• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika pada tanggal 29 Agustus 2020 di Prodi Pendidikan Matematika FKIP UMP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS

ETNOMATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013

Ratna Fitrianingsih1

Pendidikan Matematika UM. Purwokerto ratna.fitrianingsih54@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa dalam proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk menciptakan suatu keadaan atau kondisi di dalam kelas yang konduksif dalam meningkatkan kreatifitas setiap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh seorang pendidik dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menggabungkan suatu budaya dengan matematika. Pada artikel ini metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kepustakaan (library research). Dengan metode tersebut yang diperlukan dalam instrument berupa kajian literasi dari beberapa data yang dikumpulkan dan dianalisis merupakan data sekunder yang berupa hasil-hasil penelitian seperti buku-buku bacaan ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian. Hasil penelitian ini seorang pendidik akan dapat mengembangkan perangkat pembelajran yang mengaitkan antara budaya dengan matematika sesuai dengan kurikulum 2013. Dari pendekatan tersebut peserta didik akan lebih mudah menerima dan memahami terkait pembelajaran matematika yang sangat dekat dengan kehidupan sehari- hari..

Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Etnomatematika, Kurikulum 2013

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis yang bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya pendidikan, maka manusia akan mempunyai pandangan dan arah hidup yang lebih jelas dan terarah. Oleh karena itu pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi bagaimana pendidikan dapat mempersiapkan peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menerapkannya dalam kondisi apapun.

Dalam undang-undang pendidikan (2003) dijelaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemamampuan peserta didik dan mendewasakan peserta didik yang dilakukan dalam proses pengajaran atau pelatihan yang telah disusun secara sistematis atau terencana berdasarkan tujuan pendidikan. Salah satu lembaga atau jenjang pendidikan formal yang bertanggung jawab untuk mewujudkan fungsi pendidikan adalah jenjang pendidikan dasar (SD/MI), jenjang

(2)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

199

pendidikan menengah (SMP/MTs), jenjang pendidikan atas (SMA/MA) dan Perguruan Tinggi (PT).

Salah satu hal yang melatarbelakangi terbentuknya kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yakni adanya tuntutan bahwa pembelajaran matematika di sekolah harus memafasilitasi siswa untuk aktif, kreatif, dan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) yang masih menempatkan peserta didik Indonesia dalam zona

bawah2. Selain itu, Kementerian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

menjelaskan bahwa pada tahun 2010-2035 bagi Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas karena jumlah penduduk dengan usia sekolah sangat tinggi. Dengan demikian, kebutuhan perubahan kurikulum menuju pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan.

Kemampuan tersebut diharapkan peserta didik dapat bertahan hidup pada kondisi yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum yang menekankan pembelajaran secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sesuai dengan yang tersurat didalam standar proses.

Perkembangan ilmu pendidikan di Indonesia secara terkhusus pendidikan matematika dituntut adanya sebuah pembaharuan yang diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik. Salah satu upayanya adalah penerapan Etnomatematika pada kurikulum pendidikan 2013. Etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio yaitu seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. Etnomatematika yang didefinisikan Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics “ berasal dari techne, dan bermakna sama seperti teknik. Dari definisi tersebut maka ethnomnatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar ethno (etnik) maka etnomatematika didefinisikan sebagai antropology budaya (culture antropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika.

Pembelajaran matematika, umumnya masih banyak dijumpai bahwa matematika pelajaran yang sulit dan hafalan rumus. Sehingga peserta didik merasa jenuh, bosan, dan mereka pikir pelajaran matematika tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan Model/Metode dan pendekatan yang inovatif untuk merealisasikan proses pembelajaran tersebut. Pada pembelajaran matematika berbasis etnomatematika ini dapat mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik. Dan etnomatematika dapat mengembangkan perangkat pembelajaran matematika. Etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa.

(3)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

200

Pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai sarana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerjasama yang diperlukan siswa dalam kehidupan yang semakin maju ini4. Seperti tercantum dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta bekerjasama.

Pembelajaran matematika di sekolah pada dasarnya dapat menjadi awal pembentukan masyarakat maju. Dalam pembelajaran matematika guru tidak selayaknya hanya memberikan simbol-simbol abstrak dan teorema yang membosankan bagi sebagian besar siswa, karena melalui penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas dan pendekatan realistis, matematika akan menjadi teman keseharian siswa. Pembelajaran matematika yang mengusung kepada kearifan lokal sering kita dengar dengan istilah etnomatematika. Etnomatematika bisa didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dilakukan oleh suatu kelompok tertentu dalam melakukan aktifitas matematika. Bentuk dari etnomatematika berupa hasil dari aktivitas matematika yang dimiliki atau berkembang pada kelompok itu sendiri. Sehingga pada pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dalam kurikulum 2013 merupakaan pembelajaran yang dilakukan oleh suatu kelompok tertentu dalam materi matematika dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan melihat kurikulum 2013 revisi.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan (library research). Dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian jenis ini, dikaji pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam literatur sehingga memberikan informasi teoritis dan ilmiah terkait peran etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Data yang dikumpulkan dan dianalisis merupakan data sekunder yang berupa hasil-hasil penelitian seperti buku-buku bacaan ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian, yang relevan dengan Ethnomatematika dan pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013. Dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.

Teknik analisis data dalam penelitian meliputi 3 tahapan, pertama, organize yakni mengorganisasikan literatur-literatur yang akan digunakan. Literatur yang digunakan terlebih dahulu di review agar relevan atau sesuai dengan permasalahan. Pada tahapaan ini penulis melakukan pencarian ide, tujuan, dan simpulan dari beberapa literatur dimulai dari membaca abstrak, pendahuluan, metode serta pembahasan serta mengelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu. Kedua, synthesize yakni menyatukan hasil organisasi literatur menjadi suatu ringkasan agar menjadi satu kesatuan yang padu, dengan mencari keterkaitan antar literatur. Ketiga, identify yakni mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam literatur. Isu kontroversi yang dimaksud adalah isu yang dianggap sangat penting untuk dikupas atau dianalisis, guna mendapatkan suatu tulisan yang menarik untuk dibaca.

(4)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

201

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum 2013

Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa dalam proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu keadaan yang konduksif dalam memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu indikator dari keberhasilan suatu pembelajaran, ketika materi yang disajikan dapat dimengerti dan dipahami oleh sebagian besar peserta didik. Keberhasilan ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana cara seorang guru dalam menyampaikan materi melalui berbagai macam metode, model, bahkan pendekatan dalam proses pembelajaran.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran matematika bertujuan memfasilitasi peserta didik agar memiliki kemampuan penalaran, pemecahan masalah, komunikasi matematis, koneksi matematis, literasi matematis, dan representasi matematis. Oleh karena itu, sangat diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu mewujudkan minimal salah satu dari kemampuan tersebut. Ada beberapa pendekatan pembelajaran matematika yang dicocok untuk diterapkan pada kurikulum 2013. berikut lima (5) pendekatan tersebut.

1. Problem Based Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata yang tidak terstruktur dengan baik sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. Pembelajaran PBL memiliki langkah- langkah sebagai berikut. a. Penentuan masalah Penentuan masalah dapat dilakukan oleh guru dan para

siswa, atau diajukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai.

b. Pemecahan masalah

c. Presentasi hasil kerja kelompok

d. Pada langkah ini setiap kelompok akan mempresentasikan pemecahan terhadap masalah yang ada dilanjutkan dengan diskusi termasuk mendiskusikan materi yang dapat dikembangkan dari permasalahan yang diajukan dan penyelesaian.

e. Pengembangan materi pembelajaran berdasarkan penyelesaian masing-masing kelompok

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Secara umum langkah-langkah pembelajaran kooperatif diantaranya.

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa b. Menyajikan informasi.

(5)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

202

c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar. d. Membimbing kelompok belajar

e. Evaluasi

f. Memberikan penghargaan.

3. Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Adapun langkahlangkah dalam pembelajaran berbasis proyek diantaranya.

a. Pembukaan b. Penguatan materi c. Pembagian kelompok

d. Penugasan kelompok dalam bentuk proyek e. Empirik

f. Presentasi hasil penugasan g. Refleksi dan evaluasi

4. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. CTL memiliki tujuh komponen yang dapat dimunculkan dalam implementasi Pembelajaran kontekstual, tujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian otentik.

5. Pembelajaran Saintifik

Pendekatan saintifik (Scientific Approach) atau biasa disebut dengan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan pembelajaran yang menjadi dasar munculnya kurikulum 2013. Keilmiahan merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa15. Scientific berarti ilmiah, sehingga dalam pembelajaran apapun, terlebih pembelajaran matematika bahwa konsep keilmuan matematika yang akan diberikan dan bangun oleh peserta didik harus berdasarkan pengamatan/ observasi empirik, terukur, selanjutnya mampu memformulasikan hipotesis hingga menguji hipotesis tersebut. Berdasarkan kurikulum 2013, bahwa pendekatan saintifik memiliki 5 langkah pembelajaran diantaranya yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan.

Peran Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika membutuhkan suatu pendekatan agar dalam pelaksanaanya memberikan keefektifan. Sebagaimana dari salah satu tujuan pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran dilakukan agar peserta didik dapat mampu menguasai materi yang diajarkan dan menerangkannya dalam memecahkan masalah. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ini mestinya seorang pendidik lebih memahami faktor apa saja yang berpengaruh dalam lingkungan peserta didik terhadap pembelajaran.

(6)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

203

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah budaya yang ada di dalam lingkungan masyarakat yang peserta didik tempati. Budaya sangat menentukan bagaimana cara pandang siswa dalam menyikapi sesuatu. Termasuk dalam memahami suatu matematika. Ketika suatu materi begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut sulit untuk dipahami. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang mampu menghubungkan antara matematika dengan budaya mereka.

Etnomatematika merupakan jembatan matematika dengan budaya,

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat. Dengan menerapakn etnomatematika sebagai suatu pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang dipelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung dengan budaya mereka yang merupakan aktivitas mereka sehari-hari dalam bermasyarakat.

Salah satu bentuk penerapan etnomatematika dalam pembelajaran matematika adalah penggunaan lidi untuk konsep operasi perkalian pada bilangan bulat6. Budaya yang terdapat dalam pembelajaran ini adalah penggunaan lidi merupakan bagian dari alat pembersih yang biasa digunakan untuk menyapu halaman atau tempat yang kotor. Budaya ini diselipkan pada proses pembelajaran matematika yang menggunakan media sapu lidi untuk menyelesaikan masalah operasi perkalian bilangan bulat.

Pembelajaran bentuk seperti ini siswa lebih mudah dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dan hasil belajar siswa pun mengalami perbaikan. Salah satu contoh di atas merupakan bentuk keberhasilan dari pembelajaran matematika berbasis etnomatematika yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas. Selain itu dapat pula sebagai upaya perbaikan dalam memperbaiki kualitas pembelajaran matematika. Ini artinya bahwa nilai-nilai sosio-kultur-budaya tidak terpisah dari ilmu matematika dengan dijembatani etnomatematika.

D. SIMPULAN

Pembelajaran matematika ini merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan suatu pendekatan yang mengaitkan antara budaya dan matematika. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan lebih mudan dipahami, dimengerti dan diterima oleh peserta didik. Karena peserta didik akan lebih mengerti bahwa maematika itu sangat penting dipelajari dan sangat berarti jika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik lebih lama mengingat materi yang disampaikan oleh seorang pendidik, karena pendidik menyampaikan materi dengan mengaitkan yang ada dilingkungan masyarakat. Sangat efektif pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dengan berdasarkan kurikulum 2013. Pada hal ini seorang pendidik hanya sebagai fasilitator dan peserta didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik akan dapat mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbeda sesuai dengan budaya yang ada di sekitar peserta didik tinggal. Etnomatematika sangat mendorong peserta didik berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan oleh pendidik.

(7)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP UMP

Purwokerto, 29 Agustus 2020

204

DAFTAR PUSTAKA

Fitriatien, Sri Rahmawati. 2017. Pembelajaran Berbasis Etnomatematika. Program

Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan,Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Hariastuti, Rachmaniah Mirza. 2017. Permainan Tebak-Tebak Buah Manggis: Sebuah Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika; Vol. 2 No. 1 Maret 2017.

Richardo, Rino. 2016. Peran Ethnomatematika Dalam Penerapan Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2013. Literasi; Volume VII, No. 2 Desember 2016.

Sariningsih, Ratna dan Kadarisma, Gida. 2016. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Saintifik Berbasis Etnomatematika. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi,;Vol .3, No.1, Mei 2016.

Sarwoedi1; Marinka, Desi Okta; Febriani, Peni dan Wirne, I nyoman. 2018. Efektifitas Etnomatematika dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia; Vol. 03 No. 02, Desember 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor pendapatan (X3) berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen dalam membeli dalam membeli pia apel Shyif sebagaimana ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,054 yang

Rendahnya jumlah anggota komite audit dengan pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dapat menyebabkan komite audit kurang mampu menganalisa dan mengevaluasi diskresi yang

Dengan demikian maka hasil penelitian ini menolak hipotesis satu dan menyatakan tidak ada pengaruh ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah didistribusikan, sebagian besar responden memberikan penilaian setuju terhadap setiap item pertanyaan dalam variabel

 Panduaan  Penataan  Kaawasan  Alun-­‐alun  Semarang..   Restaurant  dan  Segala

elvileg bárki fejleszthet, a nagy áruházakba való bekerülés az Apple Store esetében sokkal nehezebb, mint a Google Playbe, ugyanis előbbi esetében szigorú biztonsági

Karena hanya ada satu CI test yang digunakan untuk memeriksa keterhubungan tersebut (arah sudah diketahui dari informasi node ordering), sehingga cut set yang tepat dapat

Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi data prosentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya dianalisa berdasarkan teori dan konsep