• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KELANJUTAN UNIT PENGOMPOSAN BERBASIS MASYARAKAT ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KELANJUTAN UNIT PENGOMPOSAN BERBASIS MASYARAKAT ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

30

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KELANJUTAN UNIT PENGOMPOSAN BERBASIS MASYARAKAT

Selvie Diana1

1Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: selviepnl @yahoo.com

ABSTRAK

Sebagai antisipasi minimalisasi kebutuhan lahan TPA, Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan (DPLK) Kota Cimahi telah mengembangkan dan memfasilitasi unit-unit pengomposan berbasis masyarakat dalam manajemen pengelolaan sampah sejak tahun 2005. Dalam perjalanannya terdapat unit-unit pengomposan yang terus berjalan/beroperasi dan tidak beroperasi lagi. Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah di unit pengomposan aktif dan di unit pengomposan tidak aktif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada unit pengomposan aktif sebesar 67,4% dan pada unit pengomposan tidak aktif sebesar 37,3%. Sedangkan hasil analisis dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel X1, X2, dan X3

berpengaruh secara simultan terhadap keberlanjutan unit pengomposan berbasis masyarakat sebesar 68,7%.

Kata kunci: unit pengomposan, pengelolaan sampah, regresi logistik ABSTRACT

In anticipation of efforts to minimize the space required for landfills, the Health and Sanitation Services (DPLK) of the city of Cimahi has been developing and facilitating community-based composting units since 2005 as part of its waste management plan. In the course of this program, some of the units continued to operate while others halted their operations. The principal aim of this research is to determine the level of community participation towards waste management in the active composting units and those that are inactive. The results of this research indicate that the community participation level in waste management in the active composting units was 67.4% while in the inactive composting units the amount was 37.3%. Meanwhile, the analysis using logistic regression showed that variable X1,

X2, and X3 simultaneously had a 68.7% influence on the continuity of

community-based composting units.

(2)

31

PENDAHULUAN

Penanganan sampah khususnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah disertai permasalahannya. Berdasarkan data Statistik Persampahan di Indonesia tahun 2008, hanya 56 % sampah yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan, seperti Dinas Kebersihan.

Penanganan sampah tingkat kawasan merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan berada. Penangan sampah di skala kawasan dengan cara pengomposan merupakan salah satu cara untuk mengurangi timbulan sampah. Dengan pengomposan ini diharapkan jumlah sampah yang masuk ke TPA dapat dikurangi sampai sekitar 65% sehingga umur TPA sampah tersebut menjadi lebih panjang (Handoko dkk, 2004).

Sebagai antisipasi minimalisasi kebutuhan lahan TPA, Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan (DPLK) Kota Cimahi telah mengembangkan pengomposan dalam manajemen pengelolaan sampahnya sejak tahun 2005. Hal ini dipicu oleh kejadian penutupan TPA Leuwigajah di akhir 2004 akibat longsor yang menewaskan 21 orang berdampak pada penumpukkan sampah di TPS-TPS

Kota Bandung, Kota Cimahi, dan sebagian wilayah Kabupaten Bandung (Pemerintah Kota Cimahi Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan, 2009).

Berdasarkan pemantauan pertengahan tahun 2007 dalam Pratama (2008) ditunjukkan telah ada tujuh belas lokasi pengomposan sampah secara komunal yang aktif. Pengomposan tersebut dikelola oleh kelompok masyarakat (pokmas) di tingkat RW dengan difasilitasi oleh DPLK Kota Cimahi. Sistem pengelolaan sampah dengan pengomposan yang difasilitasi oleh DPLK Kota Cimahi ini adalah sistem pengelolaan yang berbasis masyarakat (Community Based Solid Waste Management-CBSWM) yang merupakan sistem pengelolaan yang direncanakan, dioperasikan, dikembangkan, dibiayai dan dimiliki oleh masyarakat, didukung oleh pemerintah dan stakeholder lainnya. Namun dalam perjalanannya terdapat unit-unit pengomposan yang terus berjalan/beroperasi dan yang tidak beroperasi lagi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramang (2009) diketahui terdapat 3 (tiga) dimensi variabel partisipasi terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang berpengaruh secara signifikan, yaitu: aspek sosialisai pentingnya pengelolaan sampah, aspek pemanfaatan hasil pembangunan fasilitas pengelolaan sampah dan aspek pemberian fasilitas pendukung pengelolaan sampah yang mana pada penelitian ini dua dari tiga dimensi tersebut diatas yaitu aspek sosialisasi pentingnya pengelolaan sampah dan aspek pemanfaatan hasil pembangunan

(3)

32 fasilitas pengelolaan sampah dimasukkan menjadi sub variabel dari variabel penelitian ini ditambah dengan sub variabel lainnya untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan mengetahui pengaruh peran serta atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan operasional pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelembagaan/organisasi pengelolaan sampah, serta partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembiayaan terhadap keberlanjutan unit berbasis masyarakat di Kota Cimahi.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah unit pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pengomposan yang merupakan program pemerintah Kota Cimahi untuk menangani masalah persampahan di Kota Cimahi dengan batasan lokasi 4 (empat) unit pengomposan yang masih beroperasi/masih aktif sejak tahun 2005 hingga penelitian ini dilakukan (2009/2010) dan 4 (empat) unit pengomposan yang tidak beroperasi lagi/tidak aktif sejak tahun 2008.

Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan teknik probability sampling dengan metode pemilihan sampel pada survei ini adalah simple random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 200 sampel yang terdiri dari 100 sampel masyarakat yang mendapat pelayanan dari unit pengomposan aktif dan 100 sampel masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan dari unit pengomposan tidak aktif. Kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner yang didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dengan skala Likert ini variabel tersebut dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat terukur. Setiap pertanyaan pada kuesioner diberikan nilai skor dari nilai tertinggi 5 sampai nilai terendah 1 sesuai dengan lima tanggapan dari sangat sering sampai dengan tidak pernah dengan skor masing-masing (Agresti, 1996):

a. Sangat sering Skor = 5 b. Sering Skor = 4 c. Kadang-kadang Skor = 3 d. Pernah Skor = 2 e. Tidak pernah Skor = 1

Data primer yang digunakan berupa data hasil kuesioner dengan variabel bebas; partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1), partisipasi

masyarakat dalam kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah (X2),

dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah (X3), serta variabel terikat yaitu

keberlanjutan unit pengomposan berbasis masyarakat (Y) yang kemudian dianalisis menggunakan regresi logistik. Sedangkan data sekunder digunakan data perundangan dan peraturan, data kependudukan, peta, data monografi serta data yang relevan dengan penelitian ini yang berasal dari instansi terkait.

Regresi Logistik

Analisis yang digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi Keberlanjutan Unit

(4)

33 Pengomposan adalah analisis regresi logistik. Regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi yang khusus digunakan untuk menjelaskan hubungan antara satu atau lebih variabel bebas dengan variabel tak bebas yang bersifat dikotomus (Agresti, 1996).

Regresi logistik digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian ini. Adapun hipotesis yang digunakan dalam regresi logistik ini adalah sebagai berikut:

Ho = faktor-faktor partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional, partisipasi masyarakat dalam kelembagaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengelolaan sampah.

Hi = faktor-faktor partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional, partisipasi masyarakat dalam kelembagaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengelolaan sampah.

Dasar pengambilan keputusan yang dapat digunakan adalah dengan membandingakan nilai probabilitas: - Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Pengujian Koefisien Model Secara Parsial

Dalam pengujian secara parsial kriteria uji yang digunakan adalah penolakan Ho jika nilai signifikansi (P-value) lebih kecil dari α penelitian (0,05). Hal ini berarti variabel bebas

signifikan menjelaskan variabel terikat, (Agresti, 1996).

Uji Keberartian Model

Untuk menguji keberartian model regresi logistik dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (Model tidak berarti)

H1 : paling sedikit satu parameter

0

i

 ( Model berarti) ; i = 1,2,..,p

Statistik ujinya adalah Likelihood ratio test yang akan mengikuti distribusi Chi-Kuadrat (2). Sehingga kriteria ujinya tolak H0 jika nilai Likelihood ratio test lebih besar atau sama dengan (≥) harga tabel (Agresti, 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah baik di daerah unit pengomposan aktif dan di daerah unit pengomposan tidak aktif dapat diketahui berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan Skala Likert dimana hasil rekapitulasi nilai skor responden untuk variabel X1, X2,

dan X3, dapat dilihat pada Tabel 1.

dimana total skor untuk partisipasi masyarakat di daerah unit pengomposan aktif adalah 5394. Dari hasil perhitungan diketahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah unit pengomposan aktif sebesar 67,4 %. Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 1 dengan nilai skor yang diperoleh 5394 atau 67,4 % dari skor ideal yaitu 8000 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berada pada kategori sedang.

(5)

34

Tabel 1. Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Partisipasi Masyarakat No Partisipasi Masyarakat SKOR Unit Pengomposan Aktif Unit Pengomposan Tidak Aktif

1 Kegiatan Teknis Operasional

Pengelolaan Sampah (X1) 1986 1096 2 Kegiatan Kelembagaan Pengelolaan Sampah (X2) 1993 930 3 Kegiatan Pembiayaan Pengelolaan Sampah (X3) 1415 956 Jumlah 5394 2982 (5394)

Rendah Sedang Tinggi

1600 3733,3 5866,7 8000

Gambar 1. Garis Kontinum Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Unit Pengomposan Aktif

Sama halnya dengan daerah unit pengomposan aktif, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah pengomposan tidak aktif dapat diketahui dari total skor untuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah unit pengomposan tidak aktif yaitu 2982 (Tabel 1) dan berdasarkan hasil perhitungan diketahui tingkat partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah di daerah unit pengomposan tidak aktif sebesar 37,3 %. Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 2. dengan nilai skor yang diperoleh 2982 atau 37,7 % dari skor ideal yaitu 8000 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berada pada kategori rendah.

(2982)

Rendah Sedang Tinggi

1600 3733,3 5866,7 8000

Gambar 2. Garis Kontinum Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Unit Pengomposan tidak Aktif

(6)

35 Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menunjukkan tingkat partisipasi yang berbeda antara daerah unit pengomposan aktif dan daerah unit pengomposan tidak aktif. Seperti yang

terlihat pada Gambar 3. dimana tingkat partisipasi masyarakat di daerah unit pengomposan aktif lebih tinggi daripada tingkat partisipasi masyarakat di daerah unit pengomposan tidak aktif.

Gambar 3. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Analisis Regresi Logistik Model Persamaan Regresi Logistik Multipel

Untuk menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat yang terdiri dari kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1), kegiatan

kelembagaan pengelolaan sampah (X2)

dan kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah (X3) terhadap keberlanjutan

unit pengomposan berbasis masyrakat (Y), digunakanlah model regresi logistik berganda.

Untuk memudahkan dalam perhitungan, maka digunakan software

SPSS 13, yaitu melakukan analisis regresi logistik berganda dengan memasukkan semua prediktor (variabel bebas) untuk dianalisis. Adapun bentuk persamaan regresi logistiknya adalah sebagai berikut :

logit ˆ x

 

 b0 b X1 1b X2 2b X3 3

Dari hasil analisis regresi logistik yang dapat dilihat pada Tabel 2 didapat persamaan regresi logistik sebagai berikut:

logit ˆ x

 

= -6,570 + 0,255 X1 + 0,189 X2 + 0,035 X3

37,3%

67,4%

(7)

36 Tabel 2. Hasil analisis regresi logistik

No Variable Nilai Koefisien Regresi P-value Signifikansi

1. X1 0,255 0,000

2. X2 0,189 0,005

3. X3 0,035 0,633

4. Konstanta -6,57 0,000

Uji Keberartian Model Regresi Logistik Multipel

Untuk menguji keberartian model regresi logistik dinyatakan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

0 : i

Ho  ( Model tidak berarti; Partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah, kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah dan kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan).

0 :

1 i

H (Model berarti; Partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah, kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah dan kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan).

Kriteria uji untuk keberartian suatu model ditunjukkan dengan nilai likelihood ratio test (–2(L0 – L1)) ≥

X2(tabel) yang berarti Ho ditolak. Dari

hasil analisis (Lampiran F) diketahui nilai ratio test (–2(L0 – L1)) sebesar

132,5 dan nilai X2(3;0,05) = 7,81, maka

nilai likelihood ratio test (–2(L0 – L1))

≥ X2

(tabel) (132,5 > 7,81). Hal ini

menunjukkan Ho ditolak yang artinya model berarti dimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1),

kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah (X2) dan kegiatan pembiayaan

pengelolaan sampah (X3) berpengaruh

terhadap keberlanjutan unit pengomposan (Y).

Besarnya pengaruh secara simultan (bersama-sama) variabel (X1),

(X2), (X3) terhadap keberlanjutan unit

pengomposan (Y), ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,687. Hal ini berarti bahwa secara statistika, keberlanjutan unit pengomposan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut sebesar 68,7%.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Pengujian hipotesis secara parsial pada dasarnya menunjukkan apakah partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1), kegiatan kelembagaan

pengelolaan sampah (X2), dan kegiatan

pembiayaan pengelolaan sampah (X3)

berpengaruh secara parsial terhadap keberlanjutan unit pengomposan (Y). Adapun hipotesis yang digunakan yang akan diuji adalah:

Ho1: Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan. Ha1: Partisipasi masyarakat dalam

(8)

37 pengelolaan sampah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan. Ho2: Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

Ha2: Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

Ho3: Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

Ha3: Partisipasi masyarakat dalam

kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

Dalam pengujian secara parsial kriteria uji yang digunakan adalah penolakan Ho jika nilai signifikansi (P-value) lebih kecil dari α penelitian (0,05). Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa:

- P value untuk variabel Partisipasi Masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai 0, 05. Hal ini menyebabkan penolakan Ho, yang berarti partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

- P value untuk variabel partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah adalah sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai  0, 05. Hal ini menyebabkan penolakam Ho, yang berarti partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

- P value untuk variabel partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah adalah sebesar 0,635 lebih besar dari nilai 0, 05. Hal ini menyebabkan penerimaan Ho, yang berarti partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan.

Hasil pengujian secara parsial di atas menunjukkan bahwa dari tiga variabel X tersebut terdapat dua variabel X yang mempunyai pengaruh signifikan bermakna, yang berpengaruh terhadap keberlanjutan unit pengomposan yaitu:

- Partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1)

- Partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah (X2)

(9)

38

Tabel 3. Uji Hipotesis Pengaruh secara Parsial

SIMPULAN

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah yang difasilitasi unit pengomposan berbasis masyarakat yang masih beroperasi/aktif sebesar 67,4%. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di daerah yang difasilitasi unit pengomposan berbasis masyarakat yang tidak beroperasi/tidak aktif sebesar 37,3%. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis operasional pengelolaan sampah (X1), partisipasi masyarakat dalam

kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah (X2), dan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan pembiayaan pengelolaan sampah (X3) berpengaruh terhadap

keberlanjutan unit pengomposan berbasis masyarakat sebesar 68,7%. Terdapat dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberlanjutan unit pengomposan berbasis masyarakat yaitu partisipasi masyarakat dalam kegiatan operasional pengelolaan sampah (X1) dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan kelembagaan pengelolaan sampah (X2).

DAFTAR PUSTAKA

Agresti. A, 1996, Categorical Data Analysis, John Wiley and Sons.Inc, New York.

Handoko. W, Damanhuri. E, Setyaningrum. E, 2004, ”Draft Panduan pengelolaan Sampah”, Laporan untuk Kementrian Lingkungan Hidup.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH), 2008, Statistik Persampahan Indonesia Tahun 2008.

Pemerintah Kota Cimahi Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan, 2009, Profil Kompos Kota Cimahi Tahun 2009, Cimahi. Pratama. Yulianti, 2008, Pengaruh

Keberadaan Unit Pengomposan Sampah Domestik Skala Komunal terhadap Tingkat Reduksi Timbulan Sampah Domestik Kota di Kota Cimahi, Prosiding Seminar

NO Variabel X P-value

Signifikansi

Kesimpulan Statistika

1 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (X1)

0,000 H0 ditolak

2 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Kelembagaan Pengelolaan Sampah (X2)

0,005 H0 ditolak

3 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pembiayaan Pengelolaan Sampah (X3)

(10)

39 Nasional Sains dan Teknologi-II 2008, Universitas Lampung.

Ramang. R, Rahardyan. B, Padmi. T, and Damanhuri. E, 2009, Community Willingness to Participate in Urban Waste Management (A Case Study in Cimahi City), Int. J. Eng and Sci, Vol. 2, No. 3, 45 – 51, Desember 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem keamanan pangan pada daging/karkas ayam yang dihasilkan RPA tradisional masih belum efektif dan aman terhadap kontaminasi

Luas zona hambat (cm 2 ) aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun namnam dengan variasi konsentrasi, kontrol negatif dan kontrol positif terhadap

Kewajiban pendaftaran bagi penyelenggara sistem elektronik pelayanan publik seperti penyedia jasa layanan Cloud Computing agar diakui dan dipercaya oleh negara

Maharaja Sri Jayasakti adalah seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai raja pada masa pemerintahan kerajaan Bali Kuno yang berkisar dari tahun 1055 M sampai tahun 1072

Kondisi stres yang rata-rata dialami mahasiswa UPI khususnya mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2011 salah satunya adalah akumulasi dari tugas yang menumpuk ketika tugas

SILIKA GEL DENGAN TEMBAGA(II) KLORIDA SEBAGAI DESIKAN ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Efekifitas pengaruh penyuluhan tentang kanker serviks pada wanita

Biaya yang dike1uarkan akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2018 pada Dokumen