• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AMANDEMEN KEEMPAT UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH AMANDEMEN KEEMPAT UNDANG- UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AMANDEMEN KEEMPAT

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945 TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh : Ni Kadek Rudiani1

Abstract

The laws of The Republic Of Indonesia in 1945 became the highest legal source of lower legal products. The laws of The Republic Of Indonesia in 1945 from 1999 to 2002 have been amended four times. The consequences of the amendement certainly affect the laws that run it including synchronzation of local government law with the result of the amendment of the four constitutions of The Republic Of Indonesia in 1945. In this connection the formulation of this research problem is: a) How is the regulation of local government in the amendnment of the four laws of The Republic of Indonesia in 1945?, b) what the arrangement of local government after the amendnment of the four laws of The Republic of Indonesia in 1945?. Is normative legal research. As is known, normative legal research includes research on legal principles, legal system, legal synchronization level, and legal history research. In accordance with the characteristics and nature of normative law research, in this study will use several methods of approach: The Statue Approach (statutory approach, The analitical and Conseptual Approach) Based on Article 18 of the 1945 Constitution of the State of the Republic of 1945 found The existence of development policy relation between central government and regional government as regulated in Law Number 23 Year 2014 about Local Government, that is base on: Decentralization, Deconcentration and Co-Administration, assignment from government to region and village and from region to village To perform certain tasks accompanied by financing, facilities and infrastructure and human resources with the obligation to report in its implementation and accountable to the commissioned.

Keywords: Amendment, Local Government, Constitution

Abstrak

Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945 menjad sumber hukum tertngg produk hukum yang lebh rendah. Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945 dar Tahun 1999 sampa 2002 telah dlakukan amandemen sebanyak empat kal. Konsekwens dar amandemen tersebut tentunya berpengaruh terhadap Undang-Undang yang menjalankannya termasuk snkronsas Undang-Undang Pemerntahan Daerah dengan hasl Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945. Dalam katan tu rumusan masalah peneltan n adalah: a) Bagamana pengaturan pemerntahan daerah dalam Amandemen Keempat Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945?, b) Bagamana pengaturan pemerntahan daerah dalam Undang-Undang Pemerntahan Daerah pasca Amandemen

(2)

Keempat Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945?. Jens peneltan n adalah peneltan hukum normatf. Sebagamana dketahu peneltan hukum normatf mencakup peneltan terhadap asas-asas hukum, sstematka hukum, taraf snkronsas hukum, dan peneltan sejarah hukum. Sesua dengan karakterstk dan sfat peneltan hukum normatf, maka dalam peneltan n akan memaka beberapa metode pendekatan: The Statue Approach

(pendekatan perundang-undangan), The analitical and Conseptual Approach (pendekatan analss konsep hukum). Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republk 1945 dtemukan adanya hubungan kebjaksanaan pembangunan antara pemerntah pusat dan pemerntahan daerah sebagamana datur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerntahan Daerah, yatu dengan dasar-dasar : Desentralsas, Dekonsentras, dan Tugas pembantuan, penugasan dar pemerntah kepada daerah dan desa dan dar daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang dserta pembayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusa dengan kewajban melaporkan dalam pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan. Kata Kunc: Amandemen, Pemerintahan Daerah, Konstitusi

I. PENDAHULUAN

Tema sentral peneltan n adalah Pengaruh Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 Terhadap Pemerntahan Daerah. Arah dan kebjaksanaan pembangunan dtujukan untuk mewujudkan otonom daerah yang nyata, dnams, seras dan bertanggungjawab serta menghormat kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradsonalnya, sebagamana tertuang dalam Undang-Undang Negara Republk Indonesa 1945 Pasal 18 B ayat (2) sebaga berkut: Negara mengaku dan menghormat kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradsonalnya sepanjang mash hdupnya dan sesua dengan perkembangan masyarakat dan prnsp Negara Kesatuan Republk Indonesa, yang datur dalam Undang-Undang.

Berdasarkan kebjakan pembangunan tersebut, saat n pemerntah menyelenggarakan pemerntahan dan pembangunan d segala bdang dengan berbaga usaha dan penyempurnaan, agar tujuan negara dan kebjakan pembangunan dapat dlaksanakan dengan lebh bak. Namun demkan, dbalk tu, masalah pemerntah daerah menjad menark untuk dperhatkan karena ada suatu tekad dar pemerntah bahwa pelaksanaan asas otonom dan tugas pembantuan pada pemerntahan daerah sebagamana datur dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa 1945 sebaga berkut : Pemerntah daerah Provns, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan. Ketentuan Pasal 18 ayat (2) UUD NRI 1945

(3)

tersebut secara bertahap dkembangkan dan dolah menjad pokok-pokok pengaturan yang lebh operasonal dalam berbaga perundang-undangan maupun peraturan pelaksanaannya.

Penyerahan otonom kepada daerah ternyata harus memperhtungkan berbaga aspek multkompleks mengngat aneka ragam konds sosal, budaya, ekonom, demograf, geograf, poltk dan keamanan. Send-send daerah otonom adalah permusyawaratan. Perseps dan penafsran tentang art permusyawaratan tersebut merupakan suatu proses pengamblan keputusan kebjakan berbentuk pembcaraan tentang keseluruhan aspek permasalahan. Kerakyatan yang dpmpn oleh hkmat kebjaksanaan dalam permuswaratan dan perwaklan dapat dartkan sebaga suatu kebjaksanaan dalam menggunakan akal bud dan yang akan menuntun para peserta musyawarah untuk mengambl kebjaksanaan sebaga keputusan yang bermanfaat bag kepentngan umum, kepentngan bersama, negara, dan kepentngan pemerntah maupun masyarakat.

Dengan demkan, proses pembangunan tdak dapat dlepaskan dar pengembangan sstem admnstras pemerntahan. Kebjaksanaan pembangunan dengan pelaksanaan otonom daerah telah mencakup tujuan dan sasaran pembangunan. Sedangkan sstem pemerntahan negara menggarskan pembagan tugas antara

berbaga dnas atau jawatan ddaerah. Dewasa n hubungan kebjaksanaan pembangunan dengan pelaksanaan otonom daerah merupakan masalah yang sangat pentng, terutama mengena peranan daerah yang saat n kembal mendapat perhatan terutama setelah tertuang dalam perubahan keempat UUD Negara Republk Indonesa 1945. Menurut C.F. Strong, 4 hakkat negara kesatuan adalah negara yang kedaulatannya tdak terbag atau dengan kata lan negara yang kekuasaan pemerntah pusatnya tak terbatas karena konsttus negara kesatuan tdak mengaku adanya badan pembuat undang-undang selan badan pembuat undang-undang pusat. Hal tersebut dapat dartkan bahwa seluruh urusan negara hanya dlaksanakan oleh satu pemerntahan saja atau dengan kata lan ketdakberadaan pemerntahan daerah. Selan tu menurut C.F. Strong terdapat dua sfat pentng negara kesatuan, yatu: (1) supremas parlemen pusat, dan (2) tdak adanya badan berdaulat tambahan.2

Berdasarkan uraan latar belakang datas, adapun yang menjad rumusan masalah adalah sebaga berkut : Bagamana pengaturan pemerntahan daerah dalam amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945? Bagamana pengaturan pemerntahan daerah dalam undang-undang pemerntahan daerah pasca amandemen keempat Undang-Undang

(4)

Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945?

Ada beberapa karya lmah yang memlk kemrpan yang penuls angkat antara lan:

1. Kanun Jurnal lmu Hukum no.67,Th.XVII, mlk Budyono yang berjudul Dekonstruks Urusan Pemerntahan Konkuren dalam Undang-Undang pemerntahan Daerah,

2. Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No.4, mlk Abdul Rauf Alauddn Sad yang berjudul Pembagan Kewenangan Pemerntah Pusat-Pemerntah Daerah Dalam Otonom Seluas-Luasnya Menurut UUD 1945. Dar kedua karya lmah tersebut ada kemrpan kesamaan dengan Karya Ilmah yang dbuat penuls yatu hubungan Pemerntah Daerah dengan Pemerntah Pusat, namun yang berbeda dan menark dar Karya Ilmah yang dbuat penuls yatu pengaturan pemerntahan daerah dalam undang-undang pemerntahan daerah pasca amandemen ke empat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945, dtemukan kecendrungan kebjakan pembangunan d daerah semakn bebas kurang memperhatkan peranan pemerntah pusat, terutama pemerntah kabupaten dan pemerntah kota.

Tujuan Peneltan n adalah Untuk mengetahu dan menggambarkan pengaturan pemerntahan daerah dalam amandemen keempat Undang-Undang

Negara Republk Indoesa Tahun 1945. Untuk mengetahu dan memaham pengaturan pemerntahan daerah dalam undang-undang pemerntahan daerah pasca amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945.

II. METODE PENELITIAN

Jens peneltan n adalah peneltan hukum normatf. Sebagamana dketahu peneltan hukum normatf mencakup peneltan terhadap asas-asas hukum, sstematka hukum, taraf snkronsas hukum, dan peneltan sejarah hukum3

Sesua dengan karakterstk dan sfat peneltan normatf, maka dalam peneleltan n akan memaka beberapa metode pendekatan:

- The Statue Approach pendekatan perundang-undangan.

- The Analtcal and Conseptual Approach (pendekatan analss konsep hukum)

Peneltan hukum bersfat normatf, menggunakan bahan hukum prmer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum prmer yang dgunakan dalam peneltan n bersumber dar bahan hukum :

- Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 - Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah

3 Mukt Fajar ND dan Yulanto Achmad, 2007, Dualisme Penelitian Hukum, Pensl Komunka, Yogyakarta, hlm.109

(5)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengaturan Pemerintahan

Daerah dalam Amandemen Keempat Undang-Undang Negara Republik Indoesia Tahun 1945

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebaga Konsttus Negara Republk Indonesa telah mengalam perubahan-perubahan mendasar sejak dar Perubahan Pertama pada Tahun 1999 sampa Perubahan Keempat pada Tahun 2002. Sejak dberlakukannya UUD 1945 sebaga Konsttus Negara Republk Indonesa hngga dadakannya amandemen sekarang, konsttus n memberkan pesan bahwa Negara Republk Indonesa dbangun dalam sebuah kerangka negara yang berbentuk kesatuan (unitary), bukan berbentuk federas (serikat).

The founding father Negara

Republk Indonesa sudah sejak awal menyadar bahwa Negara Indonesa yang wlayahnya terdr rbuan pulau serta penduduknya terdr dar ratusan suku bangsa, tdak mungkn dselenggarakan secara sentralstk. Dengan demkan, konsep otonom daerah dalam kesatuan masyarakat hukum yang sudah ada sebelum Negara Indonesa terbentuk merupakan suatu keharusan “conditio sine qua

non”. Dengan alasan n, maka

pendr negara sejak dberlakukannya konsttus Indonesa (UUD NRI 1945) mencatumkan konsep negara berupa Negara Kesatuan yang berbentuk Republk, sebagamana terdapat dalam

Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbuny “Negara Indonesa alah Negara Kesatuan yang berbentuk Republk”. Sejak dberlakukannya UUD NRI 1945 hngga dadakannya amandemen sekarang, pasal n tdak termasuk pada pasal yang damandemen.

Penyelenggaraan pemerntah daerah dalam Konsttus Negara Republk Indonesa datur dalam Pasal 18 UUD NRI 1945. Pasal n termasuk pasal yang damandemen, yang terjad saat perubahan (amandemen) UUD 1945. Sebelum amandemen UUD 1945 pasal n hanya memuat satu ayat dengan judul Bab Pemerntahan Daerah yang berbuny : “Pembagan daerah Indonesa atas daerah besar dan kecl, dengan bentuk susunan pemerntahannya dtetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengngat dasar permusyawaratan dalam sstem pemerntahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersfat stmewa. Sementara Pasal 18 hasl amandemen UUD NRI 1945 terdr dar 3 (tga) Pasal, yatu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B dengan judul Bab Pemerntahan Daerah. Pasal 18 hasl amandemen UUD NRI 1945 mengandung prnsp-prnsp dan ketentuan-ketentuan sebaga berkut:

1. Prnsp daerah mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan Pasal 18 ayat (2). Prnsp n

(6)

menegaskan bahwa pemerntahan daerah adalah suatu pemerntahan otonom dalam Negara Kesatuan Republk Indonesa. Pasal 18 sebelum amandemen tdak menegaskan Pemerntah Daerah sebaga satuan pemerntahan yang mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahan tertentu sebaga urusan rumah tangganya. Hanya dalam penjelasan dsebutkan bahwa “daerah-daerah tu bersfat otonom (streek and locale

rechtsgemeenschappen) atau

ber-sfat daerah admntras belaka”. Sebaga mplementasnya, dadakan satuan pemerntahan dekonsentras d daerah (Pemerntahan Wlayah) dan fungs-fungs dekonsentras dalam pemerntahan daerah (Kepala Daerah sekalgus sebaga Kepala Wlayah). 2. Prnsp menjalankan otonom

seluas-luasnya Pasal 18 ayat (5). Kengnan untuk melaksanakan otonom seluas-luasnya n telah muncul pada saat BPUPKI menyusun rancangan UUD. Hal n nampak dantaranya dar pdato Ratulang, yatu “ Supaya daerah pemerntahan d beberapa pulau-pulau besar dber hak seluas-luasnya untuk mengurus keperluannya sendr, tentu dengan memaka pkran persetujuan, bahwa daerah-daerah tu adalah daerah

darpada Indonesa”. Kengnan n kemudan dtuangkan dalam UUDS 1950, Pasal 131 ayat (2). Meskpun secara hstors Negara Kesatuan Republk Indonesa sudah menghendak pelaksanaan otonom seluas-luasnya, akan tetap hal n tdak dmuat dalam UUD 1945, sehngga sstem pemerntahan yang sentralstk muncul. Pada akhrnya, saat amandemen UUD NRI 1945, sangatlah tepat Pasal 18 damandemen, dan prnsp otonom seluas-luasnya dtegaskan dalam pasal n. Pemerntahan Daerah mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahannya, campur tangan pemerntah pusat hanyalah yang benar-benar bertalan dengan upaya menjaga kesembangan antara prnsp kesatuan (unity) dan perbedaan (diversity).

3. Prnsp kekhususan dan keragaman daerah Pasal 18 A, ayat (1). Prnsp n mengandung pengertan bahwa bentuk dan s otonom daerah tdak harus seragam (uniformitas). Bentuk dan s otonom daerah dtentukaan oleh berbaga keadaan khusus dan keragaman setap daerah. Otonom untuk daerah-daerah pertanan dapat berbeda dengan daerah-daerah ndustr, atau antara daerah panta dan peadalaman, dan sebaganya.

(7)

4. Prnsp mengaku dan menghormat kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradsonalnya Pasal 18 B, ayat (2). Yang dmaksud dengan masyarakat hukum adat adalah masyarakat hukum (rechtsgemeenschap) yang berdasarkan hukum adat atau adat stadat sepert desa, marga, nagar, gempong, dan lan-lan. Masyarakat hukum adalah kesatuan masyarakat yang memlk kekayaan sendr, memlk warga yang dapat dbedakan dengan warga masyarakat hukum lan dan dapat bertndak ke dalam atau ke luar sebaga satu kesatuan hukum (subjek hukum) yang mandr dan memerntah dr mereka sendr. Dalam Pasal 18 B amandemen n, mengandung pengakuan dan penghormatan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat sesua dengan perannya sebaga subsstem Negara Kesatuan Republk Indonesa yang maju dan modern. Selan tu, hak-hak tradsonal yang melput hak ulayat, hak-hak memperoleh manfaat atau kenkmatan dar tanah ar, daku dan djunjung tngg.

5. Prnsp mengaku dan menghormat Pemerntahan Daerah yang bersfat khusus dan stmewa Pasal 18 B ayat (1). Adapun yang dmaksud

dengan “bersfat stmewa” adalah pemerntahan asl atau pemerntahan bumputera. Dalam Pasal 18 B, perkataan “khusus” memlk cakupan yang lebh luas, antara lan karena dmungknkan membentuk pemerntahan daerah dengan otonom khusus (Aceh, Iran Jaya). Untuk Aceh, otonom khusus berkatan dengan pelaksanaan Syarat Islam, sehngga tdak berbeda dengan status Aceh sebaga daerah stmewa. Setap daerah dapat menuntut suatu kekhususan, semata-mata berdasarkan faktor-faktor tertentu tanpa suatu certa umum yang telah dtentukan dalam Undang-Undang.

6. Prnsp badan perwaklan dplh langsung dalam suatu pemlhan umum Pasal 18 ayat (3). Dengan prnsp n, maka tdak akan ada lag pengangkatan anggota DPRD, akan tetap tentunya DPRD harus dplh secara langsung oleh rakyat. Demkan juga halnya dengan Gubernur, Bupat, Walkota, yang mengharuskan pemlhan secara langsung oleh rakyat (bukan oleh DPRD lag).

7. Prnsp hubungan pusat dan daerah harus dlaksanakan secara selaras dan adl Pasal 18 ayat (2). Pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang adl dan selaras, dmaksudkan untuk

(8)

mewujudkan pemerntah daerah yang mandr dan kesejahteraan rakyat daerah yang bersangkutan. Dengan adanya prnsp tersebut, pengaturan semua hal-hal yang ada pada Pemerntahan Daerah (termasuk masalah kekayaan) akan dbag sesua dengan kebutuhan daerah.4

Indonesa sebaga negara dengan beragam suku dan bahasa, tentunya setap wlayah memlk karakterstk yang berbeda serta potens sumber daya alam, manusa dan budaya yang khusus. Pembangunan akan lebh berhasl bla pembangunan wlayah dlaksanakan dengan manajemen otonom sebaga sstem dalam proses pembangunan nasonal. Banyak peneltan, bak yang dlakukan d dalam maupun d luar neger memberkan rekomendas tentang keperluan atau kepentngan manajemen otonom. Dsampng tu, telah banyak semnar tentang pembangunan maupun otonom daerah memberkan rekomendas yang sama.

Dalam pasal 18A UUD NRI Tahun 1945 dsebutkan secara jelas tentang hubungan wewenang dan keuangan antara pusat dan daerah adalah sebaga berkut:

1. Hubungan wewenang antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah provns, kabupaten dan kota atau antara provns dan kabupaten dan kota, datur dengan undang-undang dengan

4 Otonom Daerah Pasca Amandemen Undang-Undang Antara Idealta dan Realta, 2015, www.unsgd.ac.d,dakses 1 Me 2017

memperhatkan kekhususan dan keberagaman daerah; dan

2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam lannya antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah datur dan dlaksanakan secara adl dan selaras berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan adanya hal tersebut dapat dpaham dan dketahu dengan cara dan proses bagamanakah hubungan antara pemerntah pusat dan daerah tu dlaksanakan meskpun tdak djelaskan lebh detal mengena kedua hubungan tersebut. Namun, berdasarkan adanya ketentuan tersebut d atas, maka dapat dkatakan bahwa secara gars besar hubungan antara pusat dan daerah, bak yang menyangkut hubungan kewenangan maupun keuangan harus dlaksanakan secara adl, selaras dan memperhatkan kekhususan dan keberagaman daerah serta harus datur dengan undang-undang.5 Selan tu, kta

dapat mengetahu secara past bahwa wlayah negara Republk Indonesa akan dbag dalam bentuk wlayah besar dan wlayah kecl yang dalam mplementasnya yang dmaksud dengan wlayah besar adalah provns dan wlayah kecl adalah kabupaten/ kota dan satuan wlayah lannya yang bersfat khusus dan stmewa.

Menurut prnsp hrark bahwa setap organsas dar suatu kednasan, kekuasaan dar yang lebh tngg

5 Muhammad Fauzan, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah, UII Pres, Yogyakarta, hlm. 4.

(9)

ke yang lebh rendah ada d bawah pengawasan dan penguasaan yang lebh tngg. pemerntah dar suatu otortas memberkan kewenangan kepada pemerntah yang ada dbawahnya, sehngga tanggung jawab termasuk mengatur, mengurus, dan proses kegatan dan urusan yang dtermakan menjad tanggungjawab kednasan yang lebh rendah. Demkan juga tanggung jawab aspek urusan rumah tangga adalah urusan atau kegatan pemerntah yang dserahkan dengan peraturan perundang-undangan oleh pemerntah daerah, ataupun oleh pemerntah daerah tngkat provns kepada pemerntah daerah kabupaten/ kota. Rchard Schermerhorn, lebh lanjut lag menegaskan kemungknan dampak pembagan kekuasaan, yatu:6

Dstrbus kekuasaan yang tdak merata, dapat mendorong terjadnya pelbaga aktvtas sosal, yang kadang-kadang sfatnya kontradktf. Keadaan demkan mendorong menngkatnya jumlah phak yang tdak berkuasa dan menngkatnya sumber daya dan organsas untuk menentang phak yang domnan kedudukannya. Selanjutnya keadaan tersebut juga mendorong mereka yang berkuasa untuk menambah dan memperluas domnasnya, sehngga kedudukannya semakn kokoh.

6 Soekanto, 1987, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, PT.Rajawal Press, Jakarta, hlm.45

Maksud dan tujuan otonom daerah dalam perencanaan dan mplementas pembangunan d daerah, atas dasar prnsp-prnsp otonom daerah adalah:7 1. Otonom daerah

harus menunjang aspras perjuangan rakyat dalam (1) memperkokoh negara kesatuan; (2) mempertngg kesejahteraan Rakyat Indonesa. 2. Otonom daerah harus merupakan otonom nyata, dnams, dan bertanggung jawab. 3. Mengutamakan aspek keserasan dengan tujuan d sampng aspek pendemokrasan. 4. Melaksanakan otonom daerah berart menngkatkan daya guna pemerntahan d daerah dalam hal pembangunan dan pelayanan masyarakat. Upaya tersebut sekalgus merupakan pembnaan kestablan dan kesatuan bangsa. 5. Dar seg asasnya, asas desentralsas perlu dserta asas dekonsentras dan dlengkap dengan asas medebewnd yang berart penyerahan tugas pelaksanaan urusan pemerntah pusat kepada pemerntah daerah, atau tugas Pemerntah Daerah Provns kepada Pemerntah Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam rangka upaya mencar dan menemukan analss dan pemecahan masalah pada kasus hubungan kebjakan pembangunan dengan pelaksanaan otonom daerah, pengertan desentralsas harus dpaham, JHA Logeman menyatakan bahwa:8 Desentralsas adalah juga

7 Ateng Syafrudn, 1992, Birokrasi dan Pembangunan, Unpar Bandung, hlm.5 8 Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Hukum,

Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Bna Cpta, Bandung, hlm.4

(10)

cara sstem untuk mewujudkan azas demokras, yang memberkan kesempatan kepada rakyat untuk kut serta dalam pemerntahan negara. Menurut kelazman desentralsas tu dapat dbag dalam dua macam: 1. Dekonsentras, 2. Dekonsentras Ketatanegaraan. Otonom pada daerah provns maupun kabupaten/kota berart dengan nsatfnya, daerah dapat mengurus rumah tangganya dengan jalan mengadakan peraturan-peraturan daerah yang tndak bertentangan dengan peraturan lan yang lebh tngg derajatnya.untuk menelt hubungan kebjaksanaan pembangunan dengan otonom daerah tdak bsa lepas dar katan dengan proses pembangunan. In berart tdak bsa lepas dar admnstras pembangunan. Pembangunan merupakan suatu proses rangkaan kegatan secara nasonal melalu pertumbuhan dan perubahan sesua dengan tujuan yang telah dtentukan sebelumnya. Untuk mengurakan kebjaksanaan dar admnstras pembangunan, dapat dkemukakan admnstras pembangunan adalah seluruh usaha yang dlakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbak tata kehdupannya sebaga suatu bangsa dalam berbaga aspek kehdupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaan tujuan yang telah dtentukan.9

9 Sagan S.P.,1992, Admnstras Pembangunan, Haj Masagung,Jakarta, hlm.4

3.2. Pengaturan Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah Pasca Amandemen Keempat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah dnyatakan Pemerntahan daerah menyelenggarakan urusan pemerntahan yang menjad kewenangannya, kecual urusan pemerntahan yang oleh undang-undang n dtentukan menjad urusan pemerntah, yatu melput: Poltk luar neger, pertahanan, keamanan, yusts, moneter dan fskal nasonal dan agama. Urusan pemerntahan daerah dbag menjad urusan wajb dan urusan plhan. Urusan wajb adalah urusan yang sangat mendasar yang berkatan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara. Sedangkan urusan plhan adalah urusan yang secara nyata ada d daerah dan berpotens untuk menngkatkan kesejahteraan masyarakat sesua konds, kekhasan, dan potens unggulan daerah.

Dalam melaksanakan kebjaksanaan pembangunan dan otonom daerah yang ddasarkan pada Undang-Undang 23 tahun 2014 Tentang Pemerntahan Daerah, perlu terus dlakukan pengembangan wlayah pemerntahan dan pembangunan. In berart dperlukan dnamsas terus menerus dengan alternatf-alternatf

(11)

kebjaksanaan yang dbutuhkan, pengembangan selanjutnya dapat ddasarkan kepada panca konsep manajemen pemerntah publk, yatu: 1. Kepentngan dan kebutuhan masyarakat, 2. Snerg antara berbaga subsstem-subsstem manajemen pemerntahan publk, 3. Asas cost-benefit yang bermbang, 4. Abd negara

yang dtransformaskan menjad abd masyarakat, 5. Pengamblan keputusan dan pelaksanaan pengamblan keputusan secara bertanggungjawab panca konsep manajemen publk tersebut berorentas pada kepentngan masyarakat dan ada keterpaduan antara kebjaksanaan pembangunan dengan pelaksanaan otonom daerah. Keterpaduan varabel-varabel yang berperan dalam hubungan kebjaksanaan pembangunan dengan pelaksanaan otonom daerah dapat durakan sebaga berkut:10

(1) Kebjaksanaan Pembangunan, dengan varabel-varabel: a. Berpedoman pada ketentuan yang ada (hukum yang berlaku), b. Beorentas pada kepentngan umum dan masa depan, c. Strateg pemecahan masalah yang terbak.

(2) Pelaksanaan Otonom Daerah, dengan varabel-varabel: a. Fenomena Pokok ( kemampuan aparatur, keuangan, partspas masyarakat, ekonom daerah,

10 Ermaya Suradnata,2006,Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintah dalam Politik dan Bisnis, Suara Bebas,Jakarta,

demograf, admnstras dan organsas), b. Fenomena Penunjang (geograf, dan sosal budaya), c. Fenomena Khusus (Agama, Poltk, HANKAM). Proses kebjaksanaan otonom daerah terdr dua tahap: pertama, berupa masukan varabel kebjaksanaa pembangunan dan otonom daerah, kemudan dproses berdasarkan pemberan kekuasaaan pemerntah atau pemerntah daerah provns kepada pemerntah daerah kabupaten/ kota dan menghaslkan brokras, yatu menjalankan fungs secara terkat pada aturan dan berjenjang dengan tujuan utama agar fungs dapat berjalan efektf dan efsen. Selan tu, brokras merupakan suatu alat (means) atau nstrumen pemerntah untuk melaksanakan kebjaksanaan pembangunan, yatu kebjaksanaan dan keputusan pemerntah yang terkat kepada landasan falsafah dan landasan hukum yang menjad sumbernya, landasan hukum untuk Pemerntah Indonesa adalah : 1. Pancasla sebaga landasan deal; 2. Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa 1945 (UUD NRI 1945); 3. Pelestaran Bhnneka Tunggal Ika; 4. Pemelharaan keutuhan Negara Kesatuan Republk Indonesa.

Adapun penjelasan terkat Pemerntahan Daerah sesua dengan Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 yang datur dalam Undang-Undang Nomor 23

(12)

Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah dapat durakan sebaga berkut:

1. Prnsp daerah mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan pada Pasal 18 ayat (2) Amandemen Keempat UUD NRI Tahun 1945, dmana prnsp n menegaskan bahwa pemerntahan daerah adalah suatu pemerntahan otonom dalam Negara Kesatuan Republk Indonesa. Ketentuan tu djelaskan pada Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah yang menyatakan urusan pemerntahan konkuren adalah urusan pemerntahan yang dbag antara Pemerntahan Pusat dan Daerah Provns dan Daerah Kabupaten/Kota, urusan pemerntahan konkuren yang dserahkan ke daerah menjad dasar pelaksanaan otonom daerah.

2. Prnsp menjalankan otonom seluas-luasnya pada Pasal 18 ayat (5) Amandemen Keempat UUD NRI 1945 pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah durakan d Pasal 17 ayat (1) yang menyatakan daerah berhak menetapkan kebjakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerntahan yang menjad kewenangan daerah.

3. Prnsp kekhususan dan keragaman daerah Pasal 18 A, ayat (1) Amandemen Keempat UUD NRI 1945, djelaskan pada Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah bahwa urusan pemerntahan plhan dberkan kebebasan sesua dengan keragaman potens sumber daya alam daerah masng-masng yang melput: Kelautan dan perkanan, parwsata, pertanan, kehutanan, energ dan sumber daya mneral, perdagangan, perndustran dan transmgras.

4. Prnsp mengaku dan menghormat kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradsonalnya Pasal 18 B, ayat (2) Amandemen Keempat UUD NRI 1945, belum djelaskan detal pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah. 5. Prnsp mengaku dan

menghormat Pemerntahan Daerah yang bersfat khusus dan stmewa Pasal 18 B ayat (1) Amandemen Keempat UUD NRI 1945, belum djelasakan secara detal pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah. 6. Prnsp badan perwaklan

dplh langsung dalam suatu pemlhan umum Pasal 18 ayat (3) Amandemen Keempat UUD

(13)

NRI 1945, djelaskan pada Pasal 94 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah bahwa DPRD Provns terdr atas anggota parta poltk peserta pemlhan umum yang dplh melalu pemlhan umum.

7. Prnsp hubungan pusat dan daerah harus dlaksanakan secara selaras dan adl Pasal 18 ayat (2) Amandemen Keempat UUD NRI 1945, djelaskan pada Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah bahwa pembagan urusan pemerntahan konkuren antara Pemerntah Pusat dan Daerah Provns serta Daerah Kabupaten/ Kota, ddasarkan pada prnsp akuntabltas, efsens, dan eksternaltas, serta kepentngan strategs nasonal.

Serangkaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 beserta perubahan-perubahannya tersebut menyebutkan adanya perubahan susunan dan kewenangan pemerntahan daerah. Susunan pemerntahan daerah menurut undang-undang n melput pemerntahan daerah provns, pemerntahan daerah kabupaten, dan DPRD. Pemerntahan daerah terdr atas kepala daerah dan DPRD dbantu oleh perangkat daerah. Pemerntahan daerah provns terdr atas pemerntahan daerah provns dan DPRD provns. Adapun pemerntahan

daerah kabupaten/kota terdr atas pemerntahan kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Serng berubahnya susunan pemerntah daerah, kewenangan pemerntah daerah pun mengalam beberapa perubahan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan pemerntahan daerah melput hal-hal sebaga berkut:

1. Pemerntah daerah menyelenggarakan urusan pemerntahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prnsp otonom seluas-luasnya sesua dalam sstem Negara Kesatuan Republk Indonesa.

2. Pemerntah daerah melaksanakan urusan pemerntahan konkuren yang dserahkan oleh pemerntah pusat menjad dasar pelaksanaan otonom daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan. 3. Pemerntahan daerah dalam

melaksanakan urusan pemerntahan umum yang menjad kewenangan presden dan pelaksanaannya dlmpahkan kepada gubernur dan bupat/ walkota, dbaya APBN. Muatan undang-undang pemerntahan daerah mengalam banyak perubahan dalam penyelenggaraan pemerntahan. Salah satunya adalah pembagan urusan pemerntahan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 klasfkas urusan

(14)

pemerntahan terdr dar 3 urusan yakn urusan pemerntahan absolut, urusan pemerntahan konkuren, dan urusan pemerntahan umum. Urusan pemerntahan absolut adalah urusan pemerntahan yang sepenuhnya menjad kewenangan pemerntah pusat. Urusan pemerntahan konkuren adalah urusan pemerntahan yang dbag antara pemerntah pusat dan daerah provns dan daerah kabupaten/kota. Urusan pemerntahan umum adalah urusan pemerntahan yang menjad kewenangan presden sebaga kepala pemerntahan. Untuk urusan konkruen atau urusan pemerntahan yang dbag antara pemerntahan pusat dan daerah provns dan daerah kabupaten/kota dbag menjad urusan pemerntahan wajb dan urusan pemerntahan plhan. Urusan pemerntahan wajb adalah urusan pemerntahan yang wajb dselenggarakan oleh semua daerah. Sedangkan urusan pemerntahan plhan adalah urusan pemerntahan yang wajb dselenggarakan oleh daerah sesua dengan potens yang dmlk daerah.

Hasl analss dengan Amandemen keempat Undang-Undang Negara Republk terhadap Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah adalah : Pengaturan pemerntahan daerah dalam amandemen keempat Undang-Undang Negara Republk Indoesa Tahun 1945 yatu mengena pemerntahan daerah terdr atas 3 Pasal, yatu: Pasal 18 , Pasal 18 A dan Pasal 18B. DPD

adalah Lembaga negara baru sebaga langkah akomodas bag keterwaklan kepentngan daerah dalam badan perwaklan tngkat nasonal. Berdasarkan Pasal 18 Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republk 1945 dtemukan adanya hubungan kebjaksanaan pembangunan antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah sebagamana datur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerntahan Daerah, yatu dengan dasar-dasar : a. Desentralsas, penyerahan

Urusan Pemerntahan oleh Pemerntah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonom..

b. Dekonsentras, pelmpahan sebagan Urusan Pemerntahan yang menjad kewenangan Pemerntah Pusat kepada gubernur sebaga wakl Pemerntah Pusat, kepada nstans vertkal d wlayah tertentu.dan/atau kepada Gubernur dan bupat/walkota sebaga penanggung jawab urusan pemerntahan umum. c. Tugas pembantuan, penugasan

dar Pemerntah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagan Urusan Pemerntahan yang menjad kewenangan Pemerntah Pusat atau dar Pemerntah Daerah Provns kepadaDaerah kabupaten /kota untuk melaksanakan sebagan Urusan

(15)

Pemerntahan yang menjad kewenangan Daerah Provns. d. Hubungan antara pemerntah

pusat dan daerah

(1) Dalam membuat kebjaksanaan pembangunan tdak boleh mengurang hal-hal dar kewajban rakyat daerah dalam penyelenggaraan Pemerntah Daerah.

(2) Pemerntah Pusat tdak boleh mengurang hak daerah untuk berprakarsa mengatur dan mengurus sendr berdasarkan aspras masyarakat sesua dengan ketentuan perundang-undangan.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan kajan maupun analss yang telah dlakukan maka dapat dsmpulkan beberapa hal dantaranya adalah:

1. Pengaturan pemerntahan daerah dalam Amandemen Keempat Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945 datur pada Pasal 18 dmana esensnya adalah : Desentralsas, Dekosentras dan Tugas pembantuan.

2. Pengaturan Pemerntahan Daerah dalam Undang-Undang Pemerntahan Daeran Pasca Amandemen Keempat Undang-Undang Negara Republk Indonesa Tahun 1945 adalah : Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan pemerntahan daerah melput hal-hal sebaga berkut:

a. Pemerntah daerah menyelenggarakan urusan pemerntahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prnsp otonom seluas-luasnya sesua dalam sstem Negara Kesatuan Republk Indonesa.

b. Pemerntah daerah melaksanakan urusan pemerntahan konkuren yang dserahkan oleh pemerntah pusat menjad dasar pelaksanaan otonom daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan. c. Pemerntahan daerah dalam

melaksanakan urusan pemerntahan umum yang menjad kewenangan presden dan pelaksanaannya dlmpahkan kepada gubernur dan bupat/ walkota, dbaya APBN.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Fajar ND, Mukt dan Yulanto Achmad, 2007, Dualsme Peneltan Hukum, Pensl Komunka, Yogyakarta.

Kusumaatmadja,Mochtar 1976, Hukum, Masyarakat, dan Pembnaan Hukum Nasonal, Bna Cpta, Bandung.

Marzuk, Peter Mahmud, 2011, Peneltan Hukum, Kencana Prenada Meda Group,Jakarta

(16)

Pusat Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:

Bala Pustaka.

Program Magster (S2) Ilmu Hukum Pascsarjana Unverstas Udayana, 2013, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis dan Penulisan Program Studi (S2) Ilmu Hukum,

Denpasar

Soekanto, 1987, Disiplin Hukum dan

Disiplin Sosial, PT.Rajawal

Press, Jakarta.

Suradnata,Ermaya,2006,Otonomi Daerah dan Paradigma Baru

Kepemimpinan Pemerintah

dalam Politik dan Bisnis, Suara

Bebas,Jakarta

Syafrudn,Ateng,1992, Birokrasi dan Pembangunan, Unpar Bandung.

S.P.,Sagan, 1992, Administrasi

Pembangunan, Haj

Masagung,Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2012,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,Jakarta: PT.

Raja Grafndo Persada.

Strong,C.F., 2014, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Nusa

Meda,Bandung.

Tjokroarndjojo, Bntoro, 1997,

Manajemen Pembangunan,

Haj Masagung, Jakarta. Undang-Undang Dasar Negara

Republk Indonesa Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerntahan Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerntahan Daerah

Otonom Daerah Pasca Amandemen Undang-Undang Antara Idealta dan Realta, 2015, www.unsgd. ac.d,dakses 1 Me 2017

\Sejarah Pemerntahan Daerah, 2017, www.krsnamulmeda.com, dakses 3 Jun 2017.

Jurnal:

Budyono dkk, Dekonstruksi Urusan

Pemerintahan Konkuren

dalam Undang-Undang

pemerintahan Daerah,

Kanun Jurnal Ilmu Hukum. vol.17 no.3 eds desember 2015, <http://jurnal.unsyah. ac.d/kanun/artcle/vew/6077>, dakses tanggal: 12 jan. 2017. do:https://do.org/10.24815/ kanun.v173.6077.

Sad,Abdul Rauf alaudn,

Pembagian Kewenangan

Pemerintah Pusat-Pemerintah Daerah Dalam Otonomi

Seluas-luasnya Menurut

UUD 1945, Fat Justsa.

Vol.9 No.4, eds Oktober-Desember 2015, <http://jurnal. fh.unla.ac.d/ndex.php/fat/ artcle/vew/613>. Dakses tanggal: 12 jan. 2017.do:https:// do.org/10.25041/fatjustsa. v9no4.613.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan

Meskipun cara yang digunakan beragam, namun keenam narasumber secara umum sudah dapat dikatakan telah merefleksikan nilai-nilai pengajaran Konfusius dalam bidang “qǐ fǎ

Seberapa jauh citra satelit ALOS/AVNIR-2 dan SPOT-4 dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta perubahan tingkat

kekasaran pemukaan resin komposit nanofil dan giomer lebih tinggi dibanding karbamid peroksida 10%, proses bleaching dengan karbamidperoksida10%dan20% menyebabkan

Pengadaan bahan baku, jika melihat kinerja penjamin mutu, merupakan tanggung jawab dari quality control, yaitu pada bagian produksi. Baik atau buruknya bahan baku

This research is conducted to investigate the impact of institutional ownership, managerial ownership, audit quality, and firm size towards earnings management through

Total arus yang memasuki suatu titik percabangan pada rangkain listrik sama dengan total arus yang keluar dari titik percabangan

14 Tingginya jumlah infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas sp ini kemungkinan karena bakteri ini telah berkoloni dengan lingkungan rumah sakit (seperti peralatan medis, udara