurnaan atau terbaik.25 Dalam Hadits Sahih Muslim vol 01

no 09

َكاَرَ ي ُهَنِإَف ُهاَرَ ت ْنُكَت ََْ ْنِإَف ُهاَرَ ت َكَنَأَك َهَللا َدُبْعَ ت ْنَأ

24

Ibid.

25

Itla’, “Pengertian Ihsan”, dalam

(31)

Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,

jika engkau tidak melihatnya, (yakinlah) sesungguhnya dia pasti

melihatmu.26

Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah

Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan

melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah

melihat perbuatannya.

Lambang organisasi Persatuan Al-Ihsan berupa empat bujur sangkar

kecil yang disusun atas satu buah dan bawah tiga buah disusun secara

horizontal. Ke empat bujur sangkar tersebut dihubungkan dengan garis-garis

secara vertikal dan horizontal sehingga menyerupai bagan suatu organisasi.

Rangkaian bujur sangkar tersebut berada di dalam bingkai berupa bujur

sangkar besar. Di atas bingkai tersebut terdapat empat persegi panjang yang

panjangnya sama dengan panjang sisi bujur sangkar. Di dalamnya tertulis

kalimat “la ilaha illallah muhammadur rasulullah” dengan huruf arab. Di

bawah rangkaian bujur sangkar tertulis kata “Al-Ihsan” dengan huruf arab

pula.27

Dengan terbentuknya atau lahirnya jama’ah-jama’ah Al-Ihsan lain

yang berada di luar daerah seperti di Bondowoso (cabang 02), lalu pada tahun

1994 diikuti buka cabang di Benowo (cabang 03) dikarenakan usulan dari

jama’ah yang berada di Bonowo, selanjutnya di Banyuwangi (cabang 04) dan

26

Muslim, SahihMuslim, vol 01.A (Beyruth Liban: Dar El Fiker), 10.

27

(32)

Wonorejo (cabang 05). Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan

Al-Ihsan) menuturkan:

“Tidak menutup kemungkinan akan terus lahir jama’ah-jama’ah baru

dari luar daerah mbak, bahkan sekarang di Bali dan Bandung jama’ah

saya ada yang mendirikan perkumpulan pengajian, ya meskipun hanya

diikuti oleh beberapa orang saja.”28

Dari banyaknya jama’ah tersebut yang terletak di berbagai daerah

maka muncul pemikiran bagaimana cara menyamakan nama dan visi-misi

mereka, agar mereka yang berjauhan memiliki gerakan dan aktifitas

berjama’ah yang sama. Maka pada tanggal 06 Muharam 1415 yang bertepatan

pada 16 Juni 1994 oleh Kiai Pamudji, perkumpulan dari semua jama’ah Al

-Ihsan tersebut diberi nama “Persatuan Al-Ihsan”, dan untuk menyeragamkan

semua aktivitasnya dibuatkanlah sebuah peraturan yang selanjutnya disebut

sebagai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Persatuan

Al-Ihsan.

Sampai di sini keberadaan Persatuan Al-Ihsan sudah bersifat suatu

organisasi. Mengingat aktifitas Persatuan Al-Ihsan sebagian besar bergerak di

bidang keagamaan dan sosial, maka Persatuan Al-Ihsan dapat diartikan suatu

organisasi yang bergerak di bidang sosial-keagamaan.29

Organisasi Persatuan Al-Ihsan resmi terdaftar di KEMENKUMHAM

RI (Kementrrian Hukum dan HAM Republik Indonesia) pada tahun 2002, tapi

telah diperbaharui dengan mendaftarkan organisasi ini di BKB (Badan

Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur, bidang Hubungan Antar Lembaga

28

Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur,27 Maret 2017.

29

(33)

pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor inventarisasi: 9 / X / LSM /

2006.30

B. Biografi Kiai Pamudji Rahardjo Sebagai Pendiri Persatuan Al-Ihsan

Nama lengkap Kiai Pamudji adalah Pamudji Rahardjo. Lahir pada

Sabtu tanggal 01 Dzulhijjah 1373 H, bertepatan dengan 31 Juli 1954 M di

Desa Bulugledeg, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Ayahnya bernama

Sirun, sedangkan ibunya bernama Silah. Kiai Pamudji merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara.

Masa kecil kiai hidup seperti halnya anak-anak seusianya yang

memiliki waktu untuk bermain dan belajar. Ayahnya adalah seorang petani,

juru kesehatan desa, mandor pengairan pabrik gula dan anggota PNI (Partai

Nasional Indonesia) di desanya, dari ayahnya kiai belajar tentang politik.

Kedua orang tua kiai juga mendidik kiai dengan dasar-dasar ajaran agama

Islam, karena dasar ajaran Islam merupakan pokok dalam sebuah kehidupan.

Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan:

“Ajaran agama Islam itu penting mbak karena itu merupakan sebuah

landasan hidup, semua dalam kehidupan ini sudah diatur didalam agama. Kita sebagai makhluk yang mengakui keberadaan Allah harus mempelajari dan menjalankan apa yang diperintahkan. Selanjutnya kita mengabdi seluruh hidup untuk patuh terhadap perintahnya dan mencari ridhonya. Oleh sebab itu orang tua saya mendidik dengan dasar agama

Islam dari kecil.”31

Kiai Pamudji sejak kecil tergolong anak yang cerdas. Rasa

keingintahuannya terhadap suatu hal apapun sangat tinggi. Selain itu kiai

30

Surat Keputusan terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan, LSM, 2006.

31

(34)

adalah sosok yang ulet dan haus akan ilmu. Hal tersebut terlihat dengan

berpindah-pindahnya kiai dalam menempuh pendidikan untuk memburu ilmu.

Untuk mewujudkan gairahnya terhadap ilmu pengetahuan pada tahun

1962 mulai bersekolah di SD Negeri Bulugledeg dan lulus pada tahun 1967.

Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Gorang-gareng dan lulus

pada tahun 1970. Dilanjut ke STM Kristen Madiun dan lulus pada tahun 1973,

ini yang unik dari pendidan kiai. Kiai Pamudji menjelaskan dalam wawancara

(63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan):

“Dalam menempuh pendidikan saya tidak memandang agama, ormas, tempat, suku maupun ras selagi itu baik akan saya tempuh karena bagaimanapun ilmu itu dipandang dari seberapa besar kemanfaatannya. Saya memegang teguh prinsip dalam QS. Al-Kafirun: 6 “untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”. Hal itu yang membuat saya tidak

mempermasalahkan jika harus bersekolah ke sekolah Kristen.”32

Setelah menempuh pendidikan di STM Kristen, kiai mulai berguru ke

Subala Abd. Cholid, untuk belajar tarekat Qadiriyah di Magetan dan sudah

mencapai derajat syeikh. Ajaran tarekat ini dikenal luwes, bila murid sudah

mencapai derajat syeikh, maka murid tersebut sudah bisa mengajarkan tarekat

ke orang lain dan berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam

tarkatnya.33

Kemudian pada tahun 1975 kiai berkelana ke Surabaya dan

melanjutkan pendidikan ke IKIP Muhammadiyah Surabaya di fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan

sastra Indonesia, tetapi kiai tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah

32

Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur, 27 Maret 2017.

33

(35)

vakum dari dunia pendidikan untuk beberapa tahun kiai memutuskan untuk

melanjutkan kembali pendidikannya di Universitas yang sama. Namun

Universitas tersebut sudah berkembang menjadi Universitas Muhammadiyah

dan lulus pada tahun 1986.

Pada tahun 1988 kiai mengajar di Bondowoso sebagai guru Bahasa

Indonesia. Lalu kiai menikah dengan Siti Alfiyah pada tahun 1976 dan

dikarunia enam orang anak yaitu Rohmatullah Isnaini, Nani Pamudji Hastutik,

Azizah Triana Fallewi, Ibrahim Al-Faqih, Riska Fauziyah, dan Yusuf

Najibullah. Lalu pada tahun 2014 kiai menikah lagi dengan janda tiga orang

anak. Kiai menulis buku metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an terdapat empat

jilid, kisah perjuangan Rasulullah, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan

doa tenaga dalam versi Islam.34

C. Visi dan Misi Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Dalam suatu organisasi dibutuhkan visi dan misi, karena visi dan misi

adalah konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa

yang direncanakan. Visi adalah cita-cita atau impian sebuah organisasi di

masa depan. Sedangkan misi adalah perwujudan dari visi atau realisasi dari

visi. Uniknya dari visi dan misi organisasi Persatuan Al-Ihsan adalah sebelum

dibuatnya visi dan misi sudah ada misi yang terealisasi sehingga dalam

pembuatan visi dan misi organisasi ini mengikuti kegiatan yang sudah

terealisasi. Bisa dikatakan semua visi dan misi dari organisasi Persatuan

34

(36)

Ihsan sudah terealisasi. Berikut ini adalah visi dan misi dari organisasi

Persatuan Al-Ihsan

Visi organisasi Persatuan Al-Ihsan:35

1. Membentuk insan yang taqwalloh

2. Mewujudkan tatanan kehidupan bermasyarakat yang damai, sejahtera, dan

diridhoi Allah SWT

3. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.

Misi organisasi Persatuan Al-Ihsan:

1. Bidang Agama

a. Meningkatkan syi’ar dan dakwah melalui ceramah-ceramah agama,

pengiriman da’i, melaksanakan PHBI dan menghidupkan malam

-malam yang dimuliakan untuk mewujudkan terbentuknya masyarakat

yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul mulia;

b. Meningkatkan keberadaan majelis-majelis ta’lim dan perpustakaan

Islam untuk memperoleh pemahaman yang benar dan mempersempit

kebodohan umat;

c. Mengkoordinir dan mengelola amal-amal keagamaan yang bersifat

jama’i seperti: zakat, infaq, sodaqoh, dan lain-lain;

d. Membangun dan mengelola tempat-tempat ibadah atau masjid.

2. Bidang Ukhuwwah

a. Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk kepentingan maslahat umat;

35

(37)

b. Mengadakan kegiatan silaturrahmi antar anggota, jama’ah, dan

organisasi yang lain;

c. Mengadakan pertemuan-pertemuan pekanan, bulanan, dan tahunan;

d. Mengadakan tahni’ah, ta’ziyah, dan ta’awwan.

3. Bidang Politik dan Keamanan

a. Ikut memelihara terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa;

b. Ikut menjaga ketertiban, keamanan, dan perdamaian baik dalam skala

nasional maupun internasional.

4. Bidang Ekonomi

a. Mendayagunakan sumber-sumber keuangan umum seperti: zakat,

infaq, sodaqoh, wakaf dan lain-lain untuk kesejahteraan bersama;

b. Mengembangkan system kredit permodalan dan pinjaman lunak;

c. Membentuk badan-badan usaha bersama seperti, koperasi.

5. Bidang Sosial

a. Ikut menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin;

b. Menumbuh kembangkan sarana-sarana sosial seperti koperasi untuk

kesejahteraan bersama;

c. Membantu meningkatkan taraf hidup para fakir miskin dan

(38)

d. Meningkatkan ukhuwwah antar jama’ah dan organisasi lain serta

menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antar sesama umat;

e. Mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, pekanan, bulanan dan

tahunan untuk memperekat tali persaudaraan dan menjalin rasa saling

kasih sayang;

f. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita, serta

memberikan peran kepada mereka sesuai dengan ajaran Islam;

g. Membina generasi muda menjadi generasi yang beriman, bertaqwa,

berpengetahuan, terampil, dan berakhlak mulia.

6. Bidang Pendidikan

a. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui sekolah,

madrasah, kursus, pelatihan, dan lain-lain;

b. Mengadakan kajian-kajian, dialog, diskusi-diskusi keagamaan untuk

mempersempit kebodohan umat;

c. Memuliakan para ulama dan menghormati para cendekiawan;

d. Mengarahkan program pendidikan dan kurikulum menjadi kurikulum

yang bercitra Islam.

7. Bidang Budaya

a. Melestarikan budaya-budaya peninggalan Islam yang telah diwariskan

oleh para pendahulu;

b. Mengembangkan nilai-nilai Islam pada budaya, seni, sastra, bahasa

(39)

c. Menjaga citra dan kepribadian sebagai bangsa yang beragama.36

D. Ajaran Persatuan Al-Ihsan (Dzikir, Wirid, Laku dan Prinsip)

1. Dzikir

Jama’ah Persatuan Al-Ihsan mempunyai dua bentuk kalimat dzikir,

yaitu:

a. “Lailahaillallah”, diwirid dengan jahar khofii, bersamaan dengan

keluar masuknya nafas, dzikir ini diwarisi dari guru Kyai Pamudji

yang bernama Subala A. Cholid berasal dari Magetan, pembimbing

tarekat Akmaliyah.

b. “Allah”, diwirid dengan secara sir atau dalam hati. Dzikir ini dari

hadits Ali bin Abi Thalib ketika beliau meminta di talqin oleh

Rasulullah.

2. Wirid

Wirid Persatuan Al-Ihsan ada empat yaitu:

a. Membaca istighfar minimal seratus kali

b. Membaca sholawat, dalam bersholawat, Al-Ihsan menggunakan

sholawat susunan ulama atau mursyidin, tetapi menggunakan susunan

Sunnah dan atsar para sahabat.

c. Tafakur, diharapkan sesering mungkin, bisa sendiri atau berjama’ah,

diutamakan pada malam hari di tempat terbuka (tidak di rumah).

d. Membaca buku agama terutama kitab Al-Qur’an

36

(40)

3. Laku (perilaku)

Ada enam laku yang harus menjadi perilaku setiap anggota jama’ah

Persatuan Al-Ihsan yaitu:

a. Jujur, selalu berkata benar dan apa adanya

b. Sabar, menahan diri dari kesusahan

c. Rela menerima (ridha), menerima semua yang terjadi atas dirinya

dengan lapang dada dan senang hati dan meyakini dalam diri semua

yang terjadi atas kehendak-Nya.

d. Ikhlas, mengesakan Allah dalam ketaatan

e. Welas asih, berbelas kasih pada semua makhluk

f. Budi luhur, yang memiliki sikap terpuji dan mulia.

4. Prinsip Persatuan Al-Ihsan:

a. Mengutamakan urusan akhirat

b. Mengutamakan kedamaian

c. Mencintai ilmu dan semua bentuk kebaikan

d. Mengikuti prinsip kehidupan para Nabi, Rasul beserta para sahabatnya

e. Melindungi kaum dhu’afa dan minoritas

f. Menolak kejahatan dengan kebaikan

Menjaga citra hidup ditengah kehidupan bermasyarakat.37

37

(41)

BAB III

PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN TAHUN 1991-2016

A. Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Struktur organisasi merupakan alat yang digunakan untuk menetapkan

bagian kegiatan dalam suatu lembaga guna mencapai tujuan lembaga tersebut,

hal ini sangatlah penting karena akan mempermudah bagi seorang pemimpin

untuk kerjasama dengan baik sampai dengan susunan pengurus yang ada di

bawahnya sesuai yang diharapkan. Dengan dibentuknya struktur organisasi

Persatuan Al-Ihsan diharapkan dapat menggambarkan susunan organisasi

mengenai tugas dan bidangnya masing-masing. Dari awal dibentuknya

organisasi ini hingga sekarang struktur organisasi sudah dibuat dengan format

sebagai berikut: adanya Majelis Syuro, Dewan Tarjih, Dewan Pimpinan Pusat,

Sekretaris Jendral, Bendahara Umum dan terdapat lima majelis yaitu Majelis

Diniyah, Majelis Udlwiyah, Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah, Majelis

Utima’iyah dan Amiyah, terakhir Majelis Tanwil-Waqof. Untuk struktur

oraganisasi cabang mengikuti struktur organisasi pusat.38

Dalam struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan sudah ada pergantian

DPP (Dewan Pimpinan Pusat) sebanyak dua kali. Pertama pada tahun

1991-2006 dewan pimpinan pusat dipimpin oleh Edi Sutarno lalu pada muktamar

kedua digantikan oleh H. Hartono hingga sekarang.39

38

M. Fauzan, Wawancara, Demak Timur, 19 Februari 2017.

39

(42)

Bagan Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Periode 1991-2016 40

Keterangan bagan struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan:41

(43)

1. Majelis Syuro

Majelis Syuro adalah lembaga tertinggi Persatuan Al-Ihsan, yang

bertugas sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan-tujuan Persatuan Al-Ihsan dan membuat

keputusan-keputusan Persatuan Al-Ihsan;

b. Mengangkat dan memberhentikan pimpinan dewan tarjih pusat dan

cabang;

c. Memilih dan mengangkat ketua dewan pimpinan pusat dan wakilnya

serta sekretaris jendral;

d. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil serta sekretaris majelis;

e. Memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi

Persatuan Al-Ihsan;

f. Menyusun strategi umum dalam semua bidang kerja sesuai dengan

AD/ART;

g. Menyusun peraturan dan tata tertib pelaksanaan permusyawaratan

umum Persatuan Al-Ihsan.

2. Dewan Tarjih

Dewan Tarjih adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan, yang

bertugas sebagai berikut:

a. Mengawasi dan mengarahkan jalannya Persatuan Al-Ihsanagar sesuai

dengan tujuan dan keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh majelis

syuro;

41

(44)

b. Memberikan landasan syar’i terhadap seluruh aktivitas Persatuan Al

-Ihsan;

c. Menjatuhkan hukuman terhadap masalah-masalah yang diserahkan

oleh DPP dan DPC;

d. Mendiskusikan laporan-laporan DPP sebelum dilaporkan ke majelis

syuro, demikian juga program-programnya;

e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Persatuan Al-Ihsan dan

keputusan-keputusan majelis syuro;

f. Menentukan sikap terhadap permasalahan-permasalahan umum yang

terjadi di dalam dan di luar Persatuan Al-Ihsan;

g. Mengesahkan struktur kepengurusan DPP dan DPC.

3. Dewan Pimpinan Pusat

Dewan pimpinan pusat adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan

dengan anggota sebagai berikut:

a. Lima orang pimpinan majelis dan seorang pimpinan umum/wakil;

b. Lima orang sekretaris majelis dan seorang sekretaris jendral;

c. Lima orang bendahara majelis dan seorang bendahara umum.

Dewan pimpinan pusat bertugas bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan Persatuan Al-Ihsanyang berada di pusat maupun unit-unit

organisasi yang berada di bawahnya.

4. Majelis

Majelis adalah badan atau lembaga Persatuan Al-Ihsan, sebagai

(45)

a. Majelis Diniyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang

bertanggung jawab terhadap urusan keagamaan, tugas dari majelis ini

sebagai berikut:

1) Meningkatkan syiar dan dakwah Islamiyah;

2) Mengadakan pembinaan kerohanian kepada anggota jama’ah dan

masyarkat;

3) Mengelola dan mengembangkan perpustakaan Islam;

4) Membentuk majelis-majelis taklim guna memperoleh pemahaman

yang benar;

5) Mengembangkan mengelola tempat-tempat ibadah;

6) Mengatur dan mengkoordinir amal-amal ibadah yang bersifat

jama’I, seperti: zakat, infaq, korban, dan lain-lain;

7) Mengelola dan mengembangkan keuangan BAZIS;

8) Mengelola dan mengembangkan pondok-pondok pesantren.

b. Majelis Udlwiyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang

bertanggung jawab terhadap urusan-urusan intern para anggotanya,

tugas dari majelis ini sebagai berikut:

1) Mengadakan pendataan anggota jama’ah Persatuan Al-Ihsan dan

mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan jama’ah;

2) Memantau keadaan tiap-tiap anggota untuk memperoleh gambaran

(46)

3) Memberikan informasi kepada seluruh anggota tentang

masalah-masalah yang terjadi pada anggota, seperti: kelahiran, hajat,

musibah, dan lain-lain;

4) Mengkoordinir pelaksanaan ta’ziyah;

5) Mengatur pertemuan-pertemuan jama’ah;

6) Mengatur pemberian tunjangan kepada jama’ah;

7) Mencari ide-ide baru untuk menambah kesejahteraan anggota.

c. Majelis Ijtimaiyah dan Amiyah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan

yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan sosial dan umum

Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:

1) Mengelola dan mengembangkan badan-badan sosial dan usaha

milik Persatuan Al-Ihsan, seperti koperasi;

2) Memberikan bantuan sosial ke luar Persatuan Al-Ihsan;

3) Mewakili pimpinan ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar

Persatuan Al-Ihsan;

4) Mengatur urusan-urusan dan kegiatan-kegiatan Persatuan Al-Ihsan

yang bersifat umum.

d. Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan

yang bertanggung jawab dalam urusan pendidikan dan seni budaya,

tugas dari majelis ini sebagai berikut:

1) Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui

(47)

2) Mengelola dan mengembangkan sarana pendidikan, seperti:

pondok, madrasah, taman pendidikan, dan lain-lain;

3) Mengatur, mengarahkan kurikulum atau program pendidikan

menjadi kurikulum yang bercitra Islami;

4) Mengembangkan nilai-nilai Islami pada: sni, budaya, sastra,

Bahasa dan seluruh tatanan kehidupan;

5) Menyadarkan masyarakat perlunya menghormati dan melestarikan

budaya Islami yang telah diwariskan oleh masyarakat muslim

mulai dari zaman salaf. Demikian juga terhadap tempat atau

benda-benda yang memiliki nilai historis Islami.

e. Majelis Tanwil dan Wakaf adalah salah satu lembaga Persatuan

Al-Ihsan yang bertanggung jawab terhadap urusan wakaf dan hak milik

Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:

1) Mengadmintrasikan dan memelihara seluruh harta benda dan

inventarisasi milik Persatuan Al-Ihsan;

2) Mewakili pimpinan menyelsaikan urusan wakaf, yayasan, dan

lain-lain.42

Persyaratan untuk menjadi pengurus organisasi Persatuan Al-Ihsan.

Jama’ah minimal harus sepuluh tahun menjadi anggota Persatuan Al-Ihsan.

Harus memiliki jiwa yang loyalitas. Memiliki sifat yang agamis atau matang

42

(48)

secara spriritual keagamaan dan memiliki ilmu pada bidangnya

masing-masing.43

B. Perkembangan Cabang-Cabang Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Berdirnya cabang-cabang organisasi di berbagai daerah ini diawali

pada tahun 1988 di Bondowoso, karena kiai berpindah tugas dan menjadi guru

di Bondowoso. Jama’ah di Bondowoso hanya sedikit sekitar 5 orang saja. Kini

dengan berembangnya organisasi ini jama’ah kian meningkat.

Lalu pada tahun 1994 diikuti cabang 3 dan 4 di Benowo dan

Wonorejo Surabaya pada tahun 1994, dikarenakan semakin banyak jama’ah

dari Benowo dan Wonorejo yang kerepotan untuk datang mengaji ke Demak

Timur. Kiai memutuskan untuk membuka cabang di Benowo dan Wonorejo

atau dinamakan cabang 3 dan cabang 4.

Selanjutnya dibuka cabang 5 di Banyuwangi, pada tahun 2000.

Jama’ah organisasi ini yang dulunya berdomisili di Demak Timur banyak

yang berpindah tugas ke Banyuwangi, akhirnya atas saran dari jama’ah kiai

membuka cabang di Banyuwangi. Visi misi dan tujuan dari semua cabang

sama, maka di gabungan dari semua cabang Al-Ihsan dinamakan Persatuan

Al-Ihsan.

C. Program Kerja Organisasi Persatuan Al-Ihsan

Program kerja adalah suatu rencana kegiatan organisasi yang dibuat

untuk jangka waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pengurus suatu

organisasi. Program kerja ini dapat membantu kegiatan organisasi lebih jelas

43

(49)

dan terarah. Persatuan Al-Ihsan membagi program kerja menjadi dua jenis

yaitu jenis kegiatan yang bersifat tetap dan tidak tetap. Jenis kegiatan tetap

yaitu kegiatan tersebut sudah di programkan setiap bulannya. Sedangkan jenis

kegiatan yang bersifat tidak tetap adalah kegiatan yang hanya bisa dilaksankan

pada bulan-bulan tertentu saja. Kegiatan yang tidak tetap ini seperti

kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti, PHBI dan lainnya, yang waktunya sudah

ditetapkan sendiri oleh penanggalan agama. Disamping itu ada juga

kegiatan-kegiatan yang waktunya bebas, sehingga bisa diatur sendiri oleh Persatuan

Al-Ihsan, disesuaikan dengan kepentingan Persatuan Al-Ihsan.44 Penulis akan

membagi program kerja organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam tiga periode

yang pertama pada tahun 1991-2002, periode kedua tahun 2002-2012, dan

periode ketiga pada tahun 2012-2016, yang akan dijelaskan pada tabel berikut

ini:

Tabel 1

Program Kerja organisasi Persataun Al-Ihsan45

Tahun

Program Kerja

Kegiatan Tetap Kegiatan tidak tetap

(50)

b. Tunjangan kesehatan anak

5. Bakti Sosial 6. Pembinaan jama’ah

7. Pembuatan laporan pusat atau cabang

7. Pemberian tunjangan hari raya

2002-2012 1. Pengajian rutin c. Pekanan 10.Pembuatan laporan pusat

atau cabang 2012-2016 1. Pengajian rutin

a. Pekanan b. Silaturrahmi ke anggota

yang terrhalang

(51)

5. Bakti Sosial 10.Pembuatan laporan pusat

atau cabang

11.Yaumut Tahrir (pembebasan

hutang untuk jama’ah)

Kegiatan Tetap organisasi Peratuan Al-Ihsan:

1. Periode 1991-2002

a. Pengajian rutin pekanan

Pengajian rutin pekanan diadakan tiga kali dalam satu minggu

pada hari rabu, kamis dan sabtu dimulai dari pukul 21.00-02.00 dini

hari. Pengajian ini diadakan di Demak Timur dengan dihadiri para

jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Biasanya pengajian ini diisi dengan ngaji

tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqh dan tanya jawab kiai seputar kehidupan

sehari-hari. Pengajian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu

agama.47

b. Silaturahmi antar jama’ah

Silaturahmi antar jama’ah dilakukan secara bergilir setiap satu

bulan sekali di rumah jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Silaturahmi ini

47

(52)

dihadiri oleh kiai dan para jama’ah dimaksudkan untuk mengenal lebih

dekat antar para jama’ah.

c. Pengelolaan BAZIS

Pengelolaan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah)

ini dilakukan oleh panitia cara kerja BAZIS untuk amal setiap

pertemuan pengajian disediakan kotak amal, zakat dilakukan setiap

tahun dengan mengumpulkan zakat dari para jama’ah, sedangkan infaq

ini diwajibakan dalam satu bulan sekali membayar di Persatuan

Al-Ihsan. Semua yang mengatur, mengelola dan mengembangakan

BAZIS yaitu majelis diniyah.

d. Tunjangan Pendidikan dan kesehatan anak,

Tunjangan pendidikan dan kesehatan anak ini diperuntukkan

bagi jama’ah Persatuan Al-Ihsan yang kurang mampu. Tunjangan

pendidikan ini diberikan oleh organisasi Persatuan Al-Ihsan dari dana

bersama, dengan berupa uang untuk membayar SPP ditanggung dari

SD-SMA, sedangkan untuk tunjangan kesehatan berupa susu dan uang

untuk membeli vitamin.48

e. Bakti sosial

Bakti sosial dilakukan setiap satu minggu sekali pada hari

minggu dengan membersihkan daerah sekitar Demak Timur gang 11.

Bakti sosial ini biasanya tidak hanya para jama’ah tapi juga dengan

masyarakat sekitar. Diadakannya bakti sosial ini sesuai dengan misi

48

(53)

organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam bidang sosial yaitu ikut

menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin.

f. Pembinaan jama’ah

Pembinaan jama’ah ini dilakukan oleh Kiai Pamudji dengan

mendatangi setiap cabang dalam waktu dua bulan sekali. Pembinaan

ini bertujuan untuk memantau perkembangan dari cabang organisasi

Persatuan Al-Ihsan mulai dari perkembangan jama’ah, perkembangan

kas dari setiap cabang dan untuk mengenal lebih dekat dengan

jama’ah.

g. Pembuatan laporan pusat dan cabang

Pembuatan laporan diadakan pada satu tahun sekali oleh

kesekretariatan guna untuk mengetahui perkembangan dari setiap

cabang seperti perkembangan jama’ah dan lain-lain.49

2. Periode 2002-2012

Untuk periode 2002-2012 program kerja Persatuan Al-Ihsan masih

sama dengan periode sebelumnya karena kegiatan tersebut adalah kegiatan

tetap, tapi terdapat tambahan kegiatan dalam periode ini:

a. Bakti sosial

Dalam bakti sosial kini tidak hanya di lingkungan Demak

Timur tapi juga melakukan kerja bakti di kantor kesekretariatan pusat

49

(54)

dan makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan. Bakti sosial dilakukan

dalam satu minggu sekali pada hari minggu dimulai dari pagi jam

06.00-selesai.

b. Rapat anggota koperasi Persatuan Al-Ihsan

Rapat anggota koperasi ini diadakan selama satu tahun sekali

guna membicarakan perkembangan koperasi, mengelola dan

penanaman modal koperasi. Rapat ini diadakan di kantor pusat

Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur, dengan dihadiri para pengurus

dan anggota koperasi.

c. Penambahan koleksi perpus

Kegiatan penambahan koleksi perpus dilakukan untuk

menambah koleksi perpus, dengan memberitahu para jama’ah yang

ingin mendonasikan buku baru atau bekas di perpustakaan Persatuan

Al-Ihsan. Kegiatan ini dilakukan bebas sewaktu-waktu.50

3. Periode 2012-2016

Pada periode ini juga sama dengan periode sebelumnya, terdapat

tambahan kegiatan seperti:

a. Kegiatan silaturahmi UPW (Urusan Peranan Wanita)

Kegiatan silaturahmi kini juga diadakan bagi istri-istri jama’ah

Persatuan Al-Ihsan atau UPW (Urusan Peranan Wanita). Silaturahmi

ini diadakan selama satu bulan sekali yang diketuai oleh Farichah

dengan dihadiri para istri dari jama’ah organisis Persatuan Al-Ihsan.

50

(55)

Kegiatan silaturahmi UPW ini dengan mengadakan pengajian bertema

masalah rumah tangga dan seputar wanita. Siti Fatimah (45 tahun,

wakil UPW) menuturkan:

“UPW ini dibentuk pada tahun 2012 yang diketuai oleh ibu

Farichah. Sekarang dengan dibentuknya UPW ini bisa buat ajang silaturahmi dan belajar bagi para ibuk mbak. Biasanya ibuk-ibuk ini mengadakan kumpul-kumpul sekaligus pengajian dengan mendatangkan penceramah dari luar, kadang ya kalau pak Kiai Pamudji tidak sibuk beliau sendiri yang ngisi

pengajiannya.”51

b. Silaturahmi ke anggota yang terhalang

Silaturahmi ke anggota terhalang ini dilakukan dengan

mendatangi jama’ah yang tidak pernah hadir dalam perkumpulan atau

jama’ah yang terhalang bisa jadi sakit atau sudah tua.

c. Yaumut Tahrir

Yaumut Tahrir atau Pembebasan hutang adalah memberikan

bantuan untuk para jama’ah yang mempunyai banyak hutang, tapi ini

dilakukan dengan prosedur yang sangat ketat, diperuntukkan bagi

jama’ah yang benar-benar membutuhkan dan tidak mampu.Dana untuk

pembebasan hutang bagi jama’ah ini berasal dari kas organisasi

Persatuan Al-Ihsan.

Kegiatan tidak tetap organisasi Persatuan Al-Ihsan:

1. Peringatan 01 Muharam

Peringatan 01 Muharam adalah memperingati bulan pertama dalam

kalender Islam atau tahun baru Islam. Dimulai dengan membentuk panitia

51

Gambar

Program Kerja organisasi Persataun Al-IhsanTabel 1  45
 Jumlah Anggota Organisasi Persatuan Al-IhsanTabel 2 60

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai kontribusi antara kekuatan tungkai, keseimbangan tubuh, dan kelenturan otot tungkai terhadap kecepatan tendangan depan

Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli

penelitian ini terlihat adanya peningkatan pada indikator nilai kreatif yaitu: menyusun suatu karya dari alat dan bahan yang ada di kelas meskipun belum maksimal karena

Artikel ini melaporkan kerisauan tentang berita hoax, radikalisme sudah menyebar di media sosial (medsos). Kerisauan tersebut mengemuka ketika merebaknya hoax hingga bermuara

Pengembangan faktor-faktor seperti: faktor-faktor yang berperan dalam upaya penciptaan image toko dapat berupa komunikasi yang efektif, pengalaman dari konsumen, fisik dari

[r]

Larutan yang terkumpul di masing-masing konikel disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Medium dibuang, ditambahkan

Model Unstandardized Coefficients