• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS DATA. Sejak dahulu orang China mulai merantau ke daerah-daerah di luar negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS DATA. Sejak dahulu orang China mulai merantau ke daerah-daerah di luar negara"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3 ANALISIS DATA

3.1 Sejarah China Peranakan di Indonesia

Sejak dahulu orang China mulai merantau ke daerah-daerah di luar negara asalnya. Salah satunya dengan kedatangan orang China di Indonesia yang tercatat sejak beratus-ratus tahun yang lalu, yaitu sejak pedagang-pedagang China mengunjungi pulau Jawa dengan tujuan utama berdagang. Hubungan antara China dengan Indonesia telah ada sejak awal Masehi. Adanya penemuan benda-benda keramik di Jawa Barat, Banten Utara, dan Sumatera Selatan yang berasal dari Jaman Dinasti Han (汉朝) (206SM-220M) sekitar abad pertama Masehi membuktikan terjadinya perdagangan keramik antara China dan Indonesia. Benda-benda yang dianggap mempunyai fungsi sakral, antara lain mangkuk, bejana, piring untuk sesajen dan sebagainya.

Pada abad ke 7 yaitu pada tahun 414 M, orang China yang datang ke Indonesia adalah Fa Xian. Fa Xian merupakan seorang Biksu Buddha yang dalam perjalanan pulang dari India ke China setelah berlayar selama 90 hari melalui rute laut. Ketika itu kapalnya terhanyut dan singgah di Yapoti (Jawa), kemudian ia merantau selama lima bulan di Yapoti.

Selain itu, sejumlah benda prasejarah yang ditemukan di Indonesia menunjukkan terjadinya interaksi bangsa China dengan Nusantara. Berbagai kapak batu Jaman Neolithikum yang ditemukan memiliki persamaan dengan kapak batu giok atau

(2)

zamrud yang ditemukan di China dan berasal dari jaman yang sama. Temuan-temuan itu menunjukkan bahwa hubungan lalu lintas pelayaran antara orang China dari China dengan Nusantara telah berlangsung sejak jaman dahulu.

Akhir abad 9 yaitu dinasti Tang (唐朝) sejumlah imigran China datang ke Indonesia dengan tujuan utama berdagang dan menetap di Indonesia yaitu Pulau Jawa. Tempat tinggal mereka umumnya di Pantai Tuban, Surabaya dan Gresik. Hal ini dapat dimengerti mengingat pelabuhan-pelabuhan besar di Pulau Jawa baik untuk berdagang ataupun untuk bertempat tinggal, semuanya terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang menghadap ke Laut China Selatan. Sedangkan orang-orang China yang datang ke Sumatera dan Kalimantan sebagian besar adalah petani dan buruh. Orang China hidup dengan berdagang, bertani dan menjadi buruh, mereka umumnya yang datang hanya lelaki dan tidak membawa keluarganya dari China. Mereka menikahi perempuan lokal untuk dijadikan istri karena pada jaman itu ada aturan perempuan dilarang pergi ke luar China. Sejak itu muncullah sebuah ras campuran baru, yaitu golongan peranakan atau keturunan China. Kebudayaan golongan peranakan bukan kebudayaan China dan juga bukan kebudayaan asli. Anak-anak mereka, dibesarkan oleh ibu bangsa pribumi, dengan segera mereka kehilangan Bahasa Mandarin dan berbicara dengan bahasa lokal. Namun, mereka masih memelihara identitas sebagai orang China. China peranakan bersama penduduk setempat, dari generasi ke generasi hidup rukun damai. Hal ini merupakan jembatan penting bagi Indonesia dengan China untuk saling berhubungan, antara lain bidang ekonomi, kebudayaan, dan hubungan politik luar negeri.

(3)

Dalam waktu yang panjang ini hubungan antara ekonomi dan masyarakat setempat tidak boleh kurang satu sama lain karena komposisi yang bermanfaat di bidang ekonomi yang tidak boleh dihilangkan kegunaan positifnya bagi perkembangan dan ekonomi yang makmur.

Dari data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Dinasti Han (汉朝) kuno dapat dijadikan sebagai prolog dari sejarah China peranakan. Dinasti Tang (唐朝) dijadikan sebagai awal sejarah dari sejarah China peranakan. Sampai Dinasti Song (宋朝) terutama Nan Song (南宋) (abad 12-13) menjadi permulaan dari China peranakan. Pada akhir dinasti Yuan (元) dan awal dinasti Ming (明) (pertengahan abad 14 sampai awal abad 15), perantau China sudah cukup makmur.《印尼华侨史》(古代至 1949 年)、李 学民、广东高等教育出版史、2005 年 1 月版第 1 页)

Akhir abad ke 19, Indonesia didatangi oleh para pendatang baru dari China yang membawa anak dan istri mereka tapi tak bergaul dengan masyarakat peranakan China yang telah mengalami Indonesiasi. Mereka itulah yang dinamakan golongan totok atau China “berdarah murni”. Para pendatang baru ini, tetap mempertahankan bahasa dan kemampuan membaca dan menulis mereka.

Para imigran China yang datang ke Indonesia hampir seluruhnya berasal dari propinsi Fu jian ( 福 建 ) dan Guang dong ( 广 东 ). Setiap imigran yang datang masing-masing membawa ciri kebudayaan khas daerah aslinya. Berdasarkan ciri linguistik, golongan sub-etnis tersebut dibedakan menjadi golongan bahasa Hokkian (Fu jian 福建 ), Hakka (Ke jia 客家), Kanton (Guang Zhou 广州) dan sebagainya. Antara

(4)

bahasa Hokkian (Fu jian 福建), Hakka (Ke jia 客家), Kanton (Guang Zhou 广州) dan sebagainya terdapat perbedaan yang cukup besar sehingga orang yang dapat berbicara salah satu bahasa ini hampir saling tidak dapat mengerti satu sama lain. (Hari Poerwanto, Orang China Khek dari Singkawang, 2005)

3.2 Perkembangan Sekolah Berbahasa Pengantar China Setelah Indonesia Merdeka

Pada 17 Maret 1900, di Jakarta dibentuk sebuah organisasi Tiong Hoa Hwee Koan atau THHK (yang artinya perkumpulan orang China di Perantauan). Mula-mula THHK lebih bersifat sebagai organisasi “keagamaan”, setahun setelah didirikan organisasi ini mengusahakan kegiatan bidang pendidikan. Tujuan didirikan sekolah THHK adalah menyatukan orang-orang China peranakan, memupuk kebudayaan dan Bahasa China. Sekolah THHK tersebut kurikulumnya disamakan dengan sekolah-sekolah di China, para guru dan pengawas pendidikan pun didatangkan dari China. Bahasa Mandarin diajarkan secara khusus sebagai mata pelajaran. Sekitar tahun 1926, orang-orang China mulai mendirikan sekolah-sekolah sendiri karena tidak puas dengan pendidikan yang diberikan sekolah THHK. Pada tahun 1932 diadakan survei oleh Tian sheng ri bao yang menunjukkan banyak dari sekolah-sekolah yang terdapat di Indonesia tidak memakai nama THHK. THHK merupakan sekolah berbahasa pengantar Mandarin yang pertama di Indonesia.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, jumlah sekolah-sekolah China yang ada di Indonesia meningkat pesat. Sebelum

(5)

Desember 1949, Indonesia masih terbagi atas daerah federal (yang dikuasai Belanda) dan daerah republik. Belanda mendorong berdirinya sekolah-sekolah berbahasa China. Perubahan kebijaksanaan Belanda terhadap pendidikan orang China didorong oleh harapan mendapatkan dukungan orang China untuk membangun kembali kekuatan Belanda di Indonesia. Pada bulan Oktober 1947, dikeluarkan peraturan pemberian bantuan kepada sekolah-sekolah yang berbahasa China, tetapi disebutkan secara khusus bahwa sekolah yang menerima bantuan harus memberi pelajaran Bahasa Indonesia 6 jam seminggu mulai dari kelas 3 sekolah dasar. Menteri Pendidikan juga memberikan ijazah kepada guru sekolah berbahasa China, dan memperbolehkan diajarkannya Bahasa China di sekolah-sekolah negeri atau bersubsidi yang mayoritas siswanya etnik China.

Dengan penyerahan kedaulatan kepada orang-orang Indonesia pada bulan Desember 1949, seluruh wilayah Hindia timur Belanda, kecuali Irian Barat (kini Irian Jaya), masuk dibawah kekuasaan pemerintah Indonesia. Sekolah-sekolah Belanda ditutup dan anak-anak China peranakan yang berada di sekolah-sekolah berbahasa pengantar Bahasa Belanda melanjutkan pendidikannya di sekolah-sekolah berbahasa pengantar Bahasa Indonesia yang dikelola oleh kelompok-kelompok swasta ataupun oleh pemerintah.

Pada tahun 1950, terdapat 50.000 siswa China di sekolah-sekolah Indonesia. Namun demikian, siswa-siswa sekolah berbahasa pengantar Bahasa China berjumlah lebih besar. Di tahun yang sama, sekitar 250.000 siswa China terdaftar pada sekolah berbahasa pengantar Bahasa China dan dari jumlah ini sekitar 150.000 adalah warga

(6)

negara Indonesia

Meningkatnya jumlah siswa-siswa sekolah berbahasa pengantar Bahasa China segera setelah kemerdekaan Indonesia yang cukup pesat dapat dijelaskan dalam kaitan dengan berbagai faktor. Selain ditutupnya sekolah-sekolah Belanda dan terbatasnya jumlah sekolah-sekolah Indonesia yang kurang mencukupi untuk China peranakan yang jumlahnya bertambah setelah perang, juga karena terdapat kekurangan kepercayaan orang China terhadap sekolah-sekolah Indonesia yang baru dibuka. Disamping itu munculnya Republik Rakyat China memperkuat rasa nasionalis mereka.

Pada tahun 1950, pemerintah Indonesia menghentikan subsidi terhadap sekolah-sekolah berbahasa pengantar Bahasa China, namun China peranakan masih diperbolehkan bersekolah disana. Pada tahun 1952, pemerintah mulai menjalankan sedikit pengawasan terhadap semua sekolah-sekolah ini. Semua sekolah berbahasa pengantar Bahasa China harus didaftarkan pada Kementerian Pendidikan dan Bahasa Indonesia harus diajarkan mulai dari kelas tiga sekolah dasar setidaknya empat jam seminggu, akan tetapi pemerintah tidak mengawasi dengan sungguh-sungguh mengenai buku-buku pelajaran, guru sekolah atau siswa sekolah yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa China. Kebijakan Pemerintah Indonesia selama tahun 1950-1957 merupakan kelanjutan kebijakan Belanda.

Pemerintah Indonesia mulai menjalankan pengawasan yang lebih ketat terhadap sekolah-sekolah berbahasa China pada tahun 1957. Pada tanggal 6 November 1957, sebuah peraturan dikeluarkan oleh Djuanda sebagai Menteri Pertahanan yang

(7)

menggariskan bahwa warga negara Indonesia dilarang masuk ke sekolah sekolah China, sedangkan guru di sekolah-sekolah berbahasa pengantar Bahasa China dan sekolah-sekolah itu sendiri diwajibkan memperoleh izin baru dari Menteri Pendidikan. Di Indonesia tidak boleh didirikan sekolah-sekolah baru. Semua buku pelajaran yang digunakan di sekolah berbahasa pengantar Bahasa China harus disetujui oleh Menteri Pendidikan.

Pada tanggal 20 November, Menteri Pendidikan mengeluarkan sebuah lampiran yang memberikan penegasan tentang butir-butir tersebut diatas dan memberikan garis besar tentang bagaimana hal tersebut harus dilaksanakan. Peraturan tanggal 6 November 1957 ini membawa dampak yang besar terhadap masyarakat China di Indonesia. Hal ini secara drastis mengurangi jumlah sekolah China dan memperkenalkan pengawasan yang jauh lebih ketat untuk mencegah anak China peranakan untuk dinasionaliskan oleh sekolah-sekolah berbahasa China, serta memisahkan mereka dari China totok.

Pada bulan Oktober 1965 terjadi pergolakan yang terbesar dalam sejarah Indonesia modern (terkenal dengan kudeta tahun 1965). Keresahan yang ditimbulkan mengakibatkan dibubarkannya Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi sayap kiri lainnya, termasuk Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia). Pemerintah Indonesia yang baru menuduh China mendukung PKI dan terlibat dalam kudeta yang gagal itu. Pada masa itu semua organisasi China yang berkaitan dengan Peking dinyatakan ilegal dan tak lama setelah itu pada tanggal 6 Juli 1966 Menteri

(8)

Pendidikan mengeluarkan surat keputusan menutup semua sekolah berbahasa pengantar Bahasa China termasuk sekolah-sekolah Baperki, seperti Ureca yang disponsori oleh Baperki diawasi dan akhirnya diambil alih oleh pemerintah. (Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, 1984)

Tahun 1967 dikeluarkan undang-undang No.37 tentang kebijaksanaan perantauan warga negara asing di bidang pendidikan, antara lain pasal 7 menetapkan kecuali sekolah-sekolah kedutaan untuk keperluan keluarga dari korps diplomatik dan konsuler, tidak diperkenankan adanya sekolah-sekolah asing; pasal 8 menetapkan anak-anak warga negara asing yang menjadi penduduk Indonesia dianjurkan menjadi murid sekolah-sekolah nasional, baik yang negeri maupun yang swasta; pasal 9 menetapkan di setiap sekolah nasional yang memiliki murid-murid warga negara asing, jumlah murid warga negara Indonesia secara keseluruhan maupun di setiap kelas harus lebih banyak daripada jumlah murid-murid warga negara asing. Sampai tahun 1967 di seluruh Indonesia sudah tidak ada sekolah yang diselenggarakan oleh rakyat setempat yang mempunyai mata pelajaran Bahasa Mandarin.

Melaksanakan kebijakan utama diatas adalah timbul dari diperlukannya kebijakan untuk berasimilasi. Nampaknya pemerintah mengetahui bahwa kunci utama bagi China peranakan untuk saling berasimilasi adalah kebudayaan China pada China peranakan yang sudah mendarah daging, sedangkan pendidikan Bahasa Mandarin merupakan salah satu hal yang penting. Oleh karena itu, untuk memutuskan hubungan China peranakan dengan kebudayaannya harus membuat generasi selanjutnya tidak

(9)

menguasai Bahasa Mandarin. Menutup sekolah berbahasa pengantar Mandarin merupakan situasi yang harus dilaksanakan. Selain itu para pemimpin di Indonesia mengira Bahasa Mandarin adalah bahasa China peranakan yang harus dicegah untuk merambat ke pemikiran masyarakat.

Kenyataan diatas dimulai sejak Maret 1966 berlangsung, setiap pemerintah daerah menindak sekolah China peranakan dan didirikannya sekolah untuk China peranakan. Sampai tahun 1967 seluruh Indonesia tidak ada satu sekolah negeri yang mempunyai mata pelajaran Bahasa Mandarin.

Anak-anak China peranakan tidak diberikan pendidikan selama kira-kira dua tahun. Pada awal tahun 1968 pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang dikenal dengan Peraturan Presiden No. B12/Pres./I/1968, yang mengizinkan didirikannya sekolah-sekolah yang disponsori oleh kelompok-kelompok swasta di dalam China peranakan. Sekolah untuk China peranakan itu dinamakan Sekolah Nasional Proyek Chusus (SNPC) yang berdiri tahun 1969. Sekolah SNPC yang pertama ini adalah SNPC Bhinneka Tunggal Ika dan SNPC Djaja Sakti. Kedua sekolah ini terdapat di Jakarta dan didirikan oleh orang orang China yang mempunyai hubungan dengan Taiwan.

Sekolah-sekolah ini di bawah pengawasan langsung Kementerian Pendidikan dan sekolah itu dinyatakan terbuka untuk orang asing dan warga negara Indonesia, tetapi siswa asing tidak boleh melebihi 40% dari jumlah seluruh siswa yang terdaftar. Kurikulumnya sama dengan sekolah negeri biasa dan bahasa pengantarnya adalah

(10)

Bahasa Indonesia. Guru dan kepala sekolah dari sekolah itu harus warga negara Indonesia yang disetujui oleh Kementerian Pendidikan. Keistimewaan sekolah-sekolah itu adalah ada Bahasa China sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan beberapa jam seminggu, tetapi nilai yang buruk untuk mata pelajaran itu tidak mempengaruhi kenaikkan kelas.

Jumlah sekolah SNPC terus berkembang dalam tahun-tahun berikutnya, sebab sekolah-sekolah SNPC merupakan satu-satunya sekolah di mana anak-anak China asing dapat dengan mudah diterima. Menjelang akhir tahun 1973 jumlah sekolah SNPC di Sumatera terdapat sebanyak 35 sekolah. Perkembangan SNPC-SNPC ini mengkhawatirkan penguasa setempat, mereka menyatakan bahwa SNPC-SNPC di Sumatera telah menggunakan Bahasa China sebagai bahasa pengantar pengajaran dan karenanya melanggar peraturan pemerintah. Pada Bulan Maret 1974, semua SNPC di Sumatera ditutup dan diambil alih oleh penguasa setempat. Tahun 1975 sekolah-sekolah itu kemudian diubah menjadi sekolah Indonesia biasa. Pada tahun yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri mengeluarkan peraturan menghapuskan SNPC dan menyatakan bahwa periode transisi bagi anak-anak China peranakan sudah selesai. SNPC-SNPC ini semuanya diubah menjadi sekolah nasional swasta. (Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, 1988)

Sejak era Orde Baru, anak-anak China peranakan kehilangan hak dan kesempatan untuk mendapatkan mata pelajaran Bahasa Mandarin. Oleh karena itu beberapa kepala keluarga China diam-diam tetap melaksanakan kegiatan untuk

(11)

mempelajari Bahasa Mandarin dengan memanggil guru Bahasa Mandarin untuk mengajar anaknya di rumah, dan merupakan persiapan anak-anak mereka bila ingin melanjutkan pendidikan di Singapura, Hongkong atau Taiwan. (《印尼华侨史》(1950 至 2004 年)、黄昆章、广东高等教育出版史、2005 年 1 月版第 1 页)

3.3 Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Perkembangan Bahasa Mandarin di Indonesia

Dalam perkembangannya di Indonesia, China peranakan khususnya sejak orde baru dilarang berekspresi. Pemerintahan orde baru membatasi segala ihwal yang berbau dengan China, sehingga hal ini mempengaruhi perkembangan Bahasa Mandarin yang menjadi terhambat khususnya sejak orde baru sampai era reformasi.

Faktor-faktor yang membatasi segala ihwal yang berbau China adalah dengan dikeluarkannya enam keputusan ataupun Instruksi Presiden.

Pertama, keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI tanggal 6 Juli 1966 tentang penutupan semua sekolah berbahasa pengantar China. Akibat dikeluarkannya keputusan ini, semua sekolah maupun kursus-kursus berbahasa pengantar China terpaksa dibubarkan.

Kedua, Keputusan Presidium Kabinet Nomor 127/U/KEP/12/1966 tanggal 27 Desember 1966 tentang peraturan ganti nama bagi warga Negara Indonesia yang memakai nama China.

Ketiga, Surat Edaran Presidium Kabinet RI Nomor SE-06/PresKab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 tentang larangan pemakaian istilah tentang penggantian istilah

(12)

Tiongkok dan Tionghoa menjadi China

Keempat, Instruksi Presidium Kabinet Nomor 37/U/IN/6/1967 khususnya Pasal 7, 8 dan 9 yang mengatur tentang tempat-tempat yang disediakan untuk anak-anak warga negara asing China di sekolah-sekolah nasional adalah sebanyak 40% dan dalam setiap kelas jumlah murid warga negara Indonesia harus lebih banyak daripada murid-murid warga negara asing China.

Kelima, Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tanggal 6 Desember 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat-istiadat China, berisi larangan bagi etnik China di Indonesia melaksanakan tata cara ibadat dan adat istiadat di depan umum.

Keenam, Surat Edaran Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Nomor 02/SE/Ditjen/PP6/K/1988 mengenai larangan penerbitan dan percetakan tulisan atau iklan beraksara dan berbahasa China

Dengan dikeluarkannya keenam keputusan ataupun Instruksi Presiden ini, membuat masyarakat Indonesia menjadi terhambat perkembangannya di bidang pendidikan ataupun melaksanakan tata cara ibadat dan adat istiadat khususnya pada China peranakan. Hal ini membuat China peranakan tidak dapat dengan bebas menerima pendidikan Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah, tidak dapat berbicara Bahasa Mandarin dan melaksanakan hari raya besar Imlek.

Dilarangnya pendidikan Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah dan kebebasan berbicara Bahasa Mandarin saat itu membuat sebagian besar China peranakan tidak dapat menulis Han zi (汉字) ataupun berbicara Bahasa Mandarin di depan umum dan

(13)

hanya dapat berbicara di rumah saja secara sembunyi-sembunyi. Hal ini berdampak pada saat ini yang membuat sebagian besar China peranakan tidak dapat berbicara Bahasa Mandarin dan menulis Han zi (汉字).

Dilarangnya pelaksanaan hari raya besar Imlek membuat China peranakan menjadi tidak dapat merayakan dengan bebas hari raya Imlek yang hanya satu tahun sekali. Hal ini membuat China peranakan hanya dapat merayakannya secara sembunyi-sembunyi

Mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai awal dari era reformasi. Era reformasi diawali dengan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau sering disebut Gus Dur. Seiring dengan era reformasi, China peranakan mulai merasakan kebebasan baik dalam hal memilih atau mendirikan partai, kebebasan menerima pendidikan Bahasa Mandarin dan kebebasan dalam melaksanakan tata cara ibadat dan adat istiadat di depan umum.

Faktor-faktor yang mendukung perkembangan Bahasa Mandarin sejak era reformasi adalah dengan dikeluarkannya tiga keputusan ataupun Instruksi Presiden.

Pertama, Instruksi Presiden 4/1999 yang berisi tentang penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia (SBKRI) dan izin pelajaran bahasa Mandarin.

Kedua, Keputusan Presiden Nomor 6/2000 tanggal 17 Januari tahun 2000 yang berisi pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China, sehingga China peranakan diperbolehkan kembali untuk melaksanakan kepercayaan dan adat istiadatnya di depan umum.

(14)

Ketiga, Keputusan Menteri Agama Nomor 13/2001 yang menetapkan hari raya dan tahun baru Imlek sebagai hari libur fakultatif dan membolehkan libur bagi pelajar dan pegawai China peranakan yang sedang merayakan Imlek.

Bagi sebagian China peranakan, Keputusan Presiden ini seolah-olah menjadi titik balik yang menentukan bagi kembalinya hak-hak budaya China peranakan. Seperti diperbolehkannya kembali masyarakat Indonesia menerima pendidikan Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah, bebas berbicara Bahasa Mandarin di depan umum dan bebas merayakan hari raya Imlek dengan menggunakan barongsai ataupun pendukung perayaan Imlek lainnya. Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden sejak era reformasi, menyebabkan banyak dibukanya kursus-kursus dan sekolah-sekolah yang terdapat Bahasa Mandarin.

3.4 Perkembangan Bahasa Mandarin Sejak Era Reformasi dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Indonesia

Perkembangan Bahasa Mandarin terhambat ketika era orde baru. Pada saat itu pemerintah mengeluarkan keputusan ataupun instruksi yang membatasi kebebasan berekspresi terhadap China peranakan. Hal ini membuat China peranakan kehilangan kebebasannya karena pemerintah melarang segala sesuatu hal yang berbau China, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan. Keputusan ataupun instruksi ini membuat perkembangan Indonesia di bidang perekonomian menjadi terhambat karena untuk bersaing di tingkat Asia harus memperhatikan kekuatan China yang menguasai

(15)

perdagangan di Asia. Kunci utama dalam berbisnis adalah komunikasi. Kelancaran komunikasi akan membawa kelancaran dalam bisnis dan itu hanya dapat dicapai jika mempunyai persamaan dalam hal bahasa sehingga dapat berkomunikasi secara langsung tanpa membutuhkan bantuan dari penerjemah atau orang lain.

Pemerintah Indonesia berangsur-angsur memperlonggar kebijakan terhadap Bahasa Mandarin. Tanggal 6 Agustus 1990, Presiden Soeharto memperbaiki hubungan diplomatik antara RI dengan China. Bulan Agustus 1994, Departemen Pariwisata memperbolehkan membuka kursus Bahasa Mandarin. Bulan Mei 1995, China peranakan diperbolehkan untuk membuka pusat bimbingan Bahasa Mandarin ataupun mengikuti kursus Bahasa Mandarin.

Keadaan ini berlanjut terus menerus hingga saat ini. Seiring dengan perkembangan bidang pariwisata di Indonesia, wisatawan yang datang ke Indonesia semakin lama semakin bertambah dan sebagian besar berasal dari negara dan tempat yang populer dengan Bahasa Mandarin seperti China daratan, Taiwan, Hongkong dan lain-lain. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak orang yang mempunyai kemampuan berbahasa Mandarin.

Selain itu perusahaan investor China semakin lama semakin bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena China bersama Indonesia mempunyai kerja sama di bidang bisnis. Hubungan pegawai kedua negara ini semakin lama semakin bertambah erat karena mereka harus saling berkunjung antar negara untuk kelangsungan bisnis kedua negara. Karena itu banyak dibutuhkan pegawai dari Indonesia yang dapat

(16)

berbahasa Mandarin ataupun orang Indonesia yang dapat menjadi penerjemah, demi kelancaran bisnis kedua negara. Sejak tahun 1975 Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia telah lenyap. Hal ini menyebabkan masyarakat di Indonesia hanya sedikit yang memiliki kemampuan berbahasa Mandarin sehingga mempengaruhi perkembangan setiap usaha di Indonesia.

Walau pendidikan Bahasa Mandarin juga masih berada dalam ruang lingkup pemulihan, akan tetapi hal ini sangat berbeda dengan 30 tahun yang lalu, sehingga sangat sulit untuk memperbandingkan kedua periode ini karena sifatnya yang berbeda

sama sekali.(《印尼华侨史》(1950 至 2004 年)、黄昆章、广东高等教育出版史、2005

年 1 月版第 1 页)

Perbaikan hubungan kedua negara antara Indonesia dengan China terus menerus berlangsung bahkan semakin lancar semenjak Indonesia memasuki orde reformasi. Di era reformasi, baik RI maupun China tampaknya punya keinginan serius untuk membangun kemitraan strategis melalui kerja sama saling menguntungkan di segala bidang. Kunjungan kenegaraan Presiden Abdurrahman Wahid ke China tanggal 1-3 Desember 1999, serta kunjungan kerja Perdana Menteri Zhu Rong Ji ke Indonesia tanggal 7-10 November 2001 mengisyaratkan keseriusan pemerintah RI dan China membangun kemitraan yang strategis. Pemerintah RI dan China sepakat menjalin kerja sama di bidang teknik, teknologi, sosial budaya, ekonomi perdagangan dan investasi. Selain itu, kedua negara juga melakukan kerja sama dalam bidang pertanian, perikanan, serta luar negeri terutama menyangkut isu-isu politik keamanan dan hak asasi manusia

(17)

(HAM).

Pada tahun 2002, kerja sama di bidang sosial budaya dan pendidikan antara RI dan China terealisasi dengan dibukanya kursus-kursus Bahasa Mandarin ataupun pendirian pusat kajian atau penelitian kebudayaan dan Bahasa Mandarin di Indonesia.

Perkembangan Bahasa Mandarin di Indonesia disebabkan oleh perkembangan ekonomi China yang sangat pesat dan penyebaran penduduk etnis China di seluruh dunia cukup banyak seperti di Asia, Eropa, atau Afrika. Seiring dengan penyebaran penduduk di wilayah itu, Bahasa Mandarin juga mengalami perkembangan dengan menjadi salah satu bahasa resmi di PBB.

Pengaruh dari perkembangan Bahasa Mandarin yang sangat pesat terhadap masyarakat di Indonesia saat ini adalah ditandai dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang beramai-ramai membuka kursus, memasukkan Bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran ataupun ekstrakurikuler di sekolah, dibukanya jurusan Bahasa Mandarin di berbagai universitas di Indonesia, banyak investor asing yang menggunakan Bahasa Mandarin sebagai bahasa utama di negaranya membuka perusahaan di Indonesia dan sebagainya.

Tujuan masyarakat Indonesia belajar Bahasa Mandarin adalah karena Bahasa Mandarin sangat bermanfaat bagi mereka untuk menghadapi era globalisasi sehingga memudahkan masyarakat untuk mencari pekerjaan ataupun untuk berbisnis dengan negara-negara yang menggunakan Bahasa Mandarin seperti China, Taiwan dan Singapura.

(18)

Kini Bahasa Mandarin di Indonesia juga terdapat ujian HSK (Hanyu Shuiping Kaoshi 汉 语 水 平 考 试 ) yang terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu dasar, menengah dan atas. Di Indonesia ujian ini mulai diselenggarakan pada tahun 2001. Pengujian kecakapan Bahasa Mandarin dirasa perlu agar penguasaannya di Indonesia tidak tertinggal oleh negara-negara lainnya, terutama di negara tetangga. Saat ini Bahasa Mandarin menjadi salah satu bahasa internasional yang mau tak mau harus dikuasai oleh masyarakat Indonesia agar dapat mengikuti perkembangan globalisasi.

Sejalan dengan perkembangan Bahasa Mandarin banyak usaha di Indonesia menjadi berkembang seperti koran berbahasa Mandarin berkembang pesat, Metro TV menghadirkan program berita Bahasa Mandarin, adanya radio yang menggunakan Bahasa Mandarin dan banyaknya diputar film-film dan lagu berbahasa Mandarin di televisi.

Selain itu, perkembangan Bahasa Mandarin yang sangat pesat juga mempengaruhi pendidikan di sekolah-sekolah, khususnya di daerah Jelambar. Oleh sebab itu pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perkembangan Bahasa Mandarin di daerah Jelambar.

3.5 Perkembangan Bahasa Mandarin di Sekolah-sekolah Jelambar

Hasil penelitian ini didapatkan dari penelitian lapangan yang dilakukan penulis terhadap sekolah-sekolah yang terdapat di daerah Jelambar.

(19)

Jelambar, Kelurahan Jelambar Baru, dan Kelurahan Wijaya Kusuma. Kelurahan Jelambar terdiri dari 137 RT dan 11 RW, Kelurahan Jelambar Baru terdiri dari 132 RT dan 12 RW, Kelurahan Wijaya Kusuma terdiri dari 123 RT dan 10 RW.

Tabel 1 Jumlah Sekolah Di Jelambar

Keterangan TK SDN/S SMPN/S SMU/SMK total

Jumlah Sekolah 30 41 16 15 102

Penelitian ini dilakukan terhadap jenjang pendidikan di sekolah-sekolah di Jelambar dimana tingkatan sekolah di daerah Jelambar terdiri dari TK, SD, SMP, SMU/SMK. Daerah Jelambar terdapat 102 sekolah, yang terdiri dari TK sebanyak 30 sekolah, SD sebanyak 41 sekolah, SMP sebanyak 16 sekolah dan SMU/SMK sebanyak 15 sekolah.

Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Suharsimi Arikunto, 1996). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sejumlah sekolah yang terdiri dari 4 jenjang yaitu TK, SD, SMP, SMU yang menjadi bagian dari populasi. Pada penelitian ini penulis menentukan sampel dengan menggunakan Metode Sampling Strata Proporsional. Presisi yang ditetapkan adalah sebesar 30%.

Penulis menetapkan presisi sebesar 30% adalah disebabkan karena pecahan sampling 0,10 atau 0,20 sering dianggap sebagai sampel yang memadai (Metode Penelitian Komunikasi, 1998) dan peneliti menetapkan sampel sebesar 0,30 karena data yang dihasilkan akan menjadi lebih akurat.

(20)

Metode Sampling Strata Proporsional n = Nxd Keterangan: n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi d = Presisi n = Nxd = 102x30% = 30,6

Jadi jumlah sampel yang diambil penulis sebesar 31.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala sekolah yang menjadi sampel penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan terdiri dari wawancara tertulis dan wawancara langsung dari sumber penelitian.

Tabel 2 Jumlah Sekolah Yang Diteliti

keterangan TK SDN/SDS SMPN/SMPS SMU/SMK Total

Jumlah sekolah 7 10 8 6 31

Dari pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah secara sampel random, maka data yang didapatkan terdiri dari TK sebanyak 7 sekolah, SDN/S sebanyak 10 sekolah, SMPN/S sebanyak 8 sekolah, SMU/SMK sebanyak 6 sekolah.

(21)

Total pengumpulan data dari sekolah-sekolah yang ada di daerah Jelambar adalah 31. Khusus untuk sekolah negeri di daerah Jelambar, hanya terdapat dua jenjang yaitu SD dan SMP.

Tabel 3 Daftar Nama Sekolah

No Nama Sekolah

1 TK. Galatia II 2 TK. St. Kristoforus I 3 TK. Bunda Hati Kudus

4 TK. Amitayus 5 TK. Pancaran Berkat 6 TK. Pelita Kudus 7 TK. Al-Masih 8 SDN. Jelambar Baru 01 Pg 9 SDN. Jelambar 07 Pt 10 SDN. Wjiaya Kusuma 08 Pt 11 SDN. Wijaya Kusuma 06 Pt 12 SDS. Tunas Harapan 13 SDS. St. Kristoforus I 14 SDS. Bunda Hati Kudus

(22)

16 SDS. Pancaran Berkat 17 SDS. Pelita Kudus

18 SMP.Negeri. 83

19 SMP.S. Tunas Harapan 20 SMP.S. St. Kristoforus I 21 SMP.S. Bunda Hati Kudus

22 SMP.S. Amitayus

23 SMP.S. Pancaran Berkat 24 SMP.S. Pelita Kudus

25 SMP.S. Al-Masih

26 SMU. Tunas Harapan

27 SMU. Pancaran Berkat 28 SMU. Pelita Kudus

29 SMU. Al-Masih

30 SMK. Tunas Harapan

(23)

Tabel 4 Jumlah Sekolah Yang Mempunyai Dan Yang Tidak Mempunyai Pelajaran Bahasa Mandarin Di Jelambar

Keterangan TK SDS/N SMPN/S SMU SMK Total %

Jumlah sekolah yang terdapat Bahasa Mandarin.

6 5 6 3 1 21 67,7%

Jumlah sekolah yang tidak terdapat Bahasa Mandarin.

1 5 2 1 1 10 32,3%

Total sekolah berdasarkan tingkatan

7 10 8 4 2 31 100%

Dari hasil penelitian maka dapat diketahui jumlah sekolah di daerah Jelambar yang memililiki mata pelajaran Bahasa Mandarin adalah sebesar 21 sekolah atau 67,7% dan sekolah yang tidak memiliki mata pelajaran Bahasa Mandarin adalah sebesar 10 sekolah atau 32,3%.

Dari data yang didapatkan alasan-alasan sekolah-sekolah tidak memasukkan pelajaran Bahasa Mandarin menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah adalah sebagai berikut:

Khusus untuk TK, dari data yang didapat menunjukkan bahwa sekolah dan orang tua menganggap anak-anak lebih baik tidak perlu mempelajari Bahasa Mandarin terlebih dahulu. Dasar pemikiran ini adalah karena umur mereka yang masih kecil sehingga masih belum dapat berpikir dan mempelajari bermacam-macam pelajaran.

(24)

Sebaiknya mereka terlebih dahulu mempelajari pelajaran yang dasar-dasar dahulu seperti menulis angka, abjad dan belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan pelajaran. Sebagian besar dari anak TK menginginkan waktu untuk bermain yang cukup panjang karena mereka masih ingin bermain dengan teman-teman mereka dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Untuk anak SD, SMP dan SMU/SMK, sekolah-sekolah tersebut mempunyai alasan sendiri seperti kondisi perekonomian orang tua dan sekolah yang kurang mampu karena terkait dengan masalah ekonomi yang menengah ke bawah. Untuk Sekolah Negeri murid-murid yang bersekolah disana mayoritas adalah masyarakat pribumi karena itu terhadap Bahasa Mandarin sebagian kecil dari mereka tidak mempunyai minat untuk mempelajari Bahasa Mandarin. Selain itu tidak dapat memasukkan mata pelajaran Bahasa Mandarin karena di dalam kurikulum tidak ada mata pelajaran Bahasa Mandarin, dan pemerintah juga belum mengirimkan guru khusus mata pelajaran Bahasa Mandarin sehingga mereka tidak dapat mengadakan mata pelajaran Bahasa Mandarin. Di sisi lain untuk sekolah-sekolah swasta lainnya terbentur dengan sulitnya mencari guru Bahasa Mandarin karena saat ini untuk mencari guru Bahasa Mandarin yang baik dan benar cukup sulit sehingga untuk mendapatkan guru Bahasa Mandarin membutuhkan biaya yang cukup besar.

Dari data yang didapatkan alasan-alasan yang membuat sekolah-sekolah memasukkan pelajaran Bahasa Mandarin menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah

(25)

mereka adalah sebagai berikut:

Khusus untuk sekolah Pancaran Berkat, mereka memberitahukan bahwa sekolah mereka telah mempunyai misi khusus, yaitu untuk menonjolkan atau mengembangkan minat murid-murid di bidang bahasa khususnya Bahasa Mandarin. Hal ini disebabkan karena sekarang ini sangat dibutukan oleh mereka yang akan lulus dan akan bekerja di perusahaan-perusahaan asing yang sebagian besar adalah perusahaan yang berasal dari negara-negara yang menggunakan Bahasa China ataupun yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang menggunakan Bahasa China sebagai bahasa utama.

Sekolah-sekolah yang lain umumnya memperkirakan bahwa Bahasa Mandarin akan menjadi bahasa yang sangat penting. Hal ini dapat diketahui dari dimasukkannya Bahasa Mandarin menjadi salah satu bahasa internasional di PBB selain Bahasa Inggris.

Sebagian besar murid-murid di sekolah ini adalah China peranakan, sehingga orang tua sangat antusias dengan diajarkannya Bahasa Mandarin karena ini merupakan salah satu dari kebudayaan mereka juga. Khusus untuk murid-murid pribumi, mereka juga dapat mempelajari Bahasa Mandarin untuk menambah pengetahuan khususnya di bidang bahasa.

Banyak dari orang tua murid dan berbagai pihak yang menginginkan agar Bahasa Mandarin dipelajari di sekolah. Hal ini bermanfaat dalam mempersiapkan murid-murid dalam menghadapi era globalisasi. Selain itu sekolah memasukkan Bahasa

(26)

Mandarin sebagai mata pelajaran, karena banyaknya sekolah-sekolah internasional yang didirikan di Indonesia dengan menggunakan Bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa pengantar. Akibatnya sekolah-sekolah ini saling bersaing dengan cara memasukkan Bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran.

Tabel 5 Jumlah Sekolah Yang Memiliki Pelajaran Bahasa Mandarin Sebelum 1998 – Mei 2006

Keterangan tahun Jumlah sekolah %

Sebelum 1998 3 14,3%

1999-2000 6 28,6%

2001-Mei 2006 12 57,1%

total 21 100% Dari data yang diatas, maka dapat diketahui bahwa sebelum tahun 1998

terdapat 3 sekolah atau 14,3% sekolah yang sudah mempelajari Bahasa Mandarin, tahun 1999-2000 sudah terdapat 3 sekolah atau 28,6% dan tahun 2001-Mei 2006 terdapat 12 sekolah atau 57,1%.

Hal yang menyebabkan sebelum tahun 1998 sekolah-sekolah di Jelambar mempunyai mata pelajaran Bahasa Mandarin sebanyak 14,3% adalah karena sehubungan dengan perkembangan Bahasa Mandarin sejak tahun 1990 khususnya di bidang pariwisata yang membutuhkan penerjemah dalam Bahasa Mandarin. Hal ini turut menjadi salah satu alasan diadakannya mata pelajaran Bahasa Mandarin khususnya di Sekolah Al-Masih. Sekolah Al-Masih juga menyebutkan alasan lainnya yaitu sejak

(27)

sekolah ini berdiri, yayasan sudah memikirkan untuk memasukkan pelajaran Bahasa Mandarin pada tahun tersebut karena sebagian besar muridnya mayoritas China peranakan dan saat itu Bahasa Mandarin sudah tidak lagi diawasi secara ketat oleh pemerintah.

Sejak tahun 1999-2000 sekolah-sekolah di Jelambar yang mempunyai mata pelajaran Bahasa Mandarin meningkat menjadi 28,6%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sejak tahun 1999 pemerintah sudah memberi izin secara resmi untuk memperbolehkan sekolah-sekolah memasukkan Bahasa Mandarin menjadi salah satu mata pelajaran. Selain itu Bahasa Mandarin sudah mulai menjadi bahasa utama di Asia karena kekuatan pasar China yang semakin kuat menyebabkan China hampir menguasai perekonomian khususnya di Asia. Indonesia pada tahun tersebut juga sudah mulai akan memasuki era globalisasi sehingga Bahasa Mandarin sangat dibutuhkan di Indonesia.

Sejak tahun 2001-Mei 2006 sekolah-sekolah di Jelambar yang mempunyai mata pelajaran Bahasa Mandarin meningkat drastis menjadi 57,1%. Hal ini disebabkan karena hubungan Indonesia dengan China juga sudah membaik dan pada saat itu juga Indonesia telah memasuki era globalisasi sehingga sangat penting untuk menguasai berbagai jenis bahasa terutama Bahasa Mandarin.

Terdapat banyak sekolah internasional yang menggunakan Bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa pengantar menjadi salah satu pengaruh yang menyebabkan persaingan antar sekolah. Hal ini membuat sebagian sekolah-sekolah swasta memasukkan mata pelajaran Bahasa Mandarin. Dimasukannya mata pelajaran Bahasa

(28)

Mandarin di sekolah-sekolah swasta membuat sekolah-sekolah ini saling bersaing untuk memperbaiki kualitas dari sekolah mereka.

Beberapa sekolah di Jelambar berpendapat bahwa sesudah tahun 2002 adalah saat yang tepat dan sesuai dengan kesiapan sekolah baik dari segi guru, waktu dan kurikulum. Ketika itu banyak pihak yang menginginkan dimasukkannya Bahasa Mandarin sebagai salah satu pelajaran seperti yayasan, kepala sekolah, orang tua murid dan sebagainya.

Sebelum tahun 1998 terdapat 14,3% sekolah yang memiliki pelajaran Bahasa Mandarin dan tahun 1999-2000 meningkat menjadi 28,6%. Hal ini disebabkan karena sebelum tahun 1998 Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI mengeluarkan keputusan untuk tidak mengizinkan masyarakat membuka sekolah-sekolah ataupun kursus-kursus Bahasa Mandarin. Setelah tahun 1999 sekolah yang memasukkan mata pelajaran Bahasa Mandarin menjadi meningkat cukup pesat. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan keputusan presiden yang berisi tentang izin pelajaran Bahasa Mandarin. Pada saat itu, Indonesia sudah memasuki era reformasi dan hubungan Indonesia dengan China terus menerus membaik dan sudah mulai bekerja sama secara resmi dengan China di segala bidang.

Sejak tahun 1999-2000 sekolah-sekolah yang memasukkan pelajaran Bahasa Mandarin terdapat 28,6% dan tahun 2001-Mei 2006 meningkat menjadi 57,1% jumlah ini sangat meningkat pesat dibandingkan dua periode sebelumnya. Hal ini disebabkan karena Bahasa Mandarin sudah menjadi bahasa internasional di PBB dan perekonomian

(29)

Asia hampir dikuasai oleh penduduk yang menguasai Bahasa Mandarin karena mereka banyak menanamkan investasi dan membuka perusahaan di Asia khususnya di Indonesia.

Tabel 6 Jenis Kurikulum

Keterangan TK SD SMP SMU SMK Total %

Intrakurikuler 3 4 3 2 1 13 61,9% Ekstrakurikuler wajib 3 1 2 1 7 33,3% Ekstrakurikuler Tidak wajib 1 1 4,8% Total 6 5 6 3 1 21 100%

Jenis kurikulum di sekolah-sekolah daerah Jelambar terbagi menjadi 3 jenis, yaitu intrakurikuler, ekstrakurikuler wajib, dan Ekstrakurikuler tidak wajib.

Intrakurikuler adalah dimana para siswa wajib mengikuti pelajaran Bahasa Mandarin dan nilai dari mata pelajaran ini dimasukkan ke dalam rapor dan tergabung dengan mata pelajaran utama, akan tetapi nilai Bahasa Mandarin tidak mempengaruhi kenaikkan kelas.

Ekstrakurikuler terbagi menjadi 2 jenis, yaitu ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler tidak wajib.

Ekstrakurikuler wajib adalah adalah dimana para siswa wajib mengikuti pelajaran Bahasa Mandarin dan nilai dari mata pelajaran ini dimasukkan ke dalam rapor dan tergabung dengan mata pelajaran ekstrakurikuler lainnya. Untuk nilai

(30)

ekstrakurikuler tidak mempengaruhi kenaikkan kelas, dan waktu untuk ekstrakurikuler wajib adalah jam sekolah.

Ekstrakurikuler tidak wajib adalah dimana para siswa bebas untuk mengikuti mata pelajaran lainnya di luar dari mata pelajaran intrakurikuler, khusus untuk siswa yang mengikuti mata pelajaran Bahasa Mandarin akan diberikan sertifikat. Untuk ekstrakurikuler mata pelajaran pilihan, waktu pelajaran setelah selesai sekolah.

Dari data yang diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat 13 sekolah atau 61,9% yang memasukkan Bahasa Mandarin menjadi intrakurikuler, 7 sekolah atau 33,3% yang memasukkan Bahasa Mandarin menjadi ekstrakurikuler, dan 1 sekolah atau 4,8% yang memasukkan Bahasa Mandarin menjadi mata pelajaran pilihan.

Hal yang menyebabkan sekolah-sekolah memasukkan Bahasa Mandarin menjadi intrakurikuler adalah untuk membantu siswa dalam bidang bahasa untuk mempersiapkan masa depan mereka dengan memberikan berbagai macam mata pelajaran bahasa.

Hal yang menyebabkan sekolah-sekolah memasukkan Bahasa Mandarin menjadi ekstrakurikuler adalah karena sekolah menganggap penting mata pelajaran Bahasa Mandarin, karena sudah terdapat dua mata pelajaran bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang terdapat di dalam intrakurikuler dan pemerintah belum membuat kurikulum mata pelajaran Mandarin sehingga sekolah memutuskan untuk memasukkan mata pelajaran ini menjadi ekstrakurikuler.

(31)

menjadi mata pelajaran pilihan karena hanya untuk memperkenalkan saja kepada murid-murid. Mata pelajaran ini tidak diwajibkan untuk mengikutinya dan hanya diberikan sertifikat saja.

Tabel 7 Jenis Tulisan yang dipelajari

Keterangan TK SD SMP SMU/SMK Total %

Sederhana 5 5 6 4 20 95,2%

Tradisional 1 1 4,8%

Total 6 5 6 4 21 100%

Jenis tulisan yang dipelajari murid-murid khususnya di daerah Jelambar hampir 100% mempelajari tulisan sederhana (简体字) yang berasal dari China. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah tersebut berpendapat bahwa mengenal tulisan yang mudah akan membuat murid-murid lebih mudah mengingat atau menghafal tulisan. Tulisan tradisional (繁体字) membuat minat murid-murid menjadi menurun karena sulitnya mengingat dan menghafal tulisan. Tulisan sederhana (简体字) juga sudah diakui di dunia internasional dan lebih mudah mengingatnya sehingga sebagian besar sekolah lebih memilih untuk mengajarkan murid-murid menggunakan sederhana (简体字).

Sekolah-sekolah ini juga menggunakan Pin yin yang standar internasional karena mereka menganggap jika ejaan yang diajarkan tidak sesuai standar maka untuk kemudian hari untuk menggunakan ejaan yang standar akan menjadi lebih sulit karena disebabkan oleh kebiasaan yang telah lama dilakukan. Mereka menggunakan Pin yin dengan maksud agar murid-murid dapat membaca huruf Han zi (汉字) menjadi lebih

(32)

mudah.

Terdapat satu sekolah yang menggunakan tulisan tradisional(繁体字)dan Zhu yin fu hao (注音符号) yang berasal dari Taiwan. Hal ini disebabkan karena guru tersebut menganggap bahwa jika murid-murid mulai belajar dari yang sulit maka kelak untuk mempelajari tulisan sederhana (简体字) akan lebih mudah dan sangat cepat.

Tabel 8 Jumlah Pertemuan

Keterangan TK SD SMP SMU SMK Total %

1 kali 5 4 4 1 14 66,7%

2 kali 1 1 1 3 14,3%

5 kali 1 1 1 1 4 19%

Total 6 5 6 3 1 21 100%

Dari data yang diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat 14 sekolah atau 66,7% yang dalam seminggu mengadakan pertemuan sebanyak 1 kali pertemuan, terdapat 3 sekolah atau 14,3% yang dalam seminggu mengadakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan, dan terdapat 4 sekolah atau 19% yang dalam seminggu mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali pertemuan.

Hal yang menyebabkan sekolah-sekolah dalam seminggu mengadakan pertemuan sebanyak 1 kali pertemuan adalah karena terbatasnya jam pelajaran dikarenakan banyaknya kegiatan di sekolah. Khusus untuk murid-murid TK adalah karena hanya memperkenalkan mata pelajaran Bahasa Mandarin saja.

(33)

pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan adalah karena pelajaran Bahasa Mandarin cukup sulit sehingga dibutuhkan pertemuanlebih dari 1 kali pertemuan, karena terbatasnya jam pelajaran sehingga tidak bisa lebih dari 2 kali pertemuan.

Hal yang menyebabkan sekolah-sekolah dalam seminggu mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali adalah agar membuat murid-murid lebih mengerti mata pelajaran Bahasa Mandarin, karena bagi murid-murid pelajaran Bahasa Mandarin cukup sulit. Khusus untuk SMK Pancaran Berkat, masuknya siswa baru ke sekolah tersebut membuat mereka tertinggal dengan murid-murid yang berasal dari SMK Pancaran Berkat, sehingga sekolah memutuskan untuk memperbanyak pertemuan membuat siswa yang baru masuk sekolah tersebut dapat lebih cepat mengerti dan dapat mengejar ketinggalannya dengan siswa lainnya.

Tabel 8 Alat Pendukung Pelajaran

Keterangan TK SD SMP SMU SMK Total %

Mempunyai alat pendukung 5 3 4 2 1 15 71,4%

Tidak mempunyai alat pendukung

1 2 2 1 6 28,6%

Total 6 5 6 3 1 21 100%

Dari data yang diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat 15 sekolah atau 71,4% yang mempunyai alat pendukung pelajaran seperti VCD atau tape dan 6 sekolah atau 28,6% yang tidak mempunyai alat pendukung pelajaran.

(34)

murid-murid dapat mempraktekkan langsung teori yang sudah diajarkan, agar pelajaran Bahasa Mandarin dapat diajarkan dengan lebih bervariasi dan menarik sehingga membuat murid-murid tertarik terhadap pelajaran Bahasa Mandarin, dengan adanya alat bantu membuat murid-murid menjadi lebih mengerti dan jelas terhadap materi yang diajarkan.

Sekolah tidak menyediakan alat pendukung pelajaran dengan alasan adalah karena terbatasnya dana sekolah, terbatasnya waktu sehingga guru tersebut langsung belajar di kelas saja, dan karena guru tersebut belum membutuhkannya dan kurang bervariasi cara pengajarannya.

Murid-murid di daerah Jelambar juga mempunyai hambatan-hambatan yang ditemui dalam belajar Bahasa Mandarin seperti sebagian besar dari murid-murid sangat sulit untuk memahami arti dari kata-kata dalam Bahasa Mandarin ke Indonesia sehingga minat mereka terhadap pelajaran ini menjadi sangat kurang dan membutuhkan dorongan dari guru tersebut agar mau mengikuti pelajaran Bahasa Mandarin.

Faktor penghambat yang lain adalah sulitnya menghapal tulisan Han zi (汉 字), melafalkan Pin yin tersebut, menerjemahkan Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Mandarin. Membaca Bahasa Mandarin merupakan kesulitan karena di dalam Bahasa Mandarin terdapat 4 nada yang berbeda pengucapannya, sehingga bila salah melafalkan maka akan berbeda pengertiannya.

Faktor ketiga adalah banyak dari orang tua murid tidak mengerti Bahasa Mandarin. Hal ini membuat murid-murid mengalami kesulitan ketika mereka akan

(35)

mengulang pelajaran di rumah atau membuat pekerjaan rumah. Jam pertemuan murid-murid di sekolah yang sangat sedikit atau kurang juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi murid.

Selain ketiga faktor penghambat tersebut, faktor lain yang sering menjadi penghambat adalah sebagian besar dari mereka malas untuk belajar Bahasa Mandarin. Murid-murid merasa sulit mengikuti pelajaran Bahasa Mandarin karena merasa masih asing dan belum mengenal bahasa ini. Kurangnya minat murid-murid terhadap Bahasa Mandarin membuat mereka mengabaikan pelajaran ini, karena mereka belum mengetahui manfaat jika dapat menguasai Bahasa Mandarin.

Sebagian kecil dari murid-murid tidak merasa ada hambatan karena sebagian dari mereka menggunakan Bahasa Mandarin dan bahasa daerah seperti Hakka, Hokkian, Kanton dan sebagainya sebagai percakapan sehari-hari. Sebagian kecil dari murid-murid dapat mengerti pelajaran Bahasa Mandarin karena sedang atau sudah mereka pelajari dari sekolah.

Dengan adanya Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah, murid-murid dan orang tua mereka juga mempunyai pendapat masing-masing. Seperti murid-murid menjadi sangat senang karena dapat berkomunikasi dengan Bahasa Mandarin baik terhadap orang tua maupun teman-teman mereka. Mereka dapat mendengarkan film-film dan lagu-lagu yang menggunakan Bahasa Mandarin dan mereka juga dapat mendengarkan radio ataupun televisi yang menggunakan Bahasa Mandarin.

(36)

adanya Bahasa Mandarin, mereka sangat antusias dan bersikap positif seperti mendukung anak-anak mereka dan sekolah karena mereka berharap agar anak mereka dapat berbicara Bahasa Mandarin dengan baik dan benar.

Perkembangan Bahasa Mandarin di bidang pendidikan memberikan pengaruh yang cukup besar untuk perkembangan Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dengan banyak dibukanya kursus-kursus, sekolah yang mempunyai pelajaran Bahasa Mandarin dan universitas yang mempunyai jurusan Bahasa Mandarin. Saat ini banyak sekolah-sekolah swasta yang menjadikan mata pelajaran Bahasa Mandarin menjadi intrakurikuler sehingga wajib diikuti oleh seluruh siswa dan perkembangan murid-murid dapat dilihat pada rapor mereka. Pengaruh dari perkembangan Bahasa Mandarin ini disebabkan oleh banyak dibutuhkannya pengajar untuk sekolah-sekolah, penerjemah, dan pegawai yang dapat berbicara Bahasa Mandarin dengan baik dan benar. Akan tetapi saat ini sekolah-sekolah, kursus-kursus dan universitas di Indonesia masih belum didukung dengan disertai keahlian khusus yang menggunakan Bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantarnya.

Perkembangan Bahasa Mandarin di Jelambar saat ini sudah cukup berkembang pada sekolah-sekolah swasta. Khusus untuk sekolah-sekolah negeri walaupun belum terdapat Bahasa Mandarin, baik kepala sekolah ataupun murid-murid menginginkan dimasukannya mata pelajaran Bahasa Mandarin di sekolah mereka. Akan tetapi karena kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah tidak terdapat Bahasa Mandarin membuat sekolah-sekolah ini tidak dapat menerima mata pelajaran Bahasa

(37)

Mandarin. Sekolah-sekolah negeri ini sangat berharap pemerintah mempertimbangkan untuk memasukkan Bahasa Mandarin menjadi kurikulum di sekolah-sekolah ini sehingga mereka dapat setara dengan sekolah-sekolah swasta yang terdapat Bahasa Mandarin.

Untuk yang akan datang perkembangan Bahasa Mandarin diperkirakan akan lebih berkembang khususnya di bidang pendidikan dan ekonomi, karena pendidikan merupakan salah satu hal yang mendorong perekonomian di Indonesia.

Gambar

Tabel 1    Jumlah Sekolah Di Jelambar
Tabel 2    Jumlah Sekolah Yang Diteliti
Tabel 3  Daftar Nama Sekolah
Tabel 4    Jumlah Sekolah Yang Mempunyai Dan Yang Tidak Mempunyai  Pelajaran Bahasa Mandarin Di Jelambar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Retrospective analysis telah memberikan peran yang besar dalam penyempurnaan alur belajar yang dirancang, terutama sewaktu ujicoba one-to-one dan small group. Beberapa

Arsitektur data bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan data-data utama yang mendukung fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada model bisnis. Pendefinisian

Masa penawaran ini merupakan saat yang sangat menentukan apakah efek yang ditawarkan oleh perusahaan emiten akan terserap seluruhnya (full over subscribe) atau bersisa, di mana

Retur Pembelian dan Pengurangan Harga (Purchases return and allowances), rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengembalian barang yang telah

208 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 Penelitian ini diharapkan sebagai metode integrasi pendampingan yang konkret dalam rangka mengupayakan tranformasi

Hal ini diperjelas pada Pemendikbud nomor 104 Tahun 2014 pasal 3 ayat (1) yang mengatakan bahwa Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan

Ruang lingkup keuangan negara meliputi : hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; kewajiban negara untuk

Variabel terikat adalah paket intervensi PT Askes yang diukur dengan rata-rata jumlah kunjungan, rata-rata jum- lah peserta KJS yang terdaftar, status pemasangan inter- net,