• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH KURIKULUM PELATIHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTOH KURIKULUM PELATIHAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 LATAR BELAKANG

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik padasaat ini maupun masa selanjutnya.

Rekomendasi WHO/UNICEF di atas sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang Kesehatan, antara lain dengan memberikan prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi bayi dan anak. Sebagai tindak lanjut RPJPMN, Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk Tahun 2005 – 2009 telah menyusun sejumlah kegiatan yang segera dilaksanakan. Seluruh perbaikan gizi yang dilakukan diharapkan dapat menurunkan masalah gizi kurang dari 27,3 % tahun 2003 menjadi

20 % pada tahun 2009, dan masa lah gizi buruk dari 8,0 % tahun 2003 menjadi 5 % pada tahun 2009.

Untuk mencapai taget di atas, dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi). Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai be

rusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.

Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6– 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umumterdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal.

(2)

Pemberian MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain; ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian MP-ASI lokal secara mandiri; meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti PKK dan Posyandu; memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian; dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.

Pemberian MP-ASI lokal diharapkan meningkatkan kegiatan kader dan partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu. Hal ini sangat penting dalam upaya menggairahkan kegiatan Posyandu, karena MP-ASI lokal dapat dijadikan sebagai ”entry point” revitalisasi Posyandu. Oleh sebab itu pemberian MP-ASI lokal harus melibatkan posyandu dan PKK desa/kelurahan.

Pembuatan MPASI dengan bahan pangan lokal merupakan usaha ketahanan pangan. Selain itu penggunaan pangan lokal secara tidak langsung dapat meningkatkan variasi bahan pangan dan pendapatan masyarakat sebagai petani dari bahan lokal yang digunakan. Pangan B2SA atau yang kepanjangannya Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman adalah aneka ragam bahan pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin & mineral; yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan, dan aman bagi tubuh. Sehingga pangan B2SA sangat dianjurkan untuk dikonsumsi.

1.2 FILOSOFI PELATIHAN

Secara filosofis pelatihan ini mengacu kepada:

1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (Adult Learning), yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:

a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya setiap kegiatan di masyarakat.

b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.

c. Dihargai keberadaannya.

Penyelenggara dan fasilitator pelatihan berkewajiban untuk:

a. Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.

(3)

c. Mendiagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik

d. Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar. e. Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai.

f. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar.

2. Belajar sambil berbuat (Learning by doing) yang memungkinkan peserta untuk : a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, role play, dan latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok. b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas diselenggarakan dengan memperhatikan 2 prinsip di atas.

(4)

BAB II

PERAN DAN KOMPETENSI 2.1 PERAN

Peran tenaga kader di Puskesmas, sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan dan demonstrasi cara membuat, menyiapkan dan menyajikan MP-ASI lokal sesuai dengan pedoman B2SA dan benar kepada sasaran 2. Memantau pelaksanaan pemberian MP-ASI lokal sesuai dengan pedoman B2SA di

tingkat desa

3. Membuat dan menyampaikan laporan kepada Kepala Puskesmas. 4. Melakukan penyuluhan

2.2 KOMPETENSI

Tenaga promosi kesehatan di Puskesmas wajib mempunyai kemampuan:

1. Membuat, menyiapkan, dan menyajikan MPASI lokal sesuai pedoman dengan B2SA

2. Merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi kegiatan MP-ASI lokal sesuai dengan pedoman B2SA di tingkat desa

3. Membuat laporan kepada Kepala Puskesmas 4. Melakukan penyuluhan

(5)

BAB III

TUJUAN PELATIHAN

3.1 TUJUAN UMUM

Meningkatnya wawasan dan keterampilan peserta dalam Membuat MPASI berbahan pangan lokal dengan pedoman B2SA

3.2 TUJUAN KHUSUS

Setelah pelatihan, peserta mampu: 1. Menerapkan pedoman B2SA

2. Merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi kegiatan Pemberian MPASI berbahan pangan lokal dengan pedoman B2SA

3. Mengidentifikasi pangan lokal yang dapatdigunakan sebagai bahan MPASI 4. Memanfaatkan potensi pangn lokal sebagai bahan MPASI

(6)

BAB IV

PESERTA, FASILITATOR, DAN PENYELENGGARA

4.1 PESERTA 1. Kriteria :

Tenaga kesehatan yang ditunjuk dan ditugaskan sebagai tenaga pelaksana promosi kesehatan dengan kualifikasi minimal D3 Kesehatan atau lulusan SLTA yang pernah ikut kegatan pelatihan kesehatan.

2. Jumlah

Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang. 4.2 FASILITATOR

1. Pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM).

2. Tenaga kesehatan provinsi, kabupaten/kota yang pernah mengikuti pelatihan MPASI. 3. Tenaga pengelola program promosi kesehatan

4.3 PENYELENGGARA

1. Pusdiklat SDM Kesehatan.

2. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) atau Bapelkes

(7)

BAB V

STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, materi pelatihan disusun dengan struktur program sebagai berikut :

NO MATERI T P JPL PL Jml A MATERI DASAR 1 Pola Makan dengan B2SA 2 2 4 2 Pangan Lokal 2 2 4 3 MPASI 2 2 4 B MATERI INTI 1 Pembuatan MPASI 2 4 6 2 Pembuatan MPASI dari pangan lokal 2 4 6 3 Pembuatan MPASI dari pangan lokal untuk usia 6-9 bulan 2 4 6 4 Pembuatan MPASI dari pangan lokal untuk usia 9-12 bulan 2 4 6 5 Pembuatan MPASI dari pangan lokal untuk usia 12-24 bulan 2 4 6 6 RTL 4 16 20 TOTAL 16 30 16 62

(8)

EVALUASI EVALUASI TAHAP V (implementasi RTL) TAHAP V (implementasi RTL) TAHAP IV (RTL) TAHAP IV (RTL)

TAHAP III (penguatan materi dalam memecahkan masalah)

TAHAP III (penguatan materi dalam memecahkan masalah)

TAHAP II (perencanaan dan evaluasi konsumsi MPASI) TAHAP II (perencanaan dan evaluasi konsumsi MPASI)

TAHAP I (membangun komitmen belajar) TAHAP I (membangun komitmen belajar)

PEMBUKAAN PEMBUKAAN

BAB VI

ALUR PROSES PELATIHAN DAN PROSES PEMBELAJARAN

6.1 ALUR PROSES PELATIHAN

6.2 PROSES PEMBELAJARAN 6.2.1 Pembukaan

Dalam proses pembukaan diharapkan peserta mendapatkan informasi tentang latar belakang perlunya pelatihan. Setelah pembukaan peserta diberikan paparan mengenai peran kader dalam mendukung tercapainya konsumsi gizi seimbang pada MPASI berdasarkan pedoman B2SA.

6.2.2 Tahap I (Membangun komitmen belajar)

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta agar dapat mengikuti proses pelatihan dengan baik, kegiatannya antara lain:

- Perkenalan antara peserta dan para fasilitator serta perkenalan antar peserta, melalui permainan.

- Mengemukakan kebutuhan/ harapan, kekhawatiran dan komitmen peserta selama pelatihan

- Kesepakatan para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

(9)

6.2.3 Tahap II (Perencanaan dan evaluasi konsumsi MPASI)

Pada tahap ini fasilitator peserta dibagi menjadi kelompok kecil (masing-masing kelompok maksimal 10 (sepuluh) orang. Pengelompokkan diusahakan yang setara dengan kinerja kader posyandu yang sudah ada selama ini. Tugas kelompok, mengkaji konsumsi MPASI yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas, mengidentifikasi permasalahan yang ada dan membuat prioritas masalah serta merumuskan permasalahan. Tahap ini dilanjutkan dengan menumbuhkan kesadaran dan kesepahaman bahwa permasalahan merupakan milik bersama dan harus dipecahkan secara bersama-sama juga.

6.2.4 Tahap III (Penguatan materi sebagai bekal dalam memecahkan masalah)

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan keterampilan praktis dalam membuat MPASI dari bahan lokal dan berpedoman pada B2SA

6.2.5 Tahap IV (Rencana tindak lanjut)

Penugasan menyusun rencana tindak lanjut agar peserta dapat merencanakan kegiatan memperkenalkan MPASI dari pangan lokal yang berpedoman pada B2SA yang akan dilakukan setelah kembali bertugas di Puskesmas.

6.2.6 Tahap V

Tahap ini bertujuan untuk mengimplementasikan rencana tindak lanjut di kelas pada tahap IV, selama 3 (tiga) bulan. Luaran dari tahap ini adalah laporan implementasi kegiatan Promkes di Puskesmas. (format laporan terlampir)

6.2.7 Evaluasi

Evaluasi dilakukan tiap hari dengan cara me-review kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, ini sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Disamping itu juga dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan penilaian aktifitas peserta, baik dikelas maupun dilapangan.

6.2.8 Post test 6.2.9 Penutupan

Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.

(10)

6.3 METODE PEMBELAJARAN

Metode Pelatihan ini berdasarkan pada prinsip:

1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait dengan tugas yang akan dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan, memberikan kesempatan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar atas pengalaman (learning by experience)

2. Peran serta aktif peserta (active learner participatory) sesuai dengan pendekatan pembelajaran.

3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi interaktif.

Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran di antaranya adalah: 1. Ceramah singkat dan tanya jawab

2. Curah pendapat, untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait dengan materi yang akan diberikan

3. Penugasan berupa : diskusi kelompok, latihan, studi kasus,

4. Praktik peserta diberikan contoh pembuatan MPASI dan emudian membuat sendiri dengan bahan yangsering digunakan serta bahan pangan lokal.

(11)

BAB VII

GARIS-GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN

Materi Dasar 1 : Pola Makan dengan B2SA

Waktu : 4 JPL (T= 2 JPL, P= 2 PL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu memahami pola makan dengan B2SA

TPK : Peserta mampu :

1. Menjelaskan PGS sebagai terapan B2SA 2. Menjelaskan cara menyusun B2SA

3. Menyebutkandan menjelaskan kelebihan dan kekurangan B2SA

Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan

: 1. Pedoman gizi seimbang (PGS) dan terapannya dalam B2SA

2. Pedoman penyusunan B2SA

3. Jenis pangan lokal KalSel untuk MPASI Metode : CTJ, curah pendapat

Media : Slide

Alat Bantu : 1. Flipchart 2. Spidol 3. White Board

Referensi : 1. Apriani, A. 2014. Strategi Penyusunan Menu B2SA untuk Keluarga. Pelatihan Pangan Lokal Berbasis Sumber Daya. Bogor

2. MWA Training & Consulting. 2014. Menu Makanan & Jajanan/Kudapan yang BeragamBergiziSeimbangAman (B2SA). Bogor

3. Baliwati, Y. F., Prativi, M. N dan Widyawati, I. K. 2010. Alat Peraga Porsi dalam Ukuran Rumah Tangga. MWA Training & Consulting. Bogor. 64hal.

4. IPB dan PT Sarihusada. 2012. Ayo Melek Gizi. Bogor 107hal.

Materi Dasar 2 : Pangan Lokal

Waktu : 4 JPL (T= 2 JPL, P= 2 0 JPL, PL= 0 JPL) TPU : Peserta mampu menjelaskan Pangan Lokal

TPK : Peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian pangan lokal

2. Menyebutkan minimal 5 jenis pangan lokal Kalimantan Selatan

(12)

3. Menyebutkan fungsi pangan lokal

4. Menyebutkan dan menjelaskan syarat pangan lokal sebagai bahan MPASI

Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan

: 1. Pengertian pangan lokal

2. Pangan Lokal Kalimantan Selatan 3. Fungsi panan lokal

4. Syarat pangan lokal sebagai bahan utama MPASI

Metode : 1. Ceramah.

2. Presentasi. 3. Diskusi

Media : Tayangan presentasi. Alat Bantu : 1. Flipchart

2. Whiteboard

3. PC/Komputer/Laptop 4. LCD projector

5. Spidol

Referensi : 1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.140/10/2009 Tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

2. Permentan No. 65 Tahun 2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan

Materi Inti 1 : MPASI

Waktu : 4 JPL (T= 2 JPL, P= 2 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta memahami cara pembuatan MPASI

TPK : Peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian MPASI 2. Menyebutkan jenis-jenis MPASI

3. Menjelaskan kriteria MPASI menurut WHO

4. Menjelaskan pola pemberian MPASI pada anak usia 6-24 bulan

5. Menjelaskan jumah takaran MPASI sesuai usia anak Pokok Bahasan

& Sub Pokok Bahasan

: 1. Pengertian MPASI 2. Jenis-jenis MPASI

3. Kriteria MPASI menurut WHO

4. Pola emberian MPASI pada anak usia 6-24 bulan 5. takaran pemberian MPASI

(13)

2. Tanya jawab 3. Curah Pendapat 4. Diskusi Kelompok Media : Tayangan presentasi.

Alat Bantu : 1. OHT

2. LCD 3. Flip chart 4. lembar balik

Referensi : 1. Complementary Feeding Family foods for breasged children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

2. Key Messages Booklet, The Community Infant and Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF Materi Inti 2 : Pembuatan MPASI

Waktu : 6 JPL (T= 2 JPL, P= 4 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu membuat MPASI

TPK : Peserta mampu :

1. menyebutkan prosedur pembuatan MPASI 2. menjelaskan tekstur MPASI yang baik 3. menjelaskan variasi bahan MPASI

4. membuat MPASI berdasaarkan prosedur yang ditetapkan 5. membuat MPASI dengan tekstur yang sesuai

6. membuat MPASI dengan varisi yang sesuai dengan umur anak

Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan

: 1. Prosedur pembuatan MPASI 2. Tekstur MPASI

3. Variasi bahan MPASI

4. Pembuatan MPASI sesuai prosedur

5. Pembuatan MPASI dengan tekstur yang sesuai

6. Pembuatan MPASI dengan variasi yang sesuai dengan umur anak

Metode : 1. curah pendapat 2. tanya jawab 3. praktik langsung

Media : 1. slide

2. Alat dan bahan pembuatan MPASI Alat Bantu : 1. alat presentasi

2. Alat saji 3. alat memasak 4. kertas Flip cart 5. white board 6. spidol

(14)

children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

2. Key Messages Booklet, The Community Infant and Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF 3. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal Tahun 2006 Oleh Depkes Ri

Materi Inti 3 : Pembuatan MPASI dari Pangan Lokal Waktu : 6 JPL (T= 2 JPL, P= 4 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu membuat MPASI dari pangan lokal

TPK : Peserta mampu :

1. menyebutkan prosedur pembuatan MPASI 2. menjelaskan tekstur MPASI yang baik

3. menjelaskan kelebihan pangan lokal sebagai bahan MPASI

4. membuat MPASI dari bahan lokal berdasaarkan prosedur yang ditetapkan

5. membuat MPASI dari bahan lokal dengan tekstur yang sesuai

Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan

: 1. Prosedur pembuatan MPASI 2. Tekstur MPASI

3. Variasi bahan MPASI

4. Pembuatan MPASI sesuai prosedur

5. Pembuatan MPASI dengan tekstur yang sesuai Metode : 1. curah pendapat

2. tanya jawab 3. praktik langsung

Media : 4. slide

5. Alat dan bahan pembuatan MPASI Alat Bantu : 6. alat presentasi

7. Alat saji 8. alat memasak 9. kertas Flip cart 10. white board 11. spidol

Referensi : 1. Complementary Feeding Family foods for breasged children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

(15)

Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF 3. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal Tahun 2006 Oleh Depkes Ri Materi Inti 4 : Pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9

bulan

Waktu : 6 JPL (T= 2 JPL, P= 4 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu membuat MPASI dari pangan lokal

TPK : Peserta mampu :

1. menyebutkan prosedur pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9 bulan

2. menjelaskan tekstur MPASI yang baik dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9 bulan

3. menjelaskan kelebihan pangan lokal sebagai bahan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9 bulan

4. membuat MPASI dari bahan lokal berdasaarkan prosedur yang ditetapkan dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9 bulan 5. membuat MPASI dari bahan lokal dengan tekstur yang sesuai dari Pangan Lokal untuk Usia 6-9 bulan

6. membuat MPASI dengan varisi untuk usia 6-9 bulan Pokok Bahasan

& Sub Pokok Bahasan

: 1. Prosedur pembuatan MPASI untuk Usia 6-9 bulan 2. Tekstur MPASI untuk Usia 6-9 bulan

3. Variasi bahan MPASI untuk Usia 6-9 bulan

4. Pembuatan MPASI sesuai prosedur untuk Usia 6-9 bulan 5. Pembuatan MPASI dengan tekstur yang untuk Usia 6-9

bulan sesuai Metode : 1. curah pendapat

2. tanya jawab 3. praktik langsung

Media : 1. slide

2. Alat dan bahan pembuatan MPASI Alat Bantu : 1. alat presentasi

2. Alat saji 3. alat memasak 4. kertas Flip cart 5. white board 6. spidol

Referensi : 1. Complementary Feeding Family foods for breasged children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

(16)

Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF 3. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal Tahun 2006 Oleh Depkes Ri Materi Inti 5 : Pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12

bulan

Waktu : 6 JPL (T= 2 JPL, P= 4 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu membuat MPASI dari pangan lokal

TPK : Peserta mampu :

1. menyebutkan prosedur pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12 bulan

2. menjelaskan tekstur MPASI yang baik dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12 bulan

3. menjelaskan kelebihan pangan lokal sebagai bahan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12 bulan

4. membuat MPASI dari bahan lokal berdasaarkan prosedur yang ditetapkan dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12 bulan 5. membuat MPASI dari bahan lokal dengan tekstur yang sesuai dari Pangan Lokal untuk Usia 9-12 bulan

6. membuat MPASI dengan varisi untuk Usia 9-12 bulan Pokok Bahasan

& Sub Pokok Bahasan

: 1. Prosedur pembuatan MPASI untuk Usia 9-12 bulan 2. Tekstur MPASI untuk Usia 9-12 bulan

3. Variasi bahan MPASI untuk Usia 9-12 bulan

4. Pembuatan MPASI sesuai prosedur untuk Usia 9-12 bulan

5. Pembuatan MPASI dengan tekstur yang sesuai untuk Usia 9-12 bulan

Metode : 1. curah pendapat

2. tanya jawab 3. praktik langsung

Media : 1. slide

2. Alat dan bahan pembuatan MPASI Alat Bantu : 1. alat presentasi

2. Alat saji 3. alat memasak 4. kertas Flip cart 5. White board 6. spidol

Referensi : 1. Complementary Feeding Family foods for breasged children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

(17)

2. Key Messages Booklet, The Community Infant and Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF 3. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal Tahun 2006 Oleh Depkes Ri Materi Inti 5 : Pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24

bulan

Waktu : 6 JPL (T= 2 JPL, P= 4 JPL, PL= 0 JPL)

TPU : Peserta mampu membuat MPASI dari pangan lokal untuk Usia 12-24 bulan

TPK : Peserta mampu :

1. menyebutkan prosedur pembuatan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24 bulan

2. menjelaskan tekstur MPASI yang baik dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24 bulan

3. menjelaskan kelebihan pangan lokal sebagai bahan MPASI dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24 bulan

4. membuat MPASI dari bahan lokal berdasaarkan prosedur yang ditetapkan dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24 bulan 5. membuat MPASI dari bahan lokal dengan tekstur yang sesuai dari Pangan Lokal untuk Usia 12-24 bulan

6. membuat MPASI dengan varisi untuk Usia 12-24 bulan Pokok Bahasan

& Sub Pokok Bahasan

: 1. Prosedur pembuatan MPASI untuk Usia 12-24 bulan 2. Tekstur MPASI untuk Usia 12-24 bulan

3. Variasi bahan MPASI untuk Usia 12-24 bulan

4. Pembuatan MPASI sesuai prosedur untuk Usia 12-24 bulan

5. Pembuatan MPASI dengan tekstur yang sesuai untuk Usia 12-24 bulan

Metode : 1. curah pendapat 2. tanya jawab 3. praktik langsung

Media : 1. slide

2. Alat dan bahan pembuatan MPASI Alat Bantu : 1. alat presentasi

2. Alat saji 3. alat memasak 4. kertas Flip cart 5. white board 6. spidol

(18)

children by Department of Nutrition for Health and Development, World Health Organization (WHO)

2. Key Messages Booklet, The Community Infant and Young Child Feeding Counselling Package by UNICEF 3. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air

Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal Tahun 2006 Oleh Depkes RI

Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Waktu : 20 JPL (T= 0 JPL, P= 4 JPL, PL= 16 JPL)

TPU : Peserta mampu menyusun rencana tindak

lanjut di wilayahnya masing-masing

TPK : Peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian RTL 2. Menjelaskan tujuan RTL 3. Menyusun RTL

Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian RTL 2. Menyusun tujuan RTL 3. Penyusunan RTL Metode : 1. CTJ 2. Diskusi kelompok Media : Form RTL

Alat Bantu : 1. white board 2. Spidol 3. Pojector

Referensi :

7.1 EVALUASI DAN SERTIFIKASI 7.1.1 EVALUASI

Evaluasi yang digunakan selama proses pembelajaran terdiri dari evaluasi terhadap:

1. Peserta, meliputi: a. Pre test b. Post test

c. Laporan kegiatan praktik lapangan dan rencana tindak lanjut (RTL) 2. Fasilitator, meliputi :

a. Penguasaan materi b. Ketepatan waktu

(19)

c. Sistematika penyajian

d. Penggunaan metode dan alat bantu diklat e. Empati, gaya dan sikap kepada peserta f. Pencapaian Tujuan Pembelajaran g. Kesempatan tanya jawab

h. Kemampuan menyajikan i. Kerapihan pakaian

j. Kerjasama antar tim pengajar 3. Penyelenggaraan

a. Pengalaman peserta dalam pelatihan ini

b. Rata-rata penggunaan metode pembelajaran oleh pengajar c. Tingkat semangat peserta untuk mengikuti program pelatihan d. Tingkat kepuasan peserta terhadap proses belajar Mengajar e. Kenyamanan ruang kelas

f. Penyediaan alat bantu pelatihan dalam kelas

g. Penyediaan dan pelayanan bahan belajar (seperti pengadaan bahan diskusi) 7.1.2 SERTIFIKASI

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 725 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, bagi peserta yang telah mengikuti pelatihan selama 82 JPL akan memperoleh sertifikat dengan angka kredit 2 sks

(20)

TUGAS

MATA KULIAH DIKLAT GIZI

“KURIKULUM PELATIHAN MPASI DARI BAHAN PANGAN LOKAL DENGANPENERAPAN B2SA”

Dosen Pengajar : Yasir Farhat, SKM., MPH

Oleh :

AMELIA RAHMAH P07131214081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN DIPLOMA 1V JURUSAN GIZI

Semester VI 2017

(21)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Diklat Gizi dengan Judul Kurikulum Pelatihan MPASI dari Bahan Pangan Lokal dengan Penerapan B2SA.

Kurikulum pelatihan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan kurikulum pelatihan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan kurikulum pelatihan ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah kurikulum pelatihan ini.

Akhir kata kami berharap semoga Kurikulum Pelatihan MPASI dari Bahan Pangan Lokal dengan Penerapan B2SA ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, 1 Mei 2015

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Filosofi Pelatihan... 3

BAB II PERAN DAN KOMPETENSI... 4

2.1 Peran ... 4

2.2 Kompetensi ... 4

BAB III TUJUAN PELATIHAN... 5

3.1 Tujuan Umum... 5

3.2 Tujuan Khusus... 5

BAB IV PESERTA, FASILITATOR, DAN PENYELENGGARA... 6

4.1 Peserta... 6

4.2 Fasilitator... 6

4.3 Penyelenggara... 6

BAB V STRUKTUR PROGRAM... 7

BAB VI ALUR PROSES PEMBELJARAN... 9

6.1 Alur Proses Pelatihan... 9

6.2 Proses Pembelajaran... 9

6.3 Metode Pembelajaran... 11

BAB VII GARIS-GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN... 12

Referensi

Dokumen terkait

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonstentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.. Sindrom renjatan

Dalam penelitian ini, akan dilakukan pembobotan kriteria mana yang lebih penting dari kriteria lainnya dan perangkingan karyawan dengan metode Analytical Hierarchi

Dari kajian teori yang dipapaprkan diatas, penelitian ini mengajukan Hipotesis: pembelajaran dengan sistem magang dapat meningkatkan keterampilan cleaning service

Beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi pada remaja terjadi karena remaja tidak mampu mengungkapkan, melepaskan perasaan negatif kepada orang

Wawancara diatas menunjukkan pula bahwa pelaksanaan Perda Nomor 20 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa telah berjalan optimal, pemerintahan Desa Halaban telah menjalankan

Pengaruh kerapatan tanaman dan aplikasi zat pengatur tumbuh terhadap produksi umbi bawang merah asal biji kultivar bima.. Perbaikanteknologiproduksibenihbawangmerah (TSS)

Pada pekerja dalam suhu lingkungan dingin umumnya kurang mengonsumsi cairan karena banyak buang air kecil dan kulit.. menjadi kering karena kelembaban kulit

Pemahaman akan eksistensi Tuhan mutlak dibutuhkan dalam melakukan telaah terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial