• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KADAR HORMON PROLAKTIN BERDASARKAN KLASIFIKASI KADAR HORMON ESTRADIOL PADA PEREMPUAN USIA SUBUR YANG MENGALAMI GANGGUAN MENSTRUASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KADAR HORMON PROLAKTIN BERDASARKAN KLASIFIKASI KADAR HORMON ESTRADIOL PADA PEREMPUAN USIA SUBUR YANG MENGALAMI GANGGUAN MENSTRUASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR HORMON PROLAKTIN BERDASARKAN

KLASIFIKASI KADAR HORMON ESTRADIOL PADA PEREMPUAN

USIA SUBUR YANG MENGALAMI GANGGUAN MENSTRUASI

Dita Gemiana

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta, Indonesia

Abstrak

Pada usia subur terjadi banyak perubahan hormon salah satunya adalah prolaktin. Kadar prolaktin dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah estadiol. Estradiol meningkatkan kadar prolaktin dengan memengaruhi transkripsi gen prolaktin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar prolaktin berdasarkan kadar estradiol pada perempuan usia subur, yang mengalami gangguan menstruasi. Metode penelitian dengan cross-sectional analitik dengan subjek sebanyak 80 orang perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi. Penelitian menggunakan data sekunder, yakni hasil pemeriksaan laboratorium dan kuesioner SCL-90 pada penelitian ”Peranan Adiponektin terhadap Polycystic

Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik”.

Analisis data dilakukan dengan SPSS for Windows versi 18.0 dengan menggunakan analisis bivariat uji Mann-Whittney. Berdasarkan analisis, didapatkan bahwa kadar prolaktin pada perempuan dengan kadar estradiol abnormal memiliki median yang lebih tinggi 9,30 (7,8; 25,3) dibandingkan perempuan dengan kadar estradiol normal 7,55 (3,2; 23,8). Perbedaan tersebut bermakna secara statistic dengan nilai p = 0,023. Sementara tidak terdapat perbedaan bermakna kadar prolaktin dengan usia, aktivitas fisik, status gizi, dan gejala mental emosional pada perempuan yang mengalami gangguan menstruasi. Dapat disimpulkan ,terdapat peran kadar estradiol dalam perbedaan kadar prolaktin pada perempuan yang mengalami gangguan menstruasi.

Abstract

In reproductive age, there are many hormonal changes, one of which is prolactin. Prolactin level influenced by many factors, on of which is estradiol. Estradiol increases prolactin levels by affecting prolactin gene transcription. The purpose of this study to compare the levels of prolactin according to levels of estradiol in reproductive age women, especially those with abnormal cycle menstruation. Research methods with crioss-sectional analytic subject in 80

(2)

women in reproductive age who have menstrual problem. The study use secondary laboratory

data and SCL-90 questionnaire from “Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik” research that was conducted since year 2009 to 2011. Data analysis was performed with SPSS

for Windows vesion 18.0 using bivariat analysis of Mann Whittney. The analysis showed that prolactin levels in women with abnormal estradiol leves is higher 9,30 (7,8; 25,3) than women with normal estradiol levels 7,55 (3,2; 23,8) with a statistically significant difference (p = 0,023). However, other variables such as age, physical activity, nutritional status, and mental emotional symptomps did no have significant different prolactin levels. It can be concluded that estradiol level could be associated with prolactin level in abnormal cycling women.

Kata Kunci :

Women, Abnormal reproduction cycle, Reproductive Age, Prolactin, Estradiol

Pendahuluan

Usia subur merupakan usia optimal bagia wanita dalam kehidupan reproduksi. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, wanita usia produktif adalah wanita yang berusia 15-45 tahun yang masih berpotensi untuk memiliki keturunan. Pada usia subur mengalami perubahan hormon. Hal ini merupakan kondisi fisiologis merupakan persiapan memasuki masa kehamilan. Prolaktin merupakan salah satu hormon yang mengalami perubahan pada usia subur. Hormon ini banyak terbentuk setelah proses kehamilan, dan persiapan menyusui. Peningkatan hormon ini sering ditemui pada wanita dengan gangguan menstruasi. Perubahan hormon prolaktin dapat dipengaruhi faktor lain seperti usia, stres mental emosional serta kadar hormon lainnya.1

Salah satu hormon yang beperan dalam memengaruhi kadar hormon prolaktin adalah estradiol. Estradiol merupakan hormon yang berperan penting dalam sistem reproduksi wanita. Estradiol memengaruhi kadar prolaktin dengan meningkatkan gen

yang mentranskripsi hormon prolaktin. Estrogen akan meningkatkan mitosis dan sintesis DNA pada hormon prolaktin sehingga terjadi peningkatan pelepasan prolaktin. Peneliti juga menemukan kadar estradiol dan prolaktin yang tingga banyak ditemui pada wanita dengan gangguan menstruasi.

Berdasarkan hal di atas, peneliti ingin mengetahui perbandingan kadar hormon prolaktin berdasarkan kadar hormon estradiol pada wanita usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009 hingga 2011.

Didasari latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana sebaran data kadar prolaktin pada perempuan dengan gangguan menstruasi?

2. Bagaimana hubungan kadar prolaktin dengan faktor lain yang berkaitan seperti usia, pekerjaan,

(3)

gejala stress mental emosional, dan kadar estradiol?

Tujuan umum penelitian ini adalah Mengetahui perbandingan kadar hormone prolaktin berdasarkan faktor-faktor yang terkait pada perempuan usia subur dengan gangguan menstruasi di klinik Yasmin RSCM tahun 2009 hingga 2011.

Tinjauan Teoritis

Kelenjar pituitary, yang juga disebut sebagai kelenjar hipofisis terletak di sela tursika dan dihubungkan dengan hipotalamus. Secara fisiologis, kelenjar hipofisis terbagi menjadi hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior memproduksi tujuh hormone dan dan hipofisis posterior memproduksi dua hormone. Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur oleh hipotalamus. Sekresi kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus dan berakhir di hipofisis posterior. Sebaliknya sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormone yang disebut hormone pelepas hipotalamus dan hormone penghambat hipotalamus yang disekresikan ke dalam hipotalamus dan dijalarkan ke hipofisis anterior melalui pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis. Dalam kelenjar hipofisis anterior, hormone pelepas dan hormone penghambat ini bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sektresi kelenjar tersebut. Hormone-hormon tersebut adalah

1. Hormon-pelepas tirotropin (TRH) 2. Hormone-pelepas kortikotropin (CRH) 3. Hormon-pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) 4. Hormon-pelepas gonadotropin (GnRH)

5. Hormon penghambat prolaktin (PIH)2

Sebagian besar hormone yang diproduksi oleh hipotalamus mengontrol satu hormone hipofisis secara spesifik, meski demikian, Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH) mengontrol sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) serta Luteinizing Hormone (LH).3 GnRH merupakan suatu peptide dengan 10 asam amino yang disekresikan oleh hipotalamus ke dalam sirkulasi portal hipofisis. GnRH juga mengatur sintesis dan sekresi dari LH dan FSH. LH dan FSH dan disekresikan ke dalam sirkulasi sehingga mencapai organ target, yakni testes atau ovarium.2

Sekresi LH dan FSH sangat bergantung pada frekuensi pulsatil sekresi GnRH. Pada fase luteal, impuls LH dan prolaktin timbul secara bersamaan. GnRH selain mengeluarkan LH dan FSH juga mengeluarkan prolaktin pada fase luteal.

Prolaktin adalah salah satu hormone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.4 Hipotalamus memegang peranan penting dalam sekresi prolaktin. Akan tetapi pengaturan ini berbeda pada satu aspek: hipotalamus terutama merangsang pembentukan semua hormone lain, tetapi menghambat pembentukan prolaktin. Sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur keseluruhan oleh sebuah factor penghambat yang dibentuk dalam hipotalamus dan ditranspor ke hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus hipofisis. Factor ini disebut factor penghambat prolaktin. Hormone ini sama

(4)

dengan dopamin yang disekresi oleh neuron dopaminergik tuberoinfundibular.2 Kadar normal prolaktin pada wanita adalah 10-25 ng/L. Hormon ini disekresikan secara pulsatil dan sekresi tertinggi terjadi saat tidur Hormon prolaktin mencapai puncaknya saat jam 4-6 pagi. 4

Kadar prolaktin meningkat setelah berolah raga, makan, melakukan hubungan seksual, prosedur bedah minor, anestesi umum, infark miokardium, dan bentuk lain dari stress akut. Stress yang berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan prolaktin. Kadar prolaktin juga dipengaruhi usia. Terdapat penurunan kadar prolaktin yang signifikan pada wanita usia 15-25 tahun dan usia 55- 65 tahun. Kadar prolaktin pada wanita semakin menurun seiring dengan bertambahanya usia dan signifikan setelah menopause.

Peningkatan estradiol yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan kadar prolaktin tapi peningkatan ini juga terjadi pada pseudocyesis. Hubungan timbal balik antara prolaktin dan estrogen yang cukup kompleks. Estrogen itu sendiri meningkatkan kadar prolaktin. Elevasi ini terjadi melalui berbagai pengaruh estrogen pada fungsi sistem saraf pusat serta melalui pengaruh langsung pada lactotrophs. Estrogen meningkatkan mRNA lactotroph, sehingga memengaruhi prolaktin transkripsi gen dan mempengaruhi mitosis dan sintesis DNA. Hal ini akan meningkatkan penyimpanan dan pelepasan prolaktin. Estrogen juga memiliki efek tidak langsung pada prolaktin melalui sintesis intermediet protein, modulasi efek menghambat dopamin dan penurunan cAMP seluler. Setiap kenaikan kadar estrogen,baik dari sumber

endogen atau eksogen, dapat mengakibatkan peningkatan prolaktin.5

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional, karena hubungan antara kadar hormon prolaktin dengan berbagai faktor seperti usia, gizi, aktivitas fisik, gejala mental emosional, dan kadar hormon estradiol diperoleh dari data yang diambil dalam waktu yang sama. Tujuannya adalah untuk melihat perbandingan kadar prolaktin berdasarkan kadar hormon estradiol pada perempuan usia subur (15 – 45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi.

Tempat pengambilan data yaitu di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pengolahan data dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012.

Data yang digunakan berupa data sekunder hasil pemeriksaan laboratorium dan kuesioner SCL-90 pada penelitian ”Peranan Adiponektin terhadap Polycystic

Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya

dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik” di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009.

Populasi target dalam penelitian ini adalah perempuan usia subur (15 – 45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi. Populasi terjangkau dalam penelitian ini perempuan usia subur (15 – 45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009 hingga 2011.

(5)

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah perempuan usia subur (15 – 45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2009 hingga 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling, yaitu

consecutive sampling. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi dimasukkan sebagai data hingga memenuhi jumlah subyek penelitian yang dibutuhkan.

Setelah data diperoleh maka dilakukan pemeriksaan secara manual. Data kemudian diolah dengan program SPSS for

Windows versi 18.0. Data yang telah

diperoleh antara lain hasil laboratorium dan kuesioner SCL-90. Analisis data diawali uji univariat untuk menguji normalitas dan distribusi data pada variabel dengan skala numerik., pada variabel dengan skala kategorikal didapatkan distribusi frekuensi. Karena sebaran data yang ada tidak normal (p< 0,05), data akan disajikan dalam bentuk median disertai nilai minimal dan maksimal. Kemudian dilakukan uji bivariat untuk menguji variabel independen dengan variabel dependen, yaitu usia, kategori pekerjaan, status gizi, gejala mental emosional, dan kadar estradiol. Karena distribusi data tidak normal, dilakukan uji

Mann-Whitney Data disajikan dalam bentuk

laporan ilmiah dan data statistik disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan laboratorium dan kuesioner SCL-90 pada penelitian “Peran Adiponektin terhadap

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan

Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik” di Laboratorium Prodia Kramat dan Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dilakukan dari tahun 2009 sampai 2011. Pada penelitian ini didapatkan 80 subyek yang mewakili populasi terjangkau wanita usia subur ( 15 – 45 tahun ) yang mengalami gangguan menstruasi di Klinik Yasmin RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Pada data penelitian ini didapatkan 80 wanita usia subur dengan gangguan menstruasi yang berobat di Klinik Yasmin RSCM. Berdasarkan data sosiodemografi didapatkan median usia pada penelitian ini adalah 28,5 tahun dengan usia minimal 18 tahun dan usia maksimal 42 tahun. Didapatkan perempuan berusia kurang dari 25 tahun berjumlah 16 orang (20%). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan perempuan berusia 25 tahun ke atas, yakni sejumlah 64 orang (80%). Pada data pekerjaan, didapatkan perempuan dengan yang melakukan pekerjaan administratif sebanyak 55 orang (68,8%). Jumlah ini lebih banyak dibandingkan perempuan dengan pekerja lapangan, yakni sebanyak 25 orang (32,2%). Pada data pendidikan didapatkan jumlah subyek terbanyak dengan tingkat pendidikan tamat S1, yakni sebanyak 36 orang (45%) dan subyek paling sedikit terdapat pada kategori pendidikan tamat SD, yakni 1 orang (1,2%).

(6)

Pada kategori indeks massa tubuh (IMT), didapatkan perempuan dengan gizi tidak berlebih sebanyak 26 orang (32,5%) jumlah ini lebih sedikit dibandingkan perempuan dengan gizi berlebih, yakni berjumlah 54 orang (67,5%). Rerata IMT pada penelitian ini adalah 26,02 kg/m2 dengan simpang baku sebesar 5,09 kg/m2. Perempuan yang mengalami gejala stress mental emosional berjumlah 27 orang (33,8%), jumlah ini lebih sedikit dibandingkan perempuan yang tidak mengalami gejala stress mental emosional yakni berjumlah 53 orang (66,3%). Berdasarkan data kadar estradiol didapatkan perempuan dengan kadar estradiol normal (< 160) berjumlah 75 orang (93,7%), jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan perempuan dengan kadar estradiol abnormal berjumlah 5 orang (6,3%). Median kadar estradiol adalah 57,51 ng/dl dengan nilai minimul 10 ng/dl dan nilai maksimum 231 ng/dl. Kadar prolaktin disajikan dalam bentuk data numeric dengan median kadar prolaktin sebesar 8,10 ng/dl dan nilai minimul 3.20 ng/dl dan nilai maksimum 25,30 ng/dl.

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Sosiodemografi Kriteria Mean ± SD (Median: Min – Max) Frekuensi (%)

Usia (tahun) (28,5 tahun:

18 – 42 tahun) < 25 tahun 16 (20) >25 tahun 64 (80) Pekerjaan Pekerja administratif 55 (68,8) Pekerja lapangan 25 (32,2) Pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus D3 Lulus S1 Lulus S2 1 (1,2) 2 (2,4) 15 (18,8) 21 (26,3) 36 (45) 5 (6,3)

Tabel 2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Gizi, Gejala Mental Emosional, Kadar Estradiol, dan Kadar Prolaktin Kriteria Mean ± SD (Median: Min – Max) Frekuensi (%) IMT 26,02 ± 5,09 kg/m2 normal 26 (32,5) overweight 54 (67,5) Gejala Mental Emosional Stres 27 (33,8) Tidak stress 53 (66,3) Kadar (57,51 ng/dl :

(7)

Estradiol 10 ng/dl – 231 ng/dl) < 160 75 (93,7) > 160 5 (6,3) Kadar Prolaktin (8,10 ng/dl : 3,20 ng/dl – 25,30 ng/dl)

Tabel 3. Perbandingan Kadar Prolaktin dengan Faktor Usia, Aktivitas Fisik, Gizi, Gejala Mental Emosional, dan Kadar Estradiol Subyek Kadar Estradiol Median (Min, Max) Kadar Prolaktin (ng/dl) Uji Kemaknaan (Mann-Whitney) Normal 7,55 (3,2; 23,8) Abnormal 9,30 (7,8; 25,3) p = 0,023

Berdasarkan data kadar estradiol subyek, didapatkan median kadar prolaktin pada kelompok dengan kadar estradiol normal ( 7,55 ng/dL ) lebih rendah dibandingkan median kadar prolaktin pada kelompok dengan kadar estradiol abnormal ( 9,30 ng/dL ). Berdasarkan uji

Mann-Whitney, didapatkan p = 0,023 sehingga

perbedaan median bermakna ( p < 0,05 ). Berdasarkan literatur, estrogen terbukti meningkatkan sekresi prolaktin dengan menginduksi augmentasi sekresi prolaktin melalui hipofisis. Estrogen memodulasi sekresi prolaktin dalam

peristiwa reproduksi melalui mekanisme yang berbeda, yakni pada amplifikasi mitosis dari laktotrof, peningkatan transkripsi gen prolaktin. Estrogen juga berhubungan tidak langsung dengan prolaktin melalui penghambatan sintesis dopamin hipotalamus dan pengurangan jumlah reseptor D2 pada hipofisis. Efeknya adalah peningkata kadar prolaktin melalui peningkatan pelepasan prolaktin.6,7 Hasil yang didapatkan peneliti serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Samual S.C Yen. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil kadar prolaktin berhubungan dengan tingkat estradiol endogen. Pada wanita dengan estradiol endogen didapatkan kadar hormon prolaktin lebih tinggi dibanding kadar prolaktin basal. Penelitian tersebut menunjukkan estradiol endogen menambah sensitivitas pelepasan prolaktin.8

Kesimpulan

• Pada perempuan dengan gangguan menstruasi terdapat perbedaan bermakna kadar Prolaktin pada kategori hormon estradiol abnormal (p= 0,023).

• Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar prolaktin pada kategori usia, aktivitas fisik, gejala mental emosional, serta status gizi perempuan dengan gangguan menstruasi

(8)

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011. Diuduh dari

http://www.depkes.go.id/downloads/ PROFIL_DATA_KESEHATAN_IN

DONESIA_TAHUN_2011.pdf pada

28 Desember 2012.

2. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 11th Edition. 2006. USA: Elsevier, Inc. p.918-24. 3. Saladin KS. Anatomy & Physiology:

The Unity of Form and Function, Third Edition. 2003. USA: The McGraw-Hill Companies. p. 636-43. 4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL,

Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Ed. 2008. USA: McGraw-Hill Companies. [e-book] 5. Halbreich U, Kinon B.J, and Gilmore

J.A. Elevated Prolactin Levels in Patient with Schizophrenia: Mechanism and Related Adverse Effects. 2003: 53-67.

6. Torre DL dan Faloni A. Pharmacological Causes of Hyperprolactinemia. 2007 October; 3(5): 929-951.

7. Yen S, Ehara Y, and Siler T. Augmentation of Prolactin Secretion by Estrogen in Hypogonadal Women. 1974 February: 652-5. 8. Yen S, et. Al. Suppresssion of

Gonadotropins and Estradiol in Premenopausal Women. J Clin Endocrinol Metab. 2009 February; 94(2): 545-51.

Gambar

Tabel 3. Perbandingan Kadar Prolaktin  dengan Faktor Usia, Aktivitas Fisik, Gizi,  Gejala Mental Emosional, dan Kadar  Estradiol Subyek  Kadar  Estradiol  Median  (Min, Max)  Kadar  Prolaktin  (ng/dl)  Uji  Kemaknaan (Mann-Whitney)  Normal   7,55 (3,2;  23

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menyebutkan kata- kata “dapat mengatasi tekanan”, hal ini dapat sedikit dikaitkan dengan makna

Adapun perangkat teori yang relevan untuk dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori-teori tentang ikhtiar-ikhtiar yang yang dilakukan oleh Perbankan Syariah, yang

Dengan demikain terwujudlah apa yang diinginkan Mas Yuma dan Mas Briliant melalui tindak tutur meminta yang disampaikan kepada lawan tuturnya secara implisit dan lawan

Secara ekonomi, program perluasan sawah dapat meningkatkan kesejahtraan petani karena calon lokasi merupakan lahan rawa yang tidak dimanfaatkan secara

Contoh lainnya keterikatan kedua lembaga ini dalam proses legislasi Aceh dapat kita simak dari wawancara dengan ketua badan legislasi periode tahun 2014-2019 yang

B.. Daripada Jadual 5 di atas, didapati bahawa bahasa Melayu-Proto dan bahasa Melayu. Keempat-empat bahasa ini memperlihatkan peratusan lebih daripada 85 peratus, kecuali bahasa

Semakin sedikit etanol yang terbentuk maka produk sampingan (asam asetat dan asam format) yang terbentuk pun juga sedikit sehingga tidak sampai membunuh sel-sel

Kriteria hipotesis yang didapat bahwa thitung &gt; ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang positif penggunaan metode mind mapping (peta