• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

(Notoatmojo,2003)

b. Tingkat pengetahuan menurut Notoatmojo(2003), mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1) Tahu (Know),

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu dalam hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

(2)

bahwa orang tahu apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan serta menyatakan.

2) Memahami (Comprehension),

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,dan meramalkan terhadap obyek yang telah di pelajari.

3) Aplikasi (Application),

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis),

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mimisahkan, serta mengelompokkan.

(3)

5) Sintesis (Synthesis),

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation),

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) ,meliputi :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar remaja dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

(4)

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secra garis besar ada empat kategori perubahan; pertama ,perubahan ukuran ;kedua, perubahan proporsi; ketiga,hilangnya ciri-ciri lama; keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4) Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Adalah suatu keadaan yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan maka secara psikologis alan timbul kesan yang sangat

(5)

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Kebudayaan setiap daerah mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

d. Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005)

1) Cara coba-salah (Trial and Eror)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut berhasil, coba kemungkinana lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) and eror (gagal atau salah) atau metode coba-salah dan coba-coba.

(6)

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini di wariskan turu-temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahahuan. Prinsip ini adlah, orang lain menerima pendapat yang dikemukaan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berfikir manusia juga ikut berkembang. Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

(7)

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui deduksi dan induksi.

5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebuh sestematis, logis dan alamiah. Cara tersebut disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian.

2. Sikap

a. Pengertian

1) Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003)

2) Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau obyek dalam hal ini adalah kesehatan, termasuk penyakit. (Azwar, 2005)

b. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2005,p.24-27) terdapat tiga komponen yang menunjang sikap, meliputi :

1) Komponen Kognitif

Berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap.

(8)

Komponen afektif menyangkut emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

3) Komponen Perilaku

Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

c. Teori Sikap

Teori Sikap dibedakan atas 4 jenis, yaitu :

1) Belajar melakukan : proses sosial

2) Teori Keseimbangan

Model keseimbangan dari rasa suka, terdiri dari 2 susunan struktur yang tidak seimbang cenderung menjadi struktur yang seimbang melalui peribahan dalam satu unsur atau lebih.

3) Teori Ketidaksesuaian

Teori ketidaksesuaian akan berubah demi mempertahankan konsistensi dangan perilaku nyatanya.

4) Teori Atribusi

Orang bersikap dengan mempertimbangkan kognisi dan efeksi suatu konasi dan psikomotor didalam kesadaran remaja.

(9)

Berdasarkan konsepsi skematik Rosenberg dan hovland mengenai sikap (diadaptasi dari Fishbein dan Ajzen, 1975 h.340) dalam sikap manusia (Azwar, p.7). Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku atau konatif (respons berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing – masing klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya.

d. Ciri-ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan hidup dalam hubungan yang obyektif.

2) Sikap dapat berubah-ubah bila terdapat keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah sikap orang lain, sehingga sikap dapat dipelajari.

e. Faktor-faktor Pembentuk Sikap

Pembentukan sikap dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang ditentukan oleh (azwar,p.30-36):

1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulasi sosial, untuk dapat

(10)

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif ataukah negatif.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap remaja. Seseorang yang dianggap penting serta yang diharapkan persetujuannya bagi setiap tingkah laku, memberikan pendapat, tidak mengacewakan, orang yang berarti khusus serta banyak memberikan pengaruh.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah, kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan juga dapat memberikan pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

4) Pengaruh media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah. Media massa juga mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

(11)

massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

5) Pengaruh lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Pengaruh faktor emosional

Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang dilandasi oleh emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ketahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara yang akan segera berlalu begitu frustasi hilang.

7) Pengaruh lingkungan

Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individusebagai anggota masyarakat. (Azwar,2005)

f. Tingkatan sikap menurut Notoatmojo(2007), meliputi :

(12)

Menerima diartikan bahwa seseorang (obyek) dapat memperhatikan stimulus yang diberikan orang lain (subyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang tersebut dapat menerima ide dari orang lain.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi setiap tingkat. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu lainnya (tetangga dan saudaranya)untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

(13)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

3. Perilaku Berpacaran

a. Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekeraja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia.

1) Respondent respon atau reflexxive

Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting

(14)

Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis.

2) Operant respons atau instrumental respons

Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus maka perilaku dibedakan menjadi dua:

a) Perilaku tertutup (cover behaviour)

Respons seseorang trhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (cover). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert bahaviour atau unobservable

behaviour.

b) Perilaku Terbuka (overt bahaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk atau tindakan atau praktik (practice). (Notoatmodjo, 2007,p.86)

(15)

Sebagai studi empiris, peilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara langsung.

(2) Perilaku mengenal berbagai tindakan. Ada perilaku sederhana dan stereotip seperti binatang satu sel, ada juga perilaku kompleks seperti dalam perilaku sosial manusia.

(3) Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(4) Perilaku bisa disadari dan tidak bisa disadari.walau sebagian perilaku sehari-hari kita sadari, kadang-kadang kita bertanya pada diri sendiri mengapa kota berperilaku seperti itu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002)

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Dimasa lampau hal ini tidak dikenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga muncul hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses dimana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan diantara mereka

(16)

berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sungguhnya yaitu dengan cara menyalah gunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah saling merugikan, misalnya:

(a) Ganti-ganti pacar

(b)Saling mendewakan

Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. (Muhammad, 2006, p.78-79)

b. Gaya Berpacaran

Menurut iwan, dkk. (2009. P.64-66) Gaya berpacaran anak muda sekarang bervariasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya berpacaran yang sehat yaitu:

1) Sehat secara fisik

Pasangan yang memiliki rasa sayang berlebih terhadap kekasihnya justru dapat mengakibatkan hubungan tersebut tidak sehat. Karena terlalu sayang maka seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap pasangannya. Cemburu dalam arti yang berlebihan dapat bertindak

(17)

seperti, menampar, memukul, gaya pacaran seperti ini sudah dikatakan tidak sehat.

2) Sehat secara psikis

Hubungan tersebut tentu harus disepakati oleh kedua belah pihak tanpa ada pemasakaan kehendak satu sama lain sehingga dalam hubungan ini seseorang benar – benar bisa mendapatkan kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik, jangan sampai ada keterpaksaan dalam membangun hubungan.

3) Pacaran sehat secara sosial

Pacaran sehat secara sosial dapat diartikan bahwa sikap – sikap yang dilakukan dalam proses pacaran tersebut dapat dilihat masyarakat dengan baik.

4) Pacaran yang sehat secara seksual

Banyak remaja yang beranggapan bahwa untuk mengungkapkan rasa cinta dan rasa sayang harus dilakukan dengan aktivitas seksual. Biasanya aktivitas seksual ini dimulai dari hal kecil, tetapi semakin lama bisa melakukan perilaku yang berbahaya secara seksual. Kalangan remaja bisa menyebut gaya pacaran yang tidak sehat secara seksual ini dengan kissing, necking, petting, intercaurse atau disingkat dengan KNPI. Semua aktivitas

(18)

ini dapat menyebabkan masturbasi, karena adanya dorongan seksual pada saat berpacaran. (Iwan,dkk.2009,p 64-65)

c. Tipe Pacaran yang Tidak sehat

Ada 7 tipe pacaran yang tidak sehat yaitu :

1) Pacaran cenderung melewati tahap persahabatan dalam hubungan.

Banyak pasangan yang tidak melewati proses pertemuan tetapi bisa langsung jadian, dan ini sangat tidak etis untuk mengenal satu sama lain karena waktu yang sangat singkat.

2) Pacaran sering kali menyamakan dengan hubungan fisik (seksual)

Maksudnya adalah hubungan fisik tidak sama dengan cinta, memfokuskan diri pada fisik juga dosa. Kadang seseorang yang saling mencintai dapat berbuat apapun termasuk untuk membuktikan cintanya itu harus mau melakukan hubungan seksual.

3) Pacaran sering mengisolasi pasangan dari hubungan penting lainnya seperti pertemanan, keluarga.

Maksudnya adalah saat dimana dalam suatu hubungan dua orang dipersiapkan melanjutkan hubungan yang lebih lanjut harus saling mengenal antara teman dan juga keluarga

(19)

dari masing – masing pasangan, hal ini sangat wajar namun dapat menyebabkan suatu tekanan atau ketidak nyamanan ketika mengetahui bagaimana kriteria yang mereka inginkan.

4) Pacaran dapat mengalihkan perhatian dari tanggung jawab utama yaitu mempersiapkan masa depan.

Banyak orang yang ketika berpacaran dapat melupakan apa yang menjadi impian dan tanggung jawabnya. Dan banyak yang melakukan perilaku seksual, hal ini dapat merusak impian dan cita – cita yang diinginkan.

5) Pacaran dapat menyebabkan perasaan tidak puas terhadap Karunia Tuhan.

Berpacaran yang hanya bertujuan untuk bersenang – senang akan menyebabkan perasaan tidak puas dan selalu kurang.

6) Pacaran dapat menciptakan lingkungan palsu

Dalam pacaran juga dapat menciptakan suasana yang palsu, yaitu seorang laki – laki ingin terlihat baik, sayang dan perhatian meski sebenarnya itu bukan sifat aslinya, karena hanya ingin mendapat simpati dari pasangan maka seseorang melakukan hal itu dan sebaliknya.

(20)

7) Pacaran sering kali menjadi tujuan akhir

Ketika seseorang menjalin hubungan pacaran yang cukup lama dalam waktu bertahun – tahun, maka remaja akan berfikir untuk melanjutkan hubungan ke pernikahan walaupun hubungan itu sudah tidak sesuai yang diinginkan. Karena merasa malu atas lamanya hubungan itu maka terpaksalah untuk melanjutkan hubungan pernikahan.

d. Macam Perilaku Pacaran

Macam – macam Perilaku Pacaran Menurut (Inggrit,2001)

1) Berfantasi

Perilaku ini merupakan perilaku pacaran yang dilakukan dengan membahayakan atau berimajinasi aktifitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Aktifitas seksual ini bisa berlanjut kedalam kegiatan berikutnya seperti, masturbasi, berciuman, dan aktifitas lainnya, apabila aktifitas ini dibiarkan terlalu lama maka dapat mengganggu aktifitas yang lebih penting.

2) Bergandengan tangan

Aktifitas ini memang tidak terlaku menimbulkan rangsangan yang kuat, namun biasanya muncul kegiatan untuk mencoba aktifitas seksual lainnya.

(21)

3) Meraba

Kegiatan meraba ini biasanya dilakukan pada daerah yang sensitif seperti, payudara, leher, paha atas, alat kelamin dan pantat. Perilaku ini berakibat dapat menimbulkan rangsangan seksual (hingga melemahkan pikiran dan akal sehat), akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual lainnya dan dapat menyebabkan ketagihan.

4) Ciuman kening

Yaitu aktifitas berupa sentuhan pipi, pipi dengan bibir. Perilaku ini mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang dan bisa menimbulkan kegiatan untuk melakukan bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati. Sedangkan ciuman basah adalah aktifitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir. Perilaku ini dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan membangkitkan dorongan seksual hingga tak terkendali.

5) Petting

petting merupakan keseluruhan aktifitas non intercouse yaitu menempelkan alat kelamin. Perilaku ini bisa

menimbulkan ketagihan dan rasa nikmat bagi si pelakunya.

(22)

Kegiatan ini bisa dilakukan bersama atau sendiri, dengan adanya kedekatan suatu hubungan dan aktifitas yang mendukung seseorang untuk melakukan tindakan dengan cara merangsang alat kelamin demi mendapatkan kesenangan atau kenikmatan seksual.

7) Intercouse

Yaitu aktifitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki – laki dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang paling membahayakan dan merugikan bagi pelakunya.

e. Dampak Negatif dari Berpacaran

Menurut Iwan,dkk.2009,p 66 meliputi :

1) Mudah terjerumus dalam

Perzinahan

Beberapa pelaku pacaran seringkali menyangkal tentang hal ini, tetapi bagaimanapun fenomena hubungan seksual pranikah itu sudah jelas dan nyata adanya.

2) Melemahkan Iman

Remaja yang berpacaran cenderung meletakkan rasa cinta diatas segalanya bahkan mengalahkan rasa cinta kepada Tuhan TME sang pencipta.

(23)

3) Menjadikan Banyak Angan – angan

Remaja yang sedang jatuh cinta atau pacaran seringkali terikat dengan lawan jenis yang dicintainya. Serta memikirkan apa yang akan dilakukan saat bertemu nanti, tentang apa yang akan diberikan saat itu, tentang kata – kata yang akan diucapkan dan masih banyak lagi.

4) Mengurangi Produktivitas

Jika tidak pacaran siswa – siswi tentu bisa melakukan aktivitas lain yang lebih produktif, misalnya membuat karya seni, menulis, mengerjakan PR. Namun seringkali produktifitasnya turun lantaran berpacaran.

5) Menjadikan Boros

Remaja yang berpacaran akan selalu berkorban untuk lawan jenis yang di cintainya. Bahkan uang yang seharusnya ditabung bisa untuk bersenang – senang.

6) Menyebabkan

Terlambatnya studi

Banyak fakta yang menyebutkan bahwa menurunnya presentasi kelulusan para pelajar dan pacaran, karena mereka jarang belajar, jalan–jalan dan bersenang – senang.

(24)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Faktor predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Sosial Budaya 5. Faktor Demografi Faktor pendukung Sarana dan prasarana

Faktor pendorong

Sikap dan perilaku petugas kesehatan

(25)

Sumber : Modifikasi Lawrence W. Green (1980) dalam Notoatmodjo, tahun 2007, p.178.

C. Kerangka Konsep

Variable bebas Variable terikat

Gambar 2.2

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan antara 2 variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2003). Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengetahuan perilaku berpacaran

pada siswa – siswi kelas IX di SMP N 31 Semarang

Sikap siswa – siswi kelas IX tentang perilaku berpacaran di SMP N 31 Semarang

(26)

Tentang Perilaku Berpacaran Pada Siswa – Siswi Kelas IX di SMP N 31 Semarang.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa, saya bersedia/tidak bersedia* untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul “ Hubungan Tugas Keluarga Denga

• Sebelum proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dimulai, paket pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan dengan menggunakan kontrak tahun jamak, harus sudah mendapatkan

Jika beberapa referensi menambahkan nada ilmiah ke bagian "pernyataan masalah", mana yang artikel, studi keterlibatan orang tua atau ibu kepercayaan dalam

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa volatilitas laba memberikan pengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil

Usaha Pembudidayaan lkan yang dilakukan di Tambak atau di Kolam di. atas tanah yang menurut kelentuan peraturan perundang-undangan

untuk merespon hal ni saya membayangkan suatu bangunan yang cukup monumental dan tampil sebagai resolusi atau sebagai penyeimbang terhadap hijau yang masif ini, jadi dalam berjalan

Sebutan yang dikenal dengan perjanjian antara kaum Muslimin dengan kaum non muslim, yang mana setiap orang dijamin keamanannya dan kebebasan dalam beragama

Kehidupan Boarding School yang lebih modern yaitu sistem pendidikan yang menggabungkan ilmu pendidikan umum dan ilmu agama Islam serta mewajibkan para siswa untuk