• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF

Putu Eka Budi Utami1, Ketut Pudjawan2, I Kadek Suartama3

1Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

2, 3

Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: putueka.budiutami@yahoo.com1, ketutpudjawan@gmail.com2, deksua@gmail.com3

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini, mengenai rendahnya kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan media kartu angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah 14 orang anak kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Data penelitian tentang kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan media kartu angka pada siklus I sebesar 65,66% dan pada siklus II menjadi 85,66%. Hal ini menunjukan peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak sebesar 20,00% dan berada pada kategori tinggi.

Kata kunci: STAD, kartu angka, kemampuan kognitif.

Abstract

The research has aim to know the improvement of cognitive competency after applying the cooperative learning model Student Team Achievement Divisions (STAD) with media number card to improve cognitive competency by group A students in kindergarten of TK Kartika VII-3 Singaraja on second semester in academic year 2013/2014. The kind of this research is classroom action research which is done on two cycles. Each cycle contain with planning, applying, observation/evaluation and reflection. The subjects of the study are 14 students of group A on second semester in kindergarten of TK Kartika VII-3 Singaraja in academic year 2013/2014. The data collection in this research is collected by observation method. After collecting the data, the data is analyzed using descriptive statistic and descriptive quantitative analysis method. The result of the study shows that there is improvement of cognitive competency on knowing number by applying cooperative learning model Student Team Achievement Divisions (STAD) with media number card in first cycle is 65, 66% and in second cycle is 85, 66% in high category. It shows that the improvement of cognitive competency on knowing number is 20, 00% and existing on high category.

Keywords: STAD, number card, cognitive competency.

(2)

PENDAHULUAN

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh salah satu faktor, yaitu pendidikan. Faktor pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik (Sudrajat, 2008). Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan harus adaptif terhadap perkembangan dan perubahan zaman.

Di era globalisasi ini, dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dapat mengikuti perkembangan kemajuan zaman di segala bidang. Namun pada kenyataannya, sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat tidak kompetitif. Menurut laporan United Nation Development Programme (UNDP, 2009), mengungkapkan bahwa Human Development Index (HDI) Indonesia berada diperingkat 111 dari 182 negara. Hal ini, menunjukan belum adanya perbaikan secara signifikan yang dilakukan bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Pendidikan di Indonesia selalu mendapatkan sorotan yang sangat tajam berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dapat mengikuti perkembangan kemajuan zaman di segala bidang” (Degeng, 2001:1). Oleh karena itu, pembaharuan pada bidang pendidikan harus terus dikembangkan ke arah peningkatan mutu pendidikan.

Penyempurnaan kurikulum mengacu pada Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini dan peraturan Pemerintah yang terkait mengamankan tentang standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar

isi, proses dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini telah menghasilkan dokumen kurikulum 2009.

Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon simulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik.

Sesuai dengan pokok pikiran tersebut maka program kegiatan belajar Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah sebagai yang tercantum dalam Kurikulum 2009 disusun untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan-kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan dalam pengetahuan dan kreativitas.

Kualitas pendidikan patut ditingkatkan secara terpadu, sistematis, bertahap dan berkesinambungan. Guru sebagai ujung tombak dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan perlu ditingkatkan kemampuan potensinya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat membantu terwujudnya perkembangan kemampuan intelektual yang optimal serta berkepribadian peserta didik. Seorang guru yang baik harus memahami dan menghayati prinsip-prinsip perkembangan peserta didik dari TK sampai perguruan tinggi.

Hal tersebut memberi penjelasan tentang pentingnya pendidikan pada anak usia dini dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani, dalam meningkatkan perkembangan nilai moral agama, sosial emosional, bahasa, kognitif dan perkembangan fisik anak agar dapat membantu anak untuk dapat memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan di TK mempersiapkan anak untuk pendidikan sekolah dasar sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan TK, yakni membantu meletakkan

(3)

dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya pikir yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Yuliani Nuraini Sujiono, (2006) mendefinisikan bahwa “kognitif adalah suatu proses berpikir, kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau pristiwa”. Menurut Santrock (dalam Handayani, 2012) “kognitif mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, disimpan, dan ditransformasi serta di panggil kembali dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir”.

Handayani, (2012) menyatakan

“kemampuan yang dapat dikembangkan salah satunya kemampuan kognitif anak dengan melakukan permainan hitung”.

Permainan berhitung di TK di harapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional anak untuk itu pelaksanaan di lakukan secara menarik dan bervariasi.

Tingkat pengenalan lambang bilangan di TK memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Karena pada anak usia TK lebih mengarah ke tingkat pengenalan yang nantinya akan meningkatkan perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya pikir anak. Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Trianto,2009:58) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan anak bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. ”Menurut Hamdani (2011:30-31) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar anak dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau 18 diarahkan oleh guru (Suprijono,2012:54). Pelaksanaan

pembelajaran kooperatif merupakan skenario yang dibuat guru untuk mengaktifkan anak secara berkelompok dan biasanya ada pemberian tugas tertentu pada akhir pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu anak atau sistem kelompok, untuk bekerjasama dalam mempelajari materi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompoknya 4- 5 orang anak secara heterogen.

Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyamapain materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 68) menyatakan bahwa pada STAD anak ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran tempat anak belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 anak dengan tingkat kemampuan yang berbeda, untuk menguasai atau menyelesaikan materi yang dipelajari.

Pengenalan lambang bilangan dengan menggunakan model pebelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) dapat difasilitasi dengan media kartu angka. Media kartu angka merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses pengajaran.

Keterbatasan media akan mempengaruhi proses pembelajaran anak dimana media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri. Media kartu angka adalah media yang umum bisa dipakai, hal tersebut dikarenakan anak lebih tertarik dengan kartu angka dibandingkan dengan tulisan yang ada di papan. Media

(4)

kartu angka merupakan media yang sering dipergunakan guru dalam memperkenalkan bilangan. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad Azhar, 2004:3) bahwa “flash card atau education card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata atau angka, yang diperkenalkan oleh Glen Domen, yang di kelompok-kelompokkan antara lain seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya”. Kartu angka adalah kartu yang dibuat dari karton bekas ukuran 4x6 cm, atau bisa disesuaikan dengan gambar, kemudian kartu-kartu tersebut ditulis dengan spidol angka 1-10 (menurut keinginan guru) serta dibawahnya diisi gambar sesuai dengan jumlah angka yang ada di depannya. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu angka adalah perwujudan lambang dari peniruan angka secara nyata.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas kelompok A di TK Kartika VII-3 Singaraja diperoleh informasi tentang sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran serta kurangnya media yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran sudah dijelaskan sama guru tapi banyak anak yang kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga nilai perkembangan anak masih kurang memuaskan, di mana dari 14 anak ditemukan 7 anak mendapat bintang ( ) dan 4 anak mendapat bintang ( ) sedangkan 3 anak mendapat bintang ( ). Dari data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif anak pada TK Kartika VII-3 Singaraja perlu ditingkatkan khususnya pada tahap kemampuan dasar anak untuk menyelesaikan suatu masalah.

Ketika dilanjutkan dengan observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas, diperoleh hasil yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab masih rendahnya kemampuan kognitif anak yaitu sebagai berikut. Proses pembelajaran di TK selama ini masih didominasi oleh guru. Dalam hal ini anak tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar dan

memotivasi diri sendiri. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang model dan strategi pembelajaran sehingga menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bervariatif. Media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran masih kurang, sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diterapkan metode yang sesuai dengan perkembangan kemampuan kognitif anak, dalam hal ini salah satu kemampuan kognitif khususnya dalam mengenal lambang bilangan yang merupakan salah satu konsep dasar dalam berhitung selanjutnya.

Selanjutnya sesuai dengan hail observasi di TK Kartika VII-3 Singaraja, diperoleh hasil belajar anak masih rendah, kurang dari 50% anak yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan hasil belajar anak rendah dan belum mencapai target standar ketuntasan yang telah ditentukan, karena kriteria ketuntasan yang ingin dicapai guru minimal anak mendapatkan nilai bintang tiga ( ).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan suatu perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas tersebut. Seperti dijelaskan di atas bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, pengetahuan guru masih kurang, dan media yang dgunakan belum bevariatif. Dengan adanya permasalahan tersebut maka sistem pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan kondusif dan terjadi peningkatan hasil belajar pada anak.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan- permasalahan terebut adalah model pembelajran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) sehingga kemampuan kognitif anak akan berkembang sesuai dengan taraf usia anak.

Pemahaman pengertian atau mengenal hubungan antara lambang bilangan dengan bilangan dapat ditanamkan pada anak dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya di rumah dan di lingkungan kelompok bermainnya sendiri, misalnya ketika anak sedang bermain dengan kartu

(5)

angka. Anak akan mampu untuk menghitung benda-benda yang ada pada kartu angka tersebut, namun mereka hanya menghafal tanpa mengetahui berapa banyak benda tersebut misalnya yang berjumlah 5 atau 8.

Pengalaman-pengalaman tersebut banyak membantu usaha dalam menanamkan pengertian atau mengenal hubungan bilangan dengan lambang bilangan yang dipelajari anak. Hal ini benar-benar dimengerti sebelum mereka mempelajari arti penjumlahan dan pengurangan, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal.

Menghubungkan lambang bilangan dengan bilangan dari 1-10.

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, penerapan model dan media tersebut diharapkan dapat membantu kemampuan kognitif anak, karena kemampuan kognitif khususnya mengenal lambang bilangan masih rendah. Dan pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Kartu Angka untuk meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Kartika VII-3 Singaraja”.

Dari permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka pada anak kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka pada anak kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanaka pada kelompok A di TK Kartika VII-3 Singaraja dalam kegiatan pembelajaran. Subyek dari penelitian ini adalah anak kelompok A semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan banyak anak 14 orang yaitu 5 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wardani (2007:1.4) menyatakan “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Menurut Agung (2012:24) menyatakan bahwa “PTK adalah yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”.

Menurut Suyanto (2007:1) Menyatakan PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pelajaran dikelas. PTK merupakan kegiatan langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari dilapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai reflaksi pengajaran dan tujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini.

Jadi dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan dengan berbagai tindakan tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas.

(6)

Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan kesiklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian.

Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,pengamatan/evaluasi dan refleksi.

Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart (dalam Artiasih 2012: 31)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut.

Variabel Bebas : Model pembelajaran kooperatif Tipe Students Team Achievement Division (STAD)

Variabel Terikat : Kemampuan Kognitif.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:27).

Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan kognitif. Berikut ini merupakan instrument kemampuan kognitif pada anak yang disajikan dalam tabel 01 berikut ini.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Kognitif

Capaian

Perkembangan Indikator Menyebutkan

lambang bilangan 1 sampai 10

1. Membilang atau menyebut urutan bilangan dari 1-10.

2. Membilang dengan menujuk benda dengan (mengenal konsep bilangan, dengan benda- benda) sampai 10.

3. Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda 4. Meniru lambang

bilangan 1-10 Mencocokan

bilangan dengan lambang bilangan

1. Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda- benda sampai 10 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58, 2009)

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan anak dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) berbantuan media kartu angka.

Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai

REFLEKSI AWAL

PERENCANAAN TINDAKAN (I)

REFLEKSI (I)

PELAKSANAAN TINDAKAN (I) OBSERVASI/

EVALUASI (I)

PERENCANAAN TINDAKAN (II)

REFLEKSI (II)

PELAKSANAAN TINDAKAN (II) OBSERVASI/

EVALUASI (II)

(7)

yaitu anak belum mampu dengan tanda bintang satu ( ), anak cukup mampu dengan tanda bintang dua ( ), anak sudah mampu sesuai harapan dengan tanda bintang tiga ( ). Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk acuan pengamatan, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan kognitif anak. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan media kartu angka.

Dalam penelitian ini, pedoman observasi kegiatan peneliti untuk mengetahui kemampuan kognitif anak selama mengikuti proses pembelajaran, menggunakan instrumen pengumpulan data kemampuan kognitif.

Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data.

Dalam menganalisis data ini di gunakan yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Menurut Agung (2012:8), analisis statistik deskriptif merupakan “suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti disribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, Median (Me), modus (Mo) mean (M), dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Setelah itu dilanjutkan menganalisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti (Agung, 2012:8).

Metode analisis deskritif kuantitatif di gunakan untuk menentukan tinggi rendahnya pemahaman mengenal lambang bilangan pada anak TK yang dikonversikan ke dalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima.

Tabel 2. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Kemampuan Kognitif Persentase Kriteria Kemampuan

Kognitif 90-100

80-89 65-79 55-64 0-54

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu pada bulan Maret sampai bulan April 2014. Tempat penelitian ini adalah di TK Kartika VII-3 Singaraja pada kelompok A dengan jumlah anak sebanyak 14 orang.

Tema yang digunakan pada saat penelitian ini berlangsung adalah alat komunikai dan tanah airku. Siklus I terdiri dari enam kali pertemuan, dimana lima kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi di akhir siklus dengan metode observasi.

Begitu pula dengan siklus II terdiri dari enam kali pertemuan, lima kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi akhir. Siklus I, pertemuan satu sampai lima menerapkan RKH, dan pertemuan keenam diadakan evaluasi penilaian siklus I. Begitupula siklus II untuk pertemuan pertama sampai kelima menerapkan RKH, dan pertemuan keenam diadakan evaluasi penilaian siklus II. Data yang dikumpulkan adalah mengenai

Kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media kartu angka. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya.

Data yag dikumpulkan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) berbantuan media kartu angaka untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

(8)

Tabel 3. Deskriptif kemampuan kognitif pada anak kelompok A di TK Kartika VII-3 Singaraja siklus I dan siklus II

Statistik Siklus I Siklus II

Modus 8,00 15,00

Median 9,00 13,00

Mean 9,85 12,85

M % 65,66 % 85,66%

Dari data tersebut, berikut ini penyajian data hasil siklus I dan siklus II kedalam grafik polygon.

0 2 4 6

8 9 10 11 12 13

frekuensi (f)

Skor (X)

Kemampuan Kognitif

Mo=8 ,00 M=9,85 Me=9,00

Gambar 2. Grafik Polygon Data Kemampuan Kognitif Siklus I

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, Me, M dimana Mo < Me < M (8,00 < 9,00 < 9,85), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan kognitif pada siklus I merupakan kurva juling positif.

Berdasarkan rata-rata persen, nilai M% = 65,66% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada Pedoman Skala Lima tentang kemampuan kognitif anak. M% berada pada tingkat penguasaan 65 - 79% yang berarti bahwa kemampuan kognitif anak pada siklus I berada pada kriteria sedang.

0 2 4 6

10 11 12 13 14 15 0

frekuensi (f)

Skor (X)

Kemampuan Kognitif

M=12,85

Me=13,00 Mo=15,00 Gambar 3. Grafik Polygon Data

Kemampuan Kognitif Siklus II

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, Me, M dimana Mo > Me > M (15,00 > 13,00 > 12,85), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan kognitif pada siklus II merupakan kurva juling negatif.

Berdasarkan rata-rata persen, nilai M% = 85,66%yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada Pedoman Skala Lima tentang Kemampuan Kognitif anak. M% berada pada tingkat penguasaan 80 – 89% yang berarti bahwa kemampuan kognitif anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja menunjukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan mengenai kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan dari siklus I sampai siklus II. Rata-rata persentase kemampuan kognitif anak pada siklus I diketahui sebesar 65,66% berada pada kategori sedang dan pada siklus II rata-rata persentase anak diketahui sebesar 85,66%

berada pada kategori tinggi. Terjadinya peningkatan kemampuan kognitif anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka yang menarik dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan oleh rasa

(9)

tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga kemampuan kognitif mereka semakin meningkat.

Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan penelitian. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka ini anak akan lebih memahami tugas yang diberikan dan anak akan lebih mandiri serta mampu melaksanakan kegiatan sampai selasai. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak berbantuan media kartu angka sehingga sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan.

Keberhasilan diatas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1) terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan, 2) keadaan ruang belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga anak-anak merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 3) proses kegiatan pembelajaran kemampuan kognitif anak sudah meningkat, 4) peran guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga anak mengerti terhadap apa yang diterapkan dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Trianto, 2009: 68) menyatakan bahwa pada STAD anak ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian anak bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka akan berpengaruh besar terhapat kemampuan kognitif anak dibandingkan dengan mengenal lambang bilangan tanpa menggunakan media kartu angka.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan penelitian telah terpenuhi. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas yang dilakukan telah berhasil.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) berbantuan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan kognitif anak untuk mengenal lambang bilangan sebesar 65,66% yang berada pada kategori sedang, dan terjadi peningkatan ketika dilakukan perbaikan pada siklus II dengan presentase kemampuan kognitif anak sebesar 85,66%

yang berada pada kriteria tinggi. Jadi kenaikan kemampuan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,00%.

Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada Kepala TK, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kepada peneliti lain disarankan agar dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan

(10)

sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung. A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Arsyad Azhar, 2004. Media Pendidikan.

Jakarta: CV Rajawali

Artiasih, Ni Putu. 2012. Penerapan Metode Bermain Kata Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Di TK Kartika VII-3 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PG PAUD, FIP Undiksha Singaraja.

Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Pustaka Setia.

Handayani, S. 2012. Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Ular Tangga di TK Aisyiyah Simpang IV Agam. Tersedia pada

http://download.portalgaruda.org/artic le.php?article=100825&val=1492.

(Diakses pada tanggal 12 Februari 2014)

Isjoni dan Ismail, 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2011. FIS Undiksha:

Universitas Pendidikan Ganesha Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Sujiono, Nurani Yuliani, dkk, 2006. Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta:

Universitas Terbuka.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan Dan Refleksi Dosen Dan Guru. Makalah Disajikan pada Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang Mendidik di SD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Singaraja.

Trianto, 2009. Model - model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.

Wardani,dkk. 2007 Penlitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar  1.  Rancangan  Penelitian  Tindakan  Kelas  Kemmis  &amp;  Mc  Taggart  (dalam Artiasih 2012: 31)
Tabel 2. Pedoman Konversi Skala  Lima tentang Kemampuan Kognitif   Persentase  Kriteria Kemampuan
Tabel 3. Deskriptif kemampuan kognitif pada  anak kelompok A di TK Kartika VII-3  Singaraja siklus I dan siklus II

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Novel can portray character and actions which represent of real life,.. dealing with human life, passion or ambition, desire, joy,

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh prestasi belajar antara pembelajaran dengan metode eksperimen

Biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c merupakan biaya pelayanan yang diwajibkan kepada Pemohon sesuai dengan ketentuan peraturan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :