7
LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Sebagai bentuk pertanggung jawaban perusahaan terhadap stakeholder, perusahaan wajib menerbitkan laporan keuangan minimal sekali setiap tahunnya. Maksud dari diterbitkannya laporan keuangan ini adalah untuk mengomunikasikan informasi keuangan perusahaan terutama kepada pihak eksternal.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) dalam Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut :
“Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan” (IAI, 2009:1)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:3) dinyatakan bahwa tujuan dari laporan keuangan yaitu :
“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.”
2.1.2. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut pendapat Weygant, Kimmel & Kieso (2011), pengguna dari laporan keuangan terbagi atas :
1. Pihak Internal
Yaitu pihak-pihak yang berada di dalam perusahaan, yang merencanakan, mengelola, dan mengarahkan bisnis, seperti :
a) Manajemen
Pihak manajemen menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk mengetahui perkembangan bisnis yang telah dilakukan dan mempersiapkan rencana untuk masa yang akan datang.
b) Karyawan
Karyawan menggunakan informasi di dalam laporan keuangan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membalas jasa atau dengan kata lain memberikan kompensasi, pensiun, serta kesempatan kerja.
2. Pihak Ekternal
Yaitu pihak-pihak yang berada di luar perusahaan, seperti : a) Investor
Investor menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan dalam melakukan investasi baik dalam hal membeli, menahan, serta menjual saham suatu perusahaan dengan membandingkan risiko yang ada dengan keuntungan yang akan diperoleh.
b) Kreditor (Supplier dan Bank)
Kreditor menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan untuk melihat bagaimana risiko dari pengembalian kredit yang diberikan kepada perusahaan, karena kreditor tidak akan memberikan pinjaman kepada perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang tidak baik.
c) Lembaga Perpajakan
Lembaga pajak menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh suatu perusahaan serta melihat tingkat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perpajakan.
d) Pemerintah
Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan digunakan oleh pemerintah untuk mengetahui tingkat kepatuhan atau ketaatan perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya terhadap peraturan yang berlaku.
e) Konsumen
Konsumen menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terkait dalam jangka waktu yang lama.
f) Serikat Pekerja
Informasi yang terdapat di laporan keuangan, digunakan oleh serikat pekerja untuk melihat bagaimana pemberian upah/gaji, pencadangan dana pensiun oleh perusahaan untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya.
g) Economic Planner
Economic planner menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan untuk meramalkan aktivitas ekonomi di masa yang akan datang.
2.1.3. Komponen Laporan Keuangan
Dalam PSAK No.1 (2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
a) aktiva berwujud, b) aktiva tidak berwujud, c) aktiva keuangan,
d) investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, e) persediaan,
f) piutang usaha dan piutang lainnya, 2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut:
a) Pendapatan, b) Laba rugi usaha c) Beban pinjaman
d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,
e) Beban pajak,
f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, g) Pos luar biasa,
h) Hak minoritas,
i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan
pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,
b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,
c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan,
f) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.2. Pasar Modal
Pasar keuangan terbagi atas dua jenis yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Menurut Harjito dan Martono (2013), pasar modal adalah suatu pasar di mana dana-dana jangka panjang, baik hutang maupun modal sendiri, diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam bentuk surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperdagangkan disebut obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stok). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat (dalam pengertian fisik) yang terorganisasi di mana surat berharga (efek-efek) diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange)
Pasar modal terdiri dari pasar primer/perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang baru diterbitkan. Pada pasar ini dana berasal dari arus penjualan surat berharga atau sekuritas baru dari investor kepada perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut (emiten). Sedangkan pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat
berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek. Uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir ke perusahaan emiten tetapi hanya mengalir dari pemegang sekuritas yang satu kepada pemegang sekuritas yang lain.
2.2.1. Proses Emisi Efek
Emisi efek, sering disebut penawaran umum atau public offering, merupakan suatu proses yang melibatkan lembaga penunjang pasar modal dalam rangka penjualan saham dan obligasi suatu perusahaan kepada masyarakat umum.
Proses emisi efek di pasar modal adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang akan menerbitkan efek menyampaikan pernyataan maksud (letter of intent) kepada Bapepam
2. Emiten menghubungi dan menunjuk penjamin emisi (underwriter) serta lembaga penjamin emisi lainnya
3. Emiten dan underwriter mempersiapkan dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek berikut lampiran dan dokumen emisi lainnya 4. Emiten melalui underwriter menyampaikan pendaftaran emisi efek
kepada Bapepam
5. Bapepam menelaah kesesuaian dokumen emisi dengan ketentuan yang berlaku
6. Izin emisi diberikan oleh Bapepam bilamana semua dokumen emisi telah lengkap dan memenuhi ketentuan
7. Pengumuman dan pendistribusian prospektus
8. Emiten dan underwriter melakukan penawaran efek melalui pasar perdana
9. Penjatahan saham
10. Pengembalian uang kepada pemesan (refund) 11. Penyerahan sertifikat efek
2.2.2. Pasar Perdana
Pemberian izin emisi oleh ketua Bapepam merupakan tahap yang sangat menentukan apakah efek yang akan diterbitkan oleh perusahaan dapat ditawarkan kepada masyarakat. Penawaran efek tersebut kepada masyarakat setelah pemberian izin emisi sampai dengan saat pencatatan di bursa disebut pasar perdana (primary market). Proses penawaran efek melalui pasar perdana meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Pengumuman dan pendistribusian prospektus
Sebelum penawaran umum dimulai, emiten mempunyai kewajiban untuk mengumumkan prospektus ringkas kepada masyarakat melalui surat kabar. Di samping itu, emiten juga mempunyai kewajiban untuk menyediakan prospektus lengkap yang harus disebar luaskan kepada pemodal melalui penjamin emisi dan agen penjual. Dalam prospektus tersebut dimuat informasi yang perlu diketahui oleh calon investor, antara lain:
a) Tujuan penawaran
b) Keterangan tentang perseroan, antara lain riwayat perusahaan dan susunan dewan direksi serta komisaris
c) Masa penawaran d) Tanggal penjatahan
e) Tanggal pengembalian uang pesanan (refund) f) Tanggal pencatatan di bursa
g) Harga, jumlah, dan jenis saham yang ditawarkan
h) Nama-nama penjamin emisi, yang terdiri dari penjamin utama, penjamin pelaksana, dan penjamin peserta
i) Ikhtisar keuangan perusahaan dan rasio-rasio keuangan penting
k) Struktur permodalan perusahaan sebelum dan sesudah emisi l) Faktor-faktor risiko yang mungkin dihadapi dalam usaha
emiten
m) Persyaratan dan tata cara pemesanan efek n) Perpajakan
o) Nama-nama agen penjual
Sedangkan dalam prospektus obligasi, di samping hal tersebut di atas, juga dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
a) Ketentuan mengenai pembayaran dan penetapan bunga (tetap dan atau mengambang)
b) Jatuh tempo
c) Jaminan atas obligasi
d) Masa kadaluwarsa obligasi dan kupon bunga
e) Nama wali amanat (trustee) dan penanggung (guarantor) 2. Masa penawaran
Sebagai tindak lanjut dari pemberian izin emisi dan penyebarluasan prospektus, tahap selanjutnya dalam pasar perdana adalah proses penawaran. Jangka waktu minimum ditetapkan tiga hari kerja dan jangka waktu antara pemberian izin emisi dan saat pencatatan di bursa ditetapkan minimum 90 hari. Masa penawaran ini merupakan saat yang sangat menentukan apakah efek yang ditawarkan oleh perusahaan emiten akan terserap seluruhnya (full over subscribe) atau bersisa, di mana jumlah efek yang diminta lebih kecil dari pada jumlah yang ditawarkan (under subscribe).
Dalam masa penawaran ini, para pialang mempunyai peran ganda. Di satu pihak pialang merupakan agen pihak penjamin emisi atau emiten untuk menjual efek yang ditawarkan. Di lain pihak para pialang dapat membantu investor dalam rangka pemberian nasihat dan analisis mengenai berbagai alternatif investasi yang tersedia di pasar
modal. Kelancaran pelaksanaan masa penawaran ini akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a) Tersedianya formulir pemesanan yang cukup b) Lengkapnya informasi dalam formulir pemesanan
c) Profesionalisme dari penjamin emisi dan pialang atau agen-agen penjual
d) Kemampuan investor untuk memahami dan menaati aturan main yang ditetapkan.
3. Masa penjatahan (allotment)
Penjatahan terhadap efek-efek yang ditawarkan perlu dilaksanakan apabila diperkirakan jumlah efek yang diminta oleh investor jauh melebihi jumlah efek yang ditawarkan oleh emiten. Masa penjatahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ditetapkan maksimum selama 12 hari kerja, terhitung mulai berakhirnya masa penawaran. Ada beberapa sistem penjatahan, yaitu:
a) Fixed allotment. Yaitu cara penjatahan di mana anggota penjamin emisi maupun agen penjual telah memiliki pembeli sehingga jatah saham yang diberikan oleh penjamin pelaksana tidak dijual kepada klien lainnya.
b) Separate account. Sistem ini hampir sama dengan fixed allotment. Hanya saja, pada sistem ini di samping ada jatah untuk klien dekat, juga menyediakan saham yang akan dijual kepada investor di luar klien dekat. Kelemahan kedua sistem ini tidak mencerminkan pemerataan.
c) Pooling. Dalam sistem ini seluruh pemesanan saham di pool pada penjamin emisi pelaksana. Jika terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribe akan dilakukan penjatahan secara proporsional. Seluruh pemesan diberi jatah satu satuan perdagangan. Apabila jumlah saham yang tersedia tidak mencukupi, maka penjatahan dilakukan dengan cara diundi.
d) Gabungan fixed allotment dan pooling. Merupakan gabungan dari sistem fixed allotment dan pooling, guna mengatasi kelemahan kedua sistem tersebut.
4. Masa pengembalian dana (refund)
Sebagai kelanjutan masa penjatahan, di mana tidak semua pesanan dapat dipenuhi, maka masa pengembalian juga merupakan masa yang sangat penting. Masa pengembalian dana ini adalah empat hari terhitung dari berakhirnya masa penjatahan. Pengembalian dana melibatkan modal yang besar, kepada banyak orang, mengharuskan para penjamin bertindak hati-hati dan cepat. Karena pengembalian dana yang tepat waktu akan mempercepat likuiditas dalam pasar modal.
5. Penyerahan efek di bursa
Efek yang telah dipesan dan memperoleh kepastian untuk dipenuhi harus diserahkan oleh penjamin emisi kepada pemodal melalui agen penjual. Masa pada proses ini adalah 12 hari kerja, terhitung mulai tanggal berakhirnya masa penjatahan.
6. Pencatatan efek di bursa efek
Pencatatan (listing) efek di bursa merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh dalam rangka go public. Dengan tercatatnya efek di bursa berarti, secara resmi, efek sudah dapat diperdagangkan di bursa efek.
2.2.3. Pasar Sekunder
Yang dimaksud dengan pasar sekunder adalah penjualan efek setelah pasar perdana berakhir. Pelaku dalam perdagangan di pasar sekunder adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang berputar dalam pasar sekunder tidak lagi mengalir ke perusahaan emiten, tetapi hanya berpindah tangan dari pemegang efek satu ke tangan pemegang efek lainnya.
2.3. Penilaian Bisnis
Dalam melakukan penilaian bisnis suatu perusahaan sangatlah sulit dilakukan secara tepat dan berbeda-beda tergantung kepada jenis bisnis dan alasan melakukan penilaian bisnis tersebut. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan penilaian bisnis ada empat, yaitu :
1. Analisa strategi bisnis 2. Analisa akuntansi 3. Analisa keuangan 4. Analisa ramalan
Dalam penelitian kali ini, penulis hanya akan melakukan dua analisis, yaitu analisa strategi bisnis dan analisa keuangan.
2.3.1. Analisa Strategi
Analisa strategi bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi keuntungan dan risiko-risiko utama perusahaan serta memungkinkan para penganalisa untuk menilai prospek kinerja perusahaan ke depan.
2.3.1.1. Analisis PESTLE
Menurut pendapat Kotler & Keller (2009), analisis PESTLE merupakan analisis makro ekonomi. analisis ini dapat membantu para manajer dan pemimpin dalam menyusun suatu gambaran yang komprehensif mengenai lingkungan sekitar bisnis yang berasal dari aspek eksternal seperti: politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan.
2.3.1.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu analisis sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weakness) internal perusahaan serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang ada di lingkungan perusahaan.
Tabel 2.1. Matriks SWOT
1. SO Strategies: merupakan strategi yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dari perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang yang ada.
2. ST Strategies: merupakan strategi yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dari perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak atau pengaruh dari ancaman eksternal.
3. WO Strategies: merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan atau memperbaiki kelemahan perusahaan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada.
4. WT Strategies : merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan perusahaan dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi ini disebut dengan strategi defensif.
2.3.1.3. Analisis Five Forces Porter
Model ini dikembangkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1980-an, yang memandang bahwa persaingan industri adalah perpaduan dari lima kekuatan, yaitu:
2. Potensi masuknya pesaing baru
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti 4. Daya tawar pemasok
5. Daya tawar konsumen
Bagan 2.1. Model Five Forces Porter
2.3.2. Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Mengacu pada pendapat Munawir (2007) dalam penelitian Jefferey (2012) rasio keuangan memberikan gambaran suatu hubungan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain sehingga memberikan informasi jelas kepada penganalisa tentang keadaan dan posisi keuangan perusahaan (Munawir, 2007:64). Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan perusahaan sehingga kesehatan keuangan perusahaan dapat dinilai. Dalam melakukan analisis, rasio digunakan sebagai alat bantu. Rasio ini akan memberikan gambaran tentang keadaan dan posisi keuangan perusahaan.
Mengacu pada pendapat Darsono dan Ashari (2005) dalam Jefferey (2012) bahwa dalam analisis rasio ada dua macam perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal merupakan perbandingan antara rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama, sedangkan perbandingan eksternal merupakan perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada titik yang sama.
Dalam Weygant, Kimmel & Kieso (2011), Gitman & Zutter (2012), dan Brigham & Houston (2009) serta Gibson (2010) dalam Jefferey (2012), analisis keuangan yang banyak digunakan adalah sebagai berikut:
2.3.2.1. Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data angka yang terdapat pada neraca. Masalah dari likuiditas dapat muncul jika perusahaan melakukan transaksi secara besar-besaran di luar kemampuannya, sehingga berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam melakukan kewajiban jangka pendek mereka. Analisis ini terdiri dari:
1. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan hutang jangka pendek perusahaan. Rasio lancar digunakan untuk mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek mereka. Rumus dari current ratio adalah:
2. Quick (Acid-test) ratio
Rasio kedua yang dihitung dalam menganalisis likuiditas perusahaan adalah quick ratio, dihitung dengan membagi aset lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan alat likuiditas yang paling cepat dan dapat digunakan untuk membayar hutang jangka pendek. Nilai persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan karena persediaan termasuk dalam aktiva lancar yang paling tidak lancar. Rumus dari quick ratio adalah:
2.3.2.2. Analisis Rasio Aktivitas
Analisis kedua yang akan dilakukan adalah analisis rasio aktivitas. Rasio ini dipakai untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber dana yang mereka miliki. Rasio aktivitas membandingkan antara
pendapatan dengan berbagai aktiva pendukung untuk penjualan. Data yang dipakai berasal dari laporan laba rugi. Kondisi perusahaan dapat dikatakan sehat jika angka yang dihasilkan dalam perhitungan semakin besar. Artinya, perusahaan dapat menghasilkan performa bisnis yang efektif walaupun persediaan aset bernilai tetap atau total aktiva dalam jumlah yang sama. Analisis rasio aktivitas terdiri dari:
1. Perputaran persediaan (inventory turnover)
Inventory turnover digunakan untuk mengukur aktivitas, atau likuiditas, dari persediaan perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi beban pokok pendapatan dengan rata-rata persediaan. Rumus dari inventory turnover adalah:
2. Rata-rata pengumpulan piutang (average collection period)
Untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menagih piutang, dapat menghitung rata-rata pengumpulan piutang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung rata-rata pendapatan per hari dengan membagi pendapatan dengan 360 (asumsi setahun = 360 hari). Setelah itu menghitung rata-rata pengumpulan piutang dengan membagi jumlah piutang dengan rata-rata pendapatan per hari.
3. Tingkat perputaran hutang (account payable turnover)
Tingkat perputaran hutang digunakan untuk mengukur berapa kali hutang perusahaan berputar dalam satu tahun. Rasio ini dihitung dengan membagi biaya pokok pendapatan dengan rata-rata hutang usaha. Rumus dari account payable turnover adalah:
4. Total asset turnover
Dalam mengukur efektivitas penggunaan total aktiva, dapat menggunakan rasio total asset turnover. Perputaran total aset menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkat penjualan yang cukup saat dibandingkan dengan total aset secara keseluruhan. Indikatornya, semakin tinggi rasio perputaran total aset, semakin efektif manajemen perusahaan dalam pemakaian seluruh asetnya. Rasio ini membandingkan pendapatan dengan total aset perusahaan.
2.3.2.3. Analisis Rasio Hutang
Rasio hutang adalah rasio yang membandingkan antara dana sendiri (ekuitas) dengan dana pinjaman. Perhitungan rasio hutang dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu melalui neraca dan laporan laba rugi. Pendekatan melalui neraca menginformasikan seberapa besar hutang digunakan untuk aktiva. Sedangkan pendekatan melalui laporan laba rugi menunjukkan seberapa besar hutang bisa ditutup dengan laba operasional.
Para kreditor memiliki kepentingan terhadap leverage ratio dengan alasan untuk mengamankan dana yang mereka pinjamkan kepada perusahaan. Melalui perhitungan rasio ini kreditor memiliki informasi untuk mensyaratkan ganti rugi apabila perusahaan gagal memenuhi kewajiban mereka dan melihat struktur modal perusahaan. Analisis ini terdiri dari:
1. Debt to total assets ratio
Tujuan dari menghitung debt to total assets ratio adalah untuk mengukur seberapa besar hutang dipakai untuk kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini membandingkan antara total hutang dengan total aktiva. Total hutang merupakan total hutang jangka pendek dan
jangka panjang. Sedangkan total aktiva meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Rumus dari rasio ini adalah:
2. Times intertest earned
Rasio time intertest earned membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini bertujuan mengetahui seberapa jauh laba mengalami penurunan tanpa mengganggu kewajiban perusahaan terhadap kreditur. Rumusnya adalah:
3. Debt to equity ratio
Debt to equity ratio menunjukkan sejauh mana modal dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak lain. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini semakin baik karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk membayar seluruh hutang yang dimilikinya. Rumus dari rasio hutang terhadap ekuitas adalah:
2.3.2.4. Analisis Rasio Keuntungan
Rasio profitabilitas berhubungan dengan tingkat keuntungan dan kerugian perusahaan. Investor dapat melihat efektivitas suatu perusahaan melalui rasio ini. Semakin efektif manajemen dalam mengelola perusahaan, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh. Rasio profitabilitas terdiri dari:
1. Profit margin
Profit margin adalah rasio untuk mengukur persentase keuntungan dari pendapatan yang dihasilkan dalam pendapatan bersih. Indikatornya, marjin keuntungan yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang tinggi dari perusahaan dalam mencari laba. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara net income dengan pendapatan.
2. Earning per share (EPS)
Pendapatan per lembar saham mengukur keuntungan bersih yang didapatkan untuk setiap saham. Rasio ini biasanya telah terdapat dalam laporan keuangan bagian laporan laba rugi. Pada dasarnya rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan.
3. Return on assets (ROA)
ROA adalah rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan bersih dengan rata-rata aset perusahaan ROA adalah rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan yang dapat dibagikan kepada entitas dengan total aset perusahaan.
4. Return on equity (ROE)
Rasio lain yang akan digunakan adalah rasio return on equity. Rasio ini mengukur profitabilitas perusahaan dari sudut pandang pemegang saham biasa. ROE dihitung dengan membagi total laba yang dapat dibagikan kepada entitas dengan total ekuitas saham biasa.
2.4. Penilaian Harga Saham
Dalam melakukan penilaian/valuasi, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah investasi dilakukan pada proyek yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat risiko minimum yang dapat diterima. Pengembalian suatu proyek dapat diukur berdasarkan arus kas yang dihasilkan dan arus kas sekarang. Yang kedua adalah memilih financial mix yang memiliki tingkat risiko yang minimum. Yang terakhir adalah mengembalikan uang kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau stock buyback, tergantung pada karakteristik pemegang saham.
Untuk menaksir harga saham, investor harus mengerti di mana saham diperdagangkan, sifat saham, potensi hasil, risiko, dan kondisi pasar. Paling tidak investor mengenali analisis harga saham, yaitu analisis untuk menaksir nilai intrinsik suatu perusahaan. Nilai intrinsik merupakan present value dari arus kas yang diharapkan kemudian nilai ini dibandingkan dengan harga saham di pasar. Pedomannya adalah:
1. Apabila nilai intrinsik saham > harga saham, disebut undervalued (harga saham terlalu rendah). Artinya, saham layak dibeli atau dipertahankan apabila sudah memiliki.
2. Apabila nilai intrinsik saham < harga saham, disebut overvalued (harga saham terlalu tinggi). Artinya, saham layak dijual.
3. Apabila nilai intrinsik saham = harga saham, disebut fair-value. Harga saham dinilai wajar atau dalam kondisi seimbang.
2.4.1. FCFF
Pendekatan yang digunakan untuk menilai estimasi nilai intrinsik, yaitu dengan menggunakan metode present value model melalui pendekatan free cash flow to firm (FCFF) yang merupakan pendekatan penilaian saham dengan membandingkan harga suatu saham yang memiliki karakteristik usaha yang hampir sama seperti memperhatikan pendapatan, nilai buku atau penjualannya.
Untuk menghitung nilai intrinsik saham, maka terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
1. Menghitung WACC
Dimana :
Wd : persentase bobot hutang dalam modal Kd : biaya hutang (cost of debt)
Ws : persentase bobot saham dalam modal Ks : biaya ekuitas (cost of equity)
T : pajak penghasilan yang harus dibayarkan perusahaan
Dalam menghitung WACC ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama adalah menghitung komponen biaya ekuitas (Ks) dengan pendekatan CAPM. Data yang dibutuhkan adalah risk free rate (RFR), market return (Rm), dan beta (β).
Risk free rate diperoleh dari BI rate selama setahun. Nilai market return didapatkan dari histori IHSG. Sedangkan beta dihitung menggunakan fungsi slope dalam Microsoft Excel. Setelah itu, Ks dihitung dengan rumus:
Setelah menghitung komponen Ks, selanjutnya adalah mencari komponen cost of debt (Kd). Cost of debt sendiri adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana dari investor. Ada berbagai cara untuk mengetahui biaya hutang perusahaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rata-rata bunga atas pinjaman yang dikenakan oleh bank kepada perusahaan. Hal ini dilakukan karena perusahaan tidak menerbitkan obligasi dalam memperoleh modal.
Untuk menghitung komponen persentase bobot hutang dan bobot modal, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjumlahkan hutang jangka panjang dan ekuitas. Total dari hutang dan ekuitas ini digunakan untuk membagi hutang jangka panjang untuk memperoleh bobot hutang dan membagi ekuitas untuk memperoleh bobot ekuitas. Untuk lebih jelasnya, rumus akan dituliskan di bawah ini:
2. Perhitungan FCFF
Setelah diketahui nilai dari WACC, dapat dihitung nilai FCFF dengan rumus:
Dimana :
EBIT(1-T) : pendapatan setelah dikurangi pajak dan bunga Depreciation and amortization expense : beban penyusutan dan
amortisasi
Capital expenditure : pengeluaran atau belanja modal ∆ in Non Cash Working Capital : perubahan modal kerja
Perubahan modal kerja dihitung dengan mengurangi total modal kerja tahun ini dengan modal kerja tahun sebelumnya. Total modal kerja sendiri dihitung dengan menambahkan piutang usaha dan persediaan lalu menguranginya dengan hutang usaha.
3. Menghitung nilai perusahaan Dapat dihitung dengan rumus:
4. Menghitung nilai intrinsik dari saham
Dari nilai intrinsik yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pasar dari saham tersebut. Jika nilai intrinsik saham lebih besar daripada nilai pasarnya, maka saham dikatakan undervalued, sebaiknya saham tersebut dibeli. Dan sebaliknya jika nilai intrinsik saham lebih kecil daripada nilai pasarnya, maka saham dikatakan overvalued, sebaiknya saham tersebut dijual.
2.4.2. Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan Price Earning Ratio (PER) merupakan metode penilaian saham berdasarkan analisis fundamental. Price Earning Ratio (PER) adalah rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
2.4.3. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio ini, maka semakin bagus karena berarti bahwa pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
2.5. Penelitian Terdahulu
Sudah banyak penelitian mengenai penilaian bisnis dan estimasi nilai intrinsik yang telah dilakukan oleh para ahli. Metode yang digunakan juga sangat beragam.
Chemmanur dan Krishnan (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh reputasi perusahaan penjamin emisi terhadap nilai intrinsik saham saat IPO. Data diambil dari Securities Data Company (SDC) Platinum New Issues yang mengambil sampel 3.737 IPO yang terjadi di tahun 1980 sampai dengan 2000. Hasilnya, nilai saham yang didukung oleh perusahaan penjamin emisi bereputasi tinggi saat IPO lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang didukung oleh perusahaan penjamin bereputasi rendah. Secara keseluruhan, penelitian ini mendukung hipotesis kekuatan pasar dan menolak hipotesis sertifikasi, yang menunjukkan bahwa peran penjamin emisi efek adalah untuk memperoleh nilai tertinggi saat IPO.
Fernández, Pablo (2007) meneliti tentang kesalahan yang umum dilakukan dalam melakukan penilaian bisnis. Dalam makalahnya dijelaskan bahwa ada empat metode yang umum digunakan dalam menilai perusahaan yaitu balance sheet-based methods, income statement-based methods, mixed methods, dan cash flow discounting-based methods. Metode yang secara konseptual benar adalah metode
cash flow discounting. Secara singkat, peneliti mengomentari metode lain yang walaupun secara konseptual salah tetapi terus digunakan. Pada akhir makalah, peneliti merangkum kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan di lebih dari seribu perhitungan yang dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian lainnya oleh Fernández, Pablo (2006) dilakukan penelitian terhadap penilaian bisnis menggunakan 10 metode cash flow discounting untuk melihat apakah hasil dari perhitungan menggunakan kesepuluh metode tersebut memberikan hasil yang sama atau tidak. Kesepuluh metode yang digunakan yaitu free cash flow, equity cash flow, capital cash flow, adjusted present value, business’s risk adjusted free cash flow and equity cash flow, risk-free rate-adjusted free cash flow and equity cash flow, economic profit, dan economic value added. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa penilaian bisnis dengan menggunakan 10 metode discounted cash flow selalu memberikan hasil yang sama. Penelitian ini juga menjelaskan sembilan teori (No-cost-of-leverage, Modigliani and Miller (1963), Myers (1974), Miller (1977), Miles and Ezzell (1980), Harris and Pringle (1985), Damodaran (1994), With-cost-of-leverage, dan Practitioners method) yang berbeda untuk melakukan penilaian bisnis. Hasil penilaian bisnis dari sembilan teori tersebut berbeda karena disebabkan oleh perhitungan value of tax shield (VTS). Dan dari sembilan teori, teori Modigliani and Miller (1963) dan teori Myers (1974), memberikan hasil yang tidak konsisten.