• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Mobilitas Penduduk Dan Remitan Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Mobilitas Penduduk Dan Remitan Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

121

Kajian Mobilitas Penduduk Dan Remitan Desa Semampir Kecamatan Rembang

Kabupaten Purbalingga

Sigid Sriwanto

1

, Esti Sarjanti

2 1,2

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto, Telp. (0281) 636751

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong penduduk melakukan mobilitas dan pengaruh pendidikan, lama tinggal di perantauan dan jumlah tanggungan keluarga di daerah asal dengan remitan. Metode penelitian survai, populasi ibu yang suaminya merantau, dengan sampel 83 orang. Data diambil dengan angket dan dokumentasi, serta dianalisis dengan persentase dan korelasi. Hasilnya bahwa faktor yang mendorong merantau sulit mencari pekerjaan non pertanian di daerah asal. Pendidikan perantau korelasinya lemah, lama merantau dan jumlah tanggungan keluarga ada cukup korelasi.

Kata kunci: Perantau, remitan, mobilitas, survai

PENDAHULUAN

Mobilitas penduduk secara umum dipandang sebagai akibat tingginya angka pertumbuhan penduduk di perdesaan di satu pihak, dan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di perkotaan di lain pihak. Namun demikian apabila kita perhatikan lebih mendasar tentang sebab-sebab migrasi yang sedang terjadi dewasa ini, khususnya di Indonesia adalah karena adanya perbedaan antara desa dan kota dalam hal kemakmuran dan pengangguran (Eva, 2012). Menurut Todaro (1992) dan Suharso (1978) dikatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penduduk untuk pergi meninggalkan desanya, namun demikian faktor ekonomi cenderung memegang peranannya, sempitnya kesempatan kerja di daerah perdesaan, baik di sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian dapat mendorong penduduk mencari pekerjaan ke luar desa.

Penduduk yang melakukan mobilitas akibat dari keadaan daerah asal yang tidak menguntungkan seperti sempitnya lapangan pekerjaan. Daerah mana yang dipilih, tergantung dari kemampuan dalam memilih daerah mana yang sekiranya dapat memberikan peluang yang terbaik untuk bisa mendapatkan pekerjaan, diharapkan bisa merubah keadaan kehidupan ekonomi menjadi lebih baik. Penduduk yang melakukan mobilitas akan tetap menjaga hubungan yang erat dengan sanak keluarga di daerah asal.

Masyarakat Jawa, eratnya hubungan antara migran dengan daerah asal, tidak hanya dilihat dari eratnya tali ikatan dengan keluarga, akan tetapi keterikatan dengan gotong royong di desa kelahiran, dengan pertanian, ingin hidup di daerah kelahiran di masa tua dan keterikatan akan adat istiadat. Eratnya hubungan dengan daerah asal terlihat dari kunjungan mereka secara periodik, misalnya pada hari raya, upacara perkawinan, kelahiran, kematian, dan sebagainya. Hubungan mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan daerah asal biasanya disertai dengan pengiriman atau dibawanya uang atau barang yang sering disebut “remitan”, bahkan mungkin juga berupa pertukaran informasi atau ide-ide (Curson, 1981). Remitan ini tentunya sangat bermanfaat bagi daerah asal, karena bisa membantu penduduk, terutama sanak saudara/keluarganya untuk ikut menikmati hasil yang diperoleh di daerah tujuan.

Berdasarkan informasi dari kepala Desa Semampir, tingkat mobilitas penduduk cukup tinggi yaitu ada 575 penduduk yang merantau keluar desa. Hal ini banyak warga yang merantau di daerah lain baik di wilayah Jawa, maupun luar Jawa, seperti Bengkulu, Aceh, Jambi, Riau, Menado, dan sebagainya. Mereka bekerja sebagai penjual kain, bangunan, mainan anak-anak, alat rumah tangga, dll. Tingginya tingkat mobilitas penduduk di Desa Semampir ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, seperti kepadatan penduduk di Desa Semampir 250/km, dan lapangan pekerjaan sebagai petani dengan luas garapan yang sangat sempit, rata-rata 0,2 Ha. Hal inilah yang mungkin mendorong sebagian besar penduduk melakukan mobilitas ke daerah lain. Di samping ditunjang fasilitas prasarana dan sarana transpotasi, serta komunikasi yang cukup memadai. Oleh karena itu kami mencoba menjawab permasalahan: Faktor-faktor apakah yang mendorong penduduk melakukan mobilitas (merantau), dan

(2)

122

apakah faktor pendidikan, lama merantau di daerah tujuan, serta tanggungan keluarga mempengaruhi remitan ?

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga, Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang suaminya sekarang merantau, mempunyai tanggungan anak sejumlah 415 orang. Pengambilan sampel dengan proposal random sampling. Responden tersebar ditiap-tiap pedukuhan. Populasi 415 orang ibu dan diambil sampelnya 83 orang. Data dijaring dengan angket meliputi: umur, pendidikan, tahun keberangkatan pertama merantau, tujuan, pekerjaan di daerah tujuan, dan besarnya remitan. Dokumentasi, dipakai untuk menjaring data sekunder yang ada dan relevan, data dianalisis menggunakan statistik diskriptif dan induktif, serta korelasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses Mobilitas Penduduk

Proses seseorang dalam melakukan mobilitas diawali dari pengambilan keputusan, apakah akan pindah atau tetap tinggal di daerah asal. Pengambilan keputusan ini sepenuhnya tergantung pada seseorang itu sendiri. Sebab individu itu sendirilah yang tahu tentang keadaan dirinya sendiri dan penilaianya terhadap daerah yang akan dituju. Menurut Mantra (2010), individu dalam suatu masyarakat mempunyai kebutuhan tertentu untuk dapat dipenuhi. Apabila disuatu wilayah kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi tekanan (strees). Intensitas tekanan dari seseorang ini tergantung pada besar kecilnya kebutuhan yang dapat dipenuhi. Tekanan pada seseorang akan mengakibatkan tegangan (strain). Tinggi rendahnya tekanan yang dialami seseorang terhadap tekanan tertentu akan bervariasi, tergantung pada tingkat emosi dan toleransi seseorang terhadap tekanan tersebut.

Untuk mengetahui proses mobilitas penduduk akan dilihat faktor apa yang mendorong penduduk Desa Semampir untuk melakukan mobilitas. (1) Faktor-faktor yang mendorong penduduk melakukan mobilitas. Keputusan seseorang untuk melakukan mobilitas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor pendorong dan faktor penarik. Menurut Todaro dan Jerry Stilkind dalam Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi (1992), diakui bahwa faktor pendorong dan penarik yang paling dominan adalah motif ekonomi. Pendapat ini selaras dengan apa yang dikemukakan Bintarto (1984), bahwa banyaknya penduduk di daerah perdesaan ke daerah lain adalah karena adanya daya dorong dari desa seperti rendahnya penghasilan, pengangguran, baik yang nyata, maupun yang tersembunyi; dan kurangnya pemilikan tanah. Selain itu adanya daya tarik daerah lain/kota, seperti kesempatan kerja dengan upah yang menarik, daya beli penduduk, kesempatan bersekolah.

Tabel 1. Alasan Perantau Melakukan Mobilitas ke Daerah lain.

No Alasan-alasan F %

1 2 3 4

Sulit mencari pekerjaan non pertanian di desa. Penghasilan di desa/sektor pertanian rendah Tidak punya lahan pertanian

Punya tanah pertanian, tetapi sempit

43 29 6 5 51,81 34,93 7,23 6,03 Jumlah 83 100,00

Faktor yang mendorong penduduk Desa Semampir melakukan mobilitas, dibagi menjadi empat: (1) sulit mencari pekerjaan non pertanian di daerah asal, lalu mencari pekerjaan di daerah lain (51,81%); (2) Penghasilan di desa (sektor pertanian) rendah (34,93 %); (3) Tidak mempunyai tanah pertanian (7,23 %), dan (4) mempunyai lahan pertanian sempit (6,03 %).

(2). Faktor penarik perantau, yang paling menonjol adalah penghasilan di daerah tujuan lebih besar (48,19 %), sebab daerah tujuan dianggap dapat memberikan peluang terbaik untuk berusaha yang sesuai dengan kemampuan dan memberikan penghasilan yang lebih besar. Urutan berikutnya adanya kesempatan kerja di daerah tujuan (43,38 %). Alasan yang ketiga dan keempat yaitu mencari pengalaman dan di daerah tujuan banyak hiburan.

(3)

123

Tabel 2. Alasan-alasan yang menarik Perantau ke Daerah Tujuan

No Alasan-alasan yang menarik F %

1 2 3 4

Penghasilan di daerah tujuan lebih besar Di daerah tujuan ada kesempatan kerja Mencari pengalaman

Di daerah tujuan banyak hiburan

40 36 5 2 48,19 43,37 6,02 2,41 Jumlah 83 100,00

Daerah Tujuan Migran dan Lama Merantau

Daerah tujuan perantau menyebar hampir di seluruh Indonesia. Di antara propinsi-propinsi yang menjadi tujuan ternyata Riau yang paling disenangi (42,17%). Berikutnya Jambi ( 22,88%). Urutan ketiga Banjarmasin (19,28%). Daerah yang lain adalah Medan (6,02%), Bengkulu, Lampung, dan Pontianak masing-masing 2,41%. Selanjutnya Kupang dan Lombok masing-masing 1,21%. Para perantau tinggal di daerah tujuan antara 10 - 40 tahun, dan berada di daerah tujuan rata-rata 26,16 tahun, boleh dikatakan migran tinggal diperantauan sudah cukup lama. Perantau keluar daerah asalnya sudah dimulai sejak masih muda, belum berkeluarga, yaitu usia 18-22 tahun. Pada umumnya orang yang melakukan mobilitas adalah dalam rangka mencari pekerjaan. Suharso (1976) dalam penelitiannya di Jakarta menyatakan bahwa migran yang mempunyai sedikit keahlian/skill mengalami kesulitan dalam pekerjaan tetap (permanen), dan tertampung/terkonsentrasi dalam pekerjaan marjinal dan sektor non permanen.

Tabel 3. Lama Merantau

No Lama Merantau (Tahun) F %

1 10-20 19 22,89

2 21-30 37 44,58

3 31-40 27 32,53

Jumlah 83 100

Jumlah Rimitan

Besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal berbeda, tergantung dari jumlah pendapatan yang diperoleh di daerah dan tergantung dari kebutuhan keluarga di daerah asal. Tujuan utama perantau mencari pekerjaan agar supaya pendapatan meningkat. Oleh sebab itu pendapatan adalah tumpuan utama bagi perantau.

Tabel 4. Jumlah Rimitan Perantau

No Remitan (Juta) F % 1 3-5 14 16,87 2 6-8 49 59,03 3 9-11 18 21,69 4 >12 2 2,41 Jumlah 83 100

Remitan yang dikirim merupakan pendapatan sebagai pedagang kain berkisar antara Rp. 3.000.000 – Rp. 13.000.000. Jumlah kiriman paling banyak Rp. 6.000.000 – Rp. 8.000.000 (59,03%). Kondisi ekonomi keluarga perantau tergolong baik, karena remitan yang diterima besar, dapat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti membangun rumah, membeli kendaraan, perabot rumah tangga, kebutuhan pendidikan anak, dll. Cara yang dilakukan perantau untuk mengirimkan remitan kepada keluarga di daerah asal melalui transfer bank dan kantor post.

(4)

124

Tanggungan Keluarga

Hurlock (1984), membagi empat bentuk keluarga berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, yaitu: (1) keluarga satu anak; (2) Keluarga kecil, keluarga yang terdiri dari sepasang orang tua dengan dua sampai tiga anak; (3) Keluarga sedang, satu bentuk keluarga yang terdiri dari sepasang orang tua dengan empat sampai lima anak; dan (4) Keluarga besar, bentuk keluarga yang terdiri dari sepasang orang tua dengan anak lebih dari enam anak. Perantau sebagian besar (78,31%) termasuk keluarga kecil, karena keluarga tersebut mempunyai 2-3 anak. Tanggungan anak perantau sebagian besar berjumlah 2 anak (43,37%). Rata-rata anggota keluarga perantau sebesar 2,58.

Tabel: 5. Jumlah Tanggungan Anak

No Jumlah Anak F % 1 1 5 6,02 2 2 36 43,37 3 3 29 34,94 4 4 10 12,05 5 5 3 3,61 Jumlah 83 100

Faktor-faktor yang mendorong penduduk melakukan mobilitas (merantau).

Perubahan-perubahan ekonomi dan sosial menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk, yang kemudian mempengaruhi keputusan merantau dikalangan individu dan keluarga. Di daerah perdesaan dengan lapangan pekerjaan terbatas, padahal tuntutan ekonomi semakin bertambah, maka penduduk termotivasi untuk mencari pekerjaan di luar daerah. Seperti yang diungkapkan oleh William Burton (Hamalik, Oemar, 2000), bahwa motivasi ialah hal-hal yang disediakan oleh lingkungan dengan maksud merangsang seseorang agar bekerja lebih giat dan lebih baik. Tidak dapat dipungkiri, setiap perantau mempunyai alasan-alasan tertentu yang menyebabkan mereka meninggalkan kampung halamannya dan selanjutnya memilih daerah lain yang dianggap memenuhi harapannya.

Perantau terdorong melakukan mobilitas meninggalkan daerah asal dengan alasan-alasan yang dikemukakan sebagai berikut: (1) karena sulit mencari pekerjaan non pertanian di desa (51,81%); (2), penghasilan di desa (sektor pertanian) rendah (34,93%); (3), tidak mempunyai lahan pertanian (7,23%); dan mereka mempunyai tanah pertanian, tetapi sempit (6,03%). Lapangan pekerjaan di desa sangat terbatas. Petani dan buruh sibuk pada waktu masa tanam sampai masa menyiangi. Setelah pekerjaan menyiangi selesai, segala pekerjaan yang ada kaitannya dengan pertanian berhenti. Masa inilah yang sering disebut dengan masa paceklik, petani dan buruh menganggur. Bekerja di perantauan dianggap dapat memberikan kenyamanan dan kelangsungan bekerja. Pekerjaan di desa pada sektor pertanian tidak menentu, dianggap tidak dapat memberikan kelangsungan pekerjaan penuh dalam satu tahun.

Penghasilan sektor pertanian di desa rendah (34,93%), tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan layak, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 2,58. Paling tidak satu keluarga perantau jumlah tanggungannya lima orang. Padahal luas lahan pertanian yang dimiliki sempit, sehingga penghasilan dari lahan pertanian sedikit. Upah menjadi buruh tani maupun buruh serabutan di perdesaan murah, dan lapangan kerja belum tentu ada, sehingga dari sektor pertanian penghasilan sangat kecil dan tidak menentu.

Pengaruh pendidikan Perantau, lamanya merantau, dan jumlah tanggungan keluarga di daerah asal terhadap remitan.

Bagi perantau, remitan merupakan motif utama dalam migran (mobilitas). Remitan dari perantau mempunyai frekuensi yang berbeda, karena besarnya tergantung keterikatan mereka dengan daerah asal, serta tanggung jawabnya terhadap keluarga. Menurut Hugo (1992) dalam penelitiannya di Jawa Barat, kiriman uang bukan saja sebagai media pemindahan kekayaan, tetapi juga sebagai saluran hubungan yang berkelanjutan antara daerah tujuan dengan daerah asal.

(5)

125

Pendidikan menjadikan orang sangat sensitif terhadap tekanan, karena di samping memperluas cakrawala, juga ijasah yang dimiliki akan meningkatkan keberanian untuk meninggalkan kampung halaman. Bagi perantau, faktor pendidikan nampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sebagian besar (67,47%) perantau tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Hanya sedikit (2,41%) lulusan perguruan tinggi. Pendidikan tidak begitu menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh oleh perantau. Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Hatmadji, Sri dan Sutarsih Muliakusuma (1995) di Kota Bogor dan Surakarta, bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan.

Pengaruh pendidikan perantau terhadap besar kecilnya remitan adalah lemah, dengan tingkat korelasi 0,3098. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka peneliti berpedoman, bahwa 0,30 terletak antara 0,20-0,40 menurut Anas pengaruhnya lemah. Pendidikan perantau terhadap remitan lemah, karena lapangan pekerjaan perantau tidak ada kaitannya dengan tingginya pendidikan secara langsung. Pekerjaannya tergantung pada pengalaman, modal dan kelihaian dalam mengatasi masalah.

Lamanya perantau berada di daerah tujuan dapat menunjukkan keberhasilan perantau di daerah tujuan. Keberhasilan perantau di daerah tujuan akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh. Hasil penelitian Mantra dan Molo di enam kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara lama di daerah tujuan dengan pendapatan migran. Besarnya pendapatan yang diperoleh perantau pada akhirnya akan mempengaruhi besar kecilnya remitan. Pengaruh lama merantau di daerah tujuan terhadap remitan menurut Anas dikategorikan cukup, dengan koefisien korelasi 0,5036, karena terletak antara 0,40-0,70.

Begitu juga jumlah tanggungan/keluarga di daerah asal, sebab perantau yang berada di daerah tujuan mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya di daerah asal. Hal ini sesuai dengan tujuan seseorang melakukan mobilitas yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam kaitannya keterikatan perantau dengan keluarganya di daerah asal, Koentjoroningrat (1977), mengemukakan bahwa hubungan kekerabatan menghubungkan sejumlah kerabat yang bersama-sama memegang suatu yang kompleks dari hak-hak, dan kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban-kewajiban tersebut misalnya untuk melakukan aktivitet-aktivitet kooperatif dan kewajiban untuk melakukan aktivitet-aktivitet produktif bersama (kinship relations). Hal ini menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral terhadap keluarga atau kerabat dalam kehidupannya. Jadi ada korelasi positip antara jumlah tanggungan keluarga dengan remitan sebesar 0,42. Menurut Anas Sudijono korelasinya cukup. Hal ini berarti bahwa remitan dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga.

KESIMPULAN

Faktor-faktor yang mendorong penduduk melakukan merantau sulit mencari pekerjaan di desa, penghasilan di daerah tujuan lebih besar, ada kesempatan kerja, mencari pengalaman, dan di daerah tujuan banyak hiburan. Pendidikan, lamanya merantau, dan jumlah tanggungan mempengaruhi besarnya remitan.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi. 1992. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor.

Curson, Pe. (1981). “Remitances and Migration the Commerce of Movement”. Population Geography. Gurdev Singh Gosal (editor). Volume 3, No. 1 dan 2.

Eva Banowati. (2012). Geografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hadmadji, Sri dan Sutarsih Muliakusuma. (1995). Pendidikan dan Ketenagakerjaan di Kotamadya Bogor dan Surakarta. Jakarta: Lembaga Demografi FE-UI.

Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hugo, G. 1992. “Women on the move: Changing Patterns of Population Movement of Women in Indonesia”. Dalam Gender and Migration in Developing Contries. London: Belhaven Press. Harlock. 1984. The Indonesian Family Planning Program: Goverment Influence and Client Choice. New

York: McGraw Hill Book Company.

(6)

126

Mantra. (2000). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharso. 1978. Pola Perpindahan Penduduk dan Urbanisasi di Jawa. F. Geografi UGM. Yogyakarta: UGM.

Todaro, M.P. 1992. Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negara Berkembang. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM.

Gambar

Tabel 1. Alasan Perantau Melakukan Mobilitas ke Daerah lain.
Tabel 2. Alasan-alasan yang menarik Perantau ke Daerah Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahap pertama, kedua dan ketiga, variabel yang memiliki nilai p>0,05 dikeluarkan secara bertahap, sehingga pada tahap keempat dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan minat belajar mahasiswa terhadap prestasi belajar Pengantar Ilmu Ekonomi Mahasiswa

Peningkatan produksi padi tahun 2015 diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan luasan panen kurang lebih sebesar 23,76 ribu hektar (1,32 persen) dan meningkatnya tingkat

Distribution service of clean water in PDAM of Boyolali City after repaired to become better because yielded pressures fulfilling criterion of water pressures planning in

Berdasarkan pembahasan pada analisis kualitas guru pendidikan jasmani dilihat dari kompetensi profesional peneliti menyimpulkan bahwa kedua subjek pada penelitian

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolah data yang akhirnya dijadikan patokan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai

Proses penentuan link yang didahulukan untuk dikunjungi dengan menggunakan nilai cosine similarity. Nilai cosine similarity sebuah halaman web dihitung berdasarkan kata kunci

Metode evaluasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan melakukan perencanaan ulang dimensi tulangan balok dan kolom berdasarkan Tatacara