PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD BERBANTUAN MEDIA BALOK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK
Putu Yulan Ariani1, I Komang Sudarma 2, Nice Maylani Asril31.3
Jurusan PG PAUD ²·Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Permasalahan yang dialami oleh anak di TK Kumara Satya Dharma Singaraja, yaitu kemampuan sosial anak masih rendahdanguru lebih cenderung mendominasi saat melakukan kegiatan pembelajaran (teacher center). Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan sosial anak dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) menggunakan media balok. Subjek penelitian ini berjumlah 15 anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data penelitian tentang peningkatan kemampuan sosial dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial anak di TK Kumara Satya Dharma Singaraja sebesar 58,9% yang berada pada kategori rendah. Hasil analisis data pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial anak dengan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media balok sebesar 83,7% yang tergolong pada kategori tinggi. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Team Achievemen Division) berbantuan media balok untuk meningkatkan kemampuan sosial anak pada kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 24,8%.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Balok, Kemampuan Sosial Abstract
Problems experienced that has been experienced by children in TK Kumara Satya Dharma Singaraja is the social ability still low and the teacher intently more dominate when doing learning activities (teacher center). This research carried out for improve the children social ability with implementing cooperative learning model type STAD which is using beams. The subject of 15 children. The type of this research is a act research that doing in two cycles. The research data about in observasing social ability were collected with observation method by using instrument a observation sheet format. The data analized by using analysis statistic descriptive quantitative method. Based on the result data analysis that performed in cycle I it’s can concluded that social ability of children in TK Kumara Satya Dharma Singaraja about 58,9% which in position of low category. The result data analysis that performed in cycle II showed that an increase the social ability of children by implementation of cooperative learning model type STAD using beams about 83,7%which belong of high category. By using cooperative learning model type STAD by assisted using beams for increasing social ability of children at B1 group of TK Kumara Satya Dharma Singaraja, from cycle I to cycle II showing increase about 24,8%.
PENDAHULUAN
Anak usia dini memiliki tujuan pendidikan yang sangat penting dan berguna bagi bangsa, yaitu untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh dan berguna bagi bangsa dan negara. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Oleh karena itu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan investasi yang paling berharga bagi pendidikan selanjutnya (Suyanto, 2005). Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut Suyanto (2005) pada usia 4-6 tahun dapat disebut juga masa emas (golden age) karena peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Pada usia emas ini, anak memiliki berbagai potensi dasar yang perlu dikembangkan. Potensi dasar tersebut secara umum terbagi menjadi dua, yaitu perilaku dan kemampuan dasar anak. Pengembangan potensi dasar ini merupakan pondasi bagi anak untuk dapat menempuh kehidupan selanjutnya yang lebih baik, dan tumbuh sebagai manusia dewasa seutuhnya, maka dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) guru haruslah memiliki kreativitas dalam merancang pembelajaran agar dapat menarik minat anak. Hal ini dikarenakan anak usia dini cepat bosan dan masih sangat senang untuk bermain, sehingga dalam pembelajaran pada anak usia dini memiliki prinsip, yaitu bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Dalam proses perkembangan anak ini tentunya terdapat banyak kendala yang
dihadapi, tetapi hendaknya guru dapat mengatasi serta memahami perkembangan dan perilaku setiap anak didiknya. Salah satu perkembangan anak usia dini yang harus ditanamkan sejak dini, yaitu perkembangan sosial anak.
Pada usia kanak-kanak merupakan masa yang paling peka dan penting dalam mengembangkan aspek perkembangan sosial anak, salah satu aspek yang dikembangkan adalah kemampuan sosial anak. Pada masa kanak-kanak menugaskan anak belajar untuk mengembangkan kemampuan sosial. dan bergaul dengan orang-orang diluar lingkungan rumah, terutama dengan teman sebayanya. Menurut Direktorat PADU (2003: 34) perkembangan sosial anak dimulai dari egosentris individual yaitu hanya memandang dari satu sisi yaitu dirinya sendiri, konsep diri dan kontrol diri kemudian secara bertahap menuju kearah berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan sosial dimulai dari proses pembentukan pribadi dalam masyarakat untuk memperoleh kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Desmareza, 2013).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2014 pada kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja, dapat diamati secara seksama bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran ditemukannya suatu permasalahan yang menonjol adalah kurangnya kemampuan sosial anak. Hal ini terlihat saat anak melakukan kegiatan secara berkelompok, namun anak lebih cenderung melakukan kegiatannya secara individu. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak, yaitu pada kegiatan belajar dan bermain anak tidak ingin berbagi dengan temannya dan anak kurang bersosialisasi dengan teman sebayanya, sehingga anak menjadi penakut, pemalu, dan tidak percaya diri saat melakukan kegiatan berkelompok, guru cenderung lebih mendominasi saat melakukan kegiatan pembelajaran (teacher center), serta metode yang digunakan oleh guru masih kurang, sehingga hal ini
menyebabkan kemampuan sosial pada anak masih kurang.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Hal ini, dapat diartikan bahwa anak belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Anak dalam mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Tahap perkembangan anak usia dini yang paling penting merupakan perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam melakukan hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradsi. Hal ini, meleburkan diri menjadi saru kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama (Yusuf, 2004:122).
Perkembangan prilaku prososial anak tampak dalam aktivitas sosial, yaitu memberikan bantuan dan memberikan komentar terhadap hasil kerja teman-temannya. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock (dalam Wahyudin, dkk., 2011:42), menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Anak mulai belajar mengembangkan kemampuan sosialnya dalam bentuk bertinglkah laku sesuai dengan harapan lingkungan, belajar memainkan peran sosial dalam aktivitas teman sebayanya, dan anak mengembangkan sikap atau tingkah laku sosial terhadap teman sebayannya dan aktivitas sosial berada di masyarakat. Semakin baik stimulasi yang diberikan lingkungan terhadap perkembangan sosial anak, semakin baik juga anak dalam mengembangkan kemampuan sosialnya.
Kemampuan sosial merupakan bagian dari aspek perkembangan sosial. Menurut Yusuf (dalam Jamin, 2012),
mengatakan perkembangan sosial sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Menurut Aisyah (2007:9.36), menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Jadi kesimpulan dari beberapa teori bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses pemerilehan kemampuan untuk berperilaku yang sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang dan sesuai dengan tuntutan dan harapan-harapan sosial yang berlaku dimasyarakat.
Kemampuan sosial pada anak usia dini sangatlah penting untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat dan agar dapat diterima dengan baik pada lingkungan masyarakat. Menurut Kamus Besar Menurut Robbins (dalam Suratno, 1996), bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang atau individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Menurut Hurlock (dalam Masitoh, dkk., 2005) mengemukakan bahwa anak mulai usia 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan teman sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Gunarti (2008), menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri.
Berdasarkan teori tersebut, maka kemampuan sosial adalah kecakapan seorang anak dalam bertingkah laku untuk melakukan hubungan sosial atau mengadakan kontak untuk bergaul dengan orang-orang diluar lingkungan rumah, sehingga dengan kecakapan tersebut anak mampu menyesuaikan diri dalam melakukan sosialisasi dengan masyarakat
Proses perkembangan sosialisasi menurut Hurlock (dalam Nugraha, 2010:1.18), yaitu: belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat, belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat, mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Jadi berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah dimana anak yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga ketiga proses sosialisai. Anak mampu untuk bergaul dan mengikuti kelompok yang diinginkan, sehingga anak diterima sebagai anggota kelompok. Adapun kelompok individu nonsosial adalah anak yang tidak tahu apa yang diharapkan oleh kelompok sosial sehingga tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Hal ini menyebabkan anak sulit untuk melakukan sosialisasi dan sulit bergaul sehingga kelompok antisosial ini sering ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial (Nugraha dan Rachmawati, 2010).
Dampak dari rendahnya kemampuan sosial adalah anak menjadi sulit berinteraksi, pemalu, penakut dan menjadi kurang percaya diri. Rendahnya kemampuan sosial anak, maka perlu diupayakan suatu bentuk kegiatan yang dapat merangsang kemampuan sosial anak, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran dan media yang tepat yang dapat menunjang kemampuan sosial pada anak kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial pada anak kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja masih perlu ditingkatkan. Alternatif yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penerapan model pembelajarn kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) berbantuan media balok. Selain itu, model pembelajaran ini belum pernah diterapkan di TK Kumara Satya Dharma Singaraja.
Model pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division). Model pembelajaran ini
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara anak untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Febrina, 2012). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media balok ini dapat membantu guru untuk meningkatkan kemampuan sosial anak dan dapat meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar.
Menurut Rusman (dalam Febrina, 2012) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Keunggulan pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. Dalam proses pembelajaran menurut Slavin mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD anak dituntut untuk saling bekerjasama, sehingga dengan bekerjasama anak lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru karena belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman anak semakin mudah dan cepat terhadap kegiatan yang dipelajari (Widiastiti, dkk., 2014). Keunggulan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu anak lebih aktif bergabung dalam pelajaran dan lebih aktif dalam diskusi. Menurut Slavin (dalam Widiastini, 2012:50) pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaika tujuan pembelajaran
dan memotivasi anak untuk belajar hingga akhirnya diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijelaskan berikut: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, memberikan penghargaan.
Menurut Trianto (2012), mengemukakan keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) yaitu: dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah, dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah, dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan berdiskusi, dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan anak sebagai individu dan kebutuhan belajarnya, para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskus, dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati, pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Selain model pembelajaran tersebut tentu menggunakan media sebagai perantara atau penyalur pembelajaran dalam menyampaikan pada anak. Menurut Sadiman (dalam Tegeh, 2008.4) menyatakan bahwa “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan sosial, yaitu menggunakan media balok. Media balok merupakan alat permainan yang paling bermanfaat dan banyak digunakan dalam pendidikan prasekolah untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan. Adapun keunggulan dari media balok yaitu dapat merangsang kreativitas dan imajinasi anak dalam mengembangkan kemampuannya.
Berdasarkan paparan di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Balok Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Pada Kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Kumara Satya Dharma Singaraja”.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2014 pada kelompok B di TK Kumara Satya Dharma Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok yang menjadi sasaran penelitian adalah anak-anak kelompok B1 yang berjumlah 15 anak, yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan sosial anak di TK Kumara Satya Dharma Singaraja pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam kegiatan pembelajaran permainan media balok.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Wardani (2007:1.4), menyatakan bahwa penelitian yang dipakai dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini siklus ini kemungkinan
akan dilakukan siklus berikutnya, apabila siklus sebelumnya tidak memenuhi kriteria.
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk., 2012: 16)
Pertama, Perencanaan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan sosial anak. Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah meminta ijin dan menyamakan apersepsi dengan guru tentang metode dan media yang akan digunakan selama melakukan penelitian. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan sosial pada anak. Kedua, Dalam tahap pelaksanaan, proses pembelajaran yang diterapkan, disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan dan media balok dalam meningkatkan kemampuan sosial pada anak kelompok B1 TK Kumara Satya Dharma Singaraja. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melakukan persiapan pelaksanaan tindakan dengan menyusun persiapan mengajar, yaitu RKH (rencana kegiatan harian) yang akan digunakan dalam menerapkan model pembelajaran dan media yang telah dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang berupa langkah-langkah pelaksanaan tindakan dan proses pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Ketiga, pengamatan. Tahap pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Peneliti
mencatat bagaimana perilaku dan kemajuan anak saat pembelajaran berlangsung dan mencatat hal-hal yang muncul di luar perencanaan tindakan. Hasil pencatatan ini merupakan catatan kecil bagi peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan siklus II. Keempat, refleksi. Refleksi ini dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangakan dampak tindakan yang telah diberikan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah mengkaji dan menerungkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
Pengumpulan data tentang kemampuan sosial anak pada kelompok B1 TK Kumara Satya Dharma Singaraja menggunakan tiga metode, yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode pencatatan dokumen. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan ”pengamatan” secara sistematis tentang suatu objek tertentu. (Agung 2012:61). Agung (2012:62) menyatakan bahwa pengertian wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat. Menurut Agung (2012:65) menyatakan bahwa metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan sosial anak kelompok B1 TK Kumara Satya Dharma Singaraja adalah dengan menggunakan lembar observasi, yang terdiri dari tiga indikator, yaitu: dapat melaksanakan tugas kelompok, dapat bekerjasama dengan teman, dan mau bermain dengan teman. Dalam penelitian SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan ? Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Perencanaa n
menggunakan 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan variabel terikat yaitu kemampuan sosial.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode analisis data, yaitu analisis deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti disribusi frekuensi, grafik, modus (Mo), Median (Me), angka rata-rata (Mean), dan standar deviasi, untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan peneliti, dan kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis (Agung, 2012:68).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di TK Kumara Satya Dharma Singaraja pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Kelompok yang menjadi sasaran penelitian adalah kelompok B1 yang berjumlah 15 anak, yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan sosial anak di TK Kumara Satya Dharma Singaraja pada semester II dalam kegiatan pembelajaran permainan media balok. Penelitian ini, dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan, dan masing-masing pertemuan menerapkan RKM dan RKH. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan sosial anak dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students
Team Achievement Division (STAD)
berbantuan media balok. Hasil analisisnya dapat dipaparkan sebagai berikut.
Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dan satu kali evaluasi yang dilakukan dari tanggal 8 April - 12 April 2014, hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial anak. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai peningkatan kemampuan sosial anak melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement Division
(STAD). Dari hasil observasi yang
dilaksanakan pada saat penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students
Team Achievement Division (STAD)
dengan berbantuan media balok untuk meningkatkan kemampuan sosial anak dengan menggunakan tiga indikator dan masing-masing indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi penilaian berupa bintang yaitu bintang satu (kurang), bintang dua (cukup), dan bintang tiga (sudah mampu). Skor total yang diperoleh masing-masing siswa dibagi dengan bobot maksimal di kali 100.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media balok untuk meningkatkan kemampuan sosial anak TK Kumara Satya Dharma Singaraja pada Kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, ini terbukti hasil kemampuan sosial anak pada siklus I sebesar 58,9 % yang berada pada kategori rendah.
Berdasarkan grafik polygon di atas, Mo < Me < M (4,00 < 5,00 < 5,2), menunjukkan kurve juling positif, yang artiya kemampuan sosial anak pada siklus I cenderung rendah.
Gambar 2. Frekuensi Kemampuan Sosial Anak pada Siklus I
Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan sosial anak kemlopok B1 TK Kumara Satya Dharma Singaraja, masih berada pada kriteria rendah, hasil dari kemampuan sosial anak masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah sebagai berikut: anak masih terlihat kurang aktif dalam melaksanakan tugas kelompok, terlihat saat guru memberikan instruksi untuk membentuk kelompok, anak terlihat bermalas-malasan. Anak masih tidak mengerti dengan kegiatan yang diterapkan karena metode yang digunakan belum pernah diterapkan oleh guru, sehingga anak kurang antusias dalam mengikuti kegiatan. Beberapa anak masih kurang mampu dalam melakukan kerjasama dengan temannya, hal ini terlihat saat anak melakukan kegiatan anak lebih cenderung suka bermain sendiri dan tidak mau berbagi dengan temannya.
Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut: mengajak anak lebih sering melakukan kegiatan berkelompok dengan teman-temannya,
memberikan motivasi, dan pujian agar anak menjadi lebih antusias dalam bermain secara berkelompok serta anak mau berbagi dengan temannya, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Menjelaskan dan memberikan contoh kehiatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada anak-anak agar anak dapat memahaminya dan anak dalam melakukan kegiatan menggunakan tipe STAD mampu bekerjasama dengan teman-temannya. Menuntun dan mengarahkan anak dalam berkelompok anak dapat saling membantu dan berbagi pada teman.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan penyempurnaan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 29 April sampai dengan 2 Mei 2014 dengan tema rekreasi yang dilakukan sama seperti siklus I yaitu tiga kali pertemuan dan satu kali untuk evaluasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial anak pada kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai peningkatan kemampuan sosial anak melalui metode model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rata-rata presentase peningkatan kemampuan sosial anak pada siklus II sebesar 83,7 % ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial anak berada pada kategori tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: Anak sudah aktif ketika melakukan kegiatan, hal ini terlihat ketika anak melakukan kegiatan berkelompok. Anak sudah mampu berbagi dan dapat bekerjasama saat membuat bangunan dari balok. Awalnya anak-anak masih bingung dan kurang antusias ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi setelah anak diberikan bimbingan, anak dapat memahaminya.
Mo
M Me
Gambar 3. Frekuensi Kemampuan Sosial Anak pada Siklus II
Berdasarkan grafik polygon di atas, Mo > Me < M (9,00 >8,00 < 7,53), menunjukkan kurva juling negatif, yang artiya Kemampuan sosial anak pada siklus II cenderung tinggi. Hal ini, menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase kemampuan sosial dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 24,8 %.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data sebagaimana yang dipaparkan di depan, mendapat kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan sosial pada anak kelompok B1 di TK Kumara Satya Dharma Singaraja, setelah dilaksanakan penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menggunakan media balok pada siklus I sebesar 58,9 % yang berart tergolong kategori rendah.
Pada siklus I kemampuan sosial anak masih berada pada kategori rendah. Hal ini terjadi karena anak masih terlihat kurang aktif dalam melakukan tugas kelompok dan instruksi dari guru kurang jelas. Setelah dilakukan perbaikan pada
siklus II , maka terjadi peningkatan sebesar 83,7 % yang termasuk kategori tinggi. Jadi, dengan penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) terdapat peningkatan sebesar 24,8 %.
Adapun saran untuk kepala sekolah agar kepala sekolah mampu memberikan informasi mengenai metode dan media yang terbaru atau menarik digunakan dalam proses pembelajaran agar guru nantinya dapat mengajar secara efektif, efesien dan inovatif, disarankan kepada para guru hendaknya guru TK lebih kreatif dalam memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan tema, lingkungan, kemampuan, karakteristik anak dan juga menarik untuk anak agar anak lebih senang dan tidak mudah bosan nantinya, diharapkan guru mampu mengaplikasikan metode ini dengan kegiatan pembelajaran yang lain untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial anak, disarankan kepada peneliti lain agar dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode yang lebih menarik dengan bantuan media balok.
Pada pelaksanaan penelitian dengan menggunakan media balok, maka peneliti selanjutnya harus lebih memperhatikan kapasitas media yang digunakan dalam melakukan kegiatan bekelompok agar anak tidak berebut media, sehingga anak menjadi bermain sendiri. Selain itu, saat memberikan instruksi sebaiknya guru juga memperhatikan tekanan suara agar anak bisa mendengar dengan jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Singaraja:
Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja.
---, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Aisyah, Siti, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Me
M
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Desmareza, Rini. 2012. Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui Permainan Montase Di
RA Darul UlumPgai. Padang,
Volume 1, Nomor 1.
Febrina, Nuansa. 2012. “Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (Stad).
Volume 10, Nomor 2.
Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode
Pengembangan Periilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jamin, Nunung. 2012. Analisis Perkembambangan Sosial Emosi Anak. Universitas Negeri Gorontalo, Volume 3, Nomor 2.
Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian
Pengajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga. Singaraja: Fakultas
Olahraga Kesehatan Undiksha. Masitoh, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran
TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan
Permainan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nugraha, Ali, dkk. 2010. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka. Suratno. 2012. Konsep Kemampuan
Sumber Daya Manusia. Tersedia pada
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/ke pegawaian/aunw1341283316.pdf. Diakses pada tanggal 26 Mei 2014. Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tegeh, Made. 2008. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wahyudin, Uyu, dkk. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama.
Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas Terbuka. Widiastiti, Ayu, dkk. 2014. ”Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media Audio Visual. Volume 2, Nomor 1.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.