• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada Pasien Bedah Caesar Di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada Pasien Bedah Caesar Di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga Tahun 2007"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada

Pasien Bedah Caesar Di Rumah Sakit Umum

Daerah Purbalingga Tahun 2007

Pattern of antibiotics prophylactic in sectio caesaria

patient in Public Hospital of Purbalingga in 2007

Didik Setiawan, Haefa Akhmad Baraba Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

* Jl Raya Dukuhwaluh PO BOX 202Purwokerto 53182, dics_z @yahoo.com

Intisari

Di beberapa negara maju, misalnya di Belanda, prosentase bedah caesar kecil yaitu sekitar 13 persen. Di Amerika sekitar 22 persen. Sayangnya di Indonesia, prosentasenya masih besar, yaitu lebih dari 50 persen, terutama di rumah sakit swasta.

Penelitian ini bersifat deskriptif non analitik dengan metode pengumpulan data secara retrospektif yaitu melakukan penelusuran terhadap tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis (dokter) kepada pasien bedah caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga.

Pengunaan antibiotika untuk profilaksis sudah sesuai dengan diagnosa pasien, hal ini berarti ada ketepatan indikasi, tetapi untuk dosis belum dikatakan sesuai karena dosis untuk profilaksis masih kecil. Jenis antibiotika yang digunakan pada bedah caesar sebelum operasi adalah injeksi Ampicilin, injeksi Amoxicilin, injeksi Gentamicin, sedangkan antibiotika yang digunakan pada pasca operasi adalah Cefadroksil, Amoxicillin, Renasistin, Kloramfenikol, Eritromicin, injeksi Taxegram, injeksi Ampicilin, injeksi Gentamicin, injeksi Vicilin, injeksi Sagestam, injeksi Amoxan, dan injeksi Ottogenta

Kata kunci: Pola Penggunaan, Antibiotika, Bedah Caesar

Abstract

In several country, percentage of sectio caesaria cases are small, for example in holland is around 13% and US 22%, unfortunatelly, in indonesia the cases of sectio caesaria is higher than other, it is more than 50% especially in private hospital.

This research is descriptive non analytical study, the data is collected retrospectively to get information about the therapy that given by the physio to the sectio caesaria patientin RSUD Purbalingga.

Antibiotics that used for prophylactic therapy is appropriate with the diagnosis, but the doses of antibiotics are not appropriate yet because the doses is too small. Antibiotics that used in prophylactic therapy for sectio caesaria consist of ampicillin injection, amoxicillin injection, gentamicin injection.

Key words: Antibiotics, Prophylactic, Sectio caesaria,

Pendahuluan

Di beberapa negara maju, misalnya di Belanda, prosentase bedah caesar kecil yaitu sekitar 13 persen. Di Amerika sekitar 22

persen. Sayangnya di Indonesia, prosentasenya masih besar, yaitu lebih dari 50 persen, terutama di rumah sakit swasta (Ratna, 2007).

(2)

87

572

,

86

05

,

0

96

,

1

94007

,

0

.

05993

,

0

.

2

1

94007

,

0

05993

,

0

1

05993

,

0

993

,

5

%

100

7542

452

2 2

=

=

=

=

=

n

n

n

b

z

pq

n

q

x

p

λ

Dalam 20 tahun terakhir, angka

operasi caesar menigkat pesat. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obatan terutama antibiotika, dan meningkatnya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya operasi caesar di seluruh dunia (Adjie, 2006).

Dengan makin majunya

perkembangan ilmu kedokteran, bidang teknik pembedahan, anestesi, dan perineonatologi (bidang yang menangani janin berusia 28 minggu sebelum dilahirkan hingga 28 minggu usai dilahirkan), yang berkaitan dengan bedah caesar juga ikut maju pesat. Arah sayatan bedah caesar juga berkembang. Dulu hanya dikenal teknik operasi caesar klasik (corpora) dengan sayatan membujur dari bawah pusar kearah tulang kemaluan. Kini sayatan bisa melintang dari kiri ke kanan diatas tulang kemaluan (trans profunda). Seiring dengan majunya bidang-bidang yang berkaitan dengan operasi caesar kriteria perlu tidaknya suatu persalinan melalui operasi caesar juga ikut berkembang (Dewi, 2007:10).

Adanya perlakuan operasi (bedah caesar), pasien tentu diberi pengobatan, salah satunya antibiotika, disamping pemberian analgetika, dan obat-obat lain seperti vitamin maupun antianemia. Bedah caesar termasuk operasi yang steril (clean), karena operasi dilakukan pada daerah atau kulit yang pada kondisi pra bedah tidak ada peradangan dan juga sebelumnya merupakan jaringan yang utuh, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Sehingga pada kasus bedah caesar profilaksis antibiotika sebenarnya tidak dibenarkan. Antibiotika untuk profilaksis ditujukan apabila pasien bedah ditakutkan akan mengalami infeksi pasca bedah. Antibiotika pasca bedah umumnya diberikan dokter, tetapi dosisnya berbeda dengan dosis pada profilaksis.

Metodologi

Penelitian ini bersifat deskriptif non analitik dengan metode pengumpulan data secara retrospektif yaitu melakukan penelusuran terhadap tindakan yang

pasien bedah caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga.

Bahan yang digunakan adalah catatan medis yang ditulis oleh dokter untuk pasien bedah caesar dan tercatat di rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga selama tahun 2007.

Alat-alat yang digunakan untuk penelusuran data adalah berupa lembar pengumpul data atas diagnosa pasien bedah caesar selama tahun 2007.

Penentuan jumlah sampel 2 b 2 1 z pq n             ≥

α

(Nawawi, 2005:149) Dimana :

n : Jumlah sampel minimum

p : Proporsi populasi prosentase kelompok 1

q : Proporsi sisa dalam populasi z ½ λ : Derajat koefisien konfidensi b : Prosentase perkiraan kemungkinan membuat kesalahan

Dari rumus diatas :

Jumlah pasien poli kebidanan : 7542 Jumlah pasien bedah caesar : 452

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan simple random

(3)

PROSEEDING KONGRES ILMIAH ISFI XVI 2008 3

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam suatu populasi (Sugiyono, 2003:57-58). Sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti, berdasarkan hasil rumus diatas diambil 120 sampel kartu rekam medik.

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisa deskriptif non analitik,

Hasil dan Pembahasan

Dari penelitian ini diperoleh data yang kemudian dianalisa, dimana seluruhnya ada 452 pasien kasus persalinan bedah caesar di Poli Kebidanan RSUD Purbalingga selama periode Januari – Desember 2007. Data tersebut secara garis besar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel I. Jumlah pasien kasus persalinan bedah caesar di RSUD Purbalingga periode januari-desember 2007.

No. Bulan Jumlah Kasus Prosentase (%)

1 Januari 44 9,73 2 Februari 28 6,19 3 Maret 36 7,96 4 April 43 9,51 5 Mei 47 10,40 6 Juni 48 10,62 7 Juli 34 7,52 8 Agustus 33 7,30 9 September 40 8,85 10 Oktober 39 8,63 11 November 38 8,41 12 Desember 22 4,87 Jumlah 452 100,00

Tabel II. Sebaran diagnosis penyebab bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007

No. Diagnosis Jumlah Prosentase (%)

1 Partus tidak maju (partus lama) 35 29,17

2 Gemelli 6 5,00

3 Ketuban Pecah Dini 9 7,50

4 Letak lintang/sungsang 17 14,17

5 Bayi Besar 3 2,50

6 Bekas bedah caesar 7 5,83

7 Panggul sempit 11 9,17 8 Serotinus 10 8,33 9 Pendarahan 1 0,83 10 Primi Gravida 1 0,83 11 Placenta Previa 4 3,33 12 Fetal distress 3 2,50 13 CPD 4 1,67 14 Primi tua 1 0,83 15 Partus incompletal 1 0,83

16 Partus dengan penyulit 4 3,33

17 Anak mahal 3 2,50

(4)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa prosentase terbesar penyebab bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007 adalah partus tidak maju. Partus tidak maju atau partus lama didefinisikan sebagai persalinan dengan kemajuan lama, yaitu mengalami kontraksi teratur lebih lama atau berjam-jam, misalnya sampai 12 jam. Partus lama ini akan menyebabkan infeksi.

Pada dasarnya, bedah caesar merupakan operasi yang tergolong clean atau bersih. Digolongkan dalam luka operasi bersih karena bedah caesar merupakan bedah yang tidak menimbulkan inflamasi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital, dan urinari, dan juga bedah caesar menghasilkan luka yang tertutup. Penggunaan antibiotika untuk profilaksis bedah caesar diperlukan apabila sebelum dan selama pembedahan sudah terjadi gejala-gejala infeksi. Gejala-gejala disini meliputi kenaikan suhu, biasanya disertai leukositosis, takikardia, dan denyut jantung janin yang tinggi. Infeksi selama persalinan dapat juga terjadi karena faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kuman, seperti partus lama, ketuban pecah dini, dan ada tindakan vaginal sebelum pembedahan. Dengan pemberian antibiotika dosis tinggi sebelum operasi, diharapkan

kadar hambat maximal dari antibiotika dalam darah atau di daerah pembedahan akan dapat mencegah penyebaran kuman, disamping itu mengingat sterilisasi alat, bahan, dan kamar bedah di beberapa rumah sakit yang belum memadai.

Dari penelusuran data yang ada, sebagian pasien yang mendapat profilaksis antibiotika mengalami bedah caesar karena didiagnosa partus tidak maju dan ketuban pecah dini. Partus lama dapat menyebabkan infeksi pada pasien maupun pada janinnya. Maka dalam hal ini, pemberian antibiotika disarankan sebagai profilaksis.

Persalinan dengan cara bedah caesar di RSUD Purbalingga, pada pra bedah sebagian besar diberi antibiotik, tetapi pada rekam medik terdapat pula pasien yang tidak mendapatkan profilaksis antibiotik pra bedah, artinya tidak semua tindakan bedah caesar di RSUD Purbalingga menggunakan antibiotika sebagai profilaksis. Berikut ini adalah tabel penggunaan antibiotika yang diberikan pada pasien selama pra bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007 : 0 10 20 30 40 50 60 am picilin am picilin + gentam ici am picilin + sagesta, am oxilin + gentam icin

Tunggal Kombinasi Tidak Diberi

Gambar I. Diagram data penggunaan antibiotik sebagai profilaksis pada persalinan bedah

(5)

PROSEEDING KONGRES ILMIAH ISFI XVI 2008 5

Lain halnya dengan antibiotika profilaksis, antibiotika untuk terapi disarankan diberikan pada pasien pasca bedah caesar, karena pasien bedah caesar rentan terhadap bakteri yang timbul dari luar maupun dalam. Infeksi yang sering dilaporkan pada kala puerperal (masa nifas) yaitu kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, atau dapat bersifat berat seperti peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Bahaya infeksi ini dapat dicegah dengan adanya antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali.

Infeksi pasca bedah caesar dapat juga terjadi karena beberapa hal, diantaranya

tangan pemeriksa atau penolong pada operasi membawa bakteri yang ada di vagina masuk ke dalam uterus, adanya sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman, kontaminasi kuman mungkin juga disalurkan dari hidung atau tenggorokan dokter maupun tenaga medis lainnya, dimana kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke alat-alat yang digunakan untuk proses persalinan.

Berikut ini adalah tabel penggunaan antibiotika sebagai terapi pasca bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007 :

Tabel III. Penggunaan antibiotika sebagai terapi pasca bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007

No Antibiotik Jenis Antibiotik Jml

Prose ntase

(%)

1 Tunggal Amoxicilin 3 2,50

2 Kombinasi A. Cefadroxil + Inj Taxegram 25 20,83

B. Cefadroxil + Inj Ampicilin + Inj Gentamicin 58 48,33 C. Cefadroxil + Inj Vicilin + Inj Gentamicin 2 1,67 D. Amoxicilin + Inj Sanpicilin + Inj Sagestam 1 0,83 E. Amoxicilin + Inj Ampicilin + Inj Gentamicin 15 12,50 F. Renasistin + Inj Ampicilin + Inj Gentamicin 1 0,83 G. Cefadroxil + Cloramfenikol + Inj Ampicilin

+ Inj Gentamicin 1 0,83

H. Cefadroxil + Inj Ampicilin 1 0,83

I. Cefadroxil + Inj Bifotik 1 0,83

J. Cefadroxil + Inj Viccilin + Inj Gentamicin

+ Inj Ottogenta 1 0,83

K. Inj Ampicilin + Inj Gentamicin 4 0,83

L. Amoxicilin + Inj Taxegram 1 0,83

M. Renasistin + Inj Taxegram 1 0,83

N. Cefadroxil + Eritromicin + Inj Taxegram 1 0,83 O. Amoxicilin + Cefadroxil + Inj Ampicilin

+ Inj Gentamicin 3 2,50

P. Amoxicilin + Inj Amoxan + Inj Gentamicin 1 0,83

JUMLAH 120 100,00

Antibiotika yang digunakan pasca bedah caesar yaitu Amoxicilin, Cefadroxil, Renasistin, injeksi Taxegram, injeksi Ampicilin, injeksi Gentamicin, injeksi Vicilin, injeksi Sanpicilin, injeksi Sagestam, injeksi

Bifotik, injeksi Amoxan, Eritromicin, Kloramfenikol, dan injeksi Ottogenta. Pemberian Antibiotik pada pasca bedah caesar diawali dengan injeksi, tanpa pemberian oral. Apabila antibiotik injeksi

(6)

telah dihabiskan, terapi dilanjutkan dengan antibiotik oral sampai masa pemulihan atau lama hari rawat selesai.

Antibiotika pada pasca bedah caesar digunakan tunggal dan juga kombinasi. Dari data yang ada kombinasi antibiotika yang paling banyak digunakan adalah Cefadroksil, injeksi Ampicilin, dan injeksi Gentamicin.

Kesimpulan

Pengunaan antibiotika untuk profilaksis sudah sesuai dengan diagnosa pasien, hal ini berarti ada ketepatan indikasi, tetapi untuk dosis belum dikatakan sesuai karena dosis untuk profilaksis masih kecil

Jenis antibiotika yang digunakan pada bedah caesar sebelum operasi adalah injeksi Ampicilin, injeksi Amoxicilin, injeksi Gentamicin, sedangkan antibiotika yang digunakan pada pasca operasi adalah Cefadroksil, Amoxicillin, Renasistin, Kloramfenikol, Eritromicin, injeksi Taxegram, injeksi Ampicilin, injeksi Gentamicin, injeksi Vicilin, injeksi Sagestam, injeksi Amoxan, dan injeksi Ottogenta.

Daftar Pustaka

Adjie, 2006, Operasi Caesar Amankah ?, Jakarta, http://kompas_berita.com, diakses 23 Maret 2008.

Admin, 2008, Perawatan Luka, http://dokterfoto.com, diakses 8 Mei 2008. Anonim, 2004, Farmakoterapi Antiinfeksi atau Antibiotika, Yogyakarta : UGM, http://www.farklin.com, diakses 5 April 2008.

Aslam. Muhamed. et al, 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Jakarta, Gramedia, P:321.

Dewi. Yusmiati dan Dodi Ahmad, 2007, Operasi Caesar, Jakarta : EDSA Mahkota, P : 2 – 5, 8, 10.

Ganiswara. Sulistia, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta : FKUI, P:571-572, 581. Gitawati. Retno. et al, 1996, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, http : //www. Kalbe.co.id, diakses 18 Desember 2007. Kee. Joyce dan Evelyn R. Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta : EGC, P : 324.

Macdougall. Jane, 2003, Kehamilan, Jakarta : Erlangga, P: 80.

Mansjoer. Arif. et al, 2007, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1, Jakarta : Media aesculaplus, P :22, 344-345.

Mutschler. Ernst, 1991, Dinamika Obat, Bandung : ITB, P : 183.

Nawawi. H, 2005, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : UGM Press, P:149. Ratna, 2007, Bedah Caesar, Jakarta, http://mominaction.wordpress.com, diakses 10 maret 2008

Siregar. Charles, 2005, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Jakarta : EGC, P: 107. Smeltzer. Suzanne, 2001, Keperawatan Medikal – Bedah, Jakarta : EGC, P:489. Sugiyono, 2003, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV.Alfabeta, P:57-58.

Tjay. T.H dan Rahardja. K, 2002, Obat-Obat Penting, Cetakan 1, Edisi V. Jakarta: Gramedia, P : 295-296.

Willey. John, 2007, Antibiotic Prophylaxis for Caesarean Section, http://www.who.org, P:4, diakses 26 April 2008.

Gambar

Tabel II. Sebaran diagnosis penyebab bedah caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007
Gambar I . Diagram data penggunaan antibiotik sebagai profilaksis pada persalinan bedah  caesar di RSUD Purbalingga tahun 2007
Tabel III. Penggunaan antibiotika sebagai terapi pasca bedah caesar di RSUD  Purbalingga tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui antibiotika mana yang efektivitas biayanya lebih baik pada kasus bedah apendik di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe dan

Analisis data meliputi karakteristik pasien berdasarkan umur, status paritas, indikasi bedah sesar, lama perawatan, usia kehamilan dan gambaran penggunaan antibiotik profilaksis

Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan perjanjian yang dilaksanakan antara dokter dan pasien dalam operasi bedah caesar, untuk mendeskripsikan hak dan

Antibiotika profilaksis yang diberikan pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Baptis Batu jawa Timur yaitu seftriakson dengan jumlah 24 pasien 63% dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien bedah sesar berdasarkan usia tertinggi pada usia 20-35 tahun sebanyak 78,14% (118 pasien), sebanyak 35,09% (53 pasien)

jenis terapi pada pasien paska bedah Rindu B di RSUP H. mengetahui jenis antibiotika yang digunakan pasien dan

Studi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada Kasus Bedah Batu Saluran Kemih (BSK) (Bagian Urologi IRNA Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya).. Ni Luh Putu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar terencana di RSIA “X” Tangerang tahun 2014