• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: accounting conservatism, managerial ownership, board characteristic, debt covenant, accrual measure.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: accounting conservatism, managerial ownership, board characteristic, debt covenant, accrual measure."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KARAKTERISTIK DEWAN, DAN DEBT COVENANT TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME

AKUNTANSI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012)

Bandi1

Vidya Ria Shintawati2 vidya_ria@rocketmail.com 1

Dosen senior akuntansi FE Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret, Surakarta (tahun 2014)

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the effect of managerial ownership, board characteristics, and debt covenant on accounting conservatism. Managerial ownership is measured by the percentage of share ownership by the management company. Board characeristics set uses three proxies, they are the proportion of independent commissioners, board size, and the number of commissioners meeting. Debt covenant is measured using the level of leverage (total debt/total assets). Accounting conservatism as a dependent variable using accrual measure.

The research data was extracted from financial statements, annual report, as well as information from other media associated with this research. The sample taken in this research was 65 companies listed on the period of 2010 - 2012. The samples selection uses purposive sampling methods. This study employed a hypothesis test using multiple regression test, partial regression test (t test), the coefficient of determination test (R2), and simultaneous regression test (F test).

The results of this study indicate that factors influencing accounting conservatism are managerial ownership, the proportion of independent commissioners, board size, and the number of commissioners meeting and also debt covenant is measured using the level of leverage (total debt/total assets).

Keywords: accounting conservatism, managerial ownership, board characteristic, debt covenant, accrual measure.

I. PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, jumlah rapat anggota dewan komisaris yang diklasifikasikan sebagai karakteristik dewan, serta debt covenant atau perjanjian hutang terhadap

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

Konservatisme merupakan prinsip yang paling mempengaruhi penilaian dalam akuntansi (Sterling, 1967). Konservatisme secara tradisional didefinisikan sebagai sebagai antisipasi terhadap semua rugi tetapi tidak mengantisipasi laba (Bliss, 1924 dalam

(2)

Watts, 2003). Penggunaan prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi di masa mendatang, sehingga pengukuran dan pengakuan untuk angka-angka tersebut dilakukan dengan hati-hati.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan program konvergensi PSAK ke Internasional Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS memperkenalkan prinsip baru yang disebut dengan prudence sebagai pengganti prinsip konservatisme, yang dimaksud dengan prudence dalam IFRS, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan adalah pendapatan boleh diakui meskipun masih berupa potensi, sepanjang memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition) dalam IFRS (Yustina & Sutrisno, 2012). Di dalam PSAK juga terdapat syarat-syarat ketika pendapatan dapat diakui. Ketika syarat-syarat pengakuan belum terpenuhi maka pendapatan belum dapat diakui. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prinsip konservatisme tidak hilang dalam IFRS (Nugroho, 2012).

Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial (Mayangsari & Wilopo, 2002). Watts (2003) mengungkapkan bahwa konservatisme masih diterapkan karena akan membatasi perilaku oportunistik manajer. Disisi lain, Monahan (1999) menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Laporan akuntansi yang dihasilkan dengan metode yang konservatif cenderung bias dan tidak mencerminkan realita (Kiryanto & Supriyanto, 2006).

Konservatisme memainkan peranan yang penting dalam agency theory. Jensen (1986) menyatakan bahwa dalam agency theory pemegang saham sebagai principals dan manajer sebagai agen akan selalu berusaha untuk melindungi kepentingan masing-masing. Masalah keagenan muncul ketika kepentingan antara pemegang saham dan manajer tidak sejalan. Semakin besar kepemilikan manajerial menunjukkan kekuasaan manajer yang semakin besar. Lafond & Rouchowdhury (2008) menyatakan bahwa dalam masalah keagenan, manajer memiliki insentif untuk menunda pengakuan kerugian karena hal ini dapat berdampak pada pelaporan laba tahun berjalan. Apabila manajer menginginkan kinerjanya terlihat lebih bagus, maka ada kecenderungan untuk membuat laporan keuangan yang tidak konservatif.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi manajemen melakukan tindakan konservatisme, diantaranya adalah mekanisme corporate governance yang berkaitan dengan karakteristik dewan. Dalam menjalankan tugas pengawasannya, dewan komisaris mensyaratkan informasi yang berkualitas (Indrayati, 2010). Dengan penerapan prinsip konservatisme tersebut, diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya oleh investor karena konservatisme dapat menghindari pelaporan keuangan yang berlebihan. Oleh karena itu, karakteristik dari manajemen puncak perusahaan akan mempengaruhi tingkatan konservatisme yang akan digunakan perusahaannya dalam menyusun laporan keuangannya (Wardhani, 2008).

Lasdi (2009) menyatakan bahwa salah satu hal yang mendorong manajer untuk menerapkan prinsip akuntansi

(3)

konservatif adalah adanya konflik antara pemegang saham dengan pemegang obligasi berkaitan dengan hutang. Hutang merupakan elemen laporan keuangan yang berkaitan dengan pihak diluar perusahaan yaitu kreditor dan merupakan salah satu sumber pembentuk elemen struktur modal. Kontrak utang (debt covenant) membatasi perilaku oportunistik manajer untuk mengambil alih hak pemberi pinjaman ketika perusahaan sedang berada pada kesulitan ekonomi (Nikolaev, 2010), hal ini dapat diartikan lebih lanjut bahwa debt covenant melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan.

II. KERANGKA TEORITIS

Konservatisme Akuntansi

Basu (1997) menginterpretasikan konservatisme akuntansi sebagai representasi kecenderungan akuntan untuk menggunakan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui good news sebagai gain dari pada bad news sebagai loss. Perbedaan pengakuan terhadap kedua informasi laba menyebabkan asymetric timeliness karena perbedaan sensitifitas laba terhadap bad news dan good news. Givoly & Hayn (2000) mendefinisikan konservatisme sebagai pemilihan metode akuntansi yang meminimalkan laba kumulatif yang dilaporkan dengan cara memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan beban, penilaian aset yang lebih rendah, dan penilaian kewajiban yang lebih tinggi.

Watts (2003) menyebutkan bahwa konservatisme merupakan sebuah

mekanisme untuk memfasilitasi kontrak yang efisien. LaFond & Roychowdhury (2008) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi meliputi penggunaan standar yang lebih tepat untuk mengakui bad news sebagai kerugian dan untuk mengakui good news sebagai keuntungan dan memfasilitasi kontrak yang efisien antara manajer dan shareholders. Secara umum, konservatisme akuntansi diklasifikasikan menjadi dua sub konsep yaitu conditional dan unconditional conservatism (Ball & Shivakumar, 2005; Beaver & Ryan, 2005).

a. Conditional Conservatism (ex-post) Conditional conservatism atau konsep konservatisme yang bersifat kondisional atau konservatisme ex-post (Pope & Walker, 2003) atau income statement conservatism (Ball & Shivakumar, 2005) atau news-dependent conservatism (Chandra et al, 2004) merupakan konservatisme yang berdasarkan kondisi pasar dan bergantung pada berita atau news dependent, hal ini berarti bahwa konservatisme jenis ini menggambarkan lebih tepat waktu untuk pengakuan laba terhadap bad news dari pada good news (Handojo, 2012). Secara umum, prinsip akuntansi ini menghendaki penghapusan dengan segera untuk mengakui bad news terhadap ketidakpastian kerugian dan sebaliknya.

b. Unconditional Conservatism (ex-ante)

Unconditional conservatism atau konservatisme ex-ante (Pope & Walker, 2003) atau balance sheet conservatism (Ball & Shivakumar, 2005) atau news-independent conservatism (Chandra et al, 2004)

(4)

adalah konservatisme yang berdasarkan akuntansi terkait dengan neraca, dan tidak terkait atau bergantung pada terdapatnya berita (good news dan bad news), artinya konservatisme jenis ini bersifat independen dari adanya berita baik atau buruk di lingkungan bisnis perusahaan (Handojo, 2012).

Watts (2003) menyatakan dalam artikelnya yang berjudul “Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities“, terdapat tiga ukuran konservatisme yaitu 1) Earnings/stock return relation measures, Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset- stock return tetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan waktunya, Basu (1997) menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan); 2) Earnings/accrual measures, pada tipe ini, konservatisme diukur dengan menggunakan akrual, yaitu selisih antara laba bersih dari kegiatan operasional dengan arus kas; 3) Net asset measures, salah satu model yang digunakan oleh Beaver & Ryan (2000) yaitu dengan mengunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.

Dalam penelitian ini, konservatisme diukur dengan menggunakan ukuran akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow, sesuai

dengan penelitian yang dikembangkan oleh Givoly & Hayn (2002). Givoly & Hayn (2002) menyatakan bahwa apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif, yang disebabkan karena net income lebih rendah dari cash flow yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan dengan akrual negatif cenderung melaporkan aset dan pendapatan lebih rendah serta melaporkan biaya dan hutang lebih tinggi. Sebaliknya perusahan yang memiliki akrual positif dikatakan cenderung menerapkan akuntansi optimis.

Kepemilikan Manajerial

Menurut Wardhani (2008), kepemilikan manajerial adalah jumlah saham perusahaan-perusahaan publik yang dimiliki oleh individu-individu atau kelompok elit yang berasal dari dalam perusahaan yang mempunyai kepentingan langsung terhadap perusahaan. Lafond & Rouchowdhury (2008) menyatakan bahwa pihak manajemen cenderung menjadi sumber utama dari informasi tentang kinerja saat ini dan kinerja masa depan perusahaan. Adanya keterbatasan informasi tersebut memunculkan insentif bagi manajer menyatakan nilai secara overstate dengan cara melaporkan laba saat ini lebih tinggi, meningkatan harapan akan arus kas masa depan dan menghasilkan agency cost. Agency cost diperburuk dengan upaya manajemen untuk mentransfer kekayaan perusahaan kepada diri sendiri (Zulaikha, 2012). Biaya keagenan timbul karena usaha manajer untuk memindahkan kekayaan perusahaan pada dirinya dan mengabaikan peran utamanya, yaitu mengatur perusahaan secara efektif serta menciptakan nilai bagi pemegang saham (Lafond & Rouchowdhury, 2008).

(5)

Karakteristik Dewan

Konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam sistem akuntansi perusahaan yang dapat membantu board of directors dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya (Watts, 2003). Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Ahmed & Duellman (2007) menyatakan bahwa board of directors yang kuat akan mensyaratkan konservatisme yang lebih tinggi sehingga dapat membantu dalam mengurangi biaya agensi yang timbul karena adanya informasi yang asimetris antara manajer dengan pihak lain.

Debt Covenant

Kontrak hutang (debt covenant) merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman (lender atau kreditor) dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan model kerja dan kekayaan pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan, yang mana semuanya menurunkan keamanan (atau menaikkan risiko) bagi kreditur yang telah ada (Watts & Zimerman, 1986). Kontrak ini didasarkan pada teori akuntansi positf, yakni hipotesis debt covenant, yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, manajer memiliki kecenderungan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat

memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan.

Pengembangan Hipotesis

a. Kepemilikan Manajerial dan Konservatisme Akuntansi

Lafond & Roychowdhury (2008) dalam penelitiannya menggunakan asymmetric timeliness sebagai pengukur konservatisme yang menunjukkan perusahaan lebih cepat mengakui berita buruk dari pada berita baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajer berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Shuto & Takada (2010) dengan menggunakan sampel perusahaan di Jepang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan manajerial dan tingkat konservatisme akuntansi. Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

b. Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Konservatisme Akuntansi

Board of directors yang kuat (board of directors yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif (Lara et al, 2007). Penelitian Wardhani (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat konservatisme akuntansi. Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(6)

H2: Independensi dalam anggota

Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

c. Ukuran Dewan Komisaris dan Konservatisme Akuntansi

Lara et al. (2007) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan dewan yang lemah. Penelitian yang dilakukan Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H3: Ukuran Dewan Komisaris

berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

d. Jumlah Rapat Dewan Komisaris dan Konservatisme Akuntansi

Penelitian Xie et al. (2003) menemukan bahwa semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, maka akrual kelolaan perusahaan semakin kecil, fungsi pengawasan terhadap manajemen semakin efektif, karena akrual yang semakin kecil menunjukkan tingkat konservatisme yang tinggi. Dari uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4: Jumlah rapat anggota dewan

komisaris berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

e. Debt Covenant dan

Konservatisme Akuntansi

Hasil penelitian Sari & Adhariani (2009) menunjukkan bahwa semakin besar rasio leverage yang digunakan untuk mengukur debt convenant, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan

periode sekarang atau laporan keuangan disajikan cenderung tidak konservatif. H5: Debt covenant (leverage)

berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

III. METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial, karakteristik dewan, dan debt covenant terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2012.

Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010 – 2012. Jumlah sampel tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 masing-masing 65 perusahaan. Jumlah observasi selama tiga tahun sebanyak 195 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan IBM SPSS Statistics 20.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen dengan definisi dan pengukuran sebagai berikut: a. Variabel Independen

1. Kepemilikan Manajerial (MNGR_OWN)

Kepemilikan manajerial diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan (direksi

(7)

dan komisaris) mengacu pada penelitian Wardhani (2008). 2. Karakteristik Dewan 1) Proporsi Komisaris Independen (KOM_INDP) Pengukuran komisaris independen ini diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan total jumlah komisaris (Zulaikha, 2012).

2) Ukuran Dewan Komisaris (BOARD_SIZE)

Pengukuran dewan komisaris ini diperoleh dengan cara menghitung jumlah dewan komisaris yang ada didalam suatu perusahaan, baik komisaris independen maupun komisaris non-independen (Zulaikha, 2012). 3) Jumlah Rapat Dewan

Komisaris (BOARD_MEET)

Jumlah atau frekuensi rapat dewan komisaris diukur dengan jumlah meeting yang diselenggarakan selama satu tahun (Lara et al, 2007). 3. Debt Covenant (LEV)

Kontrak Hutang, menggunakan proksi dari tingkat leverage (total hutang / total aset). Qiang (2003) menyatakan bahwa leverage merupakan proksi bagi kecenderungan perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme akuntansi dalam penelitian ini diproksikan dengan total akrual yang mengacu pada penelitian Givoly & Hayn (2002), yang dihitung dengan cara berikut:

Konservatisme akuntansi dengan ukuran total akrual diperoleh dari net income atau laba bersih sebelum extraordinary items pada waktu t pada sebuah perusahaan i ditambah depresiasi dan amortisasi kemudian dikurangi arus kas bersih dari kegiatan operasional (cash flow operational) perusahaan i pada waktu t. Hasil total akrual dibagi dengan total aset perusahaan mengacu pada penelitian Givoly & Hayn (2002). Hasil total akrual dikalikan dengan negatif 1 dengan maksud mempermudah analisa dan perhitungan, sehingga perusahaan yang memiliki total akrual yang positif dikatakan menerapkan akuntansi yang konservatif sedangkan perusahaan yang

memiliki akrual negatif dikatakan menerapkan akuntansi optimis (liberal).

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Pada tabel berikut ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dihitung menggunakan alat bantu statistik IBM SPSS Statistics 20. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel dibawah ini:

(8)

Tabel 1

Hasil Statistik Deskriptif

Variabel N Min Max Mean Std

Deviation TA 195 -0,195 0,161 -0,03474 0,059222 MNGR_OWN 195 0 31,180 2,60142 6,118081 KOM_INDP 195 0,125 0,750 0,39455 0,109997 BOARD_SIZE 195 2 10 4,38 1,621 BOARD_MEET 195 2 26 7,58 5,279 LEV 195 0,041 0,965 0,49662 0,191425 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada variabel konservatisme akuntansi dengan ukuran total akrual (TA) diperoleh rata-rata sebesar -0,03474 dengan nilai terendah sebesar -0,195 dan nilai tertinggi sebesar 0,161. Hasil pengujian statistik deskriptif variabel kepemilikan manajerial (MNGR_OWN) memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 31,180. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial 2,60142 dengan standar deviasi sebesar 6,118081.

Selama periode pengamatan (2010 - 2012) diperoleh rata-rata keberadaan komisaris independen (KOM_IND) yang diukur dengan menggunakan presentase jumlah komisaris independen dari informasi yang ada diperoleh rata-rata sebesar 39,455%. Nilai rata-rata tersebut lebih besar dari 30% yang berarti bahwa sebagian besar perusahaan sampel memiliki komisaris independen sebagaimana yang ditetapkan oleh Bappepam. Pada variabel jumlah dewan komisaris (BOARD_SIZE) semakin besar nilainya menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar pula. Nilai yang diperoleh rata-rata sebesar 4,38 %. Hal ini berarti bahwa rata-rata jumlah anggota dewan komisaris adalah 4 hingga 5 orang dengan jumlah anggota

dewan komisaris yang paling sedikit sebanyak 2 orang dan terbanyak adalah 10 orang.

Pada variabel jumlah pertemuan dewan komisaris (BOARD_MEET) dalam 1 tahun diperoleh nilai rata-rata adalah sebanyak 7,58. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel melakukan 7 sampai 8 kali pertemuan dewan komisaris dalam satu tahunnya. Jumlah pertemuan dewan komisaris yang paling sedikit adalah 2 kali dalam setahun dan yang paling banyak adalah 26 kali pertemuan dalam setahun. Variabel leverage (LEV) sebagai proksi debt covenant atau kontrak hutang memiliki nilai minimum sebesar 0, 041 dengan nilai maksimum 9,65. Nilai rata-rata leverage sebesar 0,49662 dengan standar deviasi sebesar 0,191425.

Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan analisis berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian analisis berganda terhadap model persamaan regresi diformulasikan sebagai berikut:

(1) Konservatisme (TA) = α + â MNGR_OWN + â KOM_INDP + â

BOARD_SIZE + â BOARD_MEET + â LEV + å

(9)

Perhitungan analisis regresi ganda dilakukan dengan bantuan komputer,

program IBM SPSS Statistics 20, hasil analisis regresi yang diperoleh adalah: Tabel 2

Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Coeffisients t Sig Interpretasi

Constant -0,103 -4,500 0,000 - MNGR_OWN 0,002 3,443 0,001 Signifikan KOM_INDP 0,102 2,891 0,004 Signifikan BOARD_SIZE 0,007 3,092 0,002 Signifikan BOARD_MEET 0,002 2,390 0,018 Signifikan LEV -0,047 -2,208 0,028 Signifikan

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil pengujian pengaruh parsial variabel kepemilikan manajerial terhadap total akrual sebagai proksi konservatisme akuntansi menunjukan nilai beta sebesar 0.002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (p-value < 0,05). Pengujian memberikan hasil yang positif dan signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial, maka perusahaan akan semakin cenderung konservatif.

Variabel proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan dewan komisaris menunjukkan p-value sebesar 0,004 yang jauh lebih rendah dari tingkat alpha yaitu 0,05 dan angka koefisien sebesar 0,102, sehingga dapat dinyatakan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan.

Ukuran dewan komisaris sebesar menunjukkan angka koefisien sebesar -0,007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 yang jauh lebih rendah dari tingkat alpha yaitu 0,05, arah positif dari angka koefisien regresi menunjukkan hubungan positif antara tingkat konservatisme

akuntansi dan ukuran dewan komisaris. Angka koefisien variabel BOARD_MEET atau jumlah rapat anggota dewan komisaris sebesar 0,002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018 (p-value > 0,05).

Hasil pengujian pengaruh kontrak hutang (debt covenant) yang diproksikan dengan leverage terhadap tingkat konservatisme akuntansi menunjukkan hasil p-value sebesar 0,028 yang lebih besar dari tingkat alpha yaitu 0,05 dan angka koefisien sebesar - 0,047, sehingga dapat dinyatakan bahwa kontrak hutang (debt covenant) yang diproksikan dengan leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat konservatisme akuntansi, artinya perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi cenderung memilih akuntansi yang tidak konservatif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Pengujian Regresi Simultan (F hitung) Uji signifikansi F bisa dilakukan dengan melihat angka signifikansi F. Hasil Nilai F persamaan regresi dan signifikansinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(10)

Tabel 3 Hasil Uji Nilai F

F Hitung Sig Interpretasi

16,332 ,000 Signifikan pada 0,05

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil Nilai F hitung menunjukan hasil 16,332 dengan probabilitas 0,000 (<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tingkat konservatisme akuntansi.

Pengujian Koefisien Determinasi (Goodness of Fit / R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Semakin besar koefisien determinasi atau semakin mendekati 1 (satu),

menunjukkan semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perubahan variabel dependen. Sesuai dengan Ghazali (2009) bahwa dalam model terdapat variabel independen lebih dari dua maka nilai adjusted R2 lebih baik dalam menilai kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari pada model summary pada hasil regresi linier berganda.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, karakteristik dewan, dan debt covenant terhadap tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

,549a 0,302 0,283 0,050138

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada tabel 4.8 di atas memperlihatkan nilai adjusted R square sebesar 0,302 atau sebesar 30,2%. Berdasarkan nilai adjusted R square tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 30,2% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebanyak 69,8% (100% - 30,2%) dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji regresi dapat diambil kesimpulan seagai berikut

a. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diproksikan dengan total akrual. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Lafond & Rouchowdhury (2008), namun

(11)

mendukung penelitian Ahmed & Duellman (2007).

b. Proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Wardhani (2008).

c. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi, semakin besar ukuran dewan komisaris, maka penggunaan prinsip konservatisme akuntansi juga semakin tinggi Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wardhani (2008) dan Lara et al. (2007).

d. Jumlah rapat atau frekuensi pertemuan anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Lara et al. (2007). e. Kontrak hutang (debt covenant)

yang diproksikan dengan leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Lasdi (2009) dan tidak sesuai dengan hipotesis debt covenant yang memprediksi bahwa manajer cenderung menyatakan secara berlebihan laba dan aset untuk mengurangi negosiasi ulang biaya kontrak hutang ketika perusahaan berusaha melanggar kontrak hutangnya.

f. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis kepemilikan manajerial, karakteristik dewan, dalam hal ini ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan jumlah

rapat anggota dewan komisaris, serta kontrak hutang atau debt covenant berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tingkat konservatisme akuntansi yang diproksikan dengan total akrual. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 30,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Implikasi

Beberapa implikasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Hasil ini penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dilihat dapat menyelaraskan perbedaan antara manajemen dengan pemegang saham dari luar.

b. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran total akrual. Hasil tersebut menunjukkan bahwa board of directors yang kuat (dewan yang memiliki komisaris independen dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif. c. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan serta tingginya frekuensi pertemuan (rapat) yang dilakukan oleh dewan komisaris,

(12)

maka fungsi monitoring terhadap kebijakan manajemen perusahaan dapat dijalankan dengan lebih baik, sehingga perusahaan akan terhindar dari kecurangan pelaporan keuangan.

Rekomendasi

Sedikitnya rentang waktu periode penelitian yaitu dari tahun 2010 hingga 2012, maka penelitian selanjutnya dapat memperbaiki keterbatasan tersebut

dengan mengambil periode waktu yang lebih panjang; Penelitian ini hanya menggunakan tiga ukuran dari karakteristik dewan yaitu independensi dewan komisaris, jumlah anggota dewan komisaris, dan jumlah rapat anggota dewan komisaris. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah karakteristik dewan dan efektifitas dewan dalam mengimplementasikan corporate governance di perusahaannya

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A. S. & S. Duellman. (2007). Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An empirical Analysis. Journal of Accounting and Economics. Vol. 43 (2–3): 411–437.

Ball, R. & L. Shivakumar (2005). Earnings quality in UK private firms: Comparative loss recognition timeliness. Journal of Accounting and Economics 39(1): 83– 128.

Ball, R.. (2001). Infrastructure Requirements for an Economically Efficient System of Public Financial Reporting and Disclosure. Brookings–Wharton Papers on Financial Services: 127–169.

Bapepam – LK. (2010). Kajian tentang Pedoman Good Corporate Governance di negara-negara anggota ACMF. Tim Studi.

Basu, S. (1997). The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings. Journal of Accounting and Economics vol. 29 (2): 1-51.

Beaver, W. H. & S. G. Ryan. (2005). Unconditional and Conditional Conservatism: Concepts and Modeling. Review of Accounting Studies. Vol. 10 (2–3): 269–309. Chandra, U., Wasley, C., Waymire, G., (2004). Income Conservatism in the U.S.

Technology Sector. Financial Research and Policy Working Paper No. FR 04-01. Working Paper. University of Rochester.

Deslatu. S. & Y.K. Susanto. (2010). Pengaruh Kepemilikan Managerial, Debt Covenant, Litigation, Tax And Political Costs Dan Kesempatan Bertumbuh Terhadap Konservatisma Akuntansi. Jurnal Ekuitas. Vol. 14 (2).

Fala, D.Y.A. (2007). Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X.

FCGI. (2004). Review of Corporate Governance in Asia: Corporate Governance in Indonesia. www.fcgi.com.

Givoly, D. & C. Hayn. (2000). The Changing Time-Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative? Journal of Accounting & Economics. Vol. 29(3): 287–320.

Givoly, D., C. Hayn, & A.Natarajan (2007). Measuring Reporting Conservatism. The Accounting Review. Vol. 82: 65-106.

(13)

Handojo, I. (2012). Sekelumit Konservatisme Akuntansi. Media Bisnis. (September) – STIE Trisakti.

Indrayati, M.R. (2010). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Universitas Diponegoro: Skripsi.

Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305–60. Jensen, M. C. (1993). The modern industrial revolution, exit and failure of internal

control systems. Journal of Finance. 48(3): 831-880.

Krishnan, G.V. & G. Visvanathan. (2008). Does the SOX Definition of an Accounting Expert Matter? The Association between Audit Committee Directors’ Accounting Expertise and Accounting Conservatism. Contemporary Accounting Research 25: 827-857.

LaFond, W., & S. Roychowdhury. (2008). Managerial ownership and accounting conservatism. Journal of Accounting Research.

Lara G, J. M., García Osma, B., & Penalva, F. (2007). Board of Directors‟ Characteristics and Conditional Accounting Conservatism: Spanish evidence. European Accounting Review. 16 (4): 727-755.

Lasdi, Lodovicus. (2009). Pengujian Determinan Konservatisme Akuntansi. Jurnal Akuntansi Kontemporer. Vol. I (1).

Mayangsari, Sekar & Wilopo. (2002). Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 (3) September: 291-310.

Nugroho, D.A. (2012). Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant, Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, dan Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi. Universitas Diponegoro: Skripsi.

Pope, P. F. & M. Walker. (2003). Ex-ante and ex-post accounting conservatism, asset recognition, and asymmetric earnings timeliness. Working Paper, Lancaster University.

Rezaee, Z. (2004). Corporate Governance Role in Financial Reporting. Research in Accounting Regulation: 107-149.

Vafeas, N. (1999). Board meeting frequency and firm performance. Journal of Financial Economics. Vol.53: 113–143.

Wardhani, R. (2008). Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Watts, R. L. (2003). Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications. Accounting Horizons. Vol.17: 207–221.

Watts, Ross L. & Jerold L. Zimmerman. (1986). Positive Accounting Theory. Prentice-Hall Inc., (http://papers.ssrn.com/).

Xie, B., Davidson, W. N., III & Dalt, P. J. (2003). Earnings management and corporate governance: the roles of the board and the audit committee. Journal of Corporate Finance. Vol: 9(3): 295 316.

Yustina, R. & Sutrisno. T. (2012). Pengaruh Konvergensi IFRS dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Jurnal Universitas Brawijaya. Vol. 2 (1).

(14)

Zhang, J. (2011). The Effect of IFRS Adoption on Accounting Conservatism-New Zealand Perspective. Auckland University of Technology: Thesis.

Zimmerman, J., L. (1983). Taxes and Firm Size. Journal of Accounting and Economics: 119-149.

Zulaikha, D.W. (2012). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 1 (2): 1-14.

Nikolaev, V.V. (2010). Debt Covenants and Accounting Conservatism. Journal of Accounting Research. Vol. 48 (1): 51-89.

Shuto. A & T. Takada. (2010). Managerial Ownership and Accounting Conservatism in Japan: A Test of Management Entrenchment Effect. Journal of Business Finance & Accounting: 119-149.

Referensi

Dokumen terkait

Perjalanan ‘Abd al-Ra’ūf yang cukup panjang dalam menuntut ilmu di Timur Tengah tidak menjadikannya sebagai tokoh yang datang ke Nusantara dengan membawa tradisi

Apa saja bentuk materi tentang sembilan karakter islami dalam kitab Ta‟limul Muta‟allim yang diterapkan pada peserta didik di MA YSPIS Rembang..

Sebaliknya Program Konservasi Rafflesia, harus bertujuan pertama dan utama untuk meningkatkan kualitas, kesejahteraan dan kapasitas sumberdaya manusia, terutama untuk

Ketika suatu liabilitas keuangan yang ada digantikan oleh liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau

Namun, hal yang menarik dalam Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang tersebut adalah ketika suatu instansi pemerintah daerah dipimpin oleh seorang perempuan. Terlepas

Pengembangan bisnis adalah rencana implementasi usaha dodol rumput laut berdasarkan profil produk dan model bisnis yang telah diperoleh. Pembangunan pabrik

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

Matriks perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan kriteria tanggung jawab telah diisi dengan pertimbangan-pertimbangan yang konsisten dan vector eigen