PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Anne Resmisari
0900283
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2013
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan
Brain Based Learning
untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Siswa
Oleh Anne Resmisari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Anne Resmisari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
ANNE RESMISARI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Drs. David Edison Tarigan, M.Si
NIP. 195606171980021001
Pembimbing II
Dra. Heni Rusnayati, M.Si
NIP. 196102021989012001
Mengetahui
Dr. Ida Kaniawati, M.Si
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Anne Resmisari NIM. 0900283
Pembimbing I : Drs. David Edison Tarigan, M. Si Pembimbing II : Dra. Heni Rusnayati, M. Si
ABSTRAK
Studi pendahuluan pada kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri kota Bandung menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa dengan nilai di bawah nilai KKM lebih besar daripada persentase jumlah siswa yang telah memenuhi nilai KKM berdasarkan nilai ulangan harian Fisika. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki kemampuan kognitif di bawah standar yang ditentukan sekolah tersebut. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitian berkaitan dengan kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan desain one group
pretest-posttest design. Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen pretes dan posttes berupa pilihan ganda berjumlah
16 soal pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4). Hasil pretes dan posttes diolah menggunakan penghitungan rata-rata gain ternormalisasi. Kemudian diperoleh bahwa peningkatan kemampuan kognitif siswa sebesar 0,7 (kategori tinggi) sedangkan peningkatan pada jenjang C1-C2 pada kategori tinggi dan jenjang C3-C4 pada kategori sedang.
ABSTRACT
The introduction studies in class XI science in one of the high schools in Bandung shows that the percentage of students with scores below KKM value is greater than the percentage of students who have met the KKM based daily test values of Physics. This shows that the majority of students have the cognitive ability under specified standards of the school. Based on this research has been done related to
the student’s cognitive abilities. This study aims to determine the profile increase
student’s cognitive abilities through the application of cooperative learning model STAD with Brain Based Learning approach. The research method used is a quasi experimental design with one-group pretest-posttest design. In this study sample was selected by purposive sampling technique. Post test and pre test instruments consists of 16 multiple choice questions on a considering level (C1), understanding (C2), apply (C3) and analyze (C4). Post test and pre test results processed by average of normalized gain. Then obtained that increase student’s cognitive abilities by 0.7 (high category), while an increase in the level of C1-C2 in the high category and the level of C3-C4 in the medium category.
BAB II
A. Latar Belakang Penelitian ...
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment
Division (STAD) ...
C.Pendekatan Brain Based Learning ...
D.Kaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
Pendekatan Brain Based Learning dan Kemampuan Kognitif
Siswa ...
E. Materi Teori Kinetik Gas di SMA ...
BAB III METODE PENELITIAN ...
B. Desain Penelitian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Pelaksanaan Penelitian ...
B. Analisis Keterlaksanaa Pembelajaran ...
C. Hasil Penelitian ...
D. Profil Peningkatan Kemampuan Kognitif pada Setiap Jenjang ...
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses,
pelaksanaan pembelajaran di sekolah terdiri atas tiga tahapan yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan,
guru mempersiapkan kondisi peserta didik baik secara psikis maupun fisik serta
mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari. Selanjutnya, kegiatan inti yang terdiri dari proses
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, elabolasi dan
konfirmasi guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dan guru. Pembelajaran diarahkan untuk mencapai KD yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan terakhir dalam proses
pembelajaran yaitu kegiatan penutup, pada kegiatan ini guru bersama peserta
didik membuat simpulan pelajaran serta melakukan penilaian atau refleksi
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Seluruh kegiatan pada proses
pembelajaran ini mengarahkan siswa agar aktif mengembangkan potensi yang
dimilikinya sehingga pembelajaran bersifat students centered.
Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mengacu pada teori belajar
tertentu. Teori belajar merupakan penjelasan mengenai terjadinya belajar atau
bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa. Teori belajar yang sesuai
dengan Permendinas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses yaitu teori
belajar kontruktivis. Prinsip dari teori belajar ini adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus membangun sendiri
Terdapat tiga prinsip dalam Fisika, yaitu proses, produk dan sikap. Dalam
pembelajaran, proses dapat dinilai sebagai aspek psikomotor, produk merupakan
aspek kognitif dan sikap merupakan aspek afektif. Namun ketiganya tidak selalu
dapat dinilai pada setiap kompetensi dasar (KD) melainkan terdapat beberapa KD
yang hanya memungkinkan dilakukan penilaian pada aspek tertentu saja, misalnya
aspek kognitif yaitu KD yang bersifat abstrak sehingga tidak memungkinkan
disajikan dalam bentuk praktikum. Sehingga memungkinkan pada pembelajaran
Fisika hanya dilakukan penilaian pada aspek kognitif saja.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran Fisika yang dilakukan
di salah satu SMA Negeri kota Bandung yang menempati cluster 2, guru
menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan satu arah
yaitu hanya bersumber dari guru saja sehingga pembelajaran menjadi kurang
interaktif. Siswa hanya memperhatikan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh
guru sehingga pembelajaran kurang menantang. Selain itu pada pembelajaran
tidak ada sistem penghargaan untuk siswa yang berprestasi sehingga siswa kurang
termotivasi untuk mendapat prestasi pada pembelajaran tersebut. Secara
keseluruhan, pembelajaran yang berlangsung bersifat teacher centered. Hal ini
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada kelas XI
IPA di sekolah tersebut, diperoleh data persentase jumlah siswa yang telah
mencapai nilai KKM (tuntas) dan persentase jumlah siswa yang belum mencapai
nilai KKM (belum tuntas) di sekolah tersebut sebesar 75 berdasarkan nilai
ulangan harian Fisika. Persentase jumlah siswa yang belum mencapai nilai KKM
pada kelas XI-IPA 1 sampai XI-IPA 6 berturut-turut 66%, 80%, 87%, 80%, 78%,
dan 77%. Hal ini menunjukkan bahwa pada satu kelas mayoritas siswa memiliki
kemampuan kognitif yang rendah.
Suatu kelas pasti terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan akademis
yang berbeda-beda. Namun tujuan dari pembelajaran Fisika haruslah dapat
dicapai oleh seluruh siswa. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, siswa dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tim yang anggotanya terdiri dari berbagai
seperti ini siswa-siswa dalam satu tim saling mendukung untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran seperti ini merupakan inti dari model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2009: 56). Johnson & Johnson menyatakan
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
kelompok (Trianto, 2009: 57). Dengan menerapkan model ini pembelajaran
menjadi lebih interaktif sebab pembelajaran tidak saja bersumber dari guru
melainkan lebih banyak terjadi interaksi antarsiswa maupun antara guru dan
siswa.
Meskipun dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama untuk
mencapai keberhasilan, namun tetap diperlukan suatu kompentisi sebagai sarana
yang efektif untuk memotivasi siswa melakukan yang terbaik. Kompetisi dapat
tetap dilakukan antar tim. Berdasarkan prestasi yang diperoleh tim, setiap tim
diurutkan dalam tingkatan penghargaan kelompok. Pembelajaran seperti ini
merupakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions
(STAD). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vitariyanti (2009),
pembelajaran Fisika dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif, dalam melaksanakan
pembelajaran guru juga memerlukan cara pandang atau pendekatan tertentu dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu jenis pendekatan
pembelajaran student centered yang sesuai dengan teori belajar kontruktivis
adalah Brain Based Learning. Pendekatan Brain Based Learning atau
pembelajaran berbasis kemampuan otak didasarkan pada pemikiran bahwa setiap
siswa memiliki organ yang penting dalam pembelajaran yaitu otak yang memiliki
cara alamiah dalam belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salmiza Saleh
(2012) dalam jurnalnya yang berjudul “The Effectiveness of the Brain Based
Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa SMP di Malaysia
mengenai konsep-konsep Newton dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Menurut Jensen dalam bukunya yang berjudul Brain Based
Learning, pembelajaran yang menantang merupakan pembelajaran yang sesuai
dengan mekanisme otak dalam belajar sehingga pembelajaran dengan pendekatan
ini akan lebih menantang dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis melakukan penelitian mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain
Based Learning sebab model dan pendekatan ini akan menghasilkan pembelajaran
yang interaktif, menantang dan memotivasi sesuai dengan yang tertuang dalam
Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses. Adapun judul
penelitian yang dilaksanakan adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dapat dilihat dari hasil
belajar saja melainkan harus diketahui juga bagaimana pelaksanaan proses
pembelajaran tersebut berlangsung. Kemampuan kognitif siswa yang rendah dapat
dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai rendahnya kemampuan kognitif siswa, digunakanlah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based
Learning atau pendekatan pembelajaran yang berbasis kemampuan otak. Sehingga
dengan menerapkan model serta pendekatan pembelajaran ini dapat diketahui
peningkatan kemampuan kognitif siswa.
Penelitian dilaksanakan pada salah satu kelas XI IPA di salah satu SMA
Negeri di kota Bandung. Adapun kemampuan kognitif yang diteliti dibatasi pada
jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis
(C4) dengan materi pembelajaran teori kinetik gas pada kelas XI semester 2.
Terdapat dua variabel dalam penelitian yang dilaksanakan yaitu variabel bebas
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan
variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan kognitif siswa.
Permasalahan dalam penelitian yang dilaksanakan dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana profil peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil peningkatan kemampuan
kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan Brain Based Learning.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning
dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif
siswa baik bagi penulis khususnya dan guru di lapangan pada umumnya.
E. Struktur Organisasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi
BAB II KEMAMPUAN KOGNITIF, MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DAN PENDEKATAN BRAIN BASED
LEARNING
A. Kemampuan Kognitif
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment
C. Pendekatan Brain Based Learning
D. Kaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
Pendekatan Braib Based Learning dan Kemampuan Kognitif
Siswa
E. Materi Teori Kinetik Gas di SMA
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Populasi Dan Sampel
D. Prosedur Penelitian
E. Intrumen Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Pengolahan Data
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
B. Analisis Keterlaksanaa Pembelajaran
C. Hasil Penelitian
D. Profil Peningkatan Kemampuan Kognitif pada Setiap Jenjang
E. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
20
O1 X O2 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kualitatif yang telah
dikuantitasi dengan metode quasi-eksperimental. Desain ini dipilih sebab dalam
pelaksanaan penelitian tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretes posttes design,
desain ini dipilih karena penelitian hanya menggunakan satu kelas untuk diberi
treatment dan dilakukan pretes dan posttes pada kelas tersebut. Dengan pola
desain sebagai berikut:
keterangan:
O1 = skor pre tes
O2 = skor post tes
X = treatment yang diberikan
(Sugiyono, 2009: 111)
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian yang dilaksanakan adalah
seluruh siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA Negeri
kota Bandung.
Sementara itu, sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti
21
kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA Negeri kota Bandung.
Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa
sehingga kelas yang dipilih merupakan kelas dengan persentase jumlah siswa
yang belum memenuhi nilai KKM terbanyak dibandingkan dengan populasinya
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan disajikan dalam diagram
alur sebagai berikut:
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian Studi Pendahuluan
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
Penyusunan instrumen dan bahan ajar
Menentukan populasi dan sampel
Pre tes
Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif
Post tes
Pengolahan dan analisis
Kesimpulan dan rekomendasi
Judgement Instrumen
Analisis hasil uji coba dan perbaikan instrumen
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199). Observasi
yang dilaksanakan merupakan observasi terstruktur dengan instrumen
berupa lembar pengamatan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam bentuk
daftar check list (Lampiran 1).
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193).
Instrumen tes yang diberikan pada pretes dan posttes berupa pilihan ganda
dan instrumen kuis berupa uraian singkat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian pretes dan posttes oleh
siswa, pengisian lembar observasi oleh beberapa orang observer serta pengisian
kuis yang dikerjakan oleh siswa pada setiap pertemuan. Pretes dan posttes
dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa sebelum dan setelah
dilaksanakannya pembelajaran. Sementara itu observasi bertujuan untuk
mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran serta keterlaksanaan aktivitas
siswa. Adapun kuis dilaksanakan pada setiap pertemuan bertujuan untuk
mengevaluasi pemahaman siswa setelah pembelajaran berlangsung pada setiap
pertemuannya. Selain itu, kuis juga bertujuan untuk menentukan tingkatan
penghargaan setiap tim.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Tes
Sebelum digunakan sebagai pre tes dan post tes, instrumen di judgment oleh
judgment dapat dilihat pada lampiran 2) kemudian instrumen diuji coba. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran soal.
a. Validitas item
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Perhitungan validitas butir soal dapat dilakukan dengan
rumus korelasi product moment (Arikunto, 2011: 211) yaitu:
√{ } { }
keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = banyaknya sampel
Reliabilitas merupakan keajegan suatu instrumen untuk memberikan
hasil yang relatif sama apabila instrumen tersebut digunakan beberapa
kali. Dengan menggunakan metode belah dua, reliabilitas dapat dihitung
menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
(Arikunto, 2011: 93)
⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
c. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa
berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Daya
pembeda dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
sukar (Arikunto, 2011: 208). Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran
adalah sebagai berikut:
keterangan:
P = tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
Setelah dilakukan uji coba intstrumen tes, yang selanjutnya dilakukan
adalah menganalisis kemudian akan dilaksanakan pretes sebelum
pembelajaran dan posttes setelah pembelajaran. Setelah diperoleh data,
selanjutnya akan dilakukan analisis dengan cara menghitung rata-rata
N-Gain dari skor pretes dan posttes. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kognitif siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Brain Based Learning.
N-Gain dihitung dengan menggunakan rumus:
dengan kriteria peningkatan sebagai berikut:
g 0,7 Peningkatan dalam kategori tinggi
0,3
g < 0,7 Peningkatan dalam kategori sedangg < 0,3 Peningkatan dalam kategori rendah
(Hake, 1999)
Setelah mendapatkan nilai N-Gain pada setiap siswa, maka dihitung
rata-ratanya.
Selama tiga hari pembelajaran dilakukan kuis pada setiap pertemuannya.
Hasil kuis ini digunakan untuk menentukan poin peningkatan setiap
anggota tim yang pada akhirnya menentukan tingkatan prestasi tim dengan
menghitung rata-rata poin peningkatan dalam satu tim. Dengan kriteria
poin peningkatan sebagai berikut:
Nilai Kuis Poin
Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
10 – 1 poin di bawah nilai awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas nilai awal 20
Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari nilai awal) 30
Nilai kuis pada pertemuan pertama dibandingkan dengan nilai awal yaitu
nilai rata-rata ulangan harian sebelumnya.
Terdapat tiga macam tingkatan penghargaan tim yaitu:
Kriteria Penghargaan
1 GREAT TEAM
2 VERY GOOD TEAM
3 GOOD TEAM
(diadaptasi dari Slavin, 2005: 160)
b. Hasil Observasi
Untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dari hasil
observasi, dilakukan perhitung persentase keterlaksanaan kegiatan yang
telah diobservasi. Observasi dilakukan pada kegiatan guru dan kegiatan
siswa.
Keterlaksanaan model pembelajaran
Keterlaksanaan model pembelajaran dapat diketahui dengan menghitung
persentase keterlaksanaan kegiatan guru.
Keterlaksanaan aktivitas siswa
Keterlaksanaan aktivitas siswa dapat diketahui dengan menghitung
persentase keterlaksanaan aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi.
Tabel 3.4
Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase (%) Kriteria
100 Seluruhnya terlaksana
79 - 99 Hampir seluruhnya terlaksana 51 - 78 Sebagian besar terlaksana
50 Setengahnya terlaksana
26 – 49 Hampir setengahnya terlaksana 1 - 25 Sebagian kecil terlaksana
0 Tidak ada yang terlaksana
(koentjaraningrat, 1986: 257)
Berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran di atas, penulis
menentukan kembali kriteria keterlaksanaannya yaitu persentase 79-100
termasuk pada kategori terlaksana dan persentase kurang dari 79 termasuk
pada kategori tidak terlaksana.
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
1. Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji instrumen yang dilakukan terhadap siswa kelas XI di
salah satu SMA Negeri kota Bandung, diperoleh hasil bahwa instrumen
yang akan digunakan memiliki r11 sebesar 0,82 yang lebih besar dari r tabel
(Lampiran 3) pada taraf siginifansi 1% sehingga instrumen yang
digunakan adalah reliabel.
2. Validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
Berikut ini rekapitulasi hasil uji instrumen :
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Ket Indeks Kategori indeks Kategori indeks Kategori
digunakan
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Ket. Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
7. 0,40 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan
8. 0,50 Cukup 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan
9. 0,57 Cukup 0,40 Cukup 0,78 Mudah Digunakan
10. 0,64 Tinggi 0,60 Baik 0,65 Sedang Digunakan
11. 0,60 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan
12. 0,58 Tinggi 0,35 Cukup 0,83 Mudah Digunakan
13. 0,30 Rendah 0,20 Cukup 0,93 Mudah Digunakan
14 0,23 Rendah 0,10 Jelek 0,95 Mudah Tidak
Digunakan
15. 0,44 Cukup 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan
16. 0,05 Sangat
rendah 0 Jelek 0,90 Mudah
Tidak Digunakan
17. 0,61 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan
18. 0,49 Cukup 0,50 Baik 0,75 Mudah Digunakan
19. 0,22 Rendah 0,50 Baik 0,98 Mudah Digunakan
20. 0,50 Tinggi 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan
Berdasarkan data yang telah diolah tersebut, jumlah soal yang digunakan sebagai
instrumen pretes dan posttes dalam penelitian adalah sebanyak 16 soal pilihan
ganda (dapat dilihat pada lampiran 4) dengan jumlah soal pada jenjang C1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Penelitian yang telah dilaksanakan ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based
Learnig. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning
adalah sebesar 0,7 yang dihitung menggunakan gain ternormalisasi yang
dirata-ratakan dan termasuk pada kategori tinggi.
2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada
jenjang C1 sebesar 0,8 termasuk pada kategori tinggi dan pada jenjang C2
sebesar 0,9 termasuk pada kategori tinggi. Sementara itu, peningkatan pada
jenjang C3 dan C4 sebesar 0,6 termasuk pada kategori sedang.
B.Saran
1. Kepada Guru
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa sehingga model
dan pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam
melaksanakan pembelajaran.
2. Kepada Peneliti
a. Kemampuan kognitif yang diteliti adalah pada materi pembelajaran teori
kinetik gas kelas XI. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti
peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan model
Learning pada materi pembelajaran Fisika lain yang hanya bisa
dilakukan penilaian pada aspek kognitif.
b. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti peningkatan kemampuan
afektif dan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M B S. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan
Program Virtual Laboratories Electricity pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dahtiar, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together
(NHT) dengan Perdekatan Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Djamarah, S B dan A Z. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Foster, B. (2005). Terpadu Fisika SMA untuk Kelas XI Semester 2. . Erlangga: Jakarta.
Hake, RR. (2013). Analyzing Change/Gain Scores [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana [5 Juli 2013].
Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamajaya. (2008). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:
Grafindo.
Kanginan, M. (2002). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga: Jakarta.
Mahfudz, A. (2013). Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik [online]. Tersedia:
http://abdurrohimmahfudz.blogspot.com/p/ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.html [10 Juli 2013]
NN. (2012). Taksonomi Bloom [online]. Tersedia:
Nurhadyani, D. (2010). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IX suatu SMP Negeri di Kabupaten Bandung). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Saleh, S (2012). “The effectiveness of the brain based teaching approach in enhanching scientific understanding of Newtonian physics among form four students”. International Journal of Environmental & Science. 7, (1), 107-122
Slavin, R E (2005). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. (diterjemahkan oleh: Narulita Yusron). Bandung: Nusamedia.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Vitariyanti, A N. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe