• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Benua Afrika. Kelapa sawit banyak dijumpai di hutan tropis Negara Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk kecantikan. Selain itu, buah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati. Warna dan rasa yang dihasilkan sangat bervariasi (Lubis dan Widanarko, 2011).

Klasifikasi kelapa sawit menurut Adi (2015) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Palmaceae Subkeluarga : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa daari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai

(2)

6

berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzi, 2012).

2.2 Deskripsi Gulma

Kehadiran gulma (yang juga merupakan tumbuhan) di sekitar tanaman budidaya tidak dapat diletakkan, terutama bila lahan pertanaman tersebut tak dikendalikan. Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lainnya, misalnya kebutuhan akan cahay, nutrisi, air gas CO2 dan gas lainnya, ruang dan lain debagainya. Persayaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi ini akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, apalagi bila jumlahnya sangat terbatas bagi keduanya (Moenandir, 1998).

Teki mempunyai batang berbentuk segi tiga, kadang – kadang bulat dan tidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifaat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu (Sukman, 2002).

2.3 Klasifikasi Gulma

2.3.1 Berdasarkan Morfologi a. Gulma Rerumputan (Grasses)

Gulma rerumputan berupa tumbuhan tidak berkayu atau herba. Batang tidak bercabang, dapat membentuk tunas pada buku.Bentuk batang silinder, apak pipih arau persegi, kosong atau berisi, kecuali buku-bukunya berisi jaringaan padat. Bagian batang antara dua buku disebut ruas. Daun tunggal duduk

(3)

7

tersusun dalam dua baris berhadapan dan berseling pada sisi batang. Helaian daun berbentuk lanset atau garis dengan ibu tulang daun di tengah dan di beberapa tulang daun sejajar. Bagian bawah daun yang membungkus batng robek disebut pelepah daun, kedua sisinya terdapat benjolan disebut daun telinga. Akar serabut keluar dari buku terbawah atau buku-buku pada batang. Bunga majemuk tumbuh pada ujung batang disebut malai tersusun cabang-cabang yang memencar berakhir dalam bentuk memanjang disebut bulir. Bunga gulma rerumputan semusim umumnya menyerbuk sendiri, sedangkan yang tahunan mandul atau menyerbuk silang. Buah pada rumput telanjang disebut caryopsis (Mangoensoekarjo, 2013).

b. Gulma Daun Lebar (Broadleaf Weeds)

Gulma daun lebar meliputi banyak jenis yang sangat beragam karena berasal dari berbagai suku termasuk tumbuhan pakuan. Batang bercabang atau tidak; berkayu atau tidak; merupakan tumbuhan perdu, semak, atau pohon; tumbuh tegak; menjalar pada permukaan tanah; atau memanjat dan membelit pada pohon. Daun tunggal atau majemuk, tepi rata atau bergerigi, duduk atau bertangkai dan letak berhadapan. Bentuk daun bermacam-macam, bulat, bulat telur, lanset, tidak berlekuk, berlekuk menjari, atau menyirip. Umumnya mempunyai akar tunggang, ada yang beberapa berakar serabut (Mangoensoekarjo, 2013).

c. Gulma Tekian (Sedges)

Gulma tekian berupa herba, beberapa jenis mempunyai rimpang dan umbi dalam tanah. Batang berisi, bentuk segitiga atau pipih, dan tidak bercabang. Daun berjejal pada pangkal batang atau berjarak. Pelepah daun bila ada membungkus batang atau utuh (tidak robek). Daun berbentuk garis dengan tulang daun sejajar. Tidak terdapat lidah daun. Titik tumbuh garis dengan tersembunyi kadang kala muncul. Bunga tersusun dalam anak bulir berkelamin satu atau dua. Sekam berjumlah empatbatau lebih terikat pada poros anak bulir dalam baris berhadapan atau secara spiral . Binga terdapat

(4)

8

dalam ketiak sekam dengan 1-3 benang sari, kepala sari beruang dua, sedangkan bakal buah beruang satu. Tangkai putik satu dengan 2-3 cabang. Buah tidak membuka, biji lepas dari dinding buah (Mangoensoekarjo, 2013).

2.3.2 Brdasarkan rentang hidup (Life Span) a. Gulma Semusim (Annuak Weeds)

Gulma semusim atau gulma setahun adalah gulma yang melengkapi siklus hidupnya dalam satu musim atau dalam waktu kurang dari 12 bulan. Gulma yang termasuk dalam kelompok ini memiliki ciri-ciri utama pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan biji dalam umlah yang banyak (Sembodo, 2010).

b. Gulma dua musiman (Biennual Weeds)

Gulma dua musiman melengkapi satu siklus hidupnya dalam dua musim atau tahun. Pekecambahan dan pembentukkan roset pada musim atau tahun pertama. Selepas musim dingin, roset mengalami vernalisasi, berbunga, berbiji, dan mati pada musim atau tahun ke dua. Secara umum dapat dikatakan bahwa pertumbuhan vegetatif gulma dua musiman terjadi pada musim atau tahun pertama dan pertumbuhan generatif pada tahun ke dua. Dalam satu siklus hidupnya membutuhkan waktu antara 1-2 tahun (Sembobo, 2010).

c.Gulma musiman/tahunan (Perennial Weeds)

Gulma ynag menghasilkan organ vegetatif secara terus menerus sehingga memungkinnya hidup lebih dari dua musim atau dua tahun disebut gulma musiman atau gulma tahunan. Gulma yang memiliki organ perkembangbiakan ganda, yaitu secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan rizom/rimpang, umbi, daun, atau stolon, umumnya termasuk dalam gulma musiman/tahunan (Sembodo, 2010).

(5)

9

2.3.3 Berdasarkan Adaptasi dan Habitat Gulma (Weed Habit and Adaption)

a. Gulma darat (Terrestrial Weeds)

Gulma darat adalah gulma ynag tumbuh di lahan kering, tidak tahan genangan air, jika tergenang air gulma akan mati. Gulma darat ini ada yang jangka hidupnya semusim ada yang tahunan (Mangoensoekarjo, 2013).

b. Gulma air (Aquatic Weeds)

Gulma air ialah gulma yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air, jika kekeringan gulma akan mati. Perkembangan gulma air dapat dihambat dengan pengeringan lahan basah atau waduk. Gulma air dikelompokkan atas dasar cara hidup, yaitu gulma mengapung bebas (free floating weeds); gulma mengapung akar terikat di dasar (rooted floating weeds); gulma tenggelam akar tidak teikat (free submergent weeds); gulma muncul diatas air, akar, dan batang bagian bawah dalam air (emergent amphibious weeds); gulma tumbuh di tepian perairan (marginal weeds) (Mangoensoekarjo, 2013).

c. Gulma epifit (Epiphytic Weeds)

Gulma epifit ialah gulma yang menumpang hidup pada tanaman, termasuk tumbuhan tingkat rendah (ganggang dan lumut) dan tumbuhan pakuan (Mangoensoekarjo, 2013).

2.3.4 Berdasarkan Kebiasaan Tumbuh (Growth Habit) a. Gulma Menjalar (Creeping Weeds)

Gulma menjalar mempunyai organ perbanyakan vegetatif berupa stalon, yaitu batang yng tumbuh menjalar pada permukaan tanah, pada setiap buku dapat tumbuh akar dan tunas untuk membentuk tumbuhan baru (Mangoensoekarjo, 2013).

(6)

10

b. Gulma Memanjat dan Membelit (Climbing Weeds)

Gulma memanjat ada yang mempunyai akar panjat dan ada yang membelit tanpa akar panjat. Jenis gulma yang tumbuh memanjat dan membelit sangat kompetitif terhadap kebutuhan cahaya (Mangoensoekarjo, 2013).

c. Gulma Tegak (Erect Weeds)

Gulma yang tumbuh tegak banyak jenisnya, yang termasuk terna rumputan. Gulma yang berupa terna tegak umumnya bila populasinya rendah jenis satu dengan jenis lain tumbuh secara terpisah. Dalam analisis vegetasi sebaikknya digunakan metode kuadrat (quadrat method), tetapi bila terdapat semak atau pohon yang rapat digunakan metode garis (line intercept method) (Mangoensoekarjo, 2013).

2.4 Rumput Teki (Cyperus rotundus)

2.4.1 Klasifikasi Gulma Teki (Cyperus rotundus) Taksonomi tumbuhan rumput teki dalam buku

(Moenandir 1993 : 10, dalam Amalia dkk, 2012), yaitu; Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus

(7)

11

2.4.2 Deskripsi Gulma Teki (Cyperus rotundus)

Gulma teki (Cyperus rotundus) berasal dari India. Gulma teki (Cyperus rotundus) tersebar luas di daerah tropik di seluruh dunia. Sangat umum di Malaysia dan Indonesia (Mangoensoekarjo, 2013)

Rumput teki tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut (Gunawan, 1998). Rumput teki banyak ditemukan di tempat yang memiliki kelembaban 60 - 85% dan menerima curah hujan lebih dari 1000 mm pertahun. Suhu untuk pertumbuhan rumput teki adalah 250C dan pH tanah berkisar 4,0 – 7,5 (Lawal dan Oyedeji, 2009 dalam Prasetya 2018).

2.4.3 Morfologi Gulma Teki (Cyperus rotundus) a. Akar

sistem perakaran serabut dan akarnya berwarna putih kotor. Umbinya memiliki panjang sekitar 1-3cm, berbentuk bulat atau lonjong, berlekuk , kulit umbi berwarna hitam, di bagian dalam berwarna putih kemerahan, dan memiliki bau yang seperti rempah-rempah (Sudarsono dkk, 1996 ; Balitbangkes, 2000 dalam Prasetya, 2018).

Gambar 2.1. Akar gulma teki (Cyperus rotundus) Sumber : Sembiring, 2020

(8)

12 b. Batang

Tegak berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2mm, membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal batang (Nasution, 1984).

Gambar 2.2 Batang gulma teki (Cyperus rotundus) Sumber : Sembiring, 2020

c. Daun

Helai daun kaku berbentuk garis, licin, tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang yang membawa bunga, lebarnya 2-6 mm. Upih daun tumpang tindih menangkup pangkal batang, dan bagian pangkal berwarna ungu (Nasution, 1984).

(9)

13

Gambar 2.3 Daun gulma teki (Cyperus rotundus) Sumber : Sembiring, 2020

d. Bunga

Bulir longgar, terbentuk di ujung batang, braktea dua sampai empat, tidak rontok, panjangnya lebih kurang sama atau melebihi panjang perbungaan, percabangan utama tiga sampai sembilan yang menyebar, satu bulir berbunga sepuluh sampai empat puluh (Nasution, 1984).

Gambar 2.4 Bunga gulma teki (Cyperus rotundus) Sumber : Sembiring, 2020

2.4.4 Mamfaat Rumput Teki (Cyperus rotundusL.)

Khasiat dari umbi rumput teki secara farmakologi dan biologi yaitu sebagai anti-candida, anti-inflamasi, antidiabetes, sitoprotektif, antimutagenik, antimikroba, antibakteri, antioksidan, sitotoksik, dan apoptosis, serta analgesik antipiretik untuk tanaman ini (Lawal dan Adebola 2009).

(10)

14

Manfaat rumput teki yang lain yaitu obat untuk mempercepat pematangan bisul, obat cacing, pelembut kulit, peluruh dahak, peluruh haid, Rimpang rumput teki telah banyak dimanfaatkan masyarakat yang ada di berbagai daerah secara tradisional yang digunakan sebagai obat, bentuk rebusan digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit mulut dengan cara dijadikan obat kumur, panas, disentri, obat cacingan.

Selain itu, rumput teki dapat digunakan juga sebagai air pencuci anti keringat, serta akar yang sudah menjadi bubuk dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi dan obat borok. Selain itu manfaat dari rumput teki dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit (analgesik), arbortus (keguguran) (Wijayakusuma, 2000 dalam Prasetya, 2018).

2.5 Tanaman Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff)

2.5.1 Klasifikasi Tanaman Mangga Kweni (Mangifera Odorata Griff) Klasifikasi tanaman mangga adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Sapindales Family : Anacardiaceae Genus : Mangifera L.

(11)

15

Gambar 2.5 Daun mangga kweni (Mangifera odorata Griff) Sumber : Sembiring, 2020

2.5.2 Deskripsi Tanaman Mangga Kweni (Mangifera Odorata Griff) Kata mangga berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau man-kay. Dalam bahasa ilmiah, mangga disebut Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari India (Rohmaningtyas, 2010). Sekitar abad ke-4 SM, tanaman mangga menyebar ke berbagai negara, yakni melalui pedagang dari India sampai ke Semenanjung Malaysia. Pada tahun 1400 dan 1450, mangga mulai ditanam di kepulauan Sulu dan Mindanau, Filipina, dan pada tahun 1665 di kepulauan Maluku (Pracaya, 2011 dalam Prasetya 2018).

2.5.3 Morfologi Tanaman Mangga Kweni (Mangifera Odorata Griff) a. Akar)

Mangga berakar tunggang (bercabang-cabang), dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil yang ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Kegunaan akar :

- Menguatkan tegaknya pohon

- Menyerap unsur hara dari dalam tanah - Alat pernafasan dari dalam tanah

Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam tanah diambil oleh bulu akar hanya yang dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang diambil. Jadi bulu akar hanya mengetahui unsur hara yang diperlukan tanaman (Rohmaningtyas, 2010).

(12)

16 b. Batang

Batang ialah bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras dan kuat. Pada batang yang masih muda lapisan yang paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis, kemudian kulit ini diubah menjadi lapisan gabus. Dalam lapisan kayu terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa unsur-unsur hara dari akar ke atas. Dalam lapisan kulit terdapat lapisan sel yang membawa unsur hara dari daun ke bagian lainnya. Lapisan sel yang di antara kedua lapisan tersebut disebut kambium atau daging pembiak (Rohmaningtyas, 2010).

c. Daun

Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, yang dinamakan kulit ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil yang yang dinamakan mulut kulit. Melalui mulut kulit inilah udara dapat keluar atau masuk ke dalam badan daun. Tiap-tiap bagian tanaman mempunyai fungsi sendiri-sendiri yaitu untuk bernafas dan asimilasi (Rohmaningtyas, 2010).

d. Bunga

Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa (Rohmaningtyas, 2010).

(13)

17 e. Buah

Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus samapai Oktober yaitu pada musim kemarau. Musim ini sangat baik pengaruhnya terhadap proses pembentukan dan pembesaran sampai pemasakan buah di pohon . Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Bentuk buah mangga bermacam-macam : bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong (Rohmaningtyas, 2010).

2.5.4 Alelopati Daun Mangga (Mangifera Odorata Griff)

Prinsip utama alelopati adalah bahwa tumbuhan menghasilkan berjutajuta senyawa kimia atau yang disebut alelokimia. Beberapa senyawa alelokimia mengubah fungsi fisiologis dan pertumbuhan dari spesies. Alelokimia yang umumnya ditemukan adalah asam sinamat dan asam benzoate, flavonoid dan berbagai terpene (Singh dkk, 2003 dalam Prasetya, 2018).

Daun mangga telah diketahui memiliki senyawa anti bakteri, anti inflamasi, dan anti diabetes serta banyak senyawa-senyawa yang berkhasiat untuk dijadikan obat seperti mangiferin, galotanin, catechin, epi-catechin, epigalocatechin dan bensofenon (Barreto dkk, 2008; Masibo dan He, 2008). Daun mangga juga telah diketahui memiliki senyawa dengan potensi alelopati terhadap beberapa tanaman seperti flavonoid, asam fenol, tanin, saponin dan steroid (Sahoo dkk, 2010; El- Rokiek dkk, 2011; Ashafa dkk, 2012; Khan dkk, 2013; Saleem dkk, 2013 dalam Prasetya, 2018).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Aiyelaagbe and Osamudiamen (2009) menunjukkan bahwa daun mangga dari Nigeria memiliki senyawa seperti saponin, steroid, tanin, dan flavonoid. Daun mangga juga mengandung fenol seperti ferulic, asam cumaric, benzoat, 12 chlorogenic, caffeic, gallic, hidroksibenzoat dan sinamat (El-Rokiek dkk, 2010 dalam Prasetya, 2018).

(14)

18

Menurut Penelitian Suzuki dkk (2016) bahwa daun mangga memiliki senyawa kimia khusus yang bersifat alelopati yaitu metil gallate. Metil gallate memiliki aktivitas efek penghambatan pada daun mangga. Selain itu, metil gallate juga memiliki efek biologis seperti anti tumor, antioksidan, anti HIV, anti bakteri, anti kanker, dan anti inflamasi (Lee dkk, 2013; Wang dkk., 2014; Chaudhuri dkk, 2015; Kamatham dkk, 2015 dalam Prasetya, 2018).

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun performan itik hasil persilangan tersebut memperlihatkan pertumbuhan dan produksi telur yang lebih baik dari itik lokal yang ada dilokasi sekitar penelitian,

Domain lingkungan terdapat (52,4%) responden sangat sering merasa aman dalam kehidupan sehari-hari, (52,4%) responden merasakan sedikit sehat akan lingkungan tempat

a. Mengetahui jenis merger dari penggabungan usaha BPR-BKK Karangmalang Sragen dan tujuan pemegang saham melakukan merger. Mengetahui dampak merger bagi para pihak. Hasil

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir “Pembenihan dan Pembesaran Udang Vaname, Litopenaeus vannamei, Di PT Esaputlii Prakarsa Utama, Sulawesi Selatan” adalah

Setakat yang dibenarkan oleh undang-undang, tidak di dalam apa-apa keadaan Penganjur atau pegawai, pekerja, wakil dan/atau ejen (termasuk, mana-mana pembekal

dengan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 034/SEK/SK/VI/2010 tanggal 30 Juni 2010 tentang Penerapan Standar Biaya Perjalanan

menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kemampuan penalaran matematis siswa yang diberi perlakuan pendekatan M-APOS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi

Dibawah ini dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisa tentang Hubungan Jarak Kelahiran Dan Berat Bayi Lahir Dengan Kejadian Ruptur