• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan,

baik laut maupun perairan umum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history”

(parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumberdaya ikan dan

biota perairan.

Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan

tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan:

APRIL, AGUSTUS, DESEMBER.

Ketua Redaksi:

Drs. Bambang Sumiono, M.Si (Biologi Perikanan-P4KSI)

Anggota:

Prof. Dr. Krismono, M.Si (Konservasi dan Lingkungan Sumberdaya Perairan-BP2KSI)

Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal M.Sc (Ikhtiologi-IPB)

Dra. Sri Turni Hartati, M.Si (Lingkungan Sumberdaya Perairan-P4KSI)

Dr. Agus Djoko Utomo, M.Si (Biologi Perikanan-BRPPU)

Ir. Sulastri (Limnologi-LIPI)

Mitra Bestari untuk Nomor ini:

Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)

Ir. Duto Nugroho (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Dr. Wijopriono, M.Sc. (Hidro Akustik Perikanan-P4KSI)

Lilis Sadiyah, Ph.D (Permodelan Perikanan-P4KSI)

Redaksi Pelaksana:

Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos

Desain Grafis:

Amalia Setiasari, A.Md

BAWAL

WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

BAWAL-WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengelolaan

Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan

Perikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan.

ISSN 1907-8226

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015

Nomor Akreditasi : 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015

(Periode: April 2015-April 2018)

Alamat Redaksi/Penerbit:

Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan

Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur Jakarta Utara 14430

Telp. (021) 64700928; Fax. (021) 64700929

(3)

KATA PENGANTAR

Widya Riset Perikanan Tangkap “BAWAL” merupakan wadah untuk menyampaikan informasi hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari dalam maupun luar lingkup Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber daya Ikan. Informasi-informasi tersebut sangat berguna bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) terutama para pengambil kebijakan sebagai dasar dalam pengelolaan perikanan dan konservasi sumber daya ikan di laut maupun perairan umum daratan.

Seiring dengan terbitnya Widya Riset Perikanan Tangkap Bawal Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015 ini, kami ucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari atas kesediaannya dalam menelaah beberapa naskah.

Pada volume ini, Bawal menampilkan delapan artikel hasil penelitian perikanan di perairan umum daratan dan perairan laut. Delapan artikel tersebut meliputi: Aspek biologi dan parameter populasi ikan tongkol abu-Abu (Thunnus

tonggol) di perairan Langsa dan Sekitarnya; Aspek reproduksi ikan oskar (Amphilophus citrinellus Günther, 1864) di

Waduk IR.H. Djuanda, Jawa Barat; Pendugaan parameter populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) di Samudera Hindia Selatan Jawa; Biologi reproduksi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur; Kebiasaan makan dan luas relung beberapa jenis udang dan ikan di pesisir muara kakap, Kalimantan Barat; Parameter populasi udang putih (Penaeus merguiensis) di perairan Sampit dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah; Beberapa aspek biologi ikan nilem (Osteochillus vittatus) di Danau Talaga, Sulawesi Tengah.

Semua artikel pada edisi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang perikanan tangkap di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para penulis dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam edisi ini.

(4)

iii i iii v-vi vii 59-66 67-75 77-85 87-94 95-102 103-109 111-120

ISBN 1907-8226

BAWAL

Widya Riset Perikanan Tangkap

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... LEMBAR RALAT VOLUME 7 No. 1APRIL2015... Aspek Biologi dan Parameter Populasi Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Langsa dan Sekitarnya

Oleh: Karsono Wagiyo dan Endah Febrianti...

Aspek Reproduksi Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus Günther, 1864) di Waduk IR.H. Djuanda, Jawa Barat

Oleh: Prawira A.R.P. Tampubolon, M. F. Rahardjo dan Krismono...

Pendugaan Parameter Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) di Samudera Hindia Selatan Jawa

Oleh: Fathur Rochman, Budi Nugraha dan Arief Wujdi...

Biologi Reproduksi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) di Samudera Hindia Bagian Timur

Oleh: Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi Bahtiar...

Kebiasaan Makan dan Luas Relung Beberapa Jenis Udang dan Ikan di Pesisir Muara Kakap, Kalimantan Barat

Oleh: Sri Endah Purnamaningtyas dan Dimas Angga Hedianto...

Parameter Populasi Udang Putih (Penaeus merguiensis) di Perairan Sampit dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah

Oleh: Erfind Nurdin dan Duranta D. Kembaren...

Beberapa Aspek Biologi Ikan Nilem (Osteochillus vittatus) di Danau Talaga, Sulawesi Tengah

(5)

BAWAL

WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015

KUMPULAN ABSTRAK

ASPEKBIOLOGIDANPARAMETERPOPULASIIKAN TONGKOLABU-ABU (Thunnus tonggol) DI PERAIRAN LANGSADAN SEKITARNYA

Karsono Wagiyo dan Endah Febrianti

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 59-66

ABSTRAK

Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang bersifat oseanodromous, bernilai ekonomis tinggi dan hidup pada perairan neritik. Sampai saat ini belum banyak diperoleh hasil penelitian ikan tongkol abu-abu di Selat Malaka, khususnya di Perairan Langsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi dan parameter populasi tongkol abu-abu di perairan Langsa. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-September 2014. Analisis parameter populasi menggunakan program FAO-ICLARM Stock Assessment Tools (FiSAT). Hasil penelitian parameter biologi ikan tongkol abu-abu di perairan Langsa menunjukkan analisis hubungan panjang-beratnya diperoleh pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif dengan nilai b = 2,710. Nisbah kelamin jantan terhadap betina sebagai 1,18 :1,0. Dengan uji Chi-square diperoleh rasio tersebut dalam kondisi seimbang. Musim pemijahan ikan betina berlangsung antara bulan Mei-Juni. Pengamatan isi lambung dengan metode index of preponderan diperoleh makanan utama ikan tongkol adalah ikan teri (Stolephorus spp.), diikuti oleh potongan ikan campur dan potongan udang. Panjang pertama kali ikan tongkol yang tertangkap dengan pukat cincin lebih besar dari panjang pertama kali matang gonada (Lc=40,34 cmFL > Lm=38,9 cmFL. Analisis parameter populasi ikan tongkol abu-abu diperoleh panjang asimtotik (L”) sebesar 55,65cmFL, laju pertumbuhan (K) sebesar 1,5/tahun. Laju kematian total (Z) sebesar 4,06/tahun, kematian alami (M) sebesar 1,99/tahun dan kematian karena penangkapan (F) sebesar 2,07/per tahun. Laju eksploitasi (E) pada saat ini sebesar 0,51 atau berada dalam tingkat optimal.

KATA KUNCI: Tongkol abu-abu, aspek biologi, parameter populasi, Langsa

ASPEK REPRODUKSI IKAN OSKAR (Amphilophus

citrinellus Günther, 1864) DI WADUK IR H. DJUANDA,

JAWA BARAT

Prawira A.R.P. Tampubolon, M. F. Rahardjo dan Krismono

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 67-75

ABSTRAK

Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) merupakan ikan asing di Waduk Ir. H. Djuanda yang saat ini merupakan ikan yang paling banyak tertangkap di waduk tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2011–Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aspek yang berkaitan dengan pemijahan ikan oskar. Contoh ikan ditangkap menggunakan jaring insang. TKG diamati secara visual dan fekunditas dihitung menggunakan metode gravimetrik. Total ikan contoh yang tertangkap selama penelitian berjumlah 460 ekor yang berasal dari enam stasiun pengamatan. Hasil penelitian

menunjukkan panjang total dan bobot tubuh ikan berkisar antara 62–210 mm dan 4,81–187,18 gram. Rasio kelamin ikan seimbang. Ukuran ikan jantan dan betina terkecil yang ditemukan matang gonad adalah 125 mm dan 121 mm. Ikan yang matang gonad paling banyak ditemukan pada bulan Desember untuk ikan betina dan Januari untuk ikan jantan. Fekunditas total berkisar antara 729–3.299 butir. Ikan oskar merupakan ikan pemijah bertahap.

KATA KUNCI: Oskar, pemijahan, kematangan gonad, fekunditas

PENDUGAAN PARAMETER POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) DI SAMUDERAHINDIASELATAN JAWA

Fathur Rochman, Budi Nugraha dan Arief Wujdi

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 77-85

ABSTRAK

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong jenis ikan tuna yang merupakan tangkapan utama di Samudera Hindia. Kajian dinamika populasi menjadi penting sebagai dasar pengelolaan perikanan, agar stok ikan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang parameter populasi ikan cakalang di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Pengambilan data dengan bantuan enumerator di pusat pendaratan ikan (Cilacap, Palabuhanratu, Tamperan-Pacitan, dan Sendang biru-Malang) selama periode Januari-Desember 2012 dengan jumlah sample total sebanyak 3.118 ekor. Data frekuensi panjang (cmFL) selanjutnya dianalisis menggunakan program FiSAT II untuk menduga parameter pertumbuhan, mortalitas, dan rekrutmen. Hasil penelitian parameter populasi adalah sebagai berikut: panjang asimptotik (L) sebesar 80,85 cmFL dengan nilai K sebesar 1,1/tahun dan

nilai t0sebesar -0,110 tahun. Mortalitas alami (M) sebesar 1,44/ tahun, mortalitas total (Z) sebesar 2,99/tahun dan mortalitas karena penangkapan (F) sebesar 1,55/tahun. Pola rekrutmen ikan cakalang terjadi setiap tahun dengan puncaknya diduga pada bulan April sampai dengan Agustus. Tingkat eksploitasi sebesar 0,52/tahun, menyebar pada level yang optimum.

KATA KUNCI: Parameter populasi, cakalang, Selatan Jawa

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi Bahtiar

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 87-94

ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu hasil tangkapan penting bagi nelayan di Samudera Hindia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gonad dan panjang pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia. Sampel cakalang dikumpulkan dari beberapa tempat di Pantai Selatan

(6)

vi

Jawa yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba dari bulan April 2012 sampai November 2013. Panjang cagak dari 136 sampel berkisar antara 35-68 cm. Tingkat kematangan gonad (TKG) diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index (GSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TKG cakalang didominasi oleh TKG IV sebesar 43%, diikuti dengan TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Panjang pertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 42,9 cm.

KATA KUNCI: Cakalang, tingkat kematangan gonad, GSI, Samudera Hindia Bagian Timur

KEBIASAANMAKANDANLUASRELUNGBEBERAPA JENIS UDANGDAN IKAN DI PESISIRMUARAKAKAP, KALIMANTAN BARAT

Sri Endah Purnamaningtyas dan Dimas Angga Hedianto

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 95-102

ABSTRAK

Sumberdaya udang dan ikan merupakan komoditas ekspor dari sektor perikanan, dan merupakan sasaran dari penangkapan (target spesies) yang cukup penting bagi usaha penangkapan di Kalimantan Barat. Makanan merupakan kunci pokok bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kebiasaan makan dan luas relung beberapa jenis udang dan ikan di pesisir Muara Kakap, Kalimantan Barat. Pengambilan sampel kebiasaan makanan udang dan ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan berada di Tempat Pelelangan Ikan dan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 4 kali (Maret, Juni, September, dan November 2012). Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan yang merupakan kombinasi antara analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) dan estimasi tingkat trofik jenis ikan serta menggunakan analisis pengelompokkan (dendrogram) kebiasaan makannya berdasarkan pada jarak euklidean pautan lengkap (complete linkage). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok udang di perairan ini umumnya sebagai pemakan bangkai (scavenger) berupa sisa-sisa organisme hewani maupun nabati yang berada di dasar perairan. Sedangkan kebiasaan makan ikan di perairan banyak memanfaatkan krustasea, tumbuhan dan cacing. sehingga peluang terjadinya kompetisi sangat rendah, baik makanan maupun ruang.

KATA KUNCI: Kebiasaan makan, ikan, udang dan muara kakap

PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus

merguiensis) DI PERAIRAN SAM PIT DAN

SEKITARNYA,KALIMANTANTENGAH

Erfind Nurdin dan Duranta D Kembaren

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 103-109

ABSTRAK

Udang putih (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting di perairan Sampit. Pada saat ini alat tangkap yang efisien untuk menangkap udang adalah lampara dasar (danishseine) dan jaring tiga lapis (trammel net). Penelitian tentang tingkat pengusahaan udang putih telah dilakukan dari

bulan Januari sampai bulan Nopember 2012. Penilaian estimasi parameter populasi udang putih menggunakan paket program “FAO – ICLARM Stock Assessment Tools” atau FISAT - II. Hasil analisis diperoleh nilai laju pertumbuhan (K) sebesar 1,45 per tahun dengan panjang karapas asimtotik (CL”) 57,8 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 5,70 per tahun, laju kematian alamiah (M) sebesar 1,93 per tahun dan laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 3,77 per tahun. Tingkat pengusahaan udang putih di perairan Sampit telah mengalami lebih tangkap (over exploited) dengan nilai E sebesar 0,66. Udang putih sudah tertangkap terlebih dahulu sebelum mencapai ukuran pertama kali matang gonad (Lc=30,05 < Lm=39,4 mmCL). Kondisi ini mengindikasikan perlunya dilakukan pengelolaan yang hati-hati dan bertanggungjawab. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim tangkapan, khususnya pada bulan Maret dan September, karena pada saat tersebut terjadi puncak pemijahan.

KATA KUNCI: Parameter populasi, udang putih, Sampit

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN NILEM (Osteochillus vittatus) DI DANAU TALAGA, SULAWESI TENGAH

Masayu Rahmia Anw ar Putri, Yayuk Sugianti dan Krismono

BAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 111-120

ABSTRAK

Ikan nilem (Osteochillus vittatus) merupakan ikan introduksi di Danau Talaga, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Studi tentang biologi populasi suatu spesiesakan membantu dalam memahami pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan nilem (Osteochillus vittatus)sebagai informasi dasar dalam langkah pengelolaan sumberdaya ikan di Danau Talaga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober Tahun 2013. Sampel ikan nilem diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapan menggunakan 2 set jaring insang (ukuran mata jaring 1, 1½, 2, 3 dan 4 inci). Ikan yang didapat, diukur panjang total (cm) dan beratnya (g). Pengamatan isi perut dan gonad dilakukan di laboratorium Biologi Ikan, Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan.Ikan nilem merupakan ikan yang dominan tertangkap di Danau Talaga dengan kisaran ukuran panjang antara 11-22,7 cm dan ukuran berat antara 15,79 – 171,43 g, dimana ikan dengan kelompok panjang antara 14-15 cm mendominasi tangkapan. Pola pertumbuhan ikan nilem bersifat alometrik negatif. Ikan nilem dikategorikan sebagai ikan herbivor dengan makanan utamanya adalah tumbuhan. Ikan nilem yang dominan tertangkap berada pada tingkat kematangan gonad (TKG) IV, dimana ukuran pertama kali matang gonad (Lm) baik jantan atau betina lebih kecil dibandingkan Lmikan nilem pada beberapa referensi. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan nilem di Danau Talaga matang gonad pada ukuran yang lebih kecil. Tipe pemijahan ikan nilem di Danau Talagaadalah total spawner dan dapat memijah sepanjang tahun.

KATA KUNCI: Nilem, makanan, pola pertumbuhan, kematangan gonad, tipe pemijahan, fekunditas

(7)

LEMBAR RALAT VOLUME 7 NOMOR 1 APRIL 2015

NO PENULISAN AWAL PERBAIKAN HAL

1. DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, S.B. 1994. Tingkat kematangan gonad beberapa ikan pelagis kecil dari Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind. 92: 1-8.

Hariati, T., M. Taufik & A. Zamroni. 2005. Beberapa aspek reproduksi ikan layang (Decapterus russelli) dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Malaka Indonesia. J. Lit. Perikan. Ind. 11 (2): 47-57. Heyman, W., J. Azueta, O. Lara, I. Majil, D. Neal, B.

Luckhurst, M. Paz, I. Morrison, K.L. Rhodes, B. Kjerve, B. Wade & N. Requena. 2004. Spawning aggreration monitoring protocol for the Meso-American Reef and the Wider Caribean. Version 2.0. Meso-American Reef System Project, Belize: 55 pp. Holden, M.J & D.F.S. Raitt (eds.). 1974. Manual of

fisheries sciences. Part 2. Methods of resource investigation and their application. FAO Fisheries Hunter R.O & B. Machewich. 1985. Measurement of

Spawning Frequency in Multiple Spawning Fishes

dalam Lasker R. (eds) An Egg Production Method for

Estimating Spawning Biomass of Pelagic Fish: Application tothe Northern Anchovy, Engraulis mordax. NOAA Technical Report NMFS 36.

James, P.B.R. & V.M. Baragi. 1980. Ovary as an Indicator of Frequency of Spawning in Fishes. Proc.

Indian Nat. Sci. Acad. B 46 No.4. p. 479-489.

Merta, I.G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru,

Sardinella lemuru Bleeker 1853 (Pisces: Clupeidae) di

perairan Selat Bali dan alternatif pengelolaannya.

Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor: xvi + 201

pp.

Miller, B.S & A.W. Kendall Jr. 2009. The early life history

of marine fishes. University of California Press,

Oakland: xi + 376 pp.

Oktaviani. 2013. Etnozoologi, biologi reroduksi, dan pelestarian ikan lema Ratrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) di Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat Papua Barat Indonesia. Disertasi. Program Studi Biologi. Program Pascasarjana. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok. xi + 128 pp.

Oktaviani, D., J. Supriatna, M.V. Erdmann & Abinawanto. 2014. Maturity stages of Indian mackerel Rastrelliger

kanagurta (Cuvier, 1817) in Mayalibit Bay, Raja

Amapat, West Papua. Int. J. Aqu. Sci. 5 (1): p. 67-76. Suryati, N.K., S. Makmur & S. Nurdawati. 2014. Biologi repoduksi ikan sumpit (Toxotes microlepis Gunther 1860) di perairan Sungai Musi Sumatera Selatan. Bawal 6 (3): 119-126.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, S.B. 1994. Tingkat kematangan gonad beberapa ikan pelagis kecil dari Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind. 92: 1-8. Hariati, T., M. Taufik & A. Zamroni. 2005. Beberapa aspek

reproduksi ikan layang (Decapterus russelli) dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Malaka Indonesia. J.

Lit. Perikan. Ind. 11 (2): 47-57.

Heyman, W., J. Azueta, O. Lara, I. Majil, D. Neal, B. Luckhurst, M. Paz, I. Morrison, K.L. Rhodes, B. Kjerve, B. Wade & N. Requena. 2004. Spawning aggreration monitoring protocol for the Meso-American Reef and the Wider Caribean. Version 2.0. Meso-American Reef System Project, Belize: 55 pp. Holden, M.J & D.F.S. Raitt (eds.). 1974. Manual of fisheries

sciences. Part 2. Methods of resource investigation and their application. FAO Fisheries

Hunter R.O & B. Machewich. 1985. Measurement of Spawning Frequency in Multiple Spawning Fishes dalam Lasker R. (eds) An Egg Production Method for Estimating Spawning Biomass of Pelagic Fish: Application tothe Northern Anchovy,

Engraulis mordax. NOAA Technical Report NMFS 36.

James, P.B.R. & V.M. Baragi. 1980. Ovary as an Indicator of Frequency of Spawning in Fishes. Proc. Indian Nat. Sci. Acad. B 46 No.4. p. 479-489.

Merta, I.G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru, Sardinella

lemuru Bleeker 1853 (Pisces: Clupeidae) di perairan Selat Bali

dan alternatif pengelolaannya. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor: xvi + 201 pp.

Miller, B.S & A.W. Kendall Jr. 2009. The early life history of

marine fishes. University of California Press, Oakland: xi + 376

pp.

Oktaviani. 2013. Etnozoologi, biologi reroduksi, dan pelestarian ikan lema Ratrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) di Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat Papua Barat Indonesia.

Disertasi. Program Studi Biologi. Program Pascasarjana.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok. xi + 128 pp.

Oktaviani, D., J. Supriatna, M.V. Erdmann & Abinawanto. 2014. Maturity stages of Indian mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817) in Mayalibit Bay, Raja Amapat, West Papua. Int.

J. Aqu. Sci. 5 (1): p. 67-76.

Suryati, N.K., S. Makmur & S. Nurdawati. 2014. Biologi repoduksi ikan sumpit (Toxotes microlepis Gunther 1860) di perairan Sungai Musi Sumatera Selatan. Bawal 6 (3): 119-126. Wudji, A., Suwarso & Wudianto. 2013. Biologi reproduksi dan

musim pemijahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di perairan Selat Bali. Bawal 5 (1): 49 -57.

Zamroni, A., Suwarso & N.A. Mukhlis. 2008. Biologi reproduksi dan genetik populasi ikan kembung (Rastrelliger brachysoma, Famili scombridae) di Pantai Utara Jawa. J. Lit. Perikan. Ind. 14 (2): 215-226.

Zamroni & Suwarso. 2011. Studi tentang bagi reprodusi beberapa spesies ikan pelagis kecil di perairan Laut Banda. Bawal. 3 (5): 337-344.

(8)

87

BAWAL Vol.7 (2) Agustus 2015: 87-94

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)

DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

REPRODUCTIVE BIOLOGY OF SKIPJACK TUNA

(Katsuwonus pelamis) IN EASTERN INDIAN OCEAN

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi Bahtiar Loka Penelitian Perikanan Tuna, Denpasar

Teregistrasi I tanggal: 10 September 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 30 Juli 2015; Disetujui terbit tanggal: 05 Agustus 2015

e-mail: irwan.jatmiko@gmail.com

ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu hasil tangkapan penting bagi nelayan di Samudera Hindia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gonad dan panjang pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia. Sampel cakalang dikumpulkan dari beberapa tempat di Pantai Selatan Jawa yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba dari bulan April 2012 sampai November 2013. Panjang cagak dari 136 sampel berkisar antara 35-68 cm. Tingkat kematangan gonad (TKG) diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index (GSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TKG cakalang didominasi oleh TKG IV sebesar 43%, diikuti dengan TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Panjang pertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 42,9 cm.

KATA KUNCI: Cakalang, tingkat kematangan gonad, GSI, Samudera Hindia Bagian Timur

ABSTRACT

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is the one of the important catch for fishermen in the Indian Ocean. The objectives of this research are to investigate gonad maturity and length at first maturity for female cakalang in Indian Ocean. Skipjack tuna were sampled from several places in South Coast of Java i.e.: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok and Oeba from April 2012 to November 2013. Fork length of the sampled 136 fish ranged from 35 to 68 cm. Maturity stage (TKG) investigate using histological analysis and Gonadosomatic index (GSI) calculation. The results showed that maturity stage of skipjacktuna dominated by TKG IV with 43%, followed by TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Length at first maturity occurred at 42.9 cm.

KEYWORDS: Skipjack tuna, maturity stage, GSI, Eastern Indian Ocean

Korespondensi penulis: Loka Penelitian Perikanan Tuna

Jl. Mertasari No.140, Banjar Suwung Kangin, Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali-80223 PENDAHULUAN

Produksi cakalang di Indonesia merupakan yang terbesar diantara kelompok tuna yang lain. Hasil tangkapan tuna mencapai 933.815 ton dari tahun 2001 hingga 2010. Dari total tangkapan tuna tersebut, produksi cakalang merupakan yang tertinggi mencapai 52%, diikuti oleh madidihang (20%), tuna mata besar (15%), albakor (11%) dan southern bluefin tuna (1%) (FAO, 2012).

Cakalang merupakan highly migratory species yang distribusinya dari perairan tropis hingga perairan subtropis (Collette dan Nauen, 1983). Spesies ini melakukan beberapa kali pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari 24 ºC (Matsumoto et al., 1984). Penelitian tentang tingkat kematangan gonad menggunakan analisis histologi masih sangat kurang di Indonesia.

Salah satu aspek untuk mendukung upaya pengelolaan sumber daya ikan adalah pengetahuan dasar mengenai aspek biologi reproduksi. Penelitian tentang biologi reproduksi ikan dapat memberi data dan informasi penting mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan dan ukuran ikan ketika pertama kali mencapai kematangan gonad (Mardlijah & Patria, 2012). Penentuan tingkat kematangan gonad selain menggambarkan siklus reproduksi, juga berkaitan dengan pendugaan umur atau ukuran ikan mencapai matang gonad dan waktu pemijahan (Abidin, 1986). Pengamatan melalui analisis histologi banyak digunakan untuk mengetahui biologi reproduksi pada ikan tuna dan metode ini memberikan hasil yang akurat tentang status reproduksi ikan tuna (Schaefer, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi reproduksi cakalang yaitu: tingkat kematangan gonad, dugaan musim pemijahan dan panjang pertama kali matang gonad (Lm).

(9)

88 METODE

Sampel gonad cakalang diperoleh dari hasil tangkapan armada pancing ulur dan tonda yang beroperasi di Samudera Hindia Bagian Timur di selatan Jawa.Pengambilan sampel gonad dilakukan di beberapa pelabuhan ikan di Pantai Selatan Jawa, yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba (Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan selama 13 bulan yaitu mulai dari bulan April-Agustus 2012, bulan Maret 2013 dan bulan Mei-November 2013. Sampel

gonad diambil dan diawetkan ke dalam larutan alkohol 90% kemudian dianalisis di laboratorium histologi Loka Penelitian Perikanan Tuna Benoa. Pengumpulan data lainnya meliputi ukuran panjang cagak dan berat ikan dari keseluruhan sampel gonad yang diambil. Tingkat kematangan gonad diamati secara histologi dan analisis

Gonadosomatic index (GSI). Tingkat kematangan gonad

cakalang dilakukan secara histologi mengikuti kriteria perkembangan oosit oleh Davis et al. (1996) yang membagi tingkat kematangan gonad betina menjadi 5 tingkat (Lampiran 1).

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel gonad ikan cakalang di Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) dan Oeba (8).

Figure 1. Gonad of skipjack sampling sites in Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) and Oeba (8).

Tingkat kematangan gonad dianalisis dengan rumus GSI dari Afonso-Dias et al. (2005):

Keterangan:

GSI = Gonadosomatic index Gw = berat gonad (gram) W = berat total (gram)

Panjang pertama kali matang gonad (Lm/Length at first

maturity) dianalisis dengan metode Spearman – Karber

(Udupa,1986):

Keterangan:

m = logaritma ukuran pertama kali matang gonad xk = logaritma nilai tengah kelas terakhir dimana terjadi

matang gonad 100%

X = selisih logaritma nilai tengah

Pi = perbandingan matang gonad tiap kelas panjang

Keterangan:

CL = Convidence limit (batas atas dan bawah) m = panjang ikan pertama kali matang gonad ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i qi = 1 – pi

HASIL

Penamatan terhadap 136 ekor cakalang ditemukan bahwa sebaran panjang cagak berkisar antara 35 – 68 cm dan didominasi dengan nilai tengah panjang 50 cm (Gambar 2). 100% Gw GSI X Bw  / 2 ( ) mxkXXpi x qi 2 log 1.96 1 pi CL anti m x ni    



(10)

89 Gambar 2. Frekuensi panjang cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia.Panjang cagak merupakan nilai

tengah dengan interval 3 cm.

Figure 2. Length frequency of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Indian Ocean. Fork length is mid-length with 3 cm intervals.

Pengamatan histologi menunjukkan bahwa gonad cakalang yang tertangkap terjadi pada semua tingkat kematangan gonad (TKG) dari TKG I hingga TKG V.Pada TKG I, perkembangan gonad masih dalam tahap

oogenesisyaitu proses pembentukan sel telur (oosit). Sel

telur masih berukuran kecil dan inti sel (nucleus) berbentuk bulat atau oval dengan sitoplasma yang lebih tebal. TKG II, oosit mulai berkembang dan memasuki tahap awal

vitellogenesisyaitu proses pengendapan kuning telur pada

tiap-tiap sel telur. Ukuran diameter oosit meningkat, inti sel kelihatan bertambah besar dan kuning telur tersebar di sekitar oosit dan inti sel.

TKG III, disebut juga advanced yolked stage atau tahap permulaan matang gonad. Pada tahap ini jumlah dan ukuran butiran kuning telur semakin bertambah dan nampak jelas di seluruh area oosit.Butiran minyak (oil

droplet) mulai terlihat di dalam sitoplasma, inti sel

terkonsentrasi di sentral oosit dan zona radiata melebar. TKG IV, memasuki tahap awal matang gonad ataumaturation. Butiran kuning telur sudah banyak

mencapai fully yolked oocytes, butiran minyak semakin banyak menyebar dari sekitar inti sel sampai ke pinggiran

oosit.Inti sel bermigrasi menuju sekeliling oosit dan

biasanya tergantikan dengan beberapa butiran minyak. TKG V, merupakan tahap matang akhir atau hydrated

stage. Kuning telur tergabung menjadi satu dan tampak

seperti noda (Gambar 3).

Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa cakalang mengalami matang gonad hampir sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Persentase TKG pada masing-masing kelas panjang juga menunjukkan bahwa TKG IV juga mendominasi jika dihubungkan dengan panjang cagak. TKG IV terdapat padanilai tengah kelas panjang lebih dari 41 cm kecuali pada nilai tengah kelas panjang 62 cm. Selanjutnya, TKG IV juga terdapat secara penuh (100%) pada nilai tengah kelas panjang 65 cm dan 68 cm. Selain itu, TKG I dan TKG II terdapat secara penuh pada nilai tengah kelas panjang 35 cm dan 38 cm (Gambar 5).

Gambar3. Irisan histologi gonad ikan cakalang dari TKG I hingga TKG V dengan perbesaran 100x.uy = unyolked; py = partially

yolked; fy= fully yolked.

Figure 3. Histological section of skipjack tuna gonads from TKG I to TKG V with 100x magnifications. uy = unyolked; py = partially yolked; fy = fully yolked.

(11)

90

Gambar 4. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang.

Figure 4. Percentage of maturity stage for skipjack tuna .

Gambar 5. Tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang berdasarkan kelas panjang.Panjang cagak merupakan nilai tengah dengan interval 3 cm.

Figure 5. Maturity stage for skipjack tuna based on length class. Fork length is mid-length with 3 cm intervals.

Observasi makroskopis terhadap rerata nilai Gonadosomatic index (GSI) cakalang adalah 1,44 (0,71 – 2,56). Sebaran GSI tiap bulan menunjukkan bahwa GSI tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013, sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus 2012. Dari bulan September 2012 hingga Februari 2013 dan bulan April 2013 tidak ada data karena keterbatasan anggaran penelitian

(Gambar 6). Perhitungan panjang pertama kali matang gonad dimulai pada TKG IV dimana ikan dikategorikan sudah matang gonad (Farley & Davis, 1999), dalam Mardijah dan Patria (2012). Berdasarkan perhitungan dengan metode Spearman – Karber (Udupa, 1986), panjang pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia adalah 42,9 cm dengan kisaran antara 41,6 – 44,3 cm (Lampiran 2).

Gambar 6. Sebaran GSI bulanan cakalang di Samudera Hindia dari bulan April 2012 hingga November 2013.

Figure 6. Monthly GSI distributions of skipjack tuna in Indian Ocean from April 2012 to November 2013.

(12)

91 BAHASAN

Cakalang mempunyai sifat pemijahan asynchronous, dimana dalam satu irisan gonad terdapat beberapa ukuran oosit. Keadaan ini seperti yang terjadi pada ikan tuna sirip kuning yang tertangkap di Pelabuhan Benoa – Bali (Andamari et al., 2012; Faizah & Prisantoso, 2010). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matsumoto et al. (1984) yang menyatakan bahwa cakalang melakukan pemijahan sepanjang tahun dan telur dikeluarkan secara bertahap dalam waktu yang panjang (partial spawner) (Effendie, 2002).

Secara umum, tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia sudah dalam kondisi matang gonad (TKG III – V) sebesar66,91%. Persentase terbesar adalah TKG IV sebesar 43,38% diikuti TKG III (21,32%) dan TKG V (2,21%). Sedangkan cakalang yang belum matang gonad sebesar 33,09%, yang terdiri dari TKG I (16,91%) dan TKG II (16,18%). Tingkat kematangan gonad ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain spesies, umur dan ketersediaan hormon, sedangkan faktor eksternal antara lain suhu perairan dan jenis makanan (Effendie, 2002).

Dari analisis GSI dapat diketahui bahwa persentase GSI tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan setelahnya (November) terjadi pemijahan karena menurut Widodo (1986), dalam Mardijah dan Patria (2012), bahwa musim pemijahan terjadi kira-kira satu bulan setelah persentase tertinggi ikan yang matang gonad.Meskipun demikian, hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan penelitian selama satu tahun secara penuh tanpa terputus untuk mengetahui musim pemijahan cakalang di Samudera Hindia. Selain itu, waktu pemijahan ikan cakalang berlangsung dari bulan November hingga Desember yang dipengaruhi adanya perairan hangat (Froese & Pauly, 2011).

Perhitungan ikan pertama kali matang gonad dengan metode Spearman – Karber (Udupa, 1986) diketahui bahwa ukuran pertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia adalah 42,9 cm dengan kisaran antara 41,6 – 44,3 cm. Hasil ini hampir sama dengan ukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia Bagian Barat, tepatnya di perairan Mauritius yaitu 43 cm untuk betina dan 44 cm untuk jantan (Norungee & Kawol, 2011). Indian Ocean Tuna

Commission (IOTC) melaporkan bahwa ukuran panjang

pertama kali matang gonad (L

m) cakalang adalah 38 cm, sedangkan dalam kondisi matang gonad secara penuh pada ukuran panjang 44 cm (Indian Ocean Tuna Commission, 2013).

Hasil dari penelitian ini lebih kecil dariukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap di Teluk Bone, Sulawesi Selatan yaitu 46,5 cm yang dicapai pada umur 6 bulan (Jamal, 2011). Meskipun demikian, hasil dari penelitian ini lebih besar daripadaukuran panjang pertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia Bagian Barat yaitu 37,8 cm (Grande et

al., 2010). Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi karena

dalam spesies yang sama juga terdapat kemungkinan mengalami ukuran panjang pertama kali matang gonad yang berbeda (Udupa, 1986) yang sangat terkait dengan kesesuaian kondisi lingkungannya untuk pemijahannya (Lambert et al., 2003).

KESIMPULAN

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang yang tertangkap didominasi oleh TKG IV sebesar 43% temuan ini menumjukan bahwa peluang pemijahan terjadi sepanjang tahun. Musim pemijahan cakalang di Samudera Hindia diperkirakan berlangsung mulai bulan November. Panjang pertama kali matang gonad (Lm) cakalang adalah 42,9 cm dengan kisaran panjang cagak antara 41,6 – 44,3 cm.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dibiayai dari DIPA Loka Penelitian Perikanan Tuna T.A 2012/2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Retno Andamari, M.Sc. yang telah memberikan bimbingan selama proses analisis histologi. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. Z. 1986. The reproductive biology of tropical cyprinid from zoo lake. Kuala Lumpur, Malaysia. J.

Fish. Biol. 29:381-392.

Alfonso-Dias, I., C. Reis & P. Andrade. 2005. Reproductive aspects of Microchirus azevia (Risso, 1810) (Pisces: Soleidae) from the south coast of Portugal. Scientia

Marina. 69(2): 275-283.

Andamari, R., J.H. Hutapea & B.I. Prisantoso. 2012. Aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares).

J.Ilmu.Tek.Kel.Tropis. 4 (1).89-96.

Collette, B.B. & Nauen, C.E. 1983. FAO species catalogue.Vol. 2. Scombrids of the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos and related species known to date. Food and Agriculture organization of the United Nations (FAO) Fisheries Synopsis number 125, volume 2.

Davis, T., J. Farley, M. Bravington & R. Andamari. 1996. Final Report: Size at first maturity and recruitment into

(13)

92

egg production of southern bluefin tuna. CSIRO Marine Research. 82 pp . (Unpublished).

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.163 pp.

Faizah, R. & B. I. Prisantoso. 2010. Biologi reproduksi tuna mata besar (Thunnus obesus) yang tertangkap di Samudera Hindia. BAWAL Widya Riset Perikanan

Tangkap. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan

Konservasi Sumberdaya Ikan..3(2): 129-137.

Froese, R. and Pauly D. (2011).FishBase: Katsuwonus

pelamis.World Wide Web electronic publication.

www.fishbase.org, version (12/2011).

FAO. 2012. Capture Production 1950-2010. Viewed 21 March 2012, [www.fao.org].

Grande, M., H. Murua, I. Zudaire & M. Korta. 2010. Spawning activity and batch fecundity of skipjack,

Katsuwonus pelamis, in the Western Indian Ocean.

IOTC-2010-WPTT-47: 28 pp. (Unpublished).

Indian Ocean Tuna Commission. 2013. Report of the

Fifteenth Session of the IOTC Working Party on Tropical Tunas. San Sebastian, Spain, 23-28 Oktober

2013. 93 pp.

Jamal, M. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengelolaan

Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone.

Jurnal Natur Indonesia. 14(1): 107-113.

Mardlijah, S. & M.P. Patria. 2012. Biologi reproduksi ikan madidihang (Thunnus albacares Bonnatere 1788) di Teluk Tomini.J.Lit.Perikanan.Ind. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan: 4 (1).27-34.

Matsumoto, W.M., R.A. Skillman & A.E. Dizon. 1984. Synopsis of biological data on skipjack tuna,

Katsuwonus pelamis. NOAA Tech.Rep.NMFS.Circ.

451:1–92.

Norungee, D. & D. Kawol. 2011. Macroscopic study on some aspects of the reproductive biology of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in the Western Indian Ocean.In: Proceeding Working Party on Tropical Tunas of the IOTC 2011.

Schaefer, K.M. 2001. Assessment of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) spawning activity in the eastern Pacific Ocean. Fish.Bull. 99.343-350.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. ICLARM, Metro Manila,

Fishbyte. 4 (2).8-10.

Widodo, J.W. 1986. Dynamics pool models and management of fisheries. Oseana XI.2: 36-47.

(14)

93 Lampiran 1. Kriteria tingkat kematangan gonad

Appendix 1. The criteria of gonad maturity stage

(15)

94

Lampiran 2. Perhitungan ukuran panjang pertama kali matang gonad (Lm) cakalang di Samudera Hindia

Appendix 2. Calculations of length at first maturity (Lm) of skipjack tuna in Indian Ocean

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel gonad ikan cakalang di Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) dan Oeba (8).
Figure 3. Histological section of skipjack tuna gonads from TKG I to TKG V with 100x magnifications
Gambar 4. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan selesainya skripsi yang berjudul “ Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ( Hibiscus sabdariffa L ) Dengan Basis Manitol (Pengaruh Kadar Pengikat PVP

Penelitian dilakukan dengan tujuan menguji kemampuan dua isolat Trichoderma asperellum (ARBT-1 dan ART-4) menekan perkembangan penyakit hawar daun tersebut.. Pengamatan jaringan

(2014) mengidentifikasi sejumlah Trichoderma asperellum endofit dari buah di pertanaman kakao di Sulawesi dan dua isolat di antaranya telah diujicobakan pada penyakit hawar

Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian (Djumadi &amp; Annisa, 2013), bahwa pembelajaran TPS lebih baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Walaupun ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan, namun kualitas air dalam wadah budidaya harus tetap

Aplikasi Pengontrol Robot Mobil Berbasis Android Menggunakan Suara merupakan aplikasi yang dibuat untuk dapat mengontrol pergerakan robot mobil secara dinamis dan

Dari pembahasan di atas teorema Pythagoras yang diperoleh pada bidang Taxicab bergantung kepada posisi segitiga siku-siku pada bidang koordinat serta menggunakan kemiringan dan

Pada tahun 2017, kami juga meluncurkan UOB Smart Risk, yang merupakan layanan wealth management and investment untuk membantu nasabah Privilege Banking dalam meraih tujuan