• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP MELALUI PERBAIKAN SELEKTIVITAS MATA JARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBAIKAN TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP MELALUI PERBAIKAN SELEKTIVITAS MATA JARING"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 47 Januari-Maret. Vol II (1)

Dimuat dalam Bulletin Penelitian LP2M Universitas Hasanuddin, Vol.II.No.1-Maret

2011. ISSN 0215-174X

PERBAIKAN TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN

ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP MELALUI

PERBAIKAN SELEKTIVITAS MATA JARING

Sudirman, Abdul Rahim Hade, Sapruddin

Dosen Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin, Makassar

Abstrak

Penelitian ini telah dilakukan mulai bulan Maret – Agustus 2010, di perairan Makassar. Penelitian dimulai dari desain cover net, ujicoba penangkapan dan pengambilan data lapangan yang dilakukan tiga kali seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan selektivitas bagan tancap, hanya ada 3 jenis yang dapat lolos pada mata jaring(covernet) yaitu ikan teri Stolephorus sp, udang Acetes sp dan ikan peseng Rabdania sp. Selektifitas bagan tancap sangat buruk. Hal ini ditunjukkan dengan sempitnya batas ukuran antara yang tertahan dengan yang lolos. Dari ketiga jenis spesies yang lolos, hanya ikan teri yang dapat di kalkulasi selektifitasnya dan menunjukkan bahwa pada ukuran 2,1 cm ikan teri masih dapat lolos pada mata jaring, sedangkan udang masih lolos pada ukuran 1,9 cm dan ikan peseng lolos pada ukuran 2 cm.

Kata kunci ; Bagan tancap, Selat Makassar, Selektivitas mata jaring

Abstract

Lift net (Bagan tancap) is a fishing gear has been operating in the coastal area to catch wide variety of small pelagic fish. The mesh size selectivity of the bagan tancap is the one problem in relation to the environmentally friendly fishing technology. This research was conducted from March – August 2010, with the main propose is to evaluated selectivity performance the bagan tancap in Makassar Waters. Result of this research indicated that there are 3 species escaped of the net of the bagan tancap such as anchovies, rabdania and shrimp. Base on selectivity performance the bagan tancap indicated that selectivity of bagan is worse. Daily catch composition during this research are primary catch consist of 75 %, by-catch consist of 22 % and discard catch around 3 %. Species composistionconsist of sardin (Sardinella) with the total catch 53.3 kg (9,55 %), jack (Atule sp) : 43.7 kg (7.8%), Sphyraena : 42.6 kg (7.6 %), squids (loligo sp) : 40.6 kg (7,2 %), anchovies (Stolephorus sp) 33.8 kg (6.05 %), pony fish (Leiognathus spp) 33,3 kg (5,9 %) . This research was succesful to evaluated the selectivity ferformance of the bagan tancap. Due to improving the environmentally friendly technology of bagan tancap is neccessary to conducted the experimental fishing with disffences mesh size of the net of the bagan as well as 1 cm.

Keywoods : Fixed liftnet, Makassar Strait and Selectivity PENDAHULUAN

Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap tersebut sudah dikenal di seluruh Indonesia. Bagan dalam per-kembangannya telah banyak mengalami

perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah pe-nangkapannya. Berdasarkan cara peng-operasiannya, bagan dikelompokan ke-dalam jaring angkat (liftnet), namun karena

menggunakan cahaya lampu untuk

mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani dan Barus, 1989).

(2)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 48 Januari-Maret. Vol II (1)

Penelitian mengenai aspek pen-cahayaan dan tingkah laku ikan pada bagan telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Baskoro (1999), Nadir dkk (2001), Sudirman dkk (2001;2003). Sedangkan penelitian tentang sektivitas bagan tancap belum ada.

Penelitian mengenai selektivitas pada alat penangkapan ikan secara umum masih sangat kurang dilakukan oleh para ahli. Penelitian mengenai selektivitas telah dilakukan hanya pada beberapa alat penangkapan ikan seperti gill net (Kawamura, (1972); Gobert, (1992); Monintja dan Sondita, (1997); Suhar-yanto (1998), tramel net (Purbayanto, (1999); Purbayanto dan Sondita, (2000); pukat pantai (Sondita dkk, 2002); bagan rambo (Sudirman dkk, 2004). Penelitian mengenai selektivitas bagan tancap masih sangat langka bahkan publikasi mengenai selektivitasnya tidak ada sama sekali. Namun dengan adanya permasalahan sumberdaya maupun lingkungan yang sedang dihadapi pada saat ini, telah menjadi dasar bahwa pengembangan suatu alat dan metode penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan dengan menitik beratkan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan perlu dilakukan (Purbayanto dan Baskoro, 1999).

Perhatian internasional mengenai selektivitas dan kematian ikan setelah lolos dari alat tangkap menjadi fokus perhatian para ahli penangkapan ikan khususnya setelah dihasilkannya Inter-national Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO, 1995) Namun sampai saat ini penelitian mengenai selektivitas untuk tujuan kelestarian sumberdaya ikan masih lebih banyak terfokus pada alat tangkap trawl.

Salah satu masalah yang timbul dalam pemanfaatan alat tangkap bagan tancap adalah penggunaan waring dengan mesh size yang sangat kecil yaitu 0,5 cm, sehingga alat tangkap ini menangkap ikan dalam berbagai jenis dan ukuran, sehingga dari sudut konservasi hal ini dapat menimbulkan permasalahan lingkungan karena dinilai kurang selektif. Oleh sebab itu penelitian selektivitas bagan tancap perlu dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk;(1) mengetahui apakah terjadi seleksi mekanik (mechanical selection) pada alat tangkap bagan

tancap; (2). Jika terjadi seleksi, jenis ikan apa yang terseleksi;(3). Bagaimana performance selektivitasnya dan pada ukuran berapa ikan tersebut lolos dan tertahan (tertangkap); (4). Mengamati ukuran ikan yang dominan tertangkap yang dikaitkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG); (5). Mengamati jumlah bycatch dan discard catch.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kecamatan Biringkanaya kota Makassar Penelitian tahap pertama dilaksanakan kurang lebih tujuh bulan, dari Bulan Maret sampai September 2010. Penelitian dimulai dari rancangan jaring yang akan dipasang untuk menahan ikan yang lolos (cover net), pemasangan alat, pengambil-an data serta pengolahan dan analisis data.

Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat tangkap bagan tancap ukuran 9 x 9 m, bahan jaring mesh size 0,5 cm dan 0,1 cm, tiga buah lampu petromaks, namun sumbercahayanya berasal dari sebuah genset. Satu buah perahu lengkap dengan mesin peng-geraknya. Bahan-bahan lain yang diguna-kan adalah GPS, mistar, echosounder, dan idiguna-kan hasil tangkapan nelayan bagan.

Analisis Selektivitas

Untuk mengamati selektivitas alat tangkap bagan tancap dilakukan dengan melapisi jaring dengan ukuran mata jaring yang lebih kecil (cover net). Untuk menghitung selektivitas ikan yang ter-tangkap pada bagan tancap maka jaring bagan dilapisi dengan jaring (cover net) yang mesh sizenya lebih kecil yaitu 0,1 cm. Jaring tersebut dipasang pada bagian yang berfungsi sebagai kantong seluas setengah dari jaring yang digunakan olen nelayan bagan (8 m2 ). Covernet dipasang seluas 2,25 x 2,25 mtepat di bawah titik berkumpulnya ikan pada saat ikan ditarik ke atas. Ukuran seluruh jaring yang dipasang adalah 9,25 m.

Cara menghitung jumlah ke-seluruhan ikan yang lolos pada jaring covernet yaitu

(3)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 49 Januari-Maret. Vol II (1)

menghitung jumlah ikan yang tertangkap pada bagan tancap, baik yang tertahan pada jaring utama maupun yang lolos pada jaring covernet, selanjutnya melakukan penambahan 20 % pada masing- masing ikan yang tertangkap baik yang lolos maupun yang tertahan. Asumsi bahwa sekitar 20 % ikan yang lolos namun tidak masuk ke dalam titik tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap.

Untuk perhitungan selektivitas maka pengambilan sampel dilakukan sebanyak 19 kali hauling. Ikan-ikan yang tertangkap pada cover net dengan jaring yang dipasang tersebut selanjutnya diidenti-fikasi dan diukur panjangnya. Formula yang digunakan untuk menghitung selektivitas bagan tancap adalah sebagai berikut (Paloheime and Cadima, (1964); Kimura, (1977); and Hoydal et al. (1982) yang diacu oleh Sparre and Venema, 1999):

SL= ……… (1) dimana;

SL = JIK/ JIKP;

JIK = jumlah ikan dengan panjang L dalam kantong; JIKP = jumlah ikan dan larva dengan panjang L dalam kantong dan penutup; S1 dan S2 = konstanta; dan

L = interval titik tengah panjang.

L25%, L50% dan L75% dapat dihitung dengan

formula sebagai berikut:

L25%= 2 1 3 S Ln S − ..………(2) L50% = 2 1 S S ……… (3) L75%= 2 1 3 S Ln S + …… (4)

S1 dan S2 dapat diperoleh dari L 75% dan L50%

dengan menggunakan formula sebagai beikut:

S1= L50% * ……… (5)

S2=S1/L50% …..

.…

(6)

Selection faktor (SF) = L50% / m …… .(7)

Dimana m adalah ukuran mata jaring. Untuk membandingkan model kurva selektivitas maka digunakan pula formula yang dikemukakan oleh Tokai ( 1999) sebagai berikut:

S(l) = 1/(1+exp (αl + ß)…… (8)

Parameter α dan ß dihitung dengan Maximum Likelihood Methods, menggunakan SOLVER pada program paket MS-EXCEL. Maximum Likelihood Method ditunjukkan pada formula berikut: ln L (α + ß) =

= k k nk NkC 1 ln +

n ln p k (lk) +

(Nk-nk) ln

[

1− p(lk)

]

..….. (9) dimana:

N = jumlah ikan yang tertahan secara keseluruhan;

n = jumlah ikan yang tertahan pada cover net;

L = ukuran panjang ikan; k = kelas panjang; dan

α dan ß = konstanta. L50%= - α/ ß ………. (10) Selection Span (SP) = -2 Ln (3)/α ... (11) α = -2ln (3) SP...…… (12) ß = -2 L50% ln(3)/SP..… (13)

Analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Bycacth dan Discard

Analisis tingkat kematangan gonad ikan akan dilakukan pada spesies-spesies yang dominan tertangkap. Tingkat kematangan gonad ikan hasil tangkapan digambarkan berdasarkan jenis ikan masing-masing misalnya ikan teri Hutomo dkk. (1987), jenis ikan lainnya oleh Efendie (1997). Ikan-ikan yang telah diketahui ukuran pertama kali memijah hanya dibandingkan dengan ukuran ikan yang

(4)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 50 Januari-Maret. Vol II (1)

tertangkap pada bagan. Selanjutkan dianalisis persentasi ikan yang telah melakukan pemijahan. Ikan-ikan yang telah diketahui kapan matang gonad dan kapan memijah digunakan pedoman yang digunakan oleh Sudirman dkk (2006)

Tingkat by-catch dan discard dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Akiyama (1997) yaitu:

Bycatch Rate ….(14) Discard Rate % 100 x angkapan T Total Discard ∑ = …(15)

Komposisi Jenis Tangkapan Harian

Untuk mengetahui komposisi jenis tangkapan pada alat tangkap bagan tancap, di gunakan persamaan :

Jumlah Hasil Tangkapan (kg) Spesies ke-i

Komposisi Jenis : X 100%...(16) Total Hasil Tangkapan (TNG)

Tangkapan harian

Untuk mencari total tangkapan harian pada alat tangkap bagan tancap, digunakan persamaan :

Total tangkapan (kg) Tangkapan harian : trip

Sedangkan untuk mengetahui variasi tangkapan berdasarkan waktu hauling dilakukan penggolongan berdasarka jenis hauling sesuai dengan waktunya, selanjutnya dibuat grafik perbandingan variasi hasil tangkapan berdasarkan waktu hauling. Untuk mengamati komposisi jenis hasil tangkapan setiap waktu hauling, dan dilakukan identifikasi dan pengukuran selanjutnya dilakukan sampling untuk mengukur panjang total dari ikan hasil tangkapan. Teknik sampling dilakukan

berdasarkan stratified random sampling. Jika hasil tangkapan tidak terlalu banyak maka pengukuran akan dilakukan terhadap seluruh hasil tangkapan.

Tangkapan Utama (Primary catch)

Untuk mengetahui berapa persen (%), tingkat main catch rate pada alat tangkap bagan tancap, di gunakan rumus :

ΣMc

ΣTNG

dimana :

MR = Jumlah tangkapan utama ΣMc = Total tangkapan utama

ΣTNG = Total Tangkapan.

Hasil dan Pembahasan

Ada dua jenis tipe bagan yang ada di Indonesia, yang pertama adalah bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan

dengan kedalaman 5-10 m. Jenis yang kedua adalah bagan apung yaitu bagan yang dapat berpindah dari satu daerah penangkapan ke MR= X 100 %

(5)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 51 Januari-Maret. Vol II (1)

daerah penangkapan lainnya (Baskoro, 1999). Selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi bagan dengan satu perahu, bagan

dua perahu, bagan rakit, dan bagan dengan menggunakan mesin.

Pada tahun 1998 jumlah bagan tancap di Indonesia sebanyak 11.909 buah dan bagan apung sebanyak 12.081 buah dengan total produksi sebesar 8% dari total produksi perikanan Indonesia (Departemen Kelautan dan

Perikanan, 2000). Berdasarkan data statistik, perkembangan produksi bagan apung dan bagan tancap di Indonesia dari tahun 1997 - 2007 seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Data tesebut menunjukkan bahwa bagan apung memberi kontribusi lebih 200 ribu ton ikan per tahun sedangkan bagan tancap berkontribusi sebanyak 100 ribu ton per tahun atau sekitar 7% dari total produksi perikanan laut.

Gambar 1. Perkembangan produksi bagan di Indonesia (Sumber: DKP-JICA 2009)

Perairan Sulawesi Selatan merupakan salah satu fishing gorund bagan tancap di Indonesia. Jika dibandingkan produksi perikanan bagan tancap secara nasional dan produksi perikanan bagan

tancap Sulawesi Selatan (Gambar 2) menunjukkan bahwa Sulawesi Selatan berkontribusi 11% dari total hasil tangkapan bagan secara nasional.

Gambar 2. Perbandingan jumlah tangkapan bagan tancap secara nasional dan produksi perikanan bagan tancap Sulawesi Selatan (Diolah dari data DKP Pusat dan DKP Sulsel (Sumber:Diolah dari data DKP-JICA 2009 dan DKP Sulsel 2009).

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P ro d u k s i (T o n )

Bagan apung Bagan Tancap

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun J u m la h T a n g k a p a n ( T o n ) Nasional Sulsel

(6)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 52 Januari-Maret. Vol II (1)

Namun demikian jumlah bagan, baik tancap maupun apung di Sulawesi Selatan

menunjukkan penurunan jumlah unit alat tangkap (Gambar 3). Hal ini seiring dengan menurunnya jumlah tangkapan (Gambar 4)

Gambar 3. Perkembangan jumlah unit bagan di Sulawesi Selatan (Sumber: DKP Sulsel 2009).

Gambar 4. Produksi bagan tancap (Kg) di Sulawesi Selatan (Sumber DKP, Sulsel, 2009).

Bagan (CPUE), (Gambar 5). Hal ini diduga karena menurunnya stok sumberdaya ikan di daerah pantai. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa banyak alat tangkap bagan perahu berpindah fishing ground ke

daerah-daerah yang under exploited untuk melakukan penangkapan. Beberapa nelayan yang beroperasi wilayah perairan Barrun telah berpindah ke perairan Sulawesi tengah untuk melakukan penangkapan ikan.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun J u m la h U n it

Bagan Tancap Bagan apung

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(7)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 53 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 5. Catch Per Unit of Effort (CPUE) dari bagan tancap di Sulawesi Selatan (Sumber: Diolah dari data DKP Sulsel 2009).

Selektifitas Bagan Tancap Selektifitas Ukuran

Suatu alat tangkap dikatakan mempunyai selektifitas tinggi jika dalam pengoperasiannya hanya menangkap target spesies dengan ukuran tertentu. Selektifitas alat tangkap dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu terhadap ukuran dan terhadap spesies. Selektifitas ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan dari alat tangkap atau peluang tertangkapnya bervariasi, sesuai dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan, bagian yang terjerat dan ukuran mata jaring.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 jenis hasil tangkapan bagan tancap, hanya ada tiga jenis ikan yang lolos pada Covernet yaitu Ikan teri Stolephorus sp, udang rebon Acetes sp dan ikan peseng Rabdania sp. Jumlah ikan peseng yang lolos pada bagan tancap selama penelitian sebanyak 201 ekor dan yang tertahan sebanyak 569 ekor. Ikan peseng yang lolos sebanyak 26 % dari total ikan yang tertangkap (Gambar 6)

0 2 4 6 8 10 12 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun H a s il T a n g k a p a n ( T o n )

(8)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 54 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 6. Perbandingan Jumlah Ikan peseng ( Rabdania sp) yang lolos dan yang tertahan pada bagan tancap

Sedangkan udang yang lolos sebanyak 695 ekor dan yang tertahan sebanyak 3721 ekor. Ikan teri yang lolos sebanyak 788 ekor dan yang tertahan sebanyak 4137 ekor. Jumlah udang dan

ikan teri yang lolos sebanyak 16% dari total yang tertangkap pada bagan tancap. (Gambar 7 dan 8).

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Udang rebon ( Acetes sp) yang lolos dan yang tertahan pada bagan tancap

(9)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 55 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 8. Perbandingan Jumlah Ikan teri ( Stolephorus sp) yang lolos dan yang tertahan pada bagan tancap

Ukuran yang lolos pada jaring berkisar pada ukuran 2 atau 2,1 cm. Dari ketiga jenis tersebut, Ikan teri memilki jumlah yang paling banyak. Bila dibandingkan dengan ikan teri, jumlah udang dan ikan peseng yang lolos jauh lebih sedikit. Batas ukuran udang yang lolos

pada mata jaring yaitu 2,0 cm. Sedangkan ikan peseng yang lolos pada mata jaring memiliki batas ukuran 2,1 cm. Gambar 21 – 23 memberikan gambaran hubungan antara jumlah ikan dan udang yang tertahan dan yang lolos pada mata jaring berdasarkan ukuran.

Gambar 9. Distribusi panjang udang rebon (acetes sp) yang lolos (escaped) dan tertahan ( retained) pada bagan tancap selama penelitian.

(10)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 56 Januari-Maret. Vol II (1)

Dari hasil analisis selektifitas bagan tancap selama penelitian, dari keseluruhan hasil tangkapan yang lolos pada mata jaring, dapat dikemukakan bahwa hanya ikan teri dengan ukuran panjang, total kurang 2,5 cm yang dapat

lolos melalui jaring. Hasil tangkapan bagan tancap selama penelitian seperti ikan tembang, cumi-cumi, biji nangka, tidak ditemukan lolos pada mata jarring (Covernet).

Gambar 10. Distribusi panjang ikan peseng Rabdania sp yang lolos (escaped) dan tertahan (retained) pada bagan tancap selama penelitian

Gambar 11. Distribusi panjang ikan teri Stolephorus sp yang lolos (escaped) dan tertahan (retained) pada bagan tancap selama penelitian

Hasil analisis dengan meng-gunakan maximum likehood method, maka akan diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12. Dari kurva selektifitas tersebut menunjukkan pada ukuran 2 cm ke atas akan tertahan seluruhnya, sedangkan ukuran ikan di bawah 2 cm sebagian besar lolos pada ukuran

jaring yang lebih kecil dan sebagian kecilnya tertahan. Hal ini menujunjukkan buruknya selektivitas alat tangkap bagan tancap yang beroperasi diperairan Makassar. Hal ini dapat membahayakan kelestarian sumberdaya perikanan, khususnya sumberdaya peri-kanan pelagis kecil.

(11)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 57 Januari-Maret. Vol II (1)

Dalam rangka mencari jalan keluar atas masalah tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya agar, tekanan sumberdaya perikanan pelagis dapat dikurangi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki selektivitas mata jaring. Kondisi mata jaring yang digunakan oleh nelayan saat ini dinilai sangat kecil, sehingga hampir semua ukuran

ikan dapat tertangkap. Upaya ini dilakukan dengan mencoba mata jaring yang lebih besar, misalnya dengan menggunakan mesh size 1 cm. Hal ini perlu dilakukan mengingat perikanan bagan merupakan perikanan rakyat yang banyak diminati oleh masyarakat di wilayah pesisir dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai.

Gambar 12. Model observasi selektifitas bagan tancap terhadap ikan teri dengan menggunakan Maximum likehood Method.

Selektifitas Jenis ( Spesies)

Dari 27 jenis ikan yang tertangkap pada bagan tancap, hanya ada tiga jenis yang dapat lolos dari waring dan dapat ditahan oleh waring dengan ukuran mata jarring yang lebih kecil. Ikan yang lolos pada jaring yang lebih kecil dapat dilihat pada Gambar 14-16. Jenis

ikan yang lolos hanya ikan teri, udang dan ikan peseng. Dengan kata lain dari sudut selektifitas, bagan tancap termasuk alat tangkap yang tidak selektif . Semua jenis ikan yang berada pada catchable area akan tertangkap tertangkap oleh alat ini kecuali pada ukuran dari tiga spesies yang dapat ditahan oleh waring.

Gambar 13. Udang Acetes sp yang

lolos pada jaring Gambar 14. Ikan teri stolephorus sp yang lolos pada jaring

(12)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 58 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 15. Ikan peseng Rabdania sp yang lolos pada jaring

Walaupun bagan tancap tidak selektif terhadap jenis, tetapi bagan tancap selektif terhadap ukuran ikan teri, udang dan peseng. Hal ini perlu dikaji secara mendalam bagaimana model pengelolaan bagan tancap sehingga secara biologis tidak mengganggu kelestarian sumberdaya perikanan.

Ukuran ikan yang dominan tertangkap pada bagan kaitannya dengan keramahan

lingkungan

Komposisi Ukuran Ikan yang Paling Banyak Tertangkap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama bulan April–Juli 2010 di Perairan Makassar akassar diperoleh hasil bahwa ukuran sampel ikan yang paling banyak tertangkap dengan alat tangkap Bagan Tancap sangat bervariasi untuk masing–masing spesies. Panjang total untuk spesies Sardinella fimbriata adalah 29 mm–156 mm, Stolerphorus insularis 22 mm–68 mm, Leiognathus bindus 31 mm– 107 mm, Rhabdamia Cypselurus 88 mm-96 mm, dan Parupeneus hepthacantus 51 mm-127 mm. Komposisi ukuran jenis ikan yang paling banyak tertangkap pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 16-17.

N = 2289 Sudah Memijah

(13)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 59 Januari-Maret. Vol II (1)

Gabar 16. Komposisi Ukuran Sardinella fimbriata yang tertangkap pada Bagan Tancap

Gambar 17. Persentase Ukuran Sardinella fimbriata yang tertangkap pada Bagan Tancap

Berdasarkan Gambar 16-17, terlihat bahwa ukuran hasil tangkapan ikan Sardinella sp yang paling banyak diperoleh selama penelitian adalah pada tengah kelas 52,5 mm dengan jumlah ikan sebanyak 428 ekor (18,70%). Sedangkan ukuran yang paling sedikit tertangkap adalah pada tengah kelas 148,5 mm dengan jumlah ikan 75 ekor (3,28%). Ikan yang belum memijah berada pada ukuran tengah kelas 36,5 mm–116,5 mm (91,84%). Sedangkan ikan yang sudah memijah berada

pada ukuran tengah kelas 132,5 mm–148,5 mm (8,17%). Hal ini menunjukkan bahwa dari sudut ukuran ikan tembang yang tertangkap, bagan tancap tidak ramah terhadap lingkungan terhadap ikan tembang.

Hal ini disebabkan karena 91% ikan tembang yang tertangkap adalah ikan-ikan ukuran kecil yang belum pernah melakukan pemijahan. Pada ikan jenis Stolerphorus sp ukuran yang tertangkap lebih kecil, seperti disajikan pada Gambar 18.

(14)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 60 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 18. Komposisi Ukuran Ikan Stolerphorus insularis yang tertangkap pada bagan tancap

Berdasarkan Gambar 18, terlihat bahwa ukuran hasil tangkapan ikan Stolephorus sp yang paling banyak diperoleh selama penelitian adalah pada ukuran 33.5 mm dengan jumlah ikan sebanyak 460 ekor (23,15%). Sedangkan ukuran ikan yang paling sedikit tertangkap adalah pada ukuran 73 mm dengan jumlah ikan sebanyak 74 ekor (3,72%).

Tangkapan Harian Pada Alat Tangkap Bagan Tancap, jumlah bycatch dan dicard

Jumlah hasil tangkapan harian selama

penelitian (30 trip) ditunjukkan pada Gambar 40. Jumlah tangkapan terbesar berada pada trip ke-25 yaitu sekitar 32,7 kg dan terendah pada

trip ke-6 yaitu 5,59 kg dan terlihat jelas variasi jumlah tangkapan harian selama 30 trip. Perbandingan jumlah bycatch dan discard setiap trip bervariasi.

Perbandingan Hasil Tangkapan Harian (Main Catch, By Catch, Dan Discard Catch)

Hasil tangkapan harian pada bagan tancap terdiri dari tiga macam yaitu tangkapan utama catch), tangkapan sampingan (by catch), dan tangkapan buangan (discard catch). Berikut adalah histogram perbandingan hasil tangkapan (main catch, by catch, dan discard catch) selama penelitian (30 trip) disajikan pada Gambar 20.

Sudah Memijah

Belum Memijah

(15)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 61 Januari-Maret. Vol II (1)

Gambar 19. Komposisi Jumlah Hasil Tangkapan harian (Main catch, by-catch dan discard catch)

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan ( Main catch sebesar : 75 %, By-catch sebesar : 22 % dan Discard catch : sebesar 3 %) dari total jumlah tangkapan (561,99 kg).

Adapun selama penelitian jenis tangkapan yang dominan yaitu :Tembang (Sardinella) : 53,3 kg (9,55 %); Kwe (Atule mate) : 43,7 kg (7,8%)Alu-alu (sphyraena genie) : 42,6 kg (7,6 %), Cumi-cumi (loligo sp) : 40,6 kg (7,2 %) Selebihnya adalah jenis-jenis lain yang terbagi kedalam 23 spesies. Jenis-jenis tersebut antara lain teri, peperek, bijinangka, peseng dan lain-lain. Sedangkan untuk

by-catch, jenis ikan yang dominan adalah ikan peperek (Leiognathus spp) yaitu 33,3 kg atau ±5,9 %, Ikan talang-talang (Chorinemus Tala) yaitu 30,4 kg atau 5,4 % dan ikan Bangkok (Thryssa Setirostris) yaitu, 24 kg atau 4,3 %. Sedangkan yang menjadi discard catch adalah jaket (triacanthus nieuhofi bleeker) 5,58 kg atau 1,05 %, buntal (lagocephalus Inemis) 6,16 kg atau 1,10 % dll.

Adapun jenis dan ukuran tangkapan sampingan dan tangkapan buangan yang tertankap pada bagan tancap ditunjukkan pada Tabel 1.

(16)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 62 Januari-Maret. Vol II (1)

Tabel 1. Jenis dan ukuran tangkapan sampingan dan tangkapan buangan yang tertankap pada bagan tancap No Nama Indonesia Nama Latin Kisaran Ukuran 1 Beseng-beseng (Rhabdamia Cypselurus) 2 - 4,5 cm

2 Bangkok (Thryssa Setirostris) 3 – 9,5 cm

3 Balombong (Atherinomorus Ogilbyi) 4 – 7,2 cm

4 Paperek (Leiognathus spp) 3 – 6 cm

5 Talang-talang (Chorinemus Tala) 7 - 9,5 cm

6 Buntal kuning (lagocephalus Inemis) 4 - 6,5 cm

7 Buntal duri (arothron mappa) 20 -36 cm

8 Ikan jaket (Triacanthus nieuhofi bleeker) 4 - 7,2 cm 9 Ikan lepu (Paracentropogon vespa ogilby) 3 - 5,6 cm

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan (By-catch, dan discard catch) pada alat tangkap bagan tancap yang tergolong tinggi yaitu by catch: 22 % dan discard catch 3 %, Hal ini tidak memenuhi salah satu kriteria alat tangkap ramah lingkungan.

Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Harian (Main Catch, By Catch, Dan Discard Catch)

Ikan yang menjadi target pada alat tangkap bagan tancap pada umumnya merupakan ikan pelagis yaitu ikan yang berada di permukaan, tetapi ada juga ikan-ikan domersal yang ikut tertangkap, ini dikarenakan ikan tersebut ikut tertarik oleh cahaya yang dipancarkan lampu bagan. Gambar 21 memberikan histogram jenis-jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap bagan tancap :

Gambar 21. Histogram jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah ikan yang tertangkap pada bagan tancap sangat bervariasi, adapun jenis yang tertangkap yaitu: Tembang (Sardinella) : 53,3 kg (9,55 %), Ekor kuning (Atule Mate) : 43,7 kg (7,8%), Alu-alu (Sphyraena Genie) : 42,6 kg (7,6 %), Cumi-cumi (loligo sp) : 40,6

kg (7,2 %), ikan teri (Stolephorus sp) 33,8 kg (6,05 %), ikan paperek (Leiognathus spp) 33,3 kg (5,9 %), kepiting 33,1 kg (5,9 %), Ikan talang-talang (Chorinemus tala) 30,4 kg (5,4 %), ikan cendro (Tylosurus crocodiles) 27,8 kg (4,9 %), ikan belanak (Valamugil sp) 24,2 kg (4,3 %), ikan Bangkok (Thryssa Setirostris) 24 kg (4,3 %), julung-julung (Hemirhampus Far) 22,7 kg (4,06 %), beseng-beseng (Rhabdamia

(17)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 63 Januari-Maret. Vol II (1)

Cypselurus), ikan lingkis (Siganus Canaliculatus) 20,2 kg (3,6 %), ikan kwee (Carangoides Chrysophyrs) 16,6 kg (2,9 %), bambangan (Lutjanus Sanguineus) 16,4 kg (2,9 %), barakuda (Sphyraena barracuda) 12,9 kg (2,3 %), udang 11,9 kg (2,13 %), parang-parang (Chirocentrus) 11,3 kg (2,02 %), balombong (Atherinomorus Ogilbyi) 11,1 kg (1,9 %), ikan tengiri (Scomberomorus Commerson) 9,6 kg (1,7 %), ikan buntal 6,16 kg (1,1 %), ikan jaket (triacanthus nieuhofi bleeker) 5,8 kg (1,07 %), ubur-ubur 3,16 (0,5 %),ikan singa (Paracentropogon Vespa Ogilby) 2,23 kg (0,4 %).

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pengamatan selektivitas bagan tancap menunjukkan bahwa terjadi seleksi. Terdapat 3 jenis yang dapat lolos pada mata jaring(covernet) yaitu ikan teri Stolephorus sp, udang Acetes sp dan ikan peseng Rabdania sp.

2. Performance Selektifitas bagan tancap sangat buruk, baik dilihat dari ukuran maupun jenis ikan yang tertangkap. Hal ini ditunjukkan dengan sempitnya batas ukuran antara yang tertahan dengan yang lolos. Dari ketiga jenis spesies yang lolos, hanya ikan teri yang dapat di kalkulasi selektifitasnya dan menunjukkan bahwa pada ukuran 2,1 cm ikan teri masih dapat lolos pada mata jaring, sedangkan udang masih lolos pada ukuran 1,9 cm dan ikan peseng lolos pada ukuran 2 cm.

3. Komposisi jumlah hasil tangkapan harian alat tangkap bagan tancap selama penelitian yaitu : (primary catch sebesar : 75 %, By-catch sebesar : 22 % dan Discard By-catch : sebesar 3 %). Hal ini menunjukkan bahwa bagan tancap kurang ramah terhadap lingkungan

Berdasarkan komposisi jenis ikan yang tertangkap, yang paling banyak atau dominan tertangkap selama penelitian adalah ikan tembang (Sardinella) dengan total tangkapan 53,3 kg (9,55 %), ikan kwee (Atule Mate) : 43,7 kg (7,8%), Alu-alu (Sphyraena Genie) : 42,6 kg (7,6 %), Cumi-cumi (loligo sp) : 40,6 kg (7,2 %), ikan teri (Stolephorus Commersoni 33,8

kg (6,05 %), ikan paperek (Leiognathus spp) 33,3 kg (5,9 %) .

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, S. 1997.Discard Catch of Set net Fisheries in Tateyama Bay.Journal of Tokyo University of Fisheries (In Javanese). Vol.8.no.2.pp53-64.

Arimoto, T, 2000. Research and Education System of Fishing Technology in Japan. TUF-JSPS International Project. Vol. 8. March 2000. Proceeding the 3 rd JSPS International Seminar on Fisheries sciences in Tropical Area Sustainable Fishing Technology in Asia Towards the 21 st Century. Tokyo University of Fisheries. p 32-37. Ayodhyoa, A. U., 1981. Metode Penangkapan Ikan .

Yayasan Dewi Sri. Bogor. 90 hal.

Baskoro, M. S., 1999. Capture Process of The Floated Bamboo-Platform Liftnet With Light Attraction (Bagan). Graduate School of Fisheries, Tokyo University of Fisheries . Doctoral Course of Marine Sciences and Technology. p 149

Departemen Kelautan dan Perikanan, 2000. Statistik Perikanan Indonesia (Fisheries statistics of Indonesia) 1998. No.28. Jakarta. Gobert, B., 1992. Impact of the use of trammel nets on a tropical reef resources. Fish. Res., 13: 353-367.

Hutomo, M., Burhanuddin, A. Djamali dan S. Martosewojo. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi-LIPI. Jakarta. 80 hal.

Effendie, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yaya-san Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

163 hal.

FAO, 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome, Italia.

Kawamura, G., 1972. Gill net mesh Selectivity curve developed from length- Girth relationship. Bull. JSSF 30(10):1119-1127.

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

Monintja, D.R. 1996. Teknologi Tepat GunDalam Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut: Menyambut Era Pasar Global. Makalah dalam Seminar Sehari Teknologi Lingkungan dan Pengembangan Bisnis Masa Depan. Diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 13 hal. (Unpublish) Monintja, D.R.and M.F.A Sondita. 1997. Study on The

Selectivity and by-Catch of Trammelnet in Pelabuhan Ratu Waters, West Java. Proceedings of Round Table Meeting of Fisheries Risearch and development Activities Toword Responsible

(18)

Sudirman, Abd Rahim Hade, dan Sapruddin Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap….

ISSN 0215-174X 64 Januari-Maret. Vol II (1)

Fishing. Case studies in Asian Pasific Fisheries. Japan Society of Fisheries Sciences, 40:20-39. Monintja, D. R. dan Yusfiandani, 2001. Prosiding

Pelatihan untuk Pelatih engelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 45-57. Nadir, M. M. F. A. Sondita and I. Jaya, 2001. Catch

Comparison of Floating Platform Lift-Net (Bagan) According to Light Illumination and Lunar Phases of Barru Regency, South Sulawesi. . Proceeding of the JSPS International Symposium Fisheries Sciences in Tropical Area; Bogor- Indonesia Augt, 21-25, 2000 .Sustainable Fisheries in Asia in The New Millennium. Published by TUF International JSPS Project Vol.10. p 187-190. Nikijuluw, V. P. H.2002. Rezim Pengelolaan

Sumberdaya Perikanan. Penerbit P.T. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 254.hal.

Purbayanto, A.1999. Behavioral Studies For Improving Survival of Fish in Mesh Selectivity of Sweepin Trammel Ne. Graduate School of Fisheries, Tokyo University of Fisheries. 217p.

Purbayanto,A., dan M.S.Baskoro., 1999. Tinjauan Singkat Tentang PengembanganTeknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan. Mini Review on the Developmentof Envi-ronmental Friendly Fishing Technology. Graduate Student at Tokyo University of Fisheries. Dept. of Marine Science and Technology, Tokyo. 5 hal.

Purbayanto, A dan M.F.A Sondita. 2000. Perbaikan Selektivitas Jaring Tramel dan Survival Ikan Target Muda dan Hasil Tangkap Sampingan Sebagai Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut. Bulletin PSP Vol IX No.2; 1-16.

Sondita, M.F.A.,Marjudo dan Monintja,D.R. 2002. Selektivitas Pukat Pantai Jenis Panambe di Pesisir Teluk Palu, Donggala Sulawesi Te-ngah. Bulletin PSP, Volume XI no.2.

Sparre, P., and S.C. Venema, 1998. Introduction to Tropical Fish Stock Assesment Part 1.Manual FAO Fish. Tech. Pap. 306/1, Rev.2. FAO, Rome. P 185-214.

Subani,W., dan H. R. Barus, 1989. Alat Penagkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 tahun 1988 (Edisi Khusus). Jakarta. 248 hal.

Sudirman, M.S.Baskoro A.Purbayanto, D.R.Mo-nintja, dan T.Arimoto, 2001. Review on Bagan Rambo (Large-Typed Lift Net ) With Electrical Lamp in South Sulawesi Indonesia. (In Fishing Technology Manual Series 1. Light Fishing in Japan and Indonesia. The JSPS–DGHE International Workshop. Publised by TUF JSPS International Vol.11. Tokyo . ISBN: 4 925135 11-2).

Sudirman, M.S.Baskoro, Musbir, A.Tupamahu, H.Sakai and T.Arimoto, 2001. Underwater Ilumination Pattern and the catch of two types of bagan: Case in Pelabuhan Ratu Bay and Makassar Strait Bulletin PSP Volume X No.2 Oktober 2001 Jurusan PSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. (ISSN 0251-286X).

Sudirman, 2003.Analisis Tingkah laku Ikan Untuk Mewujudkan teknologi ramah lingkungan dalam proses penangkapan pada bagan rambo di Selat Dakassar (Disertasi Program Pascasarjana IPB). 306 hal.

Sudirman, M.S.Baskoro, A.Purbayanto, D.R.Monintja, dan T.Arimoto. 2004. Analisis Total Tangkapan berdasarkan kekuatan cahaya yang digunakan pada bagan rambo di Selat Makassar. Jurnal Protein. Universitas Muhammadyah Malang. Edisi Januari-Juli 2004. Hal 1624-1635.

Sudirman, M.S.Baskoro, A.Purbayanto D.R Monintja, dan T.Arimoto. 2004. Performan Selektivitas Bagan Rambo di Perairan Selat Makassar. (Jurnal Torani FIKP Unhas, Sementara dalam Penerbitan). Sudirman, N.Nessa. Kurnia. 2006. Evaluasi penangkapan

ikan ramah lingkungan di Perairan Provinsi Gorontalo. Laporan Penelitian. Scent bekerjasama dengan Balitbangpedalda Gorontalo.

Suharyanto, 1998. Selektivitas jaring Insang Hanyut Terhadap Ikan Tongkol (Auxis thazard),di Perairan Lepas Pantai Pelabuhan Ratu. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 109 hal. Tokai,T and T. Kitahara. 1989. Methods of

Determining the Mesh Selectivity Curve of Trawl Net. Journal Nippon Suisan Gakkaishi: 55(4);643-649 p.

Tokai, T. 1999. Maximum likelihood Parameter Estimates of a Mesh Selectivity logistic Model through Solver and ES-Excel. Proceeding Internasional Seminar Fishing Technology in Tropical Area. JPSP International Project. Vol 8.p: 93 -97.

Gambar

Gambar 2. Perbandingan jumlah tangkapan bagan tancap secara nasional dan produksi        perikanan bagan tancap Sulawesi Selatan (Diolah dari data DKP Pusat dan           DKP Sulsel (Sumber:Diolah dari data DKP-JICA 2009 dan DKP Sulsel 2009)
Gambar 4.  Produksi bagan tancap (Kg) di Sulawesi Selatan (Sumber DKP, Sulsel,  2009).
Gambar 5. Catch Per Unit of Effort (CPUE) dari bagan tancap di Sulawesi  Selatan (Sumber: Diolah dari data DKP Sulsel 2009)
Gambar 7. Perbandingan Jumlah Udang rebon ( Acetes sp) yang lolos dan  yang tertahan pada bagan tancap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada makhluk hidup heterotrof   (makhluk hidup yang memanfaatkan sumber makanan organik, makhluk hidup yang tidak mampu mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa

1) Penjatuhan pidana tambahan pencabutan hak memilih dan dipilih terjadi kesewenang- wenangan, karena hakim tidak membatasi pencabutan hak tersebut dalam jangka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana

(2) Terhadap orang yang datang dari negara terjangkit dan/atau endemis penyakit menular tertentu, tidak dapat menunjukkan Sertifikat Vaksinasi Internasional atau

Berdasarkan hasil di lapangan, saran bagi DKM Al-Anshari yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dan masukan ke depannya antara lain sebagai berikut: (a)

terdapat kandungan kimia yang kimia yang termasuk dalam k termasuk dalam kelompok elompok metabolit metabolit sekunder yang memiliki fungsi utama yang berbeda dengan

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak.. diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas