• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons fisiologis dan hematologis ikan mas (Cyprinus carpio) pada suhu media pemeliharaan yang berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respons fisiologis dan hematologis ikan mas (Cyprinus carpio) pada suhu media pemeliharaan yang berbeda"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Respons fisiologis dan hematologis ikan mas (Cyprinus carpio)

pada suhu media pemeliharaan yang berbeda

[Physiological and hematological response of common carp (Cyprinus carpio)

in different temperatures of media]

Henni Syawal

1,2,

, Nastiti Kusumorini

3

, Wasmen Manalu

3

, Ridwan Affandi

4

1

Mahasiswa Program Doktor Institut Pertanian Bogor

2

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau

3

Fakultas Kedokteran Hewan, IPB

4

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau Kampus Bina Widya, KM. 12,5 Simpang Panam, Pekanbaru 28293

Surel: zeni_ifoipb@yahoo.com Diterima: 15 Februari 2011; Disetujui: 23 Agustus 2011

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi fisiologis dan hematologis ikan mas (Cyprinus carpio) yang terpapar pada suhu media pemeliharaan yang berbeda. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap satu faktor, empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Ikan uji dipapar selama 21 hari pada berbagai ting-katan suhu media pemeliharaan, yaitu 20, 24, 28, dan 32ºC. Untuk mempertahankan suhu air pada wadah pemeliharaan dipasang pemanas listrik (heater). Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas berukuran panjang 6.61± 0.68 cm dan berat 6.29± 0.79 gram sebanyak 450 ekor. Parameter yang diukur adalah kadar kortisol, glukosa, nilai osmolaritas, nilai he-matokrit, kadar hemoglobin, total sel eritrosit, dan sel leukosit, serta sintasan. Pengukuran parameter dilakukan empat kali, yaitu, awal sebelum perlakuan (hari ke-0), hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa suhu memengaruhi kondisi fisiologis ikan uji yang ditandai dengan peningkatan kadar kortisol, glukosa, dan nilai osmolaritas. Kadar kortisol tertinggi (583,202 nmol l-1) ditemukan pada hari ke-14 yakni pada suhu 20ºC, kadar gluko-sa (133,96±45,51 mg 100dl-1) ditemukan pada hari ke-7 pada suhu 24ºC, dan nilai osmolaritas (486±13,00 mM kg-1 H2O) ditemukan pada hari ke-14 suhu 32ºC. Pada suhu 20, 24, dan 28⁰C terjadi peningkatan nilai parameter fisiologis,

sedangkan nilai hematologis mengalami penurunan hingga hari ke-14. Sintasan tertinggi didapatkan pada ikan mas yang dipelihara pada suhu 32°C, yaitu 100%, dan yang terendah pada suhu 24°C, yaitu 68,45±3,35%.

Kata kunci: Cyprinus carpio, respons fisiologis, suhu.

Abstract

This research was conducted to explore the effect of different enviromental temperatures on the physiological and he-matological conditions of common carp (Cyprinus carpio). Fish were exposed for 21 days in four level of temperatures; 20, 24, 28, and 32ºC. Water electric heater was applied to maintain the temperature. About 450 of common carp with 6.61±0.68 cm of size, and weight 6.29±0.79 gram were utilized in this experiment. The parameters of physiological properties were the plasma concentrations of cortisol, glucose, and osmolarity, haemoglobin level, haematocrit, the total of red and white blood cells, and survival rate. The measurements of these parameters were done four times; before the treatment (0 day), 7th day, 14th day, and 21st day. The results showed that media temperatures influenced the physiologi-cal condition of fish which was marked by the increased plasma cortisol, glucose concentrations, and plasma osmolari-ty. The highest level of cortisol (583.202 nmolL-1), glucose (133.96±45.51mg100dl-1), and osmolarity (486±13.00 mM kg-1H2O) were found on 14

th

day in 20ºC, 7th day in 24ºC, and 14th day in 32ºC of temperature treatment, respectively. At the temperature treatment of 20, 24, and 28ºC, the value of physiological parameters increased, while the hematolo-gical values decreased at day 14th. Finally, the highest survival rate (100%) was found in 32ºC, and the lowest (68.45± 3.35%) was in 24°C.

Keywords: Cyprinus carpio, physiological responses, temperature.

Pendahuluan

Kepekaan ikan terhadap perubahan suhu, dikarenakan suhu tubuh ikan mengikuti

perubah-an suhu lingkungperubah-an (poikilotermal), sehingga su-hu lingkungan dapat berpengaruh langsung pada perubahan fisiologis ikan (Wedemeyer, 1996).

(2)

Perubahan suhu yang cukup besar dan mendadak dapat menimbulkan stres pada ikan. Stres yang dialami ikan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk terhadap kesehatan, karena sis-tem imunitas seluler dan humoral ikan tersebut menurun fungsinya. Dengan demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh mikroorganisme patogen (Kubulay & Ulukoy, 2002). Ikan yang dipelihara pada suhu dingin mempunyai respons imunitas yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu air yang lebih hangat (Nikoskelainen et al., 2004). Flajšhans & Hulata

(2007) melaporkan bahwa ikan mas tumbuh baik pada kisaran suhu 23-30°C.

Perubahan suhu air pada media pemeliha-raan akan berpengaruh terhadap proses fisiologis ikan, seperti laju pernapasan, metabolisme, de-nyut jantung, dan sirkulasi darah di dalam tubuh ikan (Nofrizal et al., 2009). Penelitian tentang pengaruh suhu terhadap respons fisiologis dan hematologis ikan di daerah tropis belum banyak diteliti, apabila dibandingkan dengan daerah sub-tropis. Perubahan suhu di perairan tidak hanya akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan, teta-pi juga erat hubungannya dengan keberadaan dan siklus hidup mikroorganisme patogen yang ada di perairan. Mikroorganisme patogen tersebut an-tara lain adalah parasit dari golongan protozoa, seperti Ichtyophtirius multifiliis, dan dari golong-an monogenia seperti Dactilogyrus dgolong-an Girodac-tylus yang biasa menyerang ikan-ikan air tawar (Woo, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevalu-asi respons ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) pa-da suhu media pemeliharaan yang berbepa-da mela-lui kajian fisiologis dan hematologis. Penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang kisaran suhu pemeliharaan yang optimum untuk pertum-buhan ikan, dan suhu yang dapat menghambat perkembangan parasit yang biasa menyerang

ikan. Dengan demikian informasi yang didapat-kan dari hasil penelitian ini, dapat menjadi acuan dalam mengendalikan parasit dan penyakit pada kegiatan budi daya.

Bahan dan metode

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratori-um Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Laboratorium Fisiologi, Fa-kultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bo-gor, mulai bulan Mei sampai akhir September 2010.

Hewan uji yang digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio) berukuran panjang 6,61± 0,68 cm dan berat 6,29±0,79 gram sebanyak 480 ekor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 35 cm, yang diisi dengan air se-banyak 40L. Kepadatan ikan 1 ekor L-1 (per aku-arium 40 ekor). Untuk mempertahankan suhu air dipasang alat pemanas listrik (heater). Ikan uji dipelihara selama 21 hari, dan selama pemeliha-raan ikan diberi pakan komersil, tiga kali sehari ad libitum.

Parameter fisiologis yang diukur adalah kadar kortisol, kadar glukosa, dan nilai osmolari-tas, sedangkan parameter hematologis yang di-ukur adalah kadar hemoglobin, nilai hematokrit, total sel eritrosit, dan sel leukosit. Selain itu juga dihitung sintasan. Pengukuran parameter dilaku-kan empat kali, yaitu hari ke-0 atau sebelum per-lakuan (ikan yang disampling pada awal diambil dari ikan stok yang telah diadaptasi pada suhu 18⁰C), hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Jum-lah ikan yang digunakan untuk setiap kali ana-lisis adalah 15 ekor dari setiap perlakuan.

Darah ikan diambil dari vena caudalis de-ngan menggunakan syringe (1 ml) yang telah di-beri heparin sebagai antikoagulan. Sebelum da-rah ikan diambil, terlebih dahulu ikannya dibius dengan phenoxyethanol dosis 0,3 ml L-1 air

(3)

(Ri-gal et al., 2008). Sebagian darah yang didapat, langsung digunakan untuk mengukur kadar he-moglobin, nilai hematokrit, jumlah total eritrosit, dan jumlah total leukosit. Sisanya, diambil manya dengan menggunakan centrifuge dan plas-ma tersebut digunakan untuk mengukur kadar kortisol, kadar glukosa, dan nilai osmolaritas.

Kadar kortisol plasma diukur dengan me-tode RIA (radio immuno assay) Cortisol (125I) RIA KIT (Ref: RK-240CT) IZOTOP, mengikuti prosedur (Ramsay et al., 2006). Pengukuran ka-dar glukosa plasma menggunakan kit komersial Glucose liquicolor GOD-PAP dengan metode kolorimetrik dan hasilnya dibaca dengan spektro-fotometer pada panjang gelombang 500 nm. Ni-lai osmolaritas plasma diukur langsung dengan menggunakan alat OSMOTAT 030 mengikuti prosedur Kaligis (2010). Kadar hemoglobin

di-ukur dengan metode Cyanmethemoglobin dan kit modifikasi dari Merck, pembacaan hasil dengan spektrofotometer. Nilai hematokrit, total sel erit-rosit dan leukosit diukur mengikuti prosedur Johnny et al. (2003). Sintasan ditentukan dengan menggunakan rumus Effendie, 1979: S = Nt / No

x 100%.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri atas empat taraf perlakuan, ya-itu suhu 20, 24, 28, dan 32°C. Masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan.

Data yang diperoleh ditabulasikan dalam bentuk tabel dan diuji secara statistik dengan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat per-bedaan yang nyata dari perlakuan dilanjutkan de-ngan uji Duncan.

Tabel 1. Rataan nilai parameter fisiologis ikan mas Suhu media pemeliharaan

Parameter 20⁰C 24⁰C 28⁰C 32⁰C Kortisol (nmol L-1) H-0* 235,31 235,31 235,31 235,31 H-7 397,44 264,11 249,53 189,28 H-14 583,20 372,46 326,72 153,52 H-21 552,99 531,45 440,42 167,82 Glukosa (mg.dL-1) H-0* 119,75±35,84a 119,75±35,84a 119,75±35,84a 119,75±35,84a H-7 124,71±51,20a 133,96±51,45a 123,79±26,90a 120,20±66,29a H-14 53,91±28,68b 60,35±39,85b 52,65±51,00b 102,78±56,90b H-21 81,82±35,25b 107,00±54,82b 65,52±45.88b 77,48±39,17b Osmolaritas mMol kg-1H2O H-0* 321±21,00 321±21,00 321±21,00 321±21,00 H-7 473±13,00 381±2,00 405±19,00 442±8,00 H-14 475±12,00 402±30,00 418±37,00 486±13,00 H-21 388±3,00 392±4,00 399±35,00 389±5,00

Keterangan tanda* untuk pengamatan hari ke-0 adalah pengukuran terhadap parameter yang dianalisis berasal dari ikan stok yang sudah diadaptasi pada suhu ruang ber AC (18⁰C). (n = 15, ± standar deviasi). Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil uji berbeda nyata (P< 0,05).

(4)

Gambar 1. Rataan kadar kortisol ikan mas

Gambar 2. Rataan kadar glukosa ikan mas Keterangan; H-0, H-7, H-14, dan H-21 adalah hari pengamatan

Gambar 3. Rataan nilai osmolaritas ikan mas Keterangan; H-0, H-7, H-14, dan H-21 adalah hari pengamatan

Hasil

Kondisi fisiologis ikan mas (C. carpio)

Data hasil pengamatan parameter fisiolo-gis ikan (kortisol, glukosa, dan osmolaritas)

disa-jikan pada Tabel 1. Untuk lebih jelasnya peru-bahan nilai fisiologis ikan mas selama pengamat-an ditampilkpengamat-an pada Gambar 1-3.

0 100 200 300 400 500 600 700 H-0 H-7 H-14 H-21 K o rti so l n m o l L -1

Waktu (hari) pengamatan

20 24 28 32 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 20 24 28 32 Kad ar g lu k o sa m g d L -1 Suhu oC H-0 H-7 H-14 H-21 0 100 200 300 400 500 600 20 24 28 32 Osm o lar itas m Mo l k g -1H 2 O Suhu oC H-0 H-7 H-14 H-21

(5)

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa ka-dar kortisol pada suhu media pemeliharaan 24⁰C mengalami peningkatan sebesar 125, 85% (296,14 nmol L-1) hingga hari ke-21. Selanjutnya rataan kadar glukosa ditampilkan pada Gambar 2. Pada gambar tersebut terlihat bahwa perubah-an kadar glukosa pada 24⁰C sejalperubah-an dengperubah-an peru-bahan kadar kortisol. Kadar glukosa tertinggi di-temukan pada ikan yang dipelihara pada suhu 24⁰C yakni sebesar 133,96±45,51mg.dL-1.

Nilai osmolaritas ikan mas yang dipeliha-ra pada suhu media pemelihadipeliha-raan yang berbeda

ditampilkan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 ter-lihat bahwa nilai osmolaritas ikan mas yang dipe-lihara pada suhu 28⁰C, mengalami peningkatan hingga hari ke-21 sebesar 24,34% (78±14,65 mMol kg-1H2O).

Kondisi hematologis ikan mas (C. carpio) Nilai hematologis ikan mas, seperti nilai hematokrit, kadar hemoglobin, total eritrosit, dan total leukosit disajikan pada Tabel 2. Perubahan nilai hematologis ditampilkan dalam bentuk his-togram pada Gambar 4-7.

Tabel 2. Rataan nilai parameter hematologis ikan mas Suhu media pemeliharaan

Parameter 20⁰C 24⁰C 28⁰C 32⁰C Hematokrit % H-0* 14,17±9,61a 14,17±9,61a 14,17±9,61a 14,17±9,61a H-7 6,38±3,97b 7,88±6,10b 9,08±5,76b 13,75±4,16a H-14 4,83±4,37b 8,30±6,39b 6,83±4,62b 13,06±9,04a H-21 9,79±6,37a 15,10±9,00a 15,80±7,58a 15,67±4,71a Hemoglobin gdL-1 H-0* 9,27±1,99a 9,27±1,99a 9,27±1,99a 9,27±1,99a H-7 7,06±1,58a 6,78±2,09a 7,83±1,73a 8,58±3,26a H-14 7,26±1,98 a 7,48±1,81a 7,37±1,14a 9,04±3,00a H-21 8,17±2,03 a 8,40±1,52a 7,86±1,58a 8,11±2,32a Eritrosit x106sel.mm-3 H-0* 1,781±0,56a 1,781±0,56a 1,781±0,56a 1,781±0,56a H-7 1,258±0,62b 1,345±0,69b 1,663±0,66a 1,854±1,05a H-14 1,281±0,75b 1,563±0,58ab 1,242±0,69b 2,140±0,87c H-21 1,026±0,56c 1,856±0,55a 1,853±0,55a 1,948±0,52a Leukositx10 sel mm-3 H-0* 15,35±8,48a 15,35±8,48a 15,35±8,48a 15,35±8,48a H-7 9,40±10,83b 10,38±9,90b 5,91±5,12c 5,58±5,31c H-14 13,15±1,65a 13,99±2,63a 13,67±3,63a 4,44±3,19c H-21 5,60±3,40b 16,86±22,65a 16,85±24,20a 8,16±2,08b Keterangan tanda* untuk pengamatan hari ke-0 adalah pengukuran terhadap parameter yang dianalisis berasal dari ikan stok yang sudah diadaptasi pada suhu ruang ber AC (18⁰C) (n = 15, ± standar deviasi). Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil uji berbeda nyata (P< 0,05).

(6)

Gambar 4. Rataan nilai hematokrit ikan mas Keterangan; H-0, H-7, H-14, dan H-21 adalah hari pengamatan

Gambar 5. Rataan nilai hemaglobin ikan mas

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa ni-lai hematokrit mengalami penurunan hingga hari ke-14 dan kembali meningkat pada hari ke 21 pa-da semua suhu media pemeliharaan. Penurunan terbesar terjadi pada ikan mas yang dipelihara pada suhu 20⁰C hari ke-14 yakni sebesar 65,91%.

Kadar hemoglobin ikan mas yang dipeli-hara pada berbagai tingkatan suhu ditampilkan pada Gambar 5. Gambar tersebut memperlihat-kan bahwa kadar hemoglobin pada hari ke-7 mengalami penurunan untuk semua suhu media pemeliharaan. Selanjutnya, pada suhu 20 dan 24⁰C pada hari ke-14 kembali meningkat hingga akhir pengamatan (hari ke-21). Namun secara statistik perubahan kadar hemoglobin untuk

se-mua suhu media pemeliharaan tidak menunjuk-kan perbedaan yang nyata.

Total eritrosit ikan mas yang dipelihara pada suhu media yang berbeda ditampilkan pada Gambar 6. Terlihat pada gambar ini bahwa total eritrosit ikan mas yang dipelihara pada suhu 20⁰C, mengalami penurunan sebesar 40,39% hingga akhir pengamatan (hari ke-21).

Rataan total leukosit ikan mas ditampil-kan pada Gambar 7. Gambar ini menunjukditampil-kan bahwa total leukosit ikan mas pada suhu media pemeliharaan 24 dan 28⁰C mengalami penurunan sebesar 61,49% pada suhu 28⁰C hari ke-7 dan kembali meningkat sebesar 185,10% hingga hari ke-21. 0 5 10 15 20 25 30 20 24 28 32 Hem ato k rit % Suhu ⁰C H-0 H-7 H-14 H-21 0 2 4 6 8 10 12 14 20 24 28 32 Hem o g lo b in g d L -1 Suhu ⁰C H-0 H-7 H-14 H-21

(7)

Gambar 6. Rataan total eritrosit ikan mas

Keterangan; H-0, H-7, H-14, dan H-21 adalah hari pengamatan

Gambar 7. Rataan total leukosit ikan mas

Sintasan ikan pada akhir pengamatan di-tampilkan pada Gambar 8. Nilai tertinggi secara berturut-turut diperoleh pada suhu 32°C adalah 100%, pada suhu 20°C adalah 86,65±3,7%, pada suhu 28°C adalah 75±10,0%, dan yang terendah pada suhu 24°C adalah 68,45±3,35%.

Berdasarkan hasil analisis terhadap para-meter yang diukur baik terhadap parapara-meter fisio-logis maupun hematofisio-logis ikan uji yang dipeliha-ra pada berbagai tingkatan suhu, didapatkan ni-lai-nilai parameter fisiologis seperti kortisol, glu-kosa, dan osmolaritas mengalami peningkatan hingga hari ke-14. Nilai hematologis seperti nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan total eritrosit

mengalami penurunan. Sintasan ikan uji cende-rung meningkat dengan meningkatnya suhu air media pemeliharaan. Namun pada penelitian ini, ikan yang dipelihara pada suhu 20⁰C sintasannya masih tinggi apabila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu 24 dan 28 ⁰C.

Pembahasan

Peningkatan kadar kortisol juga diiringi dengan peningkatan kadar glukosa dalam plas-ma. Dua parameter ini merupakan indikator stres pada ikan. Tingginya kadar kortisol hingga akhir pengamatan pada suhu 20⁰C dan 24⁰C

menanda-kan imenanda-kan mengalami stres berkepanjangan, yang 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 20 24 28 32 T o tal er itro sit x 1 0 6selμ L Suhu °C H-0 H-7 H-14 H-21 0 5 10 15 20 25 30 20 24 28 32 T o tal leu k o sit x 1 0 3sel m m -3 Suhu °C H-0 H-7 H-14 H-21

(8)

Gambar 8. Persentase sintasan ikan mas pada akhir pengamatan

berakibat reaksi kekebalan spesifik dan nonspe-sifik ikan menurun. Penurunan reaksi kekebalan ikan tersebut diduga disebabkan oleh kortisol yang dapat menghambat pembentukan interlu-kin-1dan 2 sehingga sel limfosit T mati dan tidak dapat merangsang sel limfosit B untuk mempro-duksi antibodi (Berne & Levy, 1988). Dengan demikian, ikan akan mudah terinfeksi oleh para-sit, bakteri, jamur, dan virus (Kubilay & Ulukoy, 2002; Varsamos et al., 2006). Kondisi yang sama juga terjadi peningkatan kadar kortisol pada ikan mas yang mengalami stres pada saat persiapan panen, pemanenan, setelah panen, dan dalam ma-sa transportasi, dari 243±215 hingga 573±108 ngmL-1 (Svobodova et al., 2006).

Perubahan kadar kortisol dalam plasma, sering dijadikan sebagai indikator utama stres, sedangkan indikator kedua adalah peningkatan kadar glukosa. Akibat stres maka ikan membu-tuhkan banyak energi untuk beradaptasi melawan stres yang disebabkan oleh suhu. Tingginya ke-butuhan energi untuk mempertahan hidup akan merangsang terjadinya mobilisasi glukosa ke da-lam darah (Costas et al., 2008). Adanya respons stres akan merangsang hipotalamus untuk

mele-paskan corticotrophin releasing factor (CRF). Selanjutnya CRF akan merangsang kelenjar hi-pofisis anterior untuk melepaskan hormon ad-renocorticotropin (ACTH), dan kemudian ACTH akan merangsang sel-sel interrenal (medulla ad-renal) untuk menghasilkan kortisol dan hormon katekolamin seperti epinefrin (Wedemeyer, 1996). Hormon-hormon ini berperan dalam pro-ses glukoneogenesis yang akan mendeposisi ca-dangan glikogen di hati dan otot untuk mening-katkan glukosa darah (Hastuti, 2004).

Tingginya kadar kortisol ikan Acipenser naccarii yang dipelihara pada suhu 25⁰C adalah 107,8±88,0 nmol L-1, mengindikasikan ikan mengalami stres kronis (Cataldi et al., 1998). Nilai normal kadar kortisol ikan Acipenser nac-carii pada suhu 17⁰C adalah 32,0±18,7 nmol.L-1.

Hormon kortisol sangat penting peranannya dalam kehidupan karena kortisol dapat mempe-ngaruhi metabolisme basal, mekanisme pertahan-an, tekanan darah dan respons terhadap stres. Terjadinya peningkatan atau penurunan nilai os-molaritas disebabkan insang mengalami kerusak-an akibat dipelihara pada suhu ykerusak-ang tidak opti-mum dan adanya infeksi oleh parasit. Dengan de-86,65 68,45 75 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kelu lu san h id u p an ( %) 20⁰C 24⁰C 28⁰C 32⁰C a c d b

(9)

mikian akibat kerusakan pada insang, dapat mengganggu proses respirasi dan keseimbangan ion-ion di dalam tubuh (Dickerson, 2006).

Perubahan nilai parameter hematologis berkaitan dengan peningkatan penyebab stres (Gabriel et al., 2007). Terjadinya penurunan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan total eritrosit pada suhu media pemeliharaan 24⁰C mengindi-kasikan bahwa ikan mengalami anemia akibat adanya stres. Sebagai akibat menurunnya kadar hemoglobin, maka ketersediaan oksigen di ja-ringan akan berkurang atau jaja-ringan mengalami kekurangan oksigen (hipoksia), sehingga proses metabolisme akan terganggu. Dengan demikian ikan akan mengalami kekurangan energi. Lebih dari 90% oksigen yang dibawa oleh hemoglobin berasal dari oksigen yang masuk melalui epitel insang secara difusi dan kemudian berikatan de-ngan hemoglobin pada sel darah merah yang ber-ada pber-ada kapiler darah (Evans & Claiborne, 2005). Kadar hemoglobin ikan mas adalah 6,40 g dL-1 (Houston & de Wilde 1968 in Moyle & Cech, 2004). Konstantinov & Zdanovich (2007) juga melaporkan bahwa kandungan hemoglobin ikan mas pada suhu 30⁰C adalah 8,2 g dL-1. Ra-fatnezhad et al. (2008) menyatakan bahwa kadar hemoglobin dalam darah ikan berkaitan dengan jumlah eritrosit (sel darah merah). Nilai pameter hematologis ikan mas, seperti total eritrosit sebe-sar 3.240 ± 0.046 x106 sel-1 mm3, total leukosit sebesar 9,688 ± ,015 x 103 sel-1 mm3, dan hemo-globin sebesar 4,45±0,163 g dL-1 ( Ramesh & Saravanan, 2008). Hrubec & Smith (2010) mela-porkan bahwa nilai hematokrit ikan berkisar an-tara 20-45% dan kadar hemoglobin sebesar 5-10 g dL-1

.

Penghitungan total sel leukosit penting di-lakukan untuk mengetahui status kesehatan ikan, apakah ikan dalam kondisi stres atau terinfeksi. Tingginya total leukosit pada hari ke-0

disebab-kan oleh stres yang dialami idisebab-kan selama masa ak-limatisasi pada suhu 18⁰C. Secara umum respons stres pada ikan adalah mengalami heteropilia dan limpopenia (Hines & Spira 1973 in Stoskopf, 1993). Rata-rata total leukosit ikan mas sebesar 9.688 ± 1.015x103 sel-1 mm3 (Ramesh & Sarava-nan, 2008), sedangkan menurut Hrubec & Smith (2010) total leukosit pada ikan Cyprinus carpio (koi) adalah19.900-28.100 μL-1. Total leukosit pada hari ke-21 pada suhu 24°C dan 28°C kem-bali meningkat, dan nilainya melebihi nilai pada hari ke-0. Hal ini diduga ikan mengalami infeksi karena pada ikan yang moribund (baru mati) di-temukan adanya gejala sirip ekor putus, sisik ba-nyak yang lepas, dan warna insang pucat. Sel leukosit pada ikan atau hewan adalah elemen yang bertanggung jawab pada sistem pertahanan ikan terhadap berbagai serangan penyakit (Gbore et al., 2006).

Rendahnya sintasan pada suhu 24°C, di-duga karena ikan mengalami stres akibat suhu dan juga diduga karena adanya indikasi terinfeksi parasit. Hal ini terbukti dari gejala klinis ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala seperti, in-sang pucat, operkulum agak terbuka, sirip ekor putus, sirip punggung robek, dan pergerakan ku-rang aktif. Kondisi ini juga didukung oleh tinggi-nya kadar kortisol, dan kadar glukosa plasma, serta nilai total leukosit pada hari ke-21. Suhu merupakan faktor pengontrol di dalam media pe-meliharaan ikan, karena suhu tidak hanya meme-ngaruhi fisiologis ikan, tetapi juga erat kaitannya dengan keberadaan mikroorganisme patogen seperti parasit. Parasit dari golongan Protozoa se-perti Ichthyophthirius multifiliis dan Trichodina berkembang baik pada suhu 23-27°C (Lom & Dykova,1992; Syawal et al., 2001; Dickerson, 2006). Selanjutnya Buchmann & Bresciani (2006) juga melaporkan bahwa parasit dari go-longan Plathyhelminthes, seperti Dactilogyrus

(10)

dan Girodactylus juga berkembang baik pada suhu 24-25°C.

Simpulan

Suhu 32⁰C merupakan suhu optimum bagi ikan mas karena menunjukkan tingkat stres yang terendah, baik dilihat dari parameter fisiologis maupun hematologis. Berdasarkan data sintasan maka dapat diindikasikan bahwa ikan yang dipe-lihara di atas 20⁰C dan di bawah 32⁰C berpotensi terinfeksi parasit.

Persantunan

Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M Dikti yang telah memberi bantuan dana melalui kegiatan penelitian Hibah Bersaing tahun 2010 dan 2011.

Daftar pustaka

Berne R & Levy MN. 1988. Physiology. Second Edition. The C.V. Mosby Company. St. Louis. Washington, D.C. Toronto. pp. 962-969.

Buchmann K & Bresciani J. 2006. Monogenia (Phylum Platyhelmintes). In Woo PTK. Fish diseases and disorders. Volume 1 Protozoa and metazoan infections 2nd edi-tion. University of Guelph Canada. pp. 297-344.

Cataldi E, P. Di Marco, Mandich A, Cataudella S. 1998. Serum parameter of adriatic stur-geons Acipenser naccarii (Pisces: Acipen-seriformes): effects of temperature and stress. Comparative Biochemistry and Physiology Part A 121: 351-354.

Costas B, Aragao C, Mancera JM, Dinis MT, Conceicao LEC. 2008. High stocking den-sity induces crowding stress and affects amino acid metabolism in Senegalese sole Solea senegalensis (Kaup 1858) juveniles. Aquaculture Research, 39: 1-9.

Dickerson HW. 2006. Ichthyophthirius multifilis and Cryptocaryon irritans (Phylum Cilio-phora). In Woo PTK (Ed.). Fish diseases and disorders. Volume 1 Protozoa and metazoan infections. 2nd edition. Universi-ty of Guelph Canada. pp. 116-153.

Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm.

Evans DH & Claiborne JB. 2006. The physiology of fishes. Third Edition. Taylor & Francis. pp. 231-340.

Flajšhans M & Hulata G. 2007. Common carp- Cyprinus carpio. Genimpact final scien-tific report. pp. 32-39.

Gabriel UU, Amakiriand EU & Ezeri GNO. 2007. Haematology and gill pathology of Clarias gariepinus exposed to refined pet-roleum oil, kerosene under laboratory con-ditions. Journal of Animal and Veterinary Advances 6(3): 461-465.

Gbore FA, Oginni O, Adewole AM & Aladetan JO. 2006. The effect of transportation and handling stress on haematology and plas-ma biochemistry in fingerlings of Clarias gariepinus and Tilapia zilii. Word Journal of Agriculture Sciences 2(2): 208 -212. Hastuti S. 2004. Respons fisiologi ikan gurami

(Osphronemus gouramy, Lac.) yang diberi pakan mengandung kromium-ragi terha-dap penurunan suhu lingkungan. Diserta-si. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. hlm. 12-44 (tidak dipub-likasikan).

Hrubec TC & Smith SA. 2010. Hematology of fishes. In Weiss DJ & Wardrop KJ (Eds.). Veterinary hematology 6rd edition. Wiley-Blackwell Ltd., Publication. pp. 994-1003. Johnny F, Zafran, Rosa D, Mahardika K. 2003.

Hematologis beberapa spesies ikan laut budi daya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9(4):63-71.

Kaligis EY. 2010. Peningkatan sintasan dan ki-nerja pertumbuhan udang vaname (Lito-penaeus vannamei, Boone) di media ber-salinitas rendah. Disertasi. Sekolah Pasca-sarjana Institut Pertanian Bogor. 100 hlm. (tidak dipublikasikan).

Konstantinov AS & Zdanovich VV. 2007. In-fluence of temperature oscillations on some hematological value and metabolism of fish. Moscow University Biological Sciences Bulletin 62(2): 59-61.

Kubulay A & Ulukoy G. 2002. The effects of acute stress on rainbow trout (Oncorhyn-chus mykiss). Turkish Journal of Zooloogy 26: 249-254.

Lom J & Dykova I. 1992. Protozoan parasite of fish development in Aquaculture and Fisheries. Science 26: 253-258.

(11)

Moyle PB & Cech JJ. 2004. Fishes: an introduc-tion to ichthyology. Fifth ediintroduc-tion. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, NJ 07458. pp. 51-75.

Nikoskelainen S, Bylund G & Lilius EM. 2004. Effect of environmental temperature on rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) in-nate immunity. Developmental and Com-parative Immunology 28: 581-592.

Nofrizal, Yanase K & Arimoto T. 2009. Effect of temperatur on the swimming endurance and post-exercise recovery of jack macke-rel Trachurus japonicus as determined by monitoring.Fish Sciences75: 1369-1375. Rafatnezhad S, Falahatkar B & Gilan iMHT.

2008. Effects of stocking density on hae-matological parameter, growth and fin erosion of great sturgeon (Huso huso) ju-venile. Aquaculture Research, 39: 1506-1513.

Ramesh M & Saravanan M. 2008. Haematologi-cal and biochemiHaematologi-cal responses in a fresh-water fish Cyprinus carpio exposed to chlorpyrifos. International Journal of Integrative Biology 3(1): 80-83.

Ramsay JM, Feist GW, Varga ZM, Westerfield M, Kent ML & Schreek CB. 2006. Whole-body cortisol is an indicator of crowding stress in adult zebrafish, Danio rerio. Aquaculture 258: 565-574.

Rigal F, Thibaud C, Catherine LN, Guy C, Jean-Antoine T, Fabien A & Patrick B. 2008.

Osmoregulation as a potensial factor for the differential distribution of two cryptic gobiid spesies, Pomatoschistus microps and P. marmoratus in French Mediterra-nean lagoons. Scientia Marina 72(3): 469-476. Stoskopf SK. 1993. Immunology. In Stoskopf

MK Fish medicine.WB. Saunders

Com-pany. Harcout Brace Jovanovich, Inc. Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo. pp. 149-159.

Syawal H, Mulyadi & Aryani N. 2001. Peng-aturan suhu dan padat tebar benih ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus) terhadap derajad insiden I. multifiliis. Jur-nal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 6(2): 66-72.

Svobodova Z, Vykusova B, Modra H, Jarkovsky J, Smutna M. 2006. Haematological and biochemical profile of harvest-size carp during harvest and post-harvest storage. Aquaculture Research, 37:959-965. Varsamos S, Flik G, Pepin JF, Wendelaar, Bonga

SE, Breul G. 2006. Husbandry stress du-ring early life stages affects the stress res-ponse and health status of juvenile sea-bass, Dicentrarchus labrax L. Fish and Shellfish Immunology, 20: 83-96.

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of fish in intensive culture system. Chapman and Hall. 115 Fifth Avenue New York. 232 p.

Gambar

Tabel 1. Rataan nilai parameter fisiologis ikan mas  Suhu media pemeliharaan
Gambar 3. Rataan nilai osmolaritas ikan mas  Keterangan; H-0, H-7, H-14, dan H-21 adalah hari pengamatan
Tabel 2. Rataan nilai parameter hematologis ikan mas  Suhu media pemeliharaan
Gambar 5. Rataan nilai hemaglobin ikan mas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penemuan kasus terendah pada balita di wilayah Kabupaten Gowa adalah sebesar 0,1% yang terdapat di Puskesmas Bontonompo I Kesimpulan masih ditemukan

Dengan diskusi, siswa mampu memberikan contoh sikap yang men- cerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat dengan benar.. Dengan diskusi, siswa mampu

Mulyasa (dalam Suharianta dkk, 2014, tanpa halaman) mengatakan, “untuk mencapai hasil yang optimal, guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan, dan

Hasil pada penelitian menunjukkan strategi kampanye yang dilakukan oleh Rahmat Effendi dalam Pemilihan Walikota Bekasi pada periode 2018-2023 antara lain dengan turun

Didapatkan hasil RO sebesar 3,596 bila hal ini sesuai dengan interpretasi nilai ratio &gt;1 maka umur ibu hamil merupakan faktor resiko terhadap kejadian preeklampsi eklampsi,

Pemberian diskresi pada tingkat penyidikan anak di unit pelayanan perempuan dan anak Satreskrim Polres Malang Kota berdasarkan konsep Restorative Justice, pada

Pengembangan model konseling kelompok teknik self management untuk meningkatkan kecerdasan moral dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang timbul

7 Analisis Faktor yang Paling Dominan dari Rasio Keuangan yang Dapat Mempengaruhi Kinerja Laba Bersih (Studi Kasus pada Industri Farmasi yang Go Public Terdaftar di