SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh :
Nur Aisyia Ayu Wulandari NIM: A0.22.13.074
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Sejarah dan Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana sejarah berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (2) Bagaimana perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya tahun 1991-2016?, (3) Apa faktor pendukung dan penghambat perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sejarah untuk mengetahui kapan berdirinya, di mana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Lalu pendekatan sosiologi untuk mengetahui perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan oleh Max Weber, teori peranan oleh Soekanto dan teori siklus oleh Ibnu Khaldun. Sedangkan untuk metodenya adalah metode sejarah, yang melalui langkah-langkah seperti pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi), interpretasi dan historiografi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa (1) organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh Kiai Pamudji Rahardjo. Berawal dari suatu pengajian di Wonorejo pada tahun 1977. (2) Perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan meliputi program kerja yang
setiap tahun terdapat penambahan program kerja, amal usaha dan jumlah jama’ah.
(3) Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan organisasi Persatuan Al-Ihsan yang disampaikan melalui dua sisi, internal dan eksternal. Faktor pendukung internal meliputi fleksibilitas keanggotaan, adanya pendanaan mandiri, fasilitas yang memadai, loyalitas kinerja kepengurusan dan jama’ah serta
banyaknya bantuan untuk jama’ah. Faktor pendukung eksternal adanya partisipasi
dari masyarakat dan lokasi yang strategis. Sedangkan faktor penghambat internal
adanya problem transformasi nama, jama’ah kurang fokus dan kurangnya minat
ABSTRACT
This thesis discusses the history and development of Al-Ihsan unity organization. This research contains two research problem, they are: (1) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was established at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (2) how the organization of Persatuan Al-Ihsan was developed at Demak Timur Surabaya in 1991-2016?, (3) kind of supporting and demotivating factors the development of the organization of Persatuan Al-Ihsan in Demak Timur Suabaya.
The research use historicaly approach to find out when Persatuan Al-Ihsan was established, where Persatuan Al-Ihsan was established, what the factors which make Persatuan Al-Ihsan were established and who are the pioneers of Persatuan Al-Ihsan. This research also uses sociological approach to investigate the development of Persatuan Al-Ihsan. Researcher uses leadership theory which is proposed by Max Weber, actor theory by Soekanto and cycle (siklus) theory which is propsed by Ibnu Khaldun. Whereas, to suppor the research, the researcher uses historical method through some steps such as collecting data (Heuristic), criticizing resources (verification), interpreting and historiography.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ………xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Pendekatan dan Teori ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 16
G. Metode Penelitian... 17
H. Sistematika Pembahasan ... 27
BAB II : BIOGRAFI KYAI HASAN MUKMIN A. Geneologi Kyai Hasan Mukmin ... 29
C. Ajaran-ajaran Kyai Hasan Mukmin ... 45
BAB III : LATAR BELAKANG TERJADINYA PERLAWANAN PETANI DI GEDANGAN 1904
A. Profil Daerah dan Faktor Ekologis ... 50
B. Struktur Sosial dan Ekonomi ... 52
C. Konflik Tanah ... 59
BAB IV : PERAN KYAI HASAN MUKMIN DALAM PERLAWANAN GEDANGAN 1904
A. Mendeklarasikan Diri Sebagai Ratu Adil/Imam Mahdi... 80
B. Perlawanan Gedangan ... 82
C. Dampak dari Pemberontakan ... 89
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 94
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan umat Islam. Hal
ini ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan Islam yang muncul
bersamaan dengan lahirnya kesadaran pergerakan Nasional. Gerakan tersebut
diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi Islam dengan corak dan
gayanya yang berbeda. Masing-masing ditentukan oleh lingkungan
kedaerahan, pengaruh kepribadian tokoh, dan tantangan yang dihadapi dari
dalam maupun dari luar lingkungan masyarakat Islam.1
Organisasi merupakan suatu wadah penyaluran aktifitas dan aspirasi
bagi para anggotanya, sehingga mereka dapat mengimplementasikan ide-ide
yang mereka miliki di dalam organisasi tersebut. Keberadaan organisasi Islam
menjadi sangat penting dalam melestarikan dan menebarkan nilai-nilai Islam
kepada masyarakat melalui implementasi berbagai program, kebijakan
maupun pemikirannya. Terbentuknya berbagai organisasi ini memberikan
akses terhadap kesadaran untuk memperjuangkan nasib sendiri melalui
instrumen organisasi yang bersifat nasional. Dari aspek kesejarahan, dapat
ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak
dalam bidang politik maupun sosial membawa sebuah pembaharuan bagi
bangsa, seperti kelahiran Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul
1
Ulama, dan lain-lainnya. Organisasi Islam merupakan representasi dari umat
Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi
Islam sebagai kekuatan sosial maupun politik.
Salah satu organisasi Islam yang berkontribusi dalam aspek sosial
keagamaan adalah organisasi Persatuan Al-Ihsan yang dibentuk pada tahun
1991. Organisasi ini menjadi wadah untuk menyebarkan agama Islam yang
sesuai dengan ajaran Rasulullah saw berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bagi warga masyarakat Demak Timur gang 11. Kawasan Demak Timur, Kelurahan
Gundih merupakan salah satu kawasan yang terletak di Kota Surabaya,
Kecamatan Bubutan.
Organisasi Persatuan Al-Ihsan didirikan oleh Kiai Pamudji Rahardjo.
Lalu resmi terdaftar di BKB (Badan Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur,
bidang hubungan antar lembaga pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor
inventaris: 9 / X / LSM / 2006.2
Kiai Pamudji Rahardjo lahir di Magetan pada tahun 1954. Ia adalah
putra pertama dari Bapak Sirun dan Ibu Sila. Mereka dari kalangan keluarga
yang sederhana. Kiai Pamudji adalah sosok yang sangat cerdas, beliau banyak
menulis tentang metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan lain-lain.
Organisasi ini awalnya hanya pengajian yang diisi dengan mengkaji
Al-Qur’an beserta isinya yang berdiri pada tahun 1977. Pengajian ini bertempat di Wonorejo gang 1 Surabaya salah satu rumah jama’ah Persatuan
2
Al-Ihsan yang bernama bapak Su’ud Efendi pada malam hari dan dihadiri oleh kalangan bapak-bapak saja. Selain pengajian, juga ada tanya jawab antara kiai
dengan jama’ahnya.3
Organisasi ini awalnya hanya terdiri dari kalangan bapak-bapak saja,
kini bertambah dari kalangan ibu-ibu, para remaja dan anak-anak. Organisasi
ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islami dalam tatanan
kehidupan. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para
sahabatnya, yakni dengan mewujudkan kondisi masyarakat yang damai,
sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan yang
diridhoi Allah SWT.
Pada perkembangnnya organisasi Persatuan Al-Ihsan memiliki sarana
dan prasarana. Persatuan Al-Ihsan mulai dengan mendirikan PAUD, TK yang
berada di Bondowoso dan TPQ di Demak Timur. Sedangkan dalam bidang
sosial Persatuan Al-Ihsan menyediakan pemakaman sebagai wujud kepedulian
terhadap jama’ah yang sulit untuk mendapatkan makam di pemakaman umum
daerah Demak Timur dan sekitarnya karena prosedur yang tidak mudah.
Setelah Persatuan Al-Ihsan berkembang, jumlah anggota juga
berkembang berdasarkan dengan bertambahnya cabang di kota Surabaya
maupun luar kota Surabaya. Persatuan Al-Ihsan ini sudah mempunyai empat
cabang resmi di tiga kota yakni Surabaya (Wonorejo dan Benowo),
Bondowoso di Jl. Diponegoro dan Banyuwangi di Jl. Mendut. Persatuan
3
Ihsan berpusat di Demak Timur gang 11, Gundih Surabaya.4 Perkembangan
organisasi ini dipermudah karena Persatuan Al-Ihsan terbilang cukup
fleksibel. Karena organisasi ini tidak hanya merangkul kalangan
Muhammadiyah saja, tetapi kalangan yang lain seperti Nahdlatul Ulama, dan
lain-lain.
Organisasi dalam mencapai tujuan visi misinya, senantiasa tidak
terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat baik dari internal
maupun eksternal, maka ada istilah organisasi yang baik adalah organisasi
yang mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar baik dengan antar
organisasi, pihak dan lembaga terkait yang mewadahi organisasi masyarakat,
maupun kepada masyarakat secara umum.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengangkat organisasi ini
untuk penelitian. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat berkontribusi
terhadap organisasi Persatuan Al-Ihsan supaya tetap eksis dan semakin maju
dengan berbagai amal usahanya serta meningkatkan kembali jiwa organisasi
kepada para pemuda Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari deskripsi latar belakang masalah diatas penulis mengambil tiga
rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak
Timur Surabaya Tahun 1991-2016?
4
2. Bagaimana Perkembangan Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur
Surabaya tahun 1991-2016?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi
Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sejarah Berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan di Demak
Timur Surabaya.
2. Mengetahui PerkembanganOrganisasi Persatuan Al-Ihsan tahun
1991-2016.
3. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Organisasi
Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya.
D. Kegunaan Penelitian
Suatu kegiatan penelitian tentunya memberikan kegunaan baik bagi
peneliti, objek yang diteliti maupun instansi yang terkait dalam penelitian,
kemudian dirumuskan beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat informative serta
menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan khususnya dalam
bidang keilmuan sejarah organisasi masyarakat Islam di Indonesia.
2. Diharapkan membuahkan pemahaman terhadap salah satu organisasi
masyarakat Islam di Indonesia baik itu sejarah terbentuknya dan
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
peniliti, serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan
pengetahuan peneliti dengan ilmiyah dan objektif.
E. Pendekatan dan Teori
Berdasarkan dengan judul penilitan ini, maka pendekatan yang
digunakan Penulis adalah pendekatan historis dan sosiologi. Pendekatan
sejarah (historis) adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,obyek, latar belakang,
dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat
dilacak dengan melihat kapan berdirinya organisasi Persatuan Al-Ihsan,
dimana, apa sebabnya dan siapa yang mendirikan.5
Sedangkan pendekatan Sosiologi digunakan untuk meneropong
segi-segi sosial peristiwa,6 terkait kajian yang mencakup perkembangan organisasi
Persatuan Al-Ihsan terhadap jama’ah dan masyarakat sekitar. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.7
Kemudian landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori kepemimpinan yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi
orang lain atau pengikutnya untuk mencapai tujuan. Sehingga orang lain
5
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 64.
6
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Imu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.
7
tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin
tersebut.8 Max Weber mengemukakan tiga bentuk kepemimpinan yaitu:
1. Kepemimpinan kharismatik yaitu kepemimpinan yang didasarkan dengan
kemampuan alami, semacam mukjizat, karisma atau kewibawaan di luar
rasio. Kepemimpinan ini adalah kemampuan atau kekuatan batin yang ada
padanya dan didukung oleh kondisi masyarakatnya. Kekayaan, umur,
kesehatan, profil, bahkan pendidikan formal tidak menjadi kriteria.
2. kepemimpian tradisional yaitu kepemimpinan yang diterima berdasarkan
tradisi yang dalam komunitas masyarakat atau dinasti tertentu yang
dominan dan diterima masyarakat. Seseorang diangkat menjadi pemimpin
secara turun temurun dari suatu keluarga atau dinasti tertentu.
3. Kepemimpinan legal rasional yaitu kepemimpinan yang mendasarkan
wewenangnya pada kekuatan formal dan legalistik yang memperoleh
kedudukan berdasarkan rasio dan diterima.9
Kajian mengenai kiai, sudah tentu mengikutsertakan kajian tentang
kepemimpinan, dan mengkaji kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari
kajian kharisma. Karena kepemimpinan kiai, sering diidentikkan dengan
kepemimpinan kharismatik.
Menurut Kartono tipe pemimpin kharismatik ini memiliki daya tarik
dan wibawa yang luar biasa, sehingga dia mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar, dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 318.
9
(supranatural power) dan kemampuan yang super human yang diperolehnya
dari kekuatan Yang Maha Kuasa.10
Penulis menyimpulkan otoritas kharismatik yang akan penulis gunakan
dalam skripsi ini. Dikarenakan hal tersebut Kiai Pamudji Rahardjo termasuk
pemimpin yang berkharisma. Ia memiliki kemantapan moral dan kualitas ilmu
yang membuat ia memiliki kepribadian yang menarikdan dapat diteladani oleh
masyarakat. Kiai dengan kharisma yang dimilikinya dikategorikan sebagai
tokoh agama masyarakat yang memiliki otoritas tinggi dalam menyebarkan
pengetahuan keagamaan.
Selanjutnya penulis menggunakan teori peranan untuk menguraikan
secara rinci peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat. Dalam
konteks ilmu sosial, peran merupakan fungsi seseorang yang menduduki
posisi dalam struktur sosial.11
Peran merupakan suatu proses dinamis kedudukan (status), yang mana
seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya,
maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan itu mencakup tiga hal yakni,
peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang
dapat dilakukanoleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peranan
juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.12
10
Kartini Kartono, Pemimpin dan kepemimpinan (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), 51.
11
Edy Suhardono, Teori Peran; Konsep, Derivasi dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 3.
12
Adapun peran organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam masyarakat yaitu
mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai islami yang
dulu pernah dicontohkan Rasulullah saw dan para sahabat.Dan juga
mengembangkan amal usaha.
Selanjutnya teori siklus yang diprakarsai oleh Ibnu Khaldun. Dalam
teori ini terdapat teori gerak sejarah dan Ibnu Khaldun menyatakan bahwa
gerak sejarah terbagi tiga pola gerak. Pertama, sejarah digambarkan dalam
perkembangan yang oportunitis bahwa peradaban manusia berkembang secara
lurus (linear), jadi secara perlahan peradaban manusia akan terus maju
bersama waktu.Kedua sejarah bergerak dalam daur kultural, baik daur itu
saling terputus atau saling berjalin dan terulang kembali (berbentuk siklus).
Dan yang ketiga sejarah bergerak dengan tidak melalui pola tertentu atau
secara acak.13Untuk menganalisis sejarah dan perkembangan Persatuan
Al-Ihsan, penulis menggunakan teori gerak sejarah yang bergerak dalam daur
kultur (berbentuk siklus). Dalam gerak daur kultur (siklus) ini polanya dapat
saling terputus maupun saling berjalinan dan berulang kembali sehingga
membentuk sebuah siklus. Hal ini tergambarkan dalam sejarah dan
perkembangan Persatuan Al-Ihsan yang mengalami pasang surut dalam
perjalanannya. Proses sejarah yang diawali dengan pengajian mbah ji lalu
semakin berkembang yang dulunya hanya pengajian rutinan akhirnya
meningkat ke masalah sosial maka dibentuklah sebuah organisasi Persatuan
13
Al-Ihsan pada tahun 1991, yang didirikan oleh Kyai Pamudji Rahardjo dan
terus berkembang hingga sekarang.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang hasil penelitian, penulis menelusuri karya-karya
ilmiah tetang tema yang sama atau mirip dengan topik skripsi penulis.
Penelitian terdahulu tentang organisasi Persatuan Al-Ihsan belum pernah
diteliti oleh siapapun, tetapi ada beberapa karya ilmiah yang membahas
tentang suatu kumpulan sekitar daerah Surabayayang di lakukan oleh
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya:
1. Ahmad Fauzan Zaenal Abidin, A02212035, Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016, Sejarah dan Perkembangan Majelis Shalawat Muhammad
Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya pada tahun 2004-1016. Dalam
skripsi tersebut membahas tentang sejarah berdirinya Majelis shalawat
Muhammad Rahmatan Lil Alamin di Pesapen Surabaya yang dibawa oleh
Shaykh Abdul Kahar sekitar tahun 2004 yang bertujuan untuk
mengamalkan bacaan sholawat dan puji-pujian kepada Rasulullah, seiring
berjalannya waktu jam’ah dari majelis ini semakin banyak hingga tersebar
di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan sampai Jerman,China,
Malaysia, dan Singapura. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan
penelitian ini dari segi tempat, pendirinya dan dari segi perkembangan
2. Ida Kumala Sari, A02211055, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015, Sejarah
dan Perkembangan Pengajian Ahad Dhuha di Kecamatan Tambak Sari
Surabaya tahun 1963-2014. Dalam skripsi tersebut membahas tentang
sejarah diadakannya Pengajian Ahad Dhuha yang berawal dari daerah
Ampel oleh ulama KH. Salim Bachmid pada tahun 1963. Sekitar tahun
1999 pengembangan dakwah pengajian Ahad Dhuha ini mulai diterapkan
di kecamatan Tambak Sari yang diprakarsai oleh H. Mas’ud Qusyairi. Pengajian ini diadakan setelah sholat Dhuha berjama’ah. Pengajian ini
cukup berkembang sampai sekarang dan mendapt respon yang baik oleh
masyarakat. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan penelitian ini
dari segi tempat,pendirinya dan dari segi perkembangan amal usaha.
3. Rachmijawati, 089100130, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Fajultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1996, Nasyiatul Aisyiyah:
Studi Perkembangan Organisasi Keputrian Islam di Kecamatan Karang
Pilang Kotamadia Surabaya Periode 1979-1995. Dalam skripsi tersebut
membahas tentang bagaimana sejarah berdirinya organisasi Nasyiatul
Aisyiyah yang berdiri pada tanggal 28 desember 1978 yang bertempat di
SD Muhammadiyah XV. Sedangkan perbedaan dari judul di atas dengan
penelitian ini dari segi sejarah, tempat, tujuan dan pendirinya.
G. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mencapai penulisan sejarah, Penulisan
ilmiah.14Di dalam penelitian ini di tempuh melalui metode sejarah.
Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali dilangsungkan
dengan metode penggunaan bahan dokumen. Metode ini dapat berlangsung,
karena ditemukan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi
seputar objek maupun informasi langsung mengenai organisasi Persatuan
Al-Ihsan.15Metode sejarah biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan yaitu:
heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
1. Heuristik
Heuristik yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lalu atau
proses pencarian data.16 Cara pertama penulis tempuh dengan cara mencari
sumber, baik sumber primer maupun sekunder.
a. Sumber primer, yaitu menggunakan data kesaksian dari seorang saksi
yang menyaksikan atau terlibat langsung dalam peristiwa sejarah
dengan ala tmekanis seperti arsip dan foto.17 Sebagai sumber utama
dalam penulisan skripsi dan sebagai sumber primer penulis
menggunakan hasil wawancara dengan pendiri Persatuan Al-Ihsan
yakni Kiai Pamudji Rahardjo pada tanggal 27 Maret 2017 di kantor
pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Penulis juga
melakukan wawancara dengan amir cabang Persatuan Al-Ihsan yakni
bapak M. Fauzan tepatnya pada tanggal 19 Februari 2017 di kantor
14
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001), 12.
15
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1990), 92.
16
Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), 36.
17
pusat Persatuan Al-Ihsan Demak Timur Surabaya. Data berupa tulisan
berasal dari catatan tulisan tangan dari kyai Pamudji selaku pendiri
organisasi ini, AD dan ART organisasi Persatuan Al-Ihsan dan SK
pendirian organisasi Persatuan Al-Ihsan.
b. Sumber sekunder, yaitu menggunakan data dari kesaksian siapapun
yang bukan merupakan saksi dari pandangan mata.18Yaitu
literatur-literatur pendukung atau buku-buku yang mendukung dalam penulisan
skripsi ini. Seperti buku karangan Deliar Noer yang berjudul Gerakan
Modern Islam Di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3S, 1985).
Dalam laporan ini dibutuhkan beberapa data atau sumber yang
obyektif dan dapat di pertanggung jawabkan. Dalam hal ini penulis
melakukan penggalian data melalui dua tahap, yaitu pada tahap pertama
penulis melakukan wawancara mendalam dengan tokoh yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam sejarah sebagai sumber
primer. Sedangkan sumber-sumber sekunder didapat melalui beberapa
literatur yang digunakan sebagai sumber pendukung dalam penulisan
skrpsi ini.-buku, dan brosur bacaan dari jama’ah Persatuan Al-Ihsan. 2. Verifikasi
Setelah mendapatkan data-data yang bisa menjadi acuan dalam
penulisan skripsi ini, penulis melakukan verifikasi atau kritik sumber,
adalah kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh guna
18
mengetahui kejelasan tentang kredibilitasnya. Dalam meneliti dan menilai
data yang diperoleh dengan melalui dua cara, yaitu:
a. Kritik intern, yakni suatu upaya yang dilakukan untuk melihat apahak
isi sumber-sumber tersebut cukup kredibel atau tidak. Kritik intern ini
berkaitan dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan
informasi yang kita butuhkan. Hal ini dapat kita buktikan dengan cara
peneliti melihat latar belakang informan yang di wawancarai dengan
membuktikan kesaksiannya dapat dipercaya atau tidak.
Membandingkan kesaksian dari berbagai sumber, yakni peneliti
membandingkan sumber yang di dapat dari jama’ah, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Setelah peneliti membandingkan berbagai
sumber yang telah terkumpul terdapat perbedaan dari berbagai sumber
penelitian. Dalam SK terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan dan
hasil wawancara dengan pendiri organisasi ini tidak sama tentang
kategori organisasi ini di SK menyebutkan bahwa organisasi ini adalah
organisasi masyarakat saja tapi dalam hasil wawancara dan dokumen
Persatuan Al-Ihsan organisasi ini menyebutkan bahwa organisasi ini
bergerak dibidang keagamaan dan sosial.
b. Kritik ekstern, menyangkut persoalan apakah sumber tersebut
merupakan sumber yang diperlukan. Terkait dengan kritik ekstern
menjawab tiga pertanyaan yaitu menanyakan relevan atau tidak, sesuai
dengan objek yang dikaji atau tidak, mengenai asli tidaknya suatu
pada semua sumber yang didapat dengan tujuan menghindari
terjadinya ketidak kredibelan dan auntektikannya suatu hasil
penelitian.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses menafsirkan fakta sejarah yang telah
ditemukan melalui proses kritik sumber sehingga akan terkumpul
bagian-bagian yang akan menjadi fakta serumpun. Dalam interpretasi ini
dilakukan dengan dua macam yaitu: analisis (menguraikan), sintesis
(menyatukan) data.19 Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas
sejumlah fakta yang diperolah dari sumber-sumber. Penulis berusaha
menafsirkan apa yang terdapat di data yang ditemukan oleh penulis.
Awalnya penulis mengira organisasi ini sama dengan organisasi
Muhammadiyah karena terlihat dengan idiologi organisasi ini hanya
bersadarkan dengan Al Quran dan Hadits. Namun setelah ditelusuri
kembali melalui data, organisasi ini terdapat ajaran tarekat dan pengobatan
ruqyah.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dari metode sejarah,
dimana Historiografi adalah cara penulisan atau pemaparan hasil laporan.20
Cara penulisannya dengan merekontruksi fakta-fakta yang didapatkan dari
penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk
tertulis. Dalam skripsi ini penulis lebih memperhatikan aspek-aspek
19
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, 59.
20
kronologis peristiwa. Aspek ini sangat penting karena arah penelitian ini
adalah penelitian sejarah sehingga proses peristiwa dijabarkan secara
detail. Data atau fakta tersebut selanjutnya ditulis dan disajikan dalam
beberapa bab berikutnya yang terkait satu sama lain agar mudah dipahami
oleh pembaca.
H. Sistematikan Pembahasan
Dalam penyusunan skripsi ini akan dipaparkan dalam bentuk
pembagian bab, dan kemudian dari setiap bab diklasifikasikan dalam sub-bab.
Hal ini dikarenakan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling
berkaitan.
Bab I: Berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunan penelitian, pendekatan dan teori, penelitan
terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II: Berisi pembahasan tentang sejarah berdirinya Persatuan
Al-Ihsan di Demak Timur Surabaya, yang meliputi latar belakang berdirinya
Persatuan Ihsan, tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian Persatuan
Al-ihsan, dan visi misi berdirinya Persatuan Al-ihsan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejarah Persatuan Al-Ihsan lebih detail.
Bab III: Berisi pembahasan tentang perkembangan Persatuan Al-Ihsan
dari awal berdiri tahun 1991 sampai tahun 2016, yang meliputi cabang-cabang
Persatuan Al-ihsan, sarana sampai amal usaha yang dihasilkan oleh Persatuan
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Persatuan Al-Ihsan
dari tahun ke tahun.
Bab IV: Berisi pembahasan tentang faktor pendukung dan penghambat
berkembangnya Persatuan Al-ihsan, yang meliputi dari faktor internal dan
eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahuiapa saja faktor pendukung
dan penghambat yang mempengaruhi berkembangnya Persatuan Al-ihsan.
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN
A. Latar Belakang berdirinya Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk individu yang
harus menyadari sepenuhnya bahwa ia adalah hamba Allah, diciptakan oleh
Allah dan akan kembali kepada-Nya pula. Oleh karena itu ia wajib beriman
dan bertauhid kepadanya, dengan mensucikan-Nya dan memuji-Nya. Selain
itu manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
kehidupan bermasyarakat. Berkewajiban ikut menciptakan tatanan kehidupan
bermasyarakat yang sebaik-baiknya, yaitu masyarakat yang dilandasi perasaan
saling kasih sayang, tolong menolong, bermusyawarah bersama, saling
menasehati, dan menghargai satu sama lain.
Agama Islam adalah agama yang memberikan jalan dan petunjuk
kearah kehidupan rahmatan lil ‘aalamin yang digambarkan diatas, maka dari
itu setiap hamba berkewajiban menjunjung tinggi, menegakkan, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan manusia yang
saling berkebutuhan dan mempunyai keinginan yang sama dalam perbaikan
ini diwujudkan dalam terbentuknya suatu organisasi. Salah satunya adalah
organisasi Persatuan Al-Ihsan yang berada di Surabaya.21
Organisasi Persatuan Al-Ihsan sebagai organisasi yang menghidupkan
kembali nilai-nilai Islami dengan tatanan kehidupan sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, untuk mewujudkan
21
kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari
kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah, sebagaimana yang
difirmankan di dalam Al-Qur’an:
bertepatan pada tanggal 05 Mei 1991, di Jl. Demak Timur gang 11 Kelurahan
Gundih Kecamatan Bubutan Kota Surabaya oleh seorang kiai bernama
Pamudji Rahardjo. Menurut sang pendiri, organisasi ini dulunya hanya
pengajian yang bertempat di Jl. Wonorejo gang I Surabaya yang merupakan
salah satu rumah jama’ah yaitu bapak Su’ud Efendi. Pengajian ini didirikan
pada tahun 1977 yang hanya berjumlah sepuluh orang. Kiai Pamudji (63
tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan dalam wawancara:
“Sebelum dibentuk organisasi ini dulunya hanya pengajian biasa, ya
seperti ngaji quran sak maknane dan tanya jawab masalah kehidupan sehari-hari, tetang agama oleh jama’ah pada tahun 1977 di Wonorejo, hanya dihadiri sepuluh orang saja, dulu belum dinamakan Persatuan Al-Ihsan tapi lebih dikenal dengan pengajian Mbah Ji yang diambil dari nama saya atau pengajian Demak karena memang tempatnya di Demak. Organisasi ini bertujuan menghidupkan kembali nilai Islam dengan mengikuti ajaran Rasulullah dan sahabat untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, sejahtera, bernuansa Islami, jauh dari kemungkaran dan kemaksiatan dan diridhoi Allah.”23
Organisasi ini bermula dari suatu pengajian yang dihadiri oleh sepuluh
orang. Kemudian dalam perkembangannya mulai banyak diminati oleh
22
Al-Qur’an, 34 (Saba’): 15.
23
masyarakat. Hal ini karena pengajian tersebut sangat fleksibel dan mudah
dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Seiring dengan bertambahnya
jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian, akhirnya pada tahun 1978
pengajian ini dipindahkan ke Demak Timur. Kegiatan rutinan mulai
ditambahkan untuk membentuk suatu keharmonisan di masyarakat dengan
memperhatikan masalah-masalah yang bersifat sosial dan keagamaan. Selama
satu tahun kedepan jumlah jama’ah yang mengikuti pengajian semakin
berkembang sehingga membuat kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
bisa terealisasi dengan baik.
Pada tahun 1987, muncullah gagasan dari jama’ah pengajian tentang
perlunya suatu identitas diri atau nama. Gagasan ini kemudian disampaikan
pada kiai, yang merupakan pimpinan utama dalam sebuah pengajian tersebut.
Kiai mulai mempertimbangkan gagasan yang disampaikan oleh jama’ahnya
ini dengan memberikan amanah kepada salah seorang jama’ahnya untuk
melakukan salat istikharah dan meminta petunjuk kepada Allah, orang
tersebut adalah bapak Gatot Supriyono. Hasil istikharah sebenarnya sudah di
dapatkan dengan jelas pada waktu itu, namun karena belum bisa menangkap
makna dari hasil tersebut. Akhirnya semenjak itu pembahsan jama’ah
selanjutnya sudah tidak terfokus pada identitas saja, namun sudah mulai
berkembang untuk mewujudkan pembangunan sebuah organisasi
kemasyarakatan.
Tanggal 02 Mei 1988 kiai berpindah tugas kerja sebagai guru di
dibukalah cabang pengajian di Bondowoso atau disebut dengan cabang 02.
Pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu kiai berada di Surabaya untuk membina
jama’ah. Kiai akhirnya mulai berfikir lagi mengenai perlunya sebuah nama.
Setelah bermunajat kiai kemudian mengumpulkan jama’ahnya untuk
mengadakan musyawarah mengenai nama yang tepat digunakan untuk
membentuk organisasi yang diridhoi oleh Allah. Dalam proses musyawarah
tersebut diputuskan untuk mencari kembali identitas diri dengan melalui
istikharah lagi. Pada tanggal 20 Syawal 1411 yang bertepatan dengan tanggal
05 Mei 1991, sehabis salat subuh di masjid Banjar Sugihan Surabaya, kiai dan
muridnya yang bernama Gatot Supriyono melakukan salat istikharah bersama.
Kedua orang tersebut mendapatkan hasil yang sama yaitu “Al-Ihsan”,
sekaligus mendapatkan lambangnya. Setelah mendapatkan nama, jama’ah
berkumpul untuk diberitahukan bahwa telah diadakan ijtihad dari kiai dan
beberapa muridnya mengenai gagasan dibentuknya suatu organisasi yang
merupakan perkembangan dari pengajian mbah Ji mengingat banyaknya
jama’ah yang meningkat secara signifikan. Setelah itu nama dan lambang
dipadukan dan disempurnakan.24
Nama Ihsan dalam Islam berarti baik adalah kata dalam bahasa Arab
yang berarti kesempurnaan atau terbaik.25 Dalam Hadits Sahih Muslim vol 01
no 09
َكاَرَ ي ُهَنِإَف ُهاَرَ ت ْنُكَت ََْ ْنِإَف ُهاَرَ ت َكَنَأَك َهَللا َدُبْعَ ت ْنَأ
24
Ibid.
25
Itla’, “Pengertian Ihsan”, dalam
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
jika engkau tidak melihatnya, (yakinlah) sesungguhnya dia pasti
melihatmu.26
Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah
Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah
melihat perbuatannya.
Lambang organisasi Persatuan Al-Ihsan berupa empat bujur sangkar
kecil yang disusun atas satu buah dan bawah tiga buah disusun secara
horizontal. Ke empat bujur sangkar tersebut dihubungkan dengan garis-garis
secara vertikal dan horizontal sehingga menyerupai bagan suatu organisasi.
Rangkaian bujur sangkar tersebut berada di dalam bingkai berupa bujur
sangkar besar. Di atas bingkai tersebut terdapat empat persegi panjang yang
panjangnya sama dengan panjang sisi bujur sangkar. Di dalamnya tertulis
kalimat “la ilaha illallah muhammadur rasulullah” dengan huruf arab. Di
bawah rangkaian bujur sangkar tertulis kata “Al-Ihsan” dengan huruf arab
pula.27
Dengan terbentuknya atau lahirnya jama’ah-jama’ah Al-Ihsan lain
yang berada di luar daerah seperti di Bondowoso (cabang 02), lalu pada tahun
1994 diikuti buka cabang di Benowo (cabang 03) dikarenakan usulan dari
jama’ah yang berada di Bonowo, selanjutnya di Banyuwangi (cabang 04) dan
26
Muslim, SahihMuslim, vol 01.A (Beyruth Liban: Dar El Fiker), 10.
27
Wonorejo (cabang 05). Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan
Al-Ihsan) menuturkan:
“Tidak menutup kemungkinan akan terus lahir jama’ah-jama’ah baru
dari luar daerah mbak, bahkan sekarang di Bali dan Bandung jama’ah
saya ada yang mendirikan perkumpulan pengajian, ya meskipun hanya
diikuti oleh beberapa orang saja.”28
Dari banyaknya jama’ah tersebut yang terletak di berbagai daerah
maka muncul pemikiran bagaimana cara menyamakan nama dan visi-misi
mereka, agar mereka yang berjauhan memiliki gerakan dan aktifitas
berjama’ah yang sama. Maka pada tanggal 06 Muharam 1415 yang bertepatan
pada 16 Juni 1994 oleh Kiai Pamudji, perkumpulan dari semua jama’ah Al
-Ihsan tersebut diberi nama “Persatuan Al-Ihsan”, dan untuk menyeragamkan
semua aktivitasnya dibuatkanlah sebuah peraturan yang selanjutnya disebut
sebagai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Persatuan
Al-Ihsan.
Sampai di sini keberadaan Persatuan Al-Ihsan sudah bersifat suatu
organisasi. Mengingat aktifitas Persatuan Al-Ihsan sebagian besar bergerak di
bidang keagamaan dan sosial, maka Persatuan Al-Ihsan dapat diartikan suatu
organisasi yang bergerak di bidang sosial-keagamaan.29
Organisasi Persatuan Al-Ihsan resmi terdaftar di KEMENKUMHAM
RI (Kementrrian Hukum dan HAM Republik Indonesia) pada tahun 2002, tapi
telah diperbaharui dengan mendaftarkan organisasi ini di BKB (Badan
Kesatuan Bangsa) Propinsi Jawa Timur, bidang Hubungan Antar Lembaga
28
Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur,27 Maret 2017.
29
pada tanggal 09 Oktober 2006 dengan nomor inventarisasi: 9 / X / LSM /
2006.30
B. Biografi Kiai Pamudji Rahardjo Sebagai Pendiri Persatuan Al-Ihsan
Nama lengkap Kiai Pamudji adalah Pamudji Rahardjo. Lahir pada
Sabtu tanggal 01 Dzulhijjah 1373 H, bertepatan dengan 31 Juli 1954 M di
Desa Bulugledeg, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Ayahnya bernama
Sirun, sedangkan ibunya bernama Silah. Kiai Pamudji merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara.
Masa kecil kiai hidup seperti halnya anak-anak seusianya yang
memiliki waktu untuk bermain dan belajar. Ayahnya adalah seorang petani,
juru kesehatan desa, mandor pengairan pabrik gula dan anggota PNI (Partai
Nasional Indonesia) di desanya, dari ayahnya kiai belajar tentang politik.
Kedua orang tua kiai juga mendidik kiai dengan dasar-dasar ajaran agama
Islam, karena dasar ajaran Islam merupakan pokok dalam sebuah kehidupan.
Kiai Pamudji (63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan) menuturkan:
“Ajaran agama Islam itu penting mbak karena itu merupakan sebuah
landasan hidup, semua dalam kehidupan ini sudah diatur didalam agama. Kita sebagai makhluk yang mengakui keberadaan Allah harus mempelajari dan menjalankan apa yang diperintahkan. Selanjutnya kita mengabdi seluruh hidup untuk patuh terhadap perintahnya dan mencari ridhonya. Oleh sebab itu orang tua saya mendidik dengan dasar agama
Islam dari kecil.”31
Kiai Pamudji sejak kecil tergolong anak yang cerdas. Rasa
keingintahuannya terhadap suatu hal apapun sangat tinggi. Selain itu kiai
30
Surat Keputusan terdaftarnya organisasi Persatuan Al-Ihsan, LSM, 2006.
31
adalah sosok yang ulet dan haus akan ilmu. Hal tersebut terlihat dengan
berpindah-pindahnya kiai dalam menempuh pendidikan untuk memburu ilmu.
Untuk mewujudkan gairahnya terhadap ilmu pengetahuan pada tahun
1962 mulai bersekolah di SD Negeri Bulugledeg dan lulus pada tahun 1967.
Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Gorang-gareng dan lulus
pada tahun 1970. Dilanjut ke STM Kristen Madiun dan lulus pada tahun 1973,
ini yang unik dari pendidan kiai. Kiai Pamudji menjelaskan dalam wawancara
(63 tahun, pendiri Organisasi Persatuan Al-Ihsan):
“Dalam menempuh pendidikan saya tidak memandang agama, ormas, tempat, suku maupun ras selagi itu baik akan saya tempuh karena bagaimanapun ilmu itu dipandang dari seberapa besar kemanfaatannya. Saya memegang teguh prinsip dalam QS. Al-Kafirun: 6 “untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”. Hal itu yang membuat saya tidak
mempermasalahkan jika harus bersekolah ke sekolah Kristen.”32
Setelah menempuh pendidikan di STM Kristen, kiai mulai berguru ke
Subala Abd. Cholid, untuk belajar tarekat Qadiriyah di Magetan dan sudah
mencapai derajat syeikh. Ajaran tarekat ini dikenal luwes, bila murid sudah
mencapai derajat syeikh, maka murid tersebut sudah bisa mengajarkan tarekat
ke orang lain dan berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam
tarkatnya.33
Kemudian pada tahun 1975 kiai berkelana ke Surabaya dan
melanjutkan pendidikan ke IKIP Muhammadiyah Surabaya di fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan
sastra Indonesia, tetapi kiai tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah
32
Pamudji Rahardjo, Wawancara, Demak Timur, 27 Maret 2017.
33
vakum dari dunia pendidikan untuk beberapa tahun kiai memutuskan untuk
melanjutkan kembali pendidikannya di Universitas yang sama. Namun
Universitas tersebut sudah berkembang menjadi Universitas Muhammadiyah
dan lulus pada tahun 1986.
Pada tahun 1988 kiai mengajar di Bondowoso sebagai guru Bahasa
Indonesia. Lalu kiai menikah dengan Siti Alfiyah pada tahun 1976 dan
dikarunia enam orang anak yaitu Rohmatullah Isnaini, Nani Pamudji Hastutik,
Azizah Triana Fallewi, Ibrahim Al-Faqih, Riska Fauziyah, dan Yusuf
Najibullah. Lalu pada tahun 2014 kiai menikah lagi dengan janda tiga orang
anak. Kiai menulis buku metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an terdapat empat
jilid, kisah perjuangan Rasulullah, pengobatan pada zaman Rasulullah, dan
doa tenaga dalam versi Islam.34
C. Visi dan Misi Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Dalam suatu organisasi dibutuhkan visi dan misi, karena visi dan misi
adalah konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa
yang direncanakan. Visi adalah cita-cita atau impian sebuah organisasi di
masa depan. Sedangkan misi adalah perwujudan dari visi atau realisasi dari
visi. Uniknya dari visi dan misi organisasi Persatuan Al-Ihsan adalah sebelum
dibuatnya visi dan misi sudah ada misi yang terealisasi sehingga dalam
pembuatan visi dan misi organisasi ini mengikuti kegiatan yang sudah
terealisasi. Bisa dikatakan semua visi dan misi dari organisasi Persatuan
34
Ihsan sudah terealisasi. Berikut ini adalah visi dan misi dari organisasi
Persatuan Al-Ihsan
Visi organisasi Persatuan Al-Ihsan:35
1. Membentuk insan yang taqwalloh
2. Mewujudkan tatanan kehidupan bermasyarakat yang damai, sejahtera, dan
diridhoi Allah SWT
3. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
Misi organisasi Persatuan Al-Ihsan:
1. Bidang Agama
a. Meningkatkan syi’ar dan dakwah melalui ceramah-ceramah agama,
pengiriman da’i, melaksanakan PHBI dan menghidupkan malam
-malam yang dimuliakan untuk mewujudkan terbentuknya masyarakat
yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul mulia;
b. Meningkatkan keberadaan majelis-majelis ta’lim dan perpustakaan
Islam untuk memperoleh pemahaman yang benar dan mempersempit
kebodohan umat;
c. Mengkoordinir dan mengelola amal-amal keagamaan yang bersifat
jama’i seperti: zakat, infaq, sodaqoh, dan lain-lain;
d. Membangun dan mengelola tempat-tempat ibadah atau masjid.
2. Bidang Ukhuwwah
a. Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk kepentingan maslahat umat;
35
b. Mengadakan kegiatan silaturrahmi antar anggota, jama’ah, dan
organisasi yang lain;
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan pekanan, bulanan, dan tahunan;
d. Mengadakan tahni’ah, ta’ziyah, dan ta’awwan.
3. Bidang Politik dan Keamanan
a. Ikut memelihara terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa;
b. Ikut menjaga ketertiban, keamanan, dan perdamaian baik dalam skala
nasional maupun internasional.
4. Bidang Ekonomi
a. Mendayagunakan sumber-sumber keuangan umum seperti: zakat,
infaq, sodaqoh, wakaf dan lain-lain untuk kesejahteraan bersama;
b. Mengembangkan system kredit permodalan dan pinjaman lunak;
c. Membentuk badan-badan usaha bersama seperti, koperasi.
5. Bidang Sosial
a. Ikut menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin;
b. Menumbuh kembangkan sarana-sarana sosial seperti koperasi untuk
kesejahteraan bersama;
c. Membantu meningkatkan taraf hidup para fakir miskin dan
d. Meningkatkan ukhuwwah antar jama’ah dan organisasi lain serta
menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antar sesama umat;
e. Mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, pekanan, bulanan dan
tahunan untuk memperekat tali persaudaraan dan menjalin rasa saling
kasih sayang;
f. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita, serta
memberikan peran kepada mereka sesuai dengan ajaran Islam;
g. Membina generasi muda menjadi generasi yang beriman, bertaqwa,
berpengetahuan, terampil, dan berakhlak mulia.
6. Bidang Pendidikan
a. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui sekolah,
madrasah, kursus, pelatihan, dan lain-lain;
b. Mengadakan kajian-kajian, dialog, diskusi-diskusi keagamaan untuk
mempersempit kebodohan umat;
c. Memuliakan para ulama dan menghormati para cendekiawan;
d. Mengarahkan program pendidikan dan kurikulum menjadi kurikulum
yang bercitra Islam.
7. Bidang Budaya
a. Melestarikan budaya-budaya peninggalan Islam yang telah diwariskan
oleh para pendahulu;
b. Mengembangkan nilai-nilai Islam pada budaya, seni, sastra, bahasa
c. Menjaga citra dan kepribadian sebagai bangsa yang beragama.36
D. Ajaran Persatuan Al-Ihsan (Dzikir, Wirid, Laku dan Prinsip)
1. Dzikir
Jama’ah Persatuan Al-Ihsan mempunyai dua bentuk kalimat dzikir,
yaitu:
a. “Lailahaillallah”, diwirid dengan jahar khofii, bersamaan dengan
keluar masuknya nafas, dzikir ini diwarisi dari guru Kyai Pamudji
yang bernama Subala A. Cholid berasal dari Magetan, pembimbing
tarekat Akmaliyah.
b. “Allah”, diwirid dengan secara sir atau dalam hati. Dzikir ini dari
hadits Ali bin Abi Thalib ketika beliau meminta di talqin oleh
Rasulullah.
2. Wirid
Wirid Persatuan Al-Ihsan ada empat yaitu:
a. Membaca istighfar minimal seratus kali
b. Membaca sholawat, dalam bersholawat, Al-Ihsan menggunakan
sholawat susunan ulama atau mursyidin, tetapi menggunakan susunan
Sunnah dan atsar para sahabat.
c. Tafakur, diharapkan sesering mungkin, bisa sendiri atau berjama’ah,
diutamakan pada malam hari di tempat terbuka (tidak di rumah).
d. Membaca buku agama terutama kitab Al-Qur’an
36
3. Laku (perilaku)
Ada enam laku yang harus menjadi perilaku setiap anggota jama’ah
Persatuan Al-Ihsan yaitu:
a. Jujur, selalu berkata benar dan apa adanya
b. Sabar, menahan diri dari kesusahan
c. Rela menerima (ridha), menerima semua yang terjadi atas dirinya
dengan lapang dada dan senang hati dan meyakini dalam diri semua
yang terjadi atas kehendak-Nya.
d. Ikhlas, mengesakan Allah dalam ketaatan
e. Welas asih, berbelas kasih pada semua makhluk
f. Budi luhur, yang memiliki sikap terpuji dan mulia.
4. Prinsip Persatuan Al-Ihsan:
a. Mengutamakan urusan akhirat
b. Mengutamakan kedamaian
c. Mencintai ilmu dan semua bentuk kebaikan
d. Mengikuti prinsip kehidupan para Nabi, Rasul beserta para sahabatnya
e. Melindungi kaum dhu’afa dan minoritas
f. Menolak kejahatan dengan kebaikan
Menjaga citra hidup ditengah kehidupan bermasyarakat.37
37
BAB III
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN TAHUN 1991-2016
A. Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Struktur organisasi merupakan alat yang digunakan untuk menetapkan
bagian kegiatan dalam suatu lembaga guna mencapai tujuan lembaga tersebut,
hal ini sangatlah penting karena akan mempermudah bagi seorang pemimpin
untuk kerjasama dengan baik sampai dengan susunan pengurus yang ada di
bawahnya sesuai yang diharapkan. Dengan dibentuknya struktur organisasi
Persatuan Al-Ihsan diharapkan dapat menggambarkan susunan organisasi
mengenai tugas dan bidangnya masing-masing. Dari awal dibentuknya
organisasi ini hingga sekarang struktur organisasi sudah dibuat dengan format
sebagai berikut: adanya Majelis Syuro, Dewan Tarjih, Dewan Pimpinan Pusat,
Sekretaris Jendral, Bendahara Umum dan terdapat lima majelis yaitu Majelis
Diniyah, Majelis Udlwiyah, Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah, Majelis
Utima’iyah dan Amiyah, terakhir Majelis Tanwil-Waqof. Untuk struktur
oraganisasi cabang mengikuti struktur organisasi pusat.38
Dalam struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan sudah ada pergantian
DPP (Dewan Pimpinan Pusat) sebanyak dua kali. Pertama pada tahun
1991-2006 dewan pimpinan pusat dipimpin oleh Edi Sutarno lalu pada muktamar
kedua digantikan oleh H. Hartono hingga sekarang.39
38
M. Fauzan, Wawancara, Demak Timur, 19 Februari 2017.
39
Bagan Struktur Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Periode 1991-2016 40
Keterangan bagan struktur organisasi Persatuan Al-Ihsan:41
1. Majelis Syuro
Majelis Syuro adalah lembaga tertinggi Persatuan Al-Ihsan, yang
bertugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan-tujuan Persatuan Al-Ihsan dan membuat
keputusan-keputusan Persatuan Al-Ihsan;
b. Mengangkat dan memberhentikan pimpinan dewan tarjih pusat dan
cabang;
c. Memilih dan mengangkat ketua dewan pimpinan pusat dan wakilnya
serta sekretaris jendral;
d. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil serta sekretaris majelis;
e. Memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi
Persatuan Al-Ihsan;
f. Menyusun strategi umum dalam semua bidang kerja sesuai dengan
AD/ART;
g. Menyusun peraturan dan tata tertib pelaksanaan permusyawaratan
umum Persatuan Al-Ihsan.
2. Dewan Tarjih
Dewan Tarjih adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan, yang
bertugas sebagai berikut:
a. Mengawasi dan mengarahkan jalannya Persatuan Al-Ihsanagar sesuai
dengan tujuan dan keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh majelis
syuro;
41
b. Memberikan landasan syar’i terhadap seluruh aktivitas Persatuan Al
-Ihsan;
c. Menjatuhkan hukuman terhadap masalah-masalah yang diserahkan
oleh DPP dan DPC;
d. Mendiskusikan laporan-laporan DPP sebelum dilaporkan ke majelis
syuro, demikian juga program-programnya;
e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Persatuan Al-Ihsan dan
keputusan-keputusan majelis syuro;
f. Menentukan sikap terhadap permasalahan-permasalahan umum yang
terjadi di dalam dan di luar Persatuan Al-Ihsan;
g. Mengesahkan struktur kepengurusan DPP dan DPC.
3. Dewan Pimpinan Pusat
Dewan pimpinan pusat adalah lembaga tinggi Persatuan Al-Ihsan
dengan anggota sebagai berikut:
a. Lima orang pimpinan majelis dan seorang pimpinan umum/wakil;
b. Lima orang sekretaris majelis dan seorang sekretaris jendral;
c. Lima orang bendahara majelis dan seorang bendahara umum.
Dewan pimpinan pusat bertugas bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan Persatuan Al-Ihsanyang berada di pusat maupun unit-unit
organisasi yang berada di bawahnya.
4. Majelis
Majelis adalah badan atau lembaga Persatuan Al-Ihsan, sebagai
a. Majelis Diniyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang
bertanggung jawab terhadap urusan keagamaan, tugas dari majelis ini
sebagai berikut:
1) Meningkatkan syiar dan dakwah Islamiyah;
2) Mengadakan pembinaan kerohanian kepada anggota jama’ah dan
masyarkat;
3) Mengelola dan mengembangkan perpustakaan Islam;
4) Membentuk majelis-majelis taklim guna memperoleh pemahaman
yang benar;
5) Mengembangkan mengelola tempat-tempat ibadah;
6) Mengatur dan mengkoordinir amal-amal ibadah yang bersifat
jama’I, seperti: zakat, infaq, korban, dan lain-lain;
7) Mengelola dan mengembangkan keuangan BAZIS;
8) Mengelola dan mengembangkan pondok-pondok pesantren.
b. Majelis Udlwiyah adalah salah satu lembaga Persatuan Al-Ihsan yang
bertanggung jawab terhadap urusan-urusan intern para anggotanya,
tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengadakan pendataan anggota jama’ah Persatuan Al-Ihsan dan
mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan jama’ah;
2) Memantau keadaan tiap-tiap anggota untuk memperoleh gambaran
3) Memberikan informasi kepada seluruh anggota tentang
masalah-masalah yang terjadi pada anggota, seperti: kelahiran, hajat,
musibah, dan lain-lain;
4) Mengkoordinir pelaksanaan ta’ziyah;
5) Mengatur pertemuan-pertemuan jama’ah;
6) Mengatur pemberian tunjangan kepada jama’ah;
7) Mencari ide-ide baru untuk menambah kesejahteraan anggota.
c. Majelis Ijtimaiyah dan Amiyah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan
yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan sosial dan umum
Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengelola dan mengembangkan badan-badan sosial dan usaha
milik Persatuan Al-Ihsan, seperti koperasi;
2) Memberikan bantuan sosial ke luar Persatuan Al-Ihsan;
3) Mewakili pimpinan ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar
Persatuan Al-Ihsan;
4) Mengatur urusan-urusan dan kegiatan-kegiatan Persatuan Al-Ihsan
yang bersifat umum.
d. Majelis Tarbiyah dan Tsaqofah adalah lembaga Persatuan Al-Ihsan
yang bertanggung jawab dalam urusan pendidikan dan seni budaya,
tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Meningkatkan pendidikan dan keterampilan umat melalui
2) Mengelola dan mengembangkan sarana pendidikan, seperti:
pondok, madrasah, taman pendidikan, dan lain-lain;
3) Mengatur, mengarahkan kurikulum atau program pendidikan
menjadi kurikulum yang bercitra Islami;
4) Mengembangkan nilai-nilai Islami pada: sni, budaya, sastra,
Bahasa dan seluruh tatanan kehidupan;
5) Menyadarkan masyarakat perlunya menghormati dan melestarikan
budaya Islami yang telah diwariskan oleh masyarakat muslim
mulai dari zaman salaf. Demikian juga terhadap tempat atau
benda-benda yang memiliki nilai historis Islami.
e. Majelis Tanwil dan Wakaf adalah salah satu lembaga Persatuan
Al-Ihsan yang bertanggung jawab terhadap urusan wakaf dan hak milik
Persatuan Al-Ihsan, tugas dari majelis ini sebagai berikut:
1) Mengadmintrasikan dan memelihara seluruh harta benda dan
inventarisasi milik Persatuan Al-Ihsan;
2) Mewakili pimpinan menyelsaikan urusan wakaf, yayasan, dan
lain-lain.42
Persyaratan untuk menjadi pengurus organisasi Persatuan Al-Ihsan.
Jama’ah minimal harus sepuluh tahun menjadi anggota Persatuan Al-Ihsan.
Harus memiliki jiwa yang loyalitas. Memiliki sifat yang agamis atau matang
42
secara spriritual keagamaan dan memiliki ilmu pada bidangnya
masing-masing.43
B. Perkembangan Cabang-Cabang Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Berdirnya cabang-cabang organisasi di berbagai daerah ini diawali
pada tahun 1988 di Bondowoso, karena kiai berpindah tugas dan menjadi guru
di Bondowoso. Jama’ah di Bondowoso hanya sedikit sekitar 5 orang saja. Kini
dengan berembangnya organisasi ini jama’ah kian meningkat.
Lalu pada tahun 1994 diikuti cabang 3 dan 4 di Benowo dan
Wonorejo Surabaya pada tahun 1994, dikarenakan semakin banyak jama’ah
dari Benowo dan Wonorejo yang kerepotan untuk datang mengaji ke Demak
Timur. Kiai memutuskan untuk membuka cabang di Benowo dan Wonorejo
atau dinamakan cabang 3 dan cabang 4.
Selanjutnya dibuka cabang 5 di Banyuwangi, pada tahun 2000.
Jama’ah organisasi ini yang dulunya berdomisili di Demak Timur banyak
yang berpindah tugas ke Banyuwangi, akhirnya atas saran dari jama’ah kiai
membuka cabang di Banyuwangi. Visi misi dan tujuan dari semua cabang
sama, maka di gabungan dari semua cabang Al-Ihsan dinamakan Persatuan
Al-Ihsan.
C. Program Kerja Organisasi Persatuan Al-Ihsan
Program kerja adalah suatu rencana kegiatan organisasi yang dibuat
untuk jangka waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pengurus suatu
organisasi. Program kerja ini dapat membantu kegiatan organisasi lebih jelas
43
dan terarah. Persatuan Al-Ihsan membagi program kerja menjadi dua jenis
yaitu jenis kegiatan yang bersifat tetap dan tidak tetap. Jenis kegiatan tetap
yaitu kegiatan tersebut sudah di programkan setiap bulannya. Sedangkan jenis
kegiatan yang bersifat tidak tetap adalah kegiatan yang hanya bisa dilaksankan
pada bulan-bulan tertentu saja. Kegiatan yang tidak tetap ini seperti
kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti, PHBI dan lainnya, yang waktunya sudah
ditetapkan sendiri oleh penanggalan agama. Disamping itu ada juga
kegiatan-kegiatan yang waktunya bebas, sehingga bisa diatur sendiri oleh Persatuan
Al-Ihsan, disesuaikan dengan kepentingan Persatuan Al-Ihsan.44 Penulis akan
membagi program kerja organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam tiga periode
yang pertama pada tahun 1991-2002, periode kedua tahun 2002-2012, dan
periode ketiga pada tahun 2012-2016, yang akan dijelaskan pada tabel berikut
ini:
Tabel 1
Program Kerja organisasi Persataun Al-Ihsan45
Tahun
Program Kerja
Kegiatan Tetap Kegiatan tidak tetap
b. Tunjangan kesehatan anak
5. Bakti Sosial 6. Pembinaan jama’ah
7. Pembuatan laporan pusat atau cabang
7. Pemberian tunjangan hari raya
2002-2012 1. Pengajian rutin c. Pekanan 10.Pembuatan laporan pusat
atau cabang 2012-2016 1. Pengajian rutin
a. Pekanan b. Silaturrahmi ke anggota
yang terrhalang
5. Bakti Sosial 10.Pembuatan laporan pusat
atau cabang
11.Yaumut Tahrir (pembebasan
hutang untuk jama’ah)
Kegiatan Tetap organisasi Peratuan Al-Ihsan:
1. Periode 1991-2002
a. Pengajian rutin pekanan
Pengajian rutin pekanan diadakan tiga kali dalam satu minggu
pada hari rabu, kamis dan sabtu dimulai dari pukul 21.00-02.00 dini
hari. Pengajian ini diadakan di Demak Timur dengan dihadiri para
jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Biasanya pengajian ini diisi dengan ngaji
tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqh dan tanya jawab kiai seputar kehidupan
sehari-hari. Pengajian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu
agama.47
b. Silaturahmi antar jama’ah
Silaturahmi antar jama’ah dilakukan secara bergilir setiap satu
bulan sekali di rumah jama’ah Persatuan Al-Ihsan. Silaturahmi ini
47
dihadiri oleh kiai dan para jama’ah dimaksudkan untuk mengenal lebih
dekat antar para jama’ah.
c. Pengelolaan BAZIS
Pengelolaan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah)
ini dilakukan oleh panitia cara kerja BAZIS untuk amal setiap
pertemuan pengajian disediakan kotak amal, zakat dilakukan setiap
tahun dengan mengumpulkan zakat dari para jama’ah, sedangkan infaq
ini diwajibakan dalam satu bulan sekali membayar di Persatuan
Al-Ihsan. Semua yang mengatur, mengelola dan mengembangakan
BAZIS yaitu majelis diniyah.
d. Tunjangan Pendidikan dan kesehatan anak,
Tunjangan pendidikan dan kesehatan anak ini diperuntukkan
bagi jama’ah Persatuan Al-Ihsan yang kurang mampu. Tunjangan
pendidikan ini diberikan oleh organisasi Persatuan Al-Ihsan dari dana
bersama, dengan berupa uang untuk membayar SPP ditanggung dari
SD-SMA, sedangkan untuk tunjangan kesehatan berupa susu dan uang
untuk membeli vitamin.48
e. Bakti sosial
Bakti sosial dilakukan setiap satu minggu sekali pada hari
minggu dengan membersihkan daerah sekitar Demak Timur gang 11.
Bakti sosial ini biasanya tidak hanya para jama’ah tapi juga dengan
masyarakat sekitar. Diadakannya bakti sosial ini sesuai dengan misi
48
organisasi Persatuan Al-Ihsan dalam bidang sosial yaitu ikut
menciptakan masyarakat dan lingkungan yang bersih lahir batin.
f. Pembinaan jama’ah
Pembinaan jama’ah ini dilakukan oleh Kiai Pamudji dengan
mendatangi setiap cabang dalam waktu dua bulan sekali. Pembinaan
ini bertujuan untuk memantau perkembangan dari cabang organisasi
Persatuan Al-Ihsan mulai dari perkembangan jama’ah, perkembangan
kas dari setiap cabang dan untuk mengenal lebih dekat dengan
jama’ah.
g. Pembuatan laporan pusat dan cabang
Pembuatan laporan diadakan pada satu tahun sekali oleh
kesekretariatan guna untuk mengetahui perkembangan dari setiap
cabang seperti perkembangan jama’ah dan lain-lain.49
2. Periode 2002-2012
Untuk periode 2002-2012 program kerja Persatuan Al-Ihsan masih
sama dengan periode sebelumnya karena kegiatan tersebut adalah kegiatan
tetap, tapi terdapat tambahan kegiatan dalam periode ini:
a. Bakti sosial
Dalam bakti sosial kini tidak hanya di lingkungan Demak
Timur tapi juga melakukan kerja bakti di kantor kesekretariatan pusat
49
dan makam keluarga besar Persatuan Al-Ihsan. Bakti sosial dilakukan
dalam satu minggu sekali pada hari minggu dimulai dari pagi jam
06.00-selesai.
b. Rapat anggota koperasi Persatuan Al-Ihsan
Rapat anggota koperasi ini diadakan selama satu tahun sekali
guna membicarakan perkembangan koperasi, mengelola dan
penanaman modal koperasi. Rapat ini diadakan di kantor pusat
Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur, dengan dihadiri para pengurus
dan anggota koperasi.
c. Penambahan koleksi perpus
Kegiatan penambahan koleksi perpus dilakukan untuk
menambah koleksi perpus, dengan memberitahu para jama’ah yang
ingin mendonasikan buku baru atau bekas di perpustakaan Persatuan
Al-Ihsan. Kegiatan ini dilakukan bebas sewaktu-waktu.50
3. Periode 2012-2016
Pada periode ini juga sama dengan periode sebelumnya, terdapat
tambahan kegiatan seperti:
a. Kegiatan silaturahmi UPW (Urusan Peranan Wanita)
Kegiatan silaturahmi kini juga diadakan bagi istri-istri jama’ah
Persatuan Al-Ihsan atau UPW (Urusan Peranan Wanita). Silaturahmi
ini diadakan selama satu bulan sekali yang diketuai oleh Farichah
dengan dihadiri para istri dari jama’ah organisis Persatuan Al-Ihsan.
50
Kegiatan silaturahmi UPW ini dengan mengadakan pengajian bertema
masalah rumah tangga dan seputar wanita. Siti Fatimah (45 tahun,
wakil UPW) menuturkan:
“UPW ini dibentuk pada tahun 2012 yang diketuai oleh ibu
Farichah. Sekarang dengan dibentuknya UPW ini bisa buat ajang silaturahmi dan belajar bagi para ibuk mbak. Biasanya ibuk-ibuk ini mengadakan kumpul-kumpul sekaligus pengajian dengan mendatangkan penceramah dari luar, kadang ya kalau pak Kiai Pamudji tidak sibuk beliau sendiri yang ngisi
pengajiannya.”51
b. Silaturahmi ke anggota yang terhalang
Silaturahmi ke anggota terhalang ini dilakukan dengan
mendatangi jama’ah yang tidak pernah hadir dalam perkumpulan atau
jama’ah yang terhalang bisa jadi sakit atau sudah tua.
c. Yaumut Tahrir
Yaumut Tahrir atau Pembebasan hutang adalah memberikan
bantuan untuk para jama’ah yang mempunyai banyak hutang, tapi ini
dilakukan dengan prosedur yang sangat ketat, diperuntukkan bagi
jama’ah yang benar-benar membutuhkan dan tidak mampu.Dana untuk
pembebasan hutang bagi jama’ah ini berasal dari kas organisasi
Persatuan Al-Ihsan.
Kegiatan tidak tetap organisasi Persatuan Al-Ihsan:
1. Peringatan 01 Muharam
Peringatan 01 Muharam adalah memperingati bulan pertama dalam
kalender Islam atau tahun baru Islam. Dimulai dengan membentuk panitia
51