BAB VI
|1
BAB 6
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1 Pengembangan Kawasan Permukiman
6.1.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
A. Kawasan permukiman secara umum
Permukiman di Kabupaten Jember tersebar di berbagi lokasi. Keberadaan permukiman ini sangat penting dalam kaitannya dengan kesejahteraan penduduk dan motivasi penduduk untuk mendapatkan berbagi fasilitas pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
Penduduk dengan kegiatan jasa dan perdagangan, maupun kegiatan lain yang terkonsentrasi pada suatu pusat kegiatan akan berorientasi pada lokasi-lokasi yang dekat dan mempunyai aksesibiltas yang tinggi. Penduduk dengan kegiatan utamanya adalah pertanian tanaman pangan akan cenderung memilki permukiman yang tidak jauh dari lokasi lahan pertaniannya
Dengan kenyataan tersebut di atas keberadaan permukiman dan lokasi dari kegiatan yang dilakukan penduduk sehari-hari menjadi sangat berkaitan.
Demikian pula halnya dengan keadaan permukiman yang ada di Kabupaten Jember, karakteristik permukiman yang ada di wilayah ini memilki dua buah karakteristik tersendiri, yaitu karakteristi permukiman perkotaan dan pedesaan.
B. Karakteristik lingkungan permukiman perkotaan
Lingkungan permukiman perkotaan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Pemanfaatan lahan untuk permukiman cendering intensif dengan luas lahan yang kecil
BAB VI
|2
3. Pemenuhan fasilitas dan utilitas permukiman yang ada sudah lebih baik danhampir mencukupi
4. Kecenderungan perkembangan permukiman adalah intensifikasi lahan 5. Kawasan-kawasan permukiman padat cenderung memilki lingkungan yag
kurang terpelihara dan dapat mengarang pada kawasan permukiman kumuh
C. Karakteristik lingkungan permukiman perdesaan
Lingkungan permukman pedesaaan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Luas kavling jauh lebih besar dari pada di kota
2. Cenderung mendekati dengan lahan pertanian yang dimilikinya 3. Sifat dari sistem permukimannya adalah tersebar
4. Fasilitas pelayanan dan utilitas lingkungan relatif kurang 5. Kecenderungan perkembangan ekstensifikasi lahan
6. Kecenderungan perkembangan menggeser lahan-lahan pertanian
7. Lokasi lebih berorientasi kepada lahan kegiatan maupun jaringan jalan untuk menjangkau fasilitas pelayanan, sehingga umumnya pola pesebaran rumahnya cenderung linier sepanjang jaringan jalan.
D. Permasalahan pada permukiman
Dari dua karakteristik kawasan permukiman yang ada di Kabupaten Jember terdapat beberapa masalah di antaranya:
1. Pergeseran fungsi permukiman menjadi fungsi komersial pada lokasi strategis di perkotaan seringkali mengganggu tata bangunan serta tata lingkungan sekitar
2. Keberadaan fasilitas dan utilitas permukiman yang tidak seimbang antara wilayah perkotaan dan pedesaan
3. Pergeseran lahan pertanian/subur untuk kawasan permukiman di lokasi-lokasi pinggiran kota (hinterland) tidak seimbang dengan perkembangan perluasan lahan pertanian, yang pada akhirnya akan dapat mengganggu program swasembada pangan.
BAB VI
|3
4. Perkembangan kawasan permukiman yang cepat tanpa perencanaankawasan yang komperhensif cenderung menciptakan kawasan permukiman yang kumuh.
6.1.2 Target dan Sasaran
Secara umum target dan sasaran kawasan permukiman di Kabupaten Jember berdasarkan RTRW Kabupaten Jember adalah :
1. Permukiman perdesaan, meliputi :
Permukiman pusat perdesaan
Permukiman desa
Permukiman pada pusat perdusunan 2. Permukiman perkotaan, meliputi :
Permukiman perkotaan besar
Permukiman perkotaan menengah
Permukiman perkotaan kecil
3. Permukiman perkotaan besar didukung oleh kota inti dan perumahan baru skala besar. Di Jember, wilayah yang telah mapan adalah pusat kota sekaligus sebagai kota inti maupun sebagai pusat pelayanan. Sedangkan perumahan baru skala besar dikembangkan di sekitar pusat kota, seperti Kecamatan Arjasa, Pakusari, Ajung, Sukorambi dan Panti. Perumahan baru ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum kota, serta peluang kerja. Antara kota inti dengan perumahan baru memiliki hubungan atau aksesibilitas yang tinggi, setidaknya oleh sistem komuting.
4. Permukiman perkotaan menengah, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan WP. Pengembangan permukiman tersebut dapat dikembangkan di Perkotaan Tanggul, Perkotaan Kalisat, Perkotaan Ambulu dan Perkotaan Balung. Dengan berkembangnya kawasan permukiman tersebut akan membentuk pusat pertumbuhan skala wilayah/regional. Berkembangnya area terbagun tersebut akan berdampak
BAB VI
|4
terhadap skala pelayanan di tingkat kabupaten bahkan akan dapat menghubungkan atau berinteraksi dengan besar dan perkotaan kecil lainnya. 5. Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di perkotaan yangmemiliki fungsi sebagai:
Pusat pelayanan perkotaan kecamatan.
Pusat pertumbuhan skala kecamatan. 6. Permukiman pada kawasan khusus, meliputi :
Sebagai tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata
Kawasan permukiman yang timbul akibat perkembangan infrastruktur
Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi dan pariwisata
6.1.3 Program yang Diusulkan
Program yang diusulkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan RTRW Kabupaten Jember adalah :
A. Pemantapan dan pengembangan kawasan agropolitan strategis kawasan perdesaan
B. Pemerataan penyediaan infrastruktur perkotaan untuk pemerataan pembangunan
6.1.4 Kegiatan dan Rincian
Untuk lebih jelasnya usulan kegiatan dan rincian tentang program-program investasi Kabupaten Jember adalah : pada usulan program-program pengembangan kawasan permukiman.
6.1.5 Prioritas Penanganan dan Asumsi Penanganan
A. Secara UmumPengembangan pusat permukiman perdesaan dapat dilakukan dengan penataan struktur ruang pedesaan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), pembentukan Pusat Desa, pembentukan Pusat Permukiman Perdusunan pada
BAB VI
|6
setiap wilayah. Pengembangan ini merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan di kawasan perdesaan dan peluang pengembangan setiap pusat pelayanan melalui penyediaan berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang mampu mendorong perkembangan kawasan perdesaan. Selanjutnya setiap perkotaan terutama kota kecil menengah didorong pertumbuhannya sehingga terbentuk pengembangan perkotaan pusat kegiatan wilayah dan lokal, sesuai dengan tingkat pelayanan masing-masing kota. Prospek pengembangan ini diharapkan mampu menjadi katalis perkembangan wilayah berdasarkan pembagian sistem koleksi dan distribusi.B. Permukiman Perkotaan
Sistem pusat permukiman kota (IKK) merupakan peluang pengembangan perkotaan untuk kota kecil dan sedang, yang akan berkembang sesuai dengan fungsi dan ukuran masing-masing. Kota IKK tersebut mempunyai peluang pengembangan sebagai kota distribusi barang, jasa dan koleksi lainnya yang dihasilkan oleh daerah hinterlandnya. Dengan demikian secara lokal dan regional, Kabupaten Jember mempunyai daerah/kota penyangga untuk masing-masing IKK.
C. Permukiman Pedesaan
Permukiman perdesaan memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan permukiman. Secara hirarkis mulai dari pusat pelayanan permukiman tiap dusun/kampung tiap desa/kelurahan, antar desa/kelurahan dihubungkan dengan pusat kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat, dan dengan perkotaan sebagai pusat WP, serta dengan ibukota kabupaten.
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk sepanjang tahun. Salah satu ciri khas penataan ruang
BAB VI
|7
Kabupaten Jember adalah keberadaan ruang terbuka/taman kota. Ruang terbuka/taman kota yang representatif terdapat di pusat pusat kota yang tersebar di Kabupaten Jember, seperti Alun-alun Kota Jember, Alun-alun Kota Tanggul, dan berbagai ruang terbuka yang tersedia hampir diseluruh kantor kecamatan di Kabupaten Jember. Disamping sebagai ruang terbuka untuk mendukung keberadaan bangunan pemerintahan, ruang terbuka tersebut diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Alun-alun Kota Jember yang merupakan kawasan pusat pemerintahan, hingga saat ini tetap dipertahankan sebagai kawasan yang dilestarikan karena dapat menjadi salah satu ikon Kabupaten Jember.6.2.2 Target dan Sasaran
Ruang terbuka hijau merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) memiliki fungsi penting yaitu ekologis dan sosial-ekonomi. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan fungsi arsitektural sebagai landmark kota.
Adapun target dan sasaran RTH di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1. Terjaminnya ketersediaan oksigen dalam jumlah yang cukup dan menerus; 2. Terciptanya iklim yang sehat, udara bersih bebas polusi;
3. Terciptanya suasana teduh, nyaman, bersih dan indah;
4. Terkendalinya sistem tata air (hidrologi) secara optimal dan memungkinkan adanya hasil sampingan berasal dari tanaman produktif yang sengaja ditanam di lokasi yang aman dari polusi pada media tanah, air dan udara;
5. Tersedianya sarana rekreasi dan wisata kota;
BAB VI
|8
7. Sebagai sarana penunjang pendidikan dan penelitian, serta jalur pengamandalam penataan ruang kota.
6.2.3 Program yang Diusulkan
Program yang akan dilaksanakan agar dapat mencapai target dan sasaran yang diinginkan adalah program percontohan ruang terbuka hijau.
6.2.4 Kegiatan dan Rincian
Untuk lebih jelasnya usulan kegiatan dan rincian tentang program-program investasi penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Jember adalah : pada usulan program penataan bangunan dan lingkungan.
6.2.5 Prioritas Penanganan dan Asumsi Penanganan
Adapun prioritas penanganan dan asumsi penanganan penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH yang masih tersisa, seperti yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang kota.
2. Mengisi dan memelihara taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-baiknya dan berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH (identifikasi dan keindahan) masing-masing lokasi.
3. Pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum, serta di puncak gedung (rooftop garden), dengan tanaman aerofonik atau hidrofonik, dan semacamnya oleh pemilik bangunan
4. Pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA; sempadan sungai; sempadan SUTT, kawasan industri.
5. Refungsionalisasi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami, seperti di sepanjang tepian jalan raya, jalan tol, bawah jalan layang (fly-over), tempat pemakaman umum (TPU), dan lapangan olahraga, dari okupasi permukiman liar.
BAB VI
|10
6. Penyediaan jalur hijau dan taman kota,7. Memberikan ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis, seperti batas-batas kota dan alun-alun kota,
8. Peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota, sesuai klasifikasinya,
9. Pembangunan taman lingkungan; lapangan olahraga di tiap unit lingkungan, 10. Rehabilitasi kawasan taman sebagai pendukung monumen kota,
11. Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH,
12. Pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota,
13. Penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai pendukung ikon kota,
14. Peningkatan pendanaan baik dari pemerintah, swasta, dan swadaya masyarakat yang memadai untuk program RTH kota,
15. Mengikut sertakan peran serta masyarakat untuk meningkatkan apresiasi dan kepedulian terhadap kualitas lingkungan alami perkotaan.
6.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman
Bidang penyehatan lingkungan permukiman terdiri dari sektor air limbah dan persampahan, untuk lebuh jelasnya lihat keterangan dibawah ini.
6.3.1 Sub Sektor Air Limbah
6.3.1.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Sampai saat ini pembuangan air kotor di Kabupaten Jember lebih banyak menggunakan sistem setempat atau individual daripada sistem terpusat atau sistem publik. Sistem terpusat hanya dilaksanakan di beberapa perumahan baru saja. Saluran drainase di Kabupaten Jember terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier atau saluran-saluran pada pemukiman. Untuk saluran sekunder yang terdapat di Kabupaten Jember dapat dibedakan menjadi dua, yaitu saluran terbuka dan tertutup. Untuk saluran sekunder, baik yang
BAB VI
|11
terbuka maupun tertutup serta saluran tersier atau saluran-saluran yang ada pada pemukiman penduduk, banyak yang kondisinya kurang layak dalam arti lebar, kedalaman, maupun bentuk fisiknya untuk pelayanan drainase. Pemerintah Kabupaten Jember telah berusaha mengatasi hal tersebut dengan cara memperbesar saluran drainase yang sudah ada.6.3.1.2 Target dan Sasaran
Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai dengan tahun 2016, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.
6.3.1.3 Program yang Diusulkan
Untuk mencapai target dan sasaran sampai tahun 2016, yaitu penangan air limbah dengan pengembangan sistem individual dan komunal. Sehingga program yang perlu di usulkan adalah program pengembangan kinerja pengelolaan air limbah. Selain itu program untuk drainase adalah perbaikan, normalisasi dan rehabilitasi saluran drainase.
6.3.1.4
Kegiatan dan Rincian
Semua kegiatan akan diperinci pada tabel dibawah ini : yaitu usulan program penyehatan lingkungan permukiman di Kabupaten Jember, yang dibagi menjadi beberapa sub sektor yaitu sub sector air limbah, dan sub sector persampahan.
6.3.1.5
Prioritas Penanganan dan Asumsi Penanganan
BAB VI
|12
1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagiwilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem tersebut
3. Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, restoran dan rumah tangga
4. Pengamanan pencemaran sumberdaya air dengan memberi peringatan dan sanksi hukum pada kegiatan-kegiatan (terutama kegiatan industri) yang membuang air limbah sehingga mengakibatkan pencemaran sumberdaya air. 5. Strategi untuk pengembangan jaringan drainase yaitu dengan cara
pembangunan dan perbaikan saluran drainase terutama sepanjang jaringan jalan guna menunjang saluran induk drainase serta memperbesar kapasitas saluran/ gorong-gorong sehingga mampu mangalirkan air hujan, khususnya di lokasi-lokasi yang rawan genangan dan daerah permukiman pada musim hujan.
6. Penertiban kawasan sempadan sungai dan pembuatan plengesengan pada saluran drainase sekunder untuk menghindari terjadinya erosi dinding saluran drainase yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas penampungan air.
6.3.2 Sub Sektor Persampahan
6.3.2.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
A. Kondisi EksistingPola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Jember dilaksanakan dengan sistem individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan, hingga pembuangan akhir, yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup. Penanganan sampah di Kabupaten Jember menggunakan dua cara. Cara yang pertama yaitu cara konvensional, dimana sampah ditangani dengan cara dibakar atau ditimbun yang mana hal tersebut masih banyak dilakukan oleh warga yang belum terlayani oleh petugas kebersihan yang terdapat di Kabupaten Jember. Namun untuk
masa-BAB VI
|13
masa mendatang cara-cara yang masih konvensional tersebut perlu diubah, hal ini mengingat jumlah produksi sampah yang semakin lama semakin meningkat volumenya seiring dengan tingkat perkembangan kabupaten. Untuk itu perlu adanya suatu organisasi serta partisipasi masyarakat atau badan-badan pemerintah yang menangani masalah sampah.Berdasarkan hasil survey di Kabupatern Jember terdapat 1 (satu) buah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yaitu TPA Pakusari dengan kapasitas 600 m3 /
hari atau setara dengan 600.000 Liter / hari. Jenis sampah yang ditampung berupa sampah organik yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga dan perdagangan.
Proses perngolahan sampah terdiri dari sistem pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan. Untuk sistem penwadahan sendiri berupa pewadahan individual maupun komunal. Begitu juga dengan sistem pengumpulannya. Selanjutnya sampah – sampah yang berasal dari rumah tangga diangkut dengan gerobak sampah oleh pasukan kuning dengan kapasitas masing – masaing gerobak 1 m3 dan dibawa menuju TPS. Jenis TPS di Kabupaten Jember
ada 2, yaitu sistem transfer depo dan kontainer dengan kapasitas masing – masing TPS 15 m3 / hari.
B. Permasalahan
Penempatan limbah domestik atau sampah perkotaan seringkali menimbulkan masalah lingkungan, terutama pada kota-kota yang cepat berkembang. Karena terbatasnya lahan yang layak untuk lokasi pembuangan sampah yang ada di sekitar perkotaan tersebut menyebabkan dampak negatip terhadap lingkungan. Pencemaran air tanah akibat menyusupnya 'leachate' yang merupakan salah satu dampak negalif dari kesalahan dalam menentukan lokasi pembuangan sampah. Untuk menghindari pencemaran lingkungan oleh buangan sampah, lokasi pembuangan sebaiknya diitempatkan pada kondisi geologi yang sesuai. Selain itu, masalah lainnya adalah karena kurang tepat dalam pemilihan lokasi TPA di samping tata cara pengelolaan operasional yang tidak berjalan dengan baik.
BAB VI
|14
6.3.2.2 Target dan Sasaran
Peningkatan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan sampah, mulai dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan hingga sistem pengangkutan. Untuk tempat pembuangan akhir (TPA), hingga tahun ke 3 diperlukan upaya peningkatan jumlah prasarana pembuangan akhir, tapi untuk tahun-tahun berikutnya mengingat daya tampung TPA yang ada akan melampaui maka diperlukan upaya pembuatan TPA yang baru pada lokasi yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Berdasarkan perhitungan, jumlah sampah yang dihasilkan pada daerah Kabupaten Jember tahun 2028 seebesar4.138.968,4 Liter/tahun. Hal ini masih melebihi kapasitas TPA yang hanya dapat menampung 600.000 Liter. Untuk daerah perkotaan cara pengolahan sampah dilakukan dengan membuang sampah ke dump truck (truk sampah) sedangkan di daerah perdesaan masih dilakukan cara penimbunan dan pembakaran sampah karena bagi masyarakat cara ini dianggap efektif. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengurangi permasalahan sampah dengan cara 4R yaitu:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace (Mengganti); meteliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga meneliti agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah
BAB VI
|15
lingkungan, Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja, dan tidak mempergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.6.3.2.3 Program yang Diusulkan
Program yang akan dilaksanakan agar dapat mencapai target dan sasaran yang diinginkan adalah program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, program tersebut terdiri dari :
Pengembangan pengelolaan sampah dengan system reduce-reuse-recycle-
Replace.
Penyediaan lokasi pembuangan akhir untuk masing-masing WP
6.3.2.4 Kegiatan dan Rincian
Semua kegiatan akan diperinci pada tabel dibawah ini : yaitu usulan program penyehatan lingkungan permukiman di Kabupaten Jember, yang dibagi menjadi beberapa sub sektor yaitu sub sector air limbah, dan sub sector persampahan.
6.3.2.5 Prioritas Penanganan dan Asumsi Penanganan
A. Prioritas PenangananSistem pengolahan sampah di kabupaten Jember menggunakan sistem Sanitary Landfill. Berdasarkan hasil survey di Kabupatern Jember terdapat 1 (satu) buah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yaitu TPA Pakusari dengan kapasitas 600 m3 / hari atau setara dengan 600.000 Liter / hari. Jenis sampah yang ditampung berupa sampah organik yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga dan perdagangan.
BAB VI
|17
Berdasarkan data di lapangan dapat diketahui bahwa volume sampah yang dihasilkan pada tahun 2008 sebesar 4.042.291,7 Liter dan pada tahun 2028 sebesar 4.123.868,4 Liter. Sedangkan kapasitas TPA Pakusari yaitu 600.000 Liter / hari sehingga timbunan sampah yang ada pada TPA Pakusari perlu diolah langsung atau dilakukan perluasan area TPA Pakusari sehingga sampah yang ada tidak menumpuk melebihi kapasitas TPA Pakusari.B. Asumsi Penanganan
1. Lokasi prasarana lingkungan perlu memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan dalam penempatan lokasi, pembangunan prasarana tersebut sangat prospektif bila dikembangkan pada tingkat perkotaan seperti pusat Kota Jember, Tanggul, Kalisat, Ambulu dan Balung.
2. Penanggulangan volume sampah yang melebihi kapasitas TPA Pakusari yakni dengan cara menambah jumlah TPA sebanyak 1 unit. Karakteristik penentuan lokasi TPA tersebut disesuaikan dengan jumlah persebaran penduduk administratif, dimana lokasi ideal berdasarkan jumlah penduduk berada di Kecamatan Jelbuk. Aksesibilitas untuk menuju TPA Jelbuk perlu ditingkatkan, untuk mempermudah mobilitas pemindahan sampah dari TPS menuju TPA.
3. Penyediaan sarana lingkungan di Kabupaten Jember perlu disesuaikan dengan hierarki pemerintahan. Penyediaan TPS diperlukan di tiap-tiap kelurahan, yang pada kondisi eksisting saat ini, jumlah TPS masih sebanyak 225 unit. Sehingga, masih memerlukan penambahan jumlah, dengan karakteristik lokasi TPS jauh dari permukiman penduduk, dan jarak terjangkau.
BAB VI
|18
6.4 Pengembangan Air Minum
6.4.1 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
A. Kondisi EksistingKebutuhan akan air bersih penduduk di Kabupaten Jember terutama diperoleh dari sumur, baik sumur gali maupun sumur pompa, jaringan pipa air dari PDAM. Dari kebutuhan air bersih di Kabupaten Jember masih banyak yang memanfaatkan air sumur daripada air PDAM. Hal ini disebabkan karena belum seluruhnya jaringan pipa PDAM dapat menjangkau wilayah Kabupaten Jember.
B. Permasalahan
1. Sumberdaya air banyak mengalami penyusutan dan pada tempat tertentu malah tidak dapat dikendalikan yang mengakibatkan timbulnya banjir
2. Pengadaan air baku di Jember sebagian besar dari air permukaan, dan pemanfaatan air tanah digunakan untuk memenuhi kekurangan air permukaan. Ketersediaannya cenderung tetap atau menurun, sedangkan kebutuhan air baku relatif meningkat.
3. Perubahan bantaran sungai menjadi permukiman ini juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampung, berubahnya kawasan karena gejala alam, penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh sumber-sumber pencemar yang masuk ke badan sungai
6.4.2 Target dan Sasaran
Target dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan air bersih di Kabupaten Jember adalah :
1. Memperhatikan potensi curah hujan yang ada di Jember masih memungkinkan adanya peningkatan pengembangan sumberdaya air yang diharapkan mampu untuk mendukung dan memenuhi tuntutan kebutuhan air di masa mendatang. 2. Pengembangan potensi sumber air yang berasal dari tanah untuk pemenuhan
BAB VI
|19
3. Untuk dapat memanfaatkan potensi cadangan air secara optimal perlupenataan fungsi tata air yang berbasis konservasi air.
4. Kawasan hutan dan taman nasional yang tersebar di Kabupaten Jember dengan total luas areal merupakan kawan yang dapat dikembangkan menjadi penyimpan cadangan air baku yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pengairan
6.4.3 Program yang Diusulkan
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk maka diperlukan peningkatan pelayanan jaringan yang ada dengan pembuatan jaringan baru, khususnya dikawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan yang telah ada. Sehingga program yang diusulkan adalah :
Pengamanan dan pengendalian daerah resapan air di sekitar sumber air baku (mata air).
Pengembangan sistem pipa transmisi dan distribusi dan pengendalian kebocoran air.
Pengembangan SPAM di desa rawan air, pesisir dan terpencil.
Penyediaan prasarana air minum kawasan RSH/RUSUNAWA.
Penyediaan prasarana air minum kawasan kumuh/nelayan.
6.4.4 Kegiatan dan Rincian
Semua kegiatan akan diperinci pada tabel dibawah ini : yaitu usulan program air minum di Kabupaten Jember
6.4.5 Prioritas Penanganan dan Asumsi Penanganan
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, maka diperlukan peningkatan pelayanan jaringan yang ada dengan pembuatan jaringan baru, khususnya di kawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan yang telah ada.
BAB VI
|20
Selain itu juga pengembangan sumber air bersih agar meningkatkan produksi dan pengendalian tingkat kebocoran.Penyediaan air bersih dengan menggunakan pelayanan PDAM harus tetap memperhatikan sistem kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu:
Sistem sumber
Sistem transmisi
Sistem distribusi
Untuk penyediaan air bersih yang tidak dapat dijangkau oleh pelayanan strategi yang dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dan menambah jaringan air bersih yang diusahakan melalui WSLIC.
Untuk dapat mempertahankan ketersediaan sumber air di Kabupaten Jember maka perlu dilakukan konservasi air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya.