• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru PAI dalam Mengimplementasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Guru PAI dalam Mengimplementasi"

Copied!
387
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

ميحرلا نمرلا ها مسب

نماعْلا ِبَر ِهلِل ُدِنَحْلَا

,

نيدلاوايندلا رومأ ىلع نعتسن هبو

,

نيبنلا ِماخ دنح ىلع هلسو ها ىلصو

,

نعما هبحصو هلاو

هيظعلا ىلعلا هاباا ةوقاو ل وحاو

.

Segala pujian dan sanjungan kehadirat Allah swt. yang telah menganugerahkan hidayat dan taufiq-Nya sehingga penilis dapat merampungkan karya ilmiah, salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad Saw., beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Penulis menyadari dalam karya ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi penulisan maupun kualitas. Oleh karena itu, kepada akademisi atau pembaca, penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan koreksi yang bersifat konstruktif.

Penyusunan karya tulis ini banyak mengalami kendala atau tantangan, namun dapat teratasi atas saran dan masukan dari berbagai pihak serta berkat pertolongan Allah Swt.

(4)

iv

© Hak Cipta pada pengarang

Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun tampa seizin penerbit, kecuali untuk kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Judul Buku : Strategi Guru PAI dalam Mengimplemen- tasikan Pendidikan Karakter di Sekolah Penulis : Prof. Dr. H. Muhammad Siri Dangnga,M.S

Hardianto, S.Pd.I., M.Pd.I

Ukuran: 15,5 x 23 cm; Halaman Viii+378. Cetakan Pertama, Januari 2017

Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdin Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Parepare

Kampus II Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Parepare Tlp/Fax: (0421) 22757 (0421) 25524

ISBN: 978-602-60673-5-7

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tampa hak melakukan perbuatan Sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sdikit Rp. 1.000.000.00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) Tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000;00 (lima milyar rupiah.

(5)

v

KATA PENGENATAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I Pendidikan untuk Bangsa ... 1

BAB II Mewujudkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Masa Depan ... 15

BAB III Strategi Pembelajaran dalam

Model Pembelajaran ... 36

BAB IV Starategi Pembelajaran ... 74

BAB V Strategi Pembelajaran Koomperatif Learning dan Interaktif Learning . 94

BAB VI Penilaian Hasil Pembelajaran ... 107

BAB VII Pendidikan Karakter ... 195

BAB VIII PAI dalam Terapan Strategi

Pembelajaran Pendidikan Karakter 211

BAB IX Faktor-Faktor Penunjang Starategi Pembelajaran

Pendidikan Karakter ... 231

BAB X Implementasi Kegiatan

Berkarakter di Sekolah ... 251

BAB XI Sugesti Kalam dan Berkah Doa ... 331

BAB XII Kualitas Pendidikan yang Utama .. 360

DAFTAR PUSTAKA ... 363

INDEKS ... 373

(6)

PENDIDIKAN UNTUK BANGSA

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah meningkatnya kualitas pendidikan warga negaranya. Kualitas pendidikan warga negara menjadi sangat penting mengingat persaiangan global pada masa mendatang semakin pesat. Kemajuan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu prestasi besar dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan analisis dari beberapa pakar pendidikan menyebutkan tiga faktor utama penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia.

Pertama, pendidikan lebih berorientasi output dan

kurang berorientasi pada proses. Kedua, pendidikan lebih bersifat birokratis-sentralistis.

Ketiga, peran guru, keluarga, dan masyarakat

masih kurang.

Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik, sehingga

(7)

mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya masa lampau dipromosikan, diteliti dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa sesuai dengan zaman peserta didik. Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi berkelanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa depan.

Pencapaian kualitas hasil pendidikan kerapkali ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam memberikan materi pelajaran dan mewujudkan peran-perannya dalam menjalankan proses pembelajaran. Hasil observasi dan kajian sejumlah pihak menunjukkan bahwa guru-guru Sekolah Dasar (SD) dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat sejumlah kelemahan dan kekurangan.

(8)

bahwa tidak ada kualitas proses pembelajaran tanpa ada kualitas perilaku pendidik, dan tidak ada kualitas hasil pendidikan tanpa ada kulaitas proses pembelajaran. Intinya kualitas hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas perilaku pendidik. Karena itu, tidak ada anak yang tidak bisa didik, yang ada adalah pendidik yang belum berhasil mendidik.

Pendidik selalu dituntut menguasai sejumlah besar keterampilan profesional pembelajaran. Misalnya, mengajar anak-anak membaca dan menulis, memahami fenomena kehidupan, memahami dan menggunakan prinsip fundamental agama, menggunakan intelegensi dan imajinasi yang sedang berkembang. Semua ini membutuhkan guru yang multi disiplin ilmu untuk menguasai isi mata pelajaran serta pokok bahasan yang diajarkan dikelasnya, disamping kemampuan mengelola kelas, menerangkan secara jelas, mengajukan pertanyaan yang berkualitas dan sesuai dengan taraf pemahaman murid-murid, dan memonitor serta menilai proses dan hasil belajar.

(9)

kedudukan pendidik sebagai satu-satunya key note

speaker dalam pembelajaran. Teknologi informasi

menjadi tantangan bagi fleksibilitas dan adaptibilitas pendidik dalam mengakomodasi perkembangan baru yang potensial.

Sesuai dengan pengamatan penulis pada berbagai Sekolah Dasar, pendidik yang memanfaatkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai media pembelajaran masih relatif sedikit dari pada pendidik yang mampu menggunakan media pembelajaran elektronik. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat usia dan skill penggunaan media yang kurang, Misalnya kemampuan mengoperasikan laptop dalam mengakses internet sebagai bahan pengayaan pembelajaran.

(10)

dengan keluarga peserta didik) dan peran yang lain.

Dalam sebuah Kongres Anak Nasional berkembang suatu topik yang menggembarkan betapa banyak sekolah di tanah air yang sarat dengan pelanggaran hak anak. Sekolah yang seharusnya untuk anak, berubah menjadi: anak untuk sekolah. Sekolah menjadi tidak nyaman dan tidak ramah pada anak. Tidak lagi merupakan taman indah untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter.

Pendidikan Indonesia bagi peserta didik sebagai objek dan subjek pembelajaran diarahkan kepada pembentukan karakter. Salah satu pendidik yang sangat berperan dalam penanaman nilai-nilai karakter adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan Agama telah diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain pada pasal 12 ayat (1a) bahwa:

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

(11)

keberagamaan peserta didik sebagai indikator-indikatornya antara lain:

1. Membudayanya ketidak jujuran dan rasa tidak hormat anak kepada orang tua dan guru dikalangan anak-anak dan remaja.

2. Maraknya peserta didik yang gemar menyaksikan gambar atau situs-situs porno. 3. Maraknya pacaran yang melampaui batas pra

nikah.

4. Meningkatnya tawuran antar pelajar. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor, lebih banyak setingkat pelajar.

5. Semakin maraknya peserta didik yang gemar bermain, sehingga melalaikan kewajiban sebagai anak kepada orang tua, pelajar dan makhluk Allah swt.

6. Semakin maraknya pemakai narkoba serta minuman alkohol dikalangan remaja.

7. Menurunnya semangat belajar, etos kerja, kedisiplinan dan kecendrungan untuk memperoleh hidup mudah tanpa kerja keras. 8. Menurunnya rasa tanggung jawab peserta

didik, baik pada diri, keluarga, lingkungan masyarakat dan warga negara.

9. Membudayanya nilai materialisme dikalangan peserta didik.

(12)

peserta didik. Walupun terdapat faktor penyeimbang yaitu sejumlah prestasi berhasil diraih oleh peserta didik di tingkat nasional maupun internasional.

Peserta didik belajar karena kebutuhan otak dan tuntutan perkembangan fisiknya. Pekerjaan otak selalu menerima informasi dari manapun. Informasi ada yang perlu diolah lagi selalu (dalam bentuk kegiatan berpikir) untuk menjadi sebuah pengetahuan baru. Ada juga informasi yang berdiri sendiri. Kebutuhan otak merupakan tuntutan alami dan tidak bisa kita hentikan. Sama halnya tidak mungkin menghentikan denyut jantung. Oleh karena itu, tidak ada anak yang malas atau enggan, bahkan tidak mau belajar, sebenarnya itu diakibatkan oleh proses belajar yang salah dan tidak sesuai dengan kondisi peserta didik.

Kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh beberapa faktor, Raw input (bahan baku) dibentuk melalui proses pembelajaran (Learning Teacher

Process). Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (environmental input) dan faktor instrumental (instrumental input), faktor-faktor tersebut berinteraksi antara satu sama lain dan saling memberikan pengaruh dalam menghasilkan

output.

(13)

proses pendidikan kedalam seluruh aspek pembelajaran. Dikotomi ilmu pengetahuan sudah saatnya untuk ditinggalkan. Karena itu metode pendidikan agama tidak hanya sebatas transfer of

knowledge yang menghafal sejumlah ayat-ayat dan

hadis, tetapi tidak mengaplikasikan makna kandungannya dalam kehidupan.

Pemerintah dan pemerhati dunia pendidikan melakukan upaya sungguh-sungguh dalam mencermati fenomena peserta didik dengan bersikap positif. Kegiatan tersebut dapat dilihat dengan penggunaan busana muslim dan

muslimah, semaraknya shalat berjama‟ah,

tadarrus dan tilawah al-Qur‟an. Berkembangnya sekolah-sekolah berbasis nilai agama, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) atau Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT).

Guru PAI merupakan salah satu penentu yang menjadi tumpuan harapan dan andalan masyarakat, bangsa dan negara dalam hal pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah. Sangat mutlak bagi setiap Guru PAI untuk memahami, menghayati dan mengarahkan segala potensi yang ada untuk merumuskan dan mencapai tujuan tersebut.

(14)

cenderung terfokus pada strategi exposition learning.

Guru PAI dituntut untuk dapat mengembangkan kurikulum pembelajaran yang berdaya saing pada tingkat nasional dan internasional. Hal itu sejalan dengan tuntutan akan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing di tingkat nasional dan global, memadukan perkembangan kemajuan teknologi ilmu komunikasi dengan pembelajaran, mampu mengembangkan pembelajarannya kearah pendidikan Islam multikulturalis, mampu mengembangkan kurikulum pembelajaran berbasis

multiple intelligence, dan mampu menciptakan

peserta didik yeng memiliki idealisme dalam memperebutkan persaingan kompetitif era globalisasi.

(15)

tetaplah dominan. Karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus pada proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat tergantikan oleh teknologi.Seperti teknologi tidak dapat memberikan teladan kehidupan kepada peserta didik.

Sekolah yang bercirikan Islam dengan segala sarana dan prasarana serta para pendidik dengan kompetensi yang dimiliki harus mampu mengimplementasikan integrasi ilmu pengetahuan dan menolak dikotomi ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam.

Pendikotomian merupakan simbol kejatuhan peradaban umat Islam. karena sesungguhnya setiap aspek harus dapat mengungkapkan relevansi Islam dalam ketiga sumbu tauhid, yaitu tauhid pengetahuan, tauhid hidup dan tauhid sejarah. Para pakar pendidikan Islam telah berusaha melakukan kajian ingtegrasi ilmu

pengetahuan, seperti yang dilakukan oleh M. Natsir, Mukti Ali dan Harun Nasution.

(16)

Khusus di lembaga pendidikan umum, pendidikan agama disajikan pada dataran memperkenalkan ajaran-ajaran agama sesuai dengan pemeluknya, bertujuan menanamkan karakter kepada peserta didik sesuai dengan konsep ajaran Islam dan mengimplementasikan dalam kehidupan. Secara umum dapat dipahami bahwa materi yang disampaikan program pendidikan agama adalah materi-materi yang dapat menyentuh permasalahan kegamaan yang dialami peserta didik. Materi tersebut berkaitan dengan ketauhidan, ibadah, karakter dan muamalah.

Pengembangan semua mata pelajaran tersebut perlu didukung oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi pedagogis religius, personal religius, sosial religius, dan profesional religius, yang mengikutsertakan kualitasIQ (Intelligence Question), EQ (Emotional

Question), CQ (Creativity Question) dan SQ

(Spiritual Question), serta didukung oleh media, dan

(17)

perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.

Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa;

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Guru PAI dalam melaksanakan pembela-jaran mempunyai beban moral di masyarakat, tanggung jawab kepada negara dan bentuk ibadah kepada Allah swt. Guru merupakan tugas mulia, profesi kenabian dalam mendidik umat manusia pada jalan fitrah. Sifat-sifat mulia yang disandang oleh nabi, seyogyanya dimiliki oleh guru, terutama sifat wajib nabi, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan

fathanah dan menjauhi sifat-sifat yang

menjauhkan rahmat dari Allah swt.

(18)

strategi pembelajaran, kesiapan peserta didik, serta situasi dan kondisi lingkungan. Banyak segi yang harus diperhitungkan dalam pemilihan strategi, dalam artian tidak boleh ada sikap fanatik terhadap strategi tertentu.

Strategi yang yang dilaksanakan pendidik di sekolah adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada Student Centered Learning yang lebih dikenal dengan istilah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu sebuah strategi pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk belajar secara demokratis dan merangsang timbulnya inspirasi, kreasi, inovasi, etos kerja, dan semangat hidup. Peserta didik didorong untuk bisa memperoleh pengetahuan dengan aktivitas, kreativitas, dan caranya sendiri, sehingga tumbuh kemampuan dan kecintaannya untuk belajar.

Strategi pembelajaran yang dijalankan dengan baik, dengan mudah dapat membentuk ranah afektif, kognitif dan psikomotorik peserta didik, sehingga implementasi pendidikan karakter dapat terwujud dalam setiap kegiatan peserta didik yang ahsanu taqwim.

(19)
(20)

MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI MASA DEPAN

A. Pilar-Pilar Pembelajaran

Melalui Komisi Internasional untuk pendidikan abad ke-21, menyarankan diterapkannya empat pilar pembelajaran, yaitu

learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be.

1.Learning to know

Suatu proses pembeljaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan menerapkan cara memperoleh pengetahuan, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban ilmiah atas masalah yang dihadapi. Sasaran terakhir dari pilar ini adalah lahirnya generasi yang mampu mendukung perkembangan budaya IPTEK.

(21)

2.Learning to do

Pilar ini menjadikan berbagai jenjang pendidikan harus memungkinkan peserta didik dalam proses pembelajarannya sampai pada tingkatan penggunaan IPTEK secara cerdas dan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit. Ini jelas memerlukan suatu lembaga pendidikan dengan tenaga guru profesional, sarana dan prsarana yang memadai dan suasana pembelajaran yang kondusif.

3.Learning to live together

(22)

4.Learning to be

Tercapainya tiga pilar di atas akan menimbulkan rasa percaya diri setiap peserta didik, hasil akhirnya adalah manusia yang mampu mengetahui eksistensi dirinya, dalam bahasa UU No. 20 Tahun 2013 adalah manusia yang berkepribadian mantap dan mandiri. Manusia yang memiliki kecerdasan majemuk (multiple

intelligences). Menjadi keyakinan para pakar

pendidikan, bahwa hanya dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya empat pilar proses pembelajaran tersebut, fungsi konstitusional dari diselenggrakannya satu sistem pendidikan naional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang terangkum dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, akan dapat terlaksana. Sekarang ini, Pemerintah dalam upaya penanaman karakter mewujudkan melalui pelaksanaan kurikulum 2013.

(23)

(direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional).

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, menalar, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

(24)

setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap.

B. Orientasi Masa Depan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gagasan konsep belajar sepanjang hidup untuk pengembangan program pendidikan dasar dan menengah harus memberikan tekanan yang lebih besar pada salah satu dari empat pilar yang diusulkan atau mensinergikan seluruh empat pilar. Misi pendidikan adalah memungkinkan setiap orang tanpa kecuali untuk mengembangkan sepenuhnya semua bakat individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap hidup sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi. Misi ini akan dapat tercapai dengan melalui strategi yang disebut pembelajaran sepanjang hidup (learning throughout life), yang dipandang sebagai detak jantung dari masyarakat dalam mengembangkan suatu masyarakat belajar (learning society).

(25)

mengah masa depan perlu mengakomodasikan secara sistematis dimensi-dimensi pengembangan peserta didik sebagai berikut:

1. Pengembangan dimensi pribadi a. Religi: kesadaran beragama

b. Fisik: Kesehatan jasmani dan pertumbuhan c. Emosi: kesehatan mental dan stabilitas emosi d. Etika: integritas moral

e. Estetika: pengejaran kultural dan rekreasi 2. Pengembangan dimensi kecerdasan

a. Penguasaan pengetahuan: konsep-konsep dan informasi

b. Komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan menyampaikan informasi c. Penciptaan pengetahuan: cara pemeriksaan,

diskriminasi dan imaginasi

d. Hasrat akan pengetahuan: kesukaan akan belajar.

3. Penyebaran dimensi sosial

a. Hubungan antar manusia: kerjasama, toleransi.

b. Hubungan individu-negara: hak dan kewajiban civic, kesetiaan dan patriotisme, solidaritas nasional.

c. Hubungan individu-dunia: hubungan antar bangsa-bangsa, pemahaman dunia.

d. Hubungan individu-lingkungan hidupnya: ekologi

(26)

a. Pilihan pekerjaan: informasi dan bimbingan. b. Persiapan untuk bekerja: latihan dan

penempatan.

c. Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga, keterampilan mengerjakan sesuatu sendiri, perkawinan.

d. Konsumen: membeli, menjual, investasi.

Pengembangan program belajar pendidikan dasar masa depan perlu mendorong dan memfasilitasi penggalian potensi pendidikan dari media teknologi informasi modern, dunia kerja atau kultural, dan pengisian waktu luang. Selain itu perlu dikembangkan pula kebiasaan peserta didik untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri.

Kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan menengah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik.

2. Menegakkan kelima pilar belajaran, yaitu a. Belajar untuk beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Belajar untuk memahami dan menghayati c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan

berbuat secara efektif

(27)

e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui pembalajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik.

4. Suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka dan hangat.

5. Menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan tekonologi yang memadai dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan

budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam kondisi keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas.

(28)

pemenuhan prinsip-prinsip yang didalamnya terdapat lima pilar belajar akan memudahkan keberhasilan pembelajaran yang berorientasi masa depan.

C. Arah Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Membahas tentang arah guru Pendidikan Agama Islam maka tidak akan bisa lepas dari pembahasan peran dan tugas guru serta tujuan dan fungsi PAI itu sendiri. Fungsi PAI dapat diperankan oleh guru PAI atau dan Budi Pekerti (BP). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang dimaksud adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan, yang pengamalannya dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyebutan guru PAI dan BP, penulis menyesuaikan dengan kurikulum 2013.

(29)

yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:

1. Hubungan manusia dengan Allah Swt.

Membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

2. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Menghargai, menghormati dan mengem-bangkan potensi diri yang berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

3. Hubungan manusia dengan sesama

Menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.

4. Hubungan manusia dengan lingkungan alam. Penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial.

(30)

Tujuan praktis PAI adalah menghasilkan generasi Islam yang memiliki kecerdasan beribadah secara vertikal dan secara horizontal. Kecerdasan ibadah horizontal di sini tidak hanya berkaitan dengan perintah ibadah rutinseperti zakat, berkurban, Aqikah, sedekah, infaq atau muamalah. Namun PAI juga mampu menciptakan generasi yang memiliki semangat dalam mengkaji dan mengaktualisasikan ilmu alam atau humaniora serta senantiasa bermusyawarah dan melakukan penelitian dalam memecahkan masalah untuk kemaslahatan umat.

(31)

dalam berperilaku. Jika ini bisa berjalan sesuai dengan semestinya maka tujuan PAI untuk menciptakan kultur Islami bisa tercapai.

1. Tujuan dan Fungsi PAI

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan serta membentuk karakter religius dalam kehidupan peserta didik yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang beriman dan bertakwa. Pencapaian tujuan ini sedikit sulit dan memerlukan kesabaran, karen hasilnya tidak segera terlihat mengingat hal tersebut menyangkut masalah mental dan kepribadian. Sikap yang demikianlah itulah

justru kadar keimanan dapat “dinilai” dan

dengan keimanan itu pulalah nantinya peserta didik akan menjadi manusia dewasa yang istikamah beragama dan toleransi. b. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang

(32)

spiritual ibadah. Tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu memudahkan pembentukan karakter sesuai dengan ajaran agama Islam.

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua aspek kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan komprehensif. Islam rahmatan lil alamin dapat tercipta sebagai wujud keterampilan mengaktualisasikan ajaran Islam yang benar .

Penyelenggaraan proses pembelajaran PAI di sekolah antara lain berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan,

PAI di sekolah diselenggarakan dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakqwaan peserta didik kepada Allah swt. Guru memiliki fungsi menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan yang telah dimiliki, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan dan pembiasaan agar keimanan dan ketaqwaan peserta didik berkembang secara optimal sesuai tingkat perkembangan psikologis. b. Penyaluran

(33)

agar bakat tersebut dapat tersalurkan dan berkembang secara optimal unutk kemaslahatan dirinya dan orang lain. Guru secara langsung tidak mampu memberikan keimanan bagi peserta didik, tetapi dapat menjadi perantara (wasilah) atau penyalur nilai-nilai ketaqwaan melalui kharisma seorang guru.

c. Perbaikan

PAI diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kelemahan yang dimiliki.

d. Pencegahan

Hal-hal negatif dari lingkungan atau pemgaruh perkembangan IPTEK yang

bertentangan dengan ajaran syari‟at Islam

dapat difilter dengan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam melalui pembelajaran PAI.

e. Penyesuaian

Pembelajaran PAI harus mampu diterima, yaitu pembelajaran PAI menyesuaikan Interaksi yang dihadapi peserta didik di lingkungan dan perkembangan kepribadian. f. Sumber Nilai

(34)

agama harus mampu menjadi pedoman hidup bagi peserta didik.

Tujuan dan Fungsi PAI dapat dilaksanakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran. Guru PAI memiliki peran dan fungsi yang sama dengan guru pada umumnya. Suparlan memberikan kemudahan dalam mengenal peran guru dengan

kode “EMASLIMDEF”, secara sederhana dapat

dijelaskan pada tabel berikut: Akronim Peran Fungsi

E Educator

1. Mengembangkan kepribadian 2. Membimbing

3. Membina budi pekerti 4. Memberikan

pengarahan

M Manager

1. Mengawal

pelaksanaan tugas dan fungsi

berdasarkan ketentuan dan

perundang-undangan yang berlaku

A Administrator

1. Membuat daftar presensi

(35)

3. Melaksanakan teknis administrasi sekolah

S Supervisor

1. Memantau 2. Menilai 3. Memberikan

bimbingan teknis

L Leader

1. Mengawal

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

I Inovator

1. Melakukan kegiatan kreatif

2. Menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran

M Motivator

(36)

2. Memberikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan

kemampuan dan perbedaan individual peserta didik

D Dinamisator

1. Memberikan dorongan kepada peserta didik dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif

E Evaluator

1. Menyusun

instrumen penilaian 2. Melaksanakan

peniilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian

3. Menilai pekerjaan peserta didik

F Fasilitator

(37)

D. Karakteristik Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

(38)

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya (project based learning), dan berbasis pemecahan masalah (problem based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

Mencipta

Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah:

1. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan agama Islam

(al-Qur‟an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan

sejarah peradaban Islam).

(39)

seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. 3. Diberikannya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.

4. PAI dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.

(40)

ulama dapat mengembangkannya dengan lebih rinci dan mendetail dalam kajian fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

(41)

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN

A. Model Pembelejaran

Terdapat banyak model-model pembelajaran, Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diantaranya:

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).

Direct Instruction diartikan dengan Instruksi

Langsung dikenal juga dengan active learning atau ada juga yang menamakan whole-class teaching. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yang mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada mereka.

Karena model ini masih merupakan rentetan dari model pembelajaran behavioral, maka sasaran yang dilakukan oleh guru adalah pencapaian tingkah laku yang lebih positif dan lebih baik dari

(42)

sebelumnya, kepada seluruh peserta didik dalam model ini juga, guru menjelaskan mengenai suatu konsep baru kepada peserta didik. Pembela-jarannya ditekankan pada aspek modelling,

reinforcement (penguatan), feedback (respon balik),

successive approximation (perkiraan suksesif), yang

pada akhirnya tercipta tingkah laku peserta didik yang lebih positif.

Oleh karena karakternya yang seperti itu, tidak semua materi dapat menggunakan model ini, model ini hanya dapat diterapkan pada materi-materi yang membutuhkan latihan, meskipun demikian model ini mempunyai track record empiris yang cukup solid.

Untuk pembelajaran PAI dan Budi Pekerti misalnya, guru dapat melaksanakan model ini pada materi memahami surah dalam al-Qur‟an dan materi praktik bersuci atau shalat.

1. Prinsip

Prinsip-prinsip rancangan dalam model Direct Instruction ini adalah :

a. Konseptualisasi performa pembelajaran ke dalam tujuan-tujuan dan tugas-tugas;

b. Menguraikan tugas-tugas tersebut ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil;

c. Mengembangkan aktivitas-aktivitas latihan; d. Memastikan adanya penguasaan;

(43)

adanya transfer antara satu komponen dengan komponen yang lain;

f. Terpenuhinya prasyarat pembelajaran sebelum menapaki pembelajaran berikutnya.

2. Keunggulan

Keunggulan dari model direct instruction ini adalah :

a. Fokus terhadap pencapaian akademik peserta didik;

b. Arahan dan kontrol guru sangat dominan c. Harapan yang tinggi untuk peserta didik;

d. Sistem manajemen waktu sangat ketat sehingga dalam jangka waktu tertentu pencapaian kemampuan akademik peserta didik dapat terpenuhi.

Keunggulan-keunggulan yang dipaparkan di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa model ini dirancang sedemikian rupa untuk membuat sebuah lingkungan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian prestasi akademik dan mengharuskan peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada saat melaksanakan tugas-tugasnya.

(44)

melaksakan Praktik. Adapun pelaksanaan dari model ini terbagai menjadi tiga tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan model ini, guru

membuat „kontrak belajar‟ yang berisi :

1) Menentukan materi pelajaran;

2) Melakukan peninjauan terhadap materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan datang (appersepsi);

3) Menentukan tujuan pelajaran

4) Menentukan prosedur pembelajaran dianta-ranya adalah: arahan yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang harus dilakukan;

5) penjelasan tentang aktivitas yang harus dilakukan dan dijalani selama proses pembelajaran;

6) Membuat rekapitulasi hasil pelajaran (daftar nilai).

b. Tahap Pelaksanaan

1. Presentasi yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :

a. Menyajikan materi dengan singkat, padat dan memikat;

b. Menyediakan beragam contoh tentang keterampilan baru;

c. Memberi gambaran mengenai tugas pembelajaran;

(45)

e. Menjelaskan poin yang sulit. 2. Praktik yang terstruktur

a. Guru menuntun peserta didik dengan cara memberi contoh

b. Peserta didik merespons;

c. Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat paraktek yang benar.

3. Praktik di bawah bimbingan guru

a. Peserta didik melakukan praktik lagi di bawah bimbingan guru

b. Guru menyuruh peserta didik melakukan Praktik secara bergiliran.

4. Diskusi

Guru menguji pemahaman peserta didik tentang skill yang baru diajarkan dengan cara menanyakan pertanyaan yang efektif kepada mereka, dengan cara:

a. Mengajukan pertanyaan yang konvergen yaitu pertanyaan yang mengarah pada satu jawaban;

b. Memastikan bahwa seluruh peserta didik memiliki kesempatan untuk merespons; c. Mengajukan pertanyaan pada mereka selama

beberapa waktu;

(46)

Guru memberi respons balik. Dalam memberikan respons balik, hendaknya seorang guru menjadi guru yang efektif dengan kriteria:

a. Apabila jawaban peserta didik salah, guru tidak menghakimi;

b. Tanggap terhadap peserta didik;

c. Guru menjelaskan dengan objektif apabila peserta didik mempunyai nilai baik.

5. Tahap Akhir

Tahap akhir dari rangkaian model Direct

Instruction ini adalah dengan melaksanakan praktik mandiri, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peserta didik melakukan praktik secara mandiri di kelas atau di rumah

b. Guru menunda memberikan respons terhadap peserta didik apabila mereka belum menyelesaikan seluruh rangkaian materi pelajaran.

c. Praktik mandiri dilakukan beberapa kali, dalam jangka waktu yang lama.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang merupakan stressing dari model pembelajaran Direct Instruction ini, yaitu:

(47)

menjadi aktif. Cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam mengarahkan mereka adalah dengan persiapan yang matang dan penyajian yang optimal.

2. Inti dari model ini adalah aktivitas praktik peserta didik.

Tingkat Praktik yang dimaksud adalah memperkenalkan skill baru, dengan cara:

a. Membuat pengelompokan

b. Peserta didik melaksanakan Praktik

c. Peserta didik melaksanakan Praktik mandiri

d. Peserta didik menguasai dengan kesalahan yang minimal.

3. Penggunaan waktu yang optimal, karena panjang pendeknya sesi berdasarkan pada satu asumsi; semakin sering seseorang untuk mempraktikan sebuah skill, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakannya. Sebaliknya semakin jarang seseorang untuk mempraktikan sebuah skill, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melupakannya. 4. Kebutuhan akan pemantauan skill peserta

didik

a. Peserta didik sangat membutuhkan respons balik dari guru yang sifatnya korektif untuk mencegah prosedur yang tidak benar

(48)

c. Mereview pelajaran secara berkala

d. Peserta didik tidak dibiarkan untuk tidak mengulang-ulang skillnya, langkah ini merupakan antisipasi supaya mereka tidak melupakannya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning mencakup suatu

kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning

jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Cooperative learning

menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam

cooperative learning agar lebih menjamin para

(49)

mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yangn terstruktur. Termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positis, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

1. Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelmin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

2. Tujuan pembelajaran kooperatif a. Hasil belajar akademik

(50)

tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

c. Penerimaan terhadap perbedaan individu d. Efek penting yang kedua adalah

penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

e. Pengembangan keterampilan sosial

f. Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif:

a. Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.

b. Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

c. Interaksi tatap muka

(51)

kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum melakukan pembelajaran, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

4. Prosedur Pembelajaran Koperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :

a. Penjelasan materi

(52)

b. Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masning yang telah dibentuk sebelumnya. c. Penilaian

Penilain dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok

d. Pengakuan Tim

Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi (Wina Sanjaya: 2008).

3. Model Pembelajaran Kontekstual

(53)

Untuk memperkuat pengalaman belajar siswa diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, dan bahkan sekedar sebagai pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Oleh karena itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

1. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual a. Melakukan hubungan yang bermakna.

(54)

mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat.

b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan. Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

c. Belajar yang diatur sendiri.

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang sifatnya nyata.

d. Bekerja sama.

Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. e. Berpikir kritis dan kreatif.

Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.

(55)

sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanda dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa.

g. Mencapai standar yang tinggi.

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada

siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.

h. Menggunakan penilaian autentik.

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.

2. Fokus Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal berikut:

a. Belajar berbasis masalah (problem-based

learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran

(56)

b. Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna

c. Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna

d. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based

learning) yang membutuhkan suatu pendekatan

pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

e. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbsis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.

f. Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan penggunaan metodelogi pembelajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut.

(57)

penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.

3. Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual

Center of Occupational Reseach And

Development (CORD) menyampaikan lima strategi

bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat react, yaitu:

a. Relating, artinnya belajar dikaitkan dengan

konteks pengalaman kehidupan nyata.

b. Experiencing artinya belajar ditekankan kepada

penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery),

dan penciptaan (invention).

c. Applying yaitu belajar bilamana pengetahuan

dipresentasikan di dalam konteks pemanfaa-tannya.

d. Cooperating maksudnya belajar melalui konteks

komunikasi interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya.

e. Transferring artinya belajar melalui

pemanfa-atan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.

4. Komponen pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual ada 7 komponen pokok yang harus dikembangkan oleh guru yaitu:

a. Konstruktivisme

(58)

Pembelajaran melalui CTL, pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa demikian? Karena pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Asumsi inilah yang mendasari diterapkan asas konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

b. Inquiry

Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Secara umum proses inkuiry dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

(59)

4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan

5. Membuat kesimpulan c. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.

2) Membangkitkan motivasi untuk belajar

3) Meransang keingintahuan siswa terhadap sesuatu

4) Menfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan

5) Membimbing siswa untuk menemukan atau mengumpulkan sesuatu.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (kelompok belajar, sharing).

(60)

dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan dan juga mendatangkan dan mengundang orang-orang yang dianggap memilki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Setiap orang bisa sering terlibat, bisa saling membelajarkan, bertukar informasi, dan bertukar pengalaman.

e. Pemodelan (modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Proses modeling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

(61)

“merenung” atau mengingat kembali apa yang telah

dipelajarinya.

g. Penilaian Nyata (authentic assessment)

Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembela-jaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan hasil belajar. Karakteristik authentic assessment adalah:

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

3) Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta

4) Berkesinambungan 5) Terintegrasi, dan

6) Dapat digunakan sebagai feed back.

7) Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn).

h. Strategi Pembelajaran Kontekstual

(62)

guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:

1) Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebelum melalui proses pembelajaran didalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk

memperoleh pengalaman belajar.

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa, antara lain: di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan diberikan oleh guru, memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman lansung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penugasan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran.

3) Memberikan aktivitas kelompok

(63)

kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

4) Membuat aktivitas belajar mandiri

Peserta didik mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka mamproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri

5) Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan

masyarakat.

(64)

6) Menerapkan penilaian autentik

Pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.

Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Bentuk penilaian seperti ini lebih baik daripada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).

Model Problem Based Instruction adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:

(65)

2. Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.

3. Belajar Mandiri.

Pelaksanaan model pembelajaran berdasar-kan masalah sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan guru mendeskripsikan tujuan

2. model pembelajaran masalah.

3. Merancang situasi masalah guru merumuskan masalah yang akan dipelajari/diselidiki siswa. Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.

B. Pendekatan dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

(66)

Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabe l: Deskripsi Langkah-langkah Pembelajaran.

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan

perhatian pada waktu

mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/menden gar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk

(67)

Menanya

jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

informasi yang dikumpulkan, dan

instrumen/alat yang digunakan untuk

(68)
(69)

Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:

a. interaktif dan inspiratif;

b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;

c. kontekstual dan kolaboratif;

d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan

e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Metode Pembelajaran dan Perbaikan Karakter

Ahli hikmah mengatakan:

حْ قْي طل نم مه ذ تْسء ْل مْل نم مه قْي طل

ئْيش لك ْنم مه ذ تْس ْل

Artinya:

“Metode lebih penting dari dari pada materi,

guru lebih penting dari pada metode, dan

semangat guru yang terpenting dari semuanya”

(70)

ilah wa ajwibah), metode diskusi (an-niqasy), metode pemberian tugas (al-tamrin), metode demonstrasi (al-tathbig), metode karya wisata

(rihlah ‘ilmiyah), metode kerja kelompok (al-jami’),

metode bermain peran, metode debat (

al-mujadalah) dan metode bercrita (al-qishash).

Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembeajaran tidak berjalan kaku, searah dan menjenuhkan. Guru perlu memperhatikan di bawah ini sebelum memilih metode, yaitu:

a.Mengkaji bentuk metode pembelajaran yang ada b.Mengkaji segenap hal terkait dengan

penggunaan metode pembelajaran. c. Merancang metode pembelajaran.

d.Membahas rancangan penggunaan bentuk metode pembelajaran dan menyiapkan fasilitas pendukung.

e. Mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah.

f. Menyusun rencana kerja pemanfaatan metode pembelajaran.

Berikut ini sebagian pendapat tokoh-tokoh Islam tentang cara perbaikan karakter (akhlak), yaitu: a. Nasehat Utbah bin Abi Sufyan kepada guru

anaknya:

“sebelum anda memperbaiki anak-anakku

(71)

dahulu. Karena mata mereka terfokus kepada anda. Mereka mengatakan baik atau buruk, jika anda mengatakan baik atau buruknya sesuatu. Hendaklah anda seperti dokter, tidak tergesa-gesa memberikan obat sebelum mengetahui

penyakitnya.” nasehat ini memberikan pelajaran

dalam perbaikan akhlak sebagai berikut:

1) Guru memberikan teladan yang baik dan ditiru oleh peserta didik

2) Guru diibaratkan seperti dokter, yaitu memperbaiki karakter peserta didik menurut keadaannya masing-masing, tidak mengeneralisasi.

b. Nasehat Harun al-Rasyid kepada guru anaknya:

“sesungguhnya amirul mu‟minun sudah

menyerahkan jiwa dan buah hatinya serta menjadikan tangan anda berkuasa atasnya dan kewajiban anakku patuh dan taat kepada anda. Hendaklah anda tunaikan tugas yang

diserahkan oleh amirul mu‟minun… Janganlah

(72)

dalam meluruskan akhlak dengan lemah lembut, jika tidak memungkinkan dengan

memberikan sangsi yang mendidik.” Nasehat ini

memberikan cara mendidik peserta didik sebagi berikut:

1) Guru sebaiknya menunaikan kewajiban dan tidak membuang waktu berharga peserta didik.

2) Guru tidak menduka citakan hati peserta didik agar tidak putus harapan dan mati cita-citanya.

3) Guru memberikan waktu istirahat yang layak untuk melepas lelah pembelajaran.

4) Guru mengarahkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran.

5) Perbaikan akhlak hendaklah dengan perlahan-lahan dan lemah lembut, bukan dengan kekerasan.

(73)

sanksi. Guru akan mendapatkan citra negative dari orang tua peserta didik apabila tidak mampu menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Sebaliknya akan mendapatkan penghargaan dari orang tua peserta didik apabila mampu menunaikan amanah tersebut, dan Allah swt. mencatatnya sebagai ladang amal untuk kehidupan akhirat. Allah swt. berfirman:

قعْل بْ فْ ْ م ي ل ي ي

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah

aqad-aqad itu.” c. Ibnu Sina

(74)

menyebabkan perlombaan menuju kebaikan dan contoh mencontohi akhlak yang baik.

Hiburan dan ancaman pada situasi dan kondisi tertentu dalam pembelajaran perlu diterapkan. Hiburan dijadikan alternatif dalam mengubah situasi kelas yang menunjukkan tanda-tanda kejenuhan atau refresh otak peserta didik. Ancaman diberikan kepada peserta didik yang menunjukkan pelanggaran tata tertib. Ancaman mampu menjadi alat pencegah pengabaian tata tertib.

Pengontrolan dan pembinaan karakter membutuhkan lingkungan kondusif. Peserta didik yang memiliki kecerdasan dikumpulkan dalam suatu kelas akselerasi, kelas unggulan atau boarding school. Kekhawatiran orang tua terhadap dampak negative pergaulan dan kesibukan, sehingga waktu tatap muka dan penanaman nilai-nilai karakter kurang memungkinkan terlaksana. Maka salah satu solusi alternative permasalahan di atas adalah sekolah berasrama.

d. Al-Ghazali mewajibkan guru mengamalkan ilmunya, maka janganlah perkataannya mendustakan perbuatannya. Perbaikan akhlak yang buruk diobati dengan lawannya

(akhlak mahmudah). Penyakit jahil diobati

(75)

pemurah, atau penyakit sombong diobati dengan rendah hati (tawadhu’).

Imam Al-Ghazali menyebutkan dua pokok perbaikan akhlak, yaitu:

a) Menepati janji dan cita-cita

b) Guru memperhatikan penyakit akhlak murid, keadaannya, umurnya, tabiatnya dan latihannya berdasarkan peneliti-annya.

Tata tertib yang telah disepekati merupakan perjanjian peserta didik dan guru yang harus dilaksanakan, misalnya janji murid. Janji murid pada waktu-waktu tertentu dibaca bersama agar menjadi alarm bagi peserta didik yang akan menyalahi aturan sekolah.

(76)

sungguh-sungguh meraih cita-cita mulia dan membantu peserta didik untuk tidak melenceng dari rambu-rambu aturan agama Islam. Sebaliknya, kebiasaan tidak menepati janji dan cita-cita, maka dapat merusak karakter peserta didik.

Informasi awal tentang peserta didik penting bagi guru. Daftar kebiasaan baik dan buruk, hobby, minat dan bakat menjadi perhatian guru dalam mengembangkan pembelajaran. Guru dan keluarga peserta didik menjalin komunikasi yang baik dalam menggali informasi penting tentang anak didiknya.

Imam Al-Ghazali berpendapat, “apabila kelihatan peserta didik bekelakuan baik dan mengerjakan perbuatan terpuji, maka harus dihormati dan diberi penghargaan dengan sesuatu yang membuatnya tersanjung dan diberikan pujian dihadapan orang banyak. Apabila tidak melakukan dalam sekali, hendaklah pendidik membiarkan dan tidak membuka rahasianya. Apabila peserta didik mengulanginya kedua kalinya, hendaklah

pendidik menegurnya dengan tersembunyi.”

e. „Abdary mengemukakan bahwa terdapat

Gambar

Gambar 1.  a. Pada saat pembelajaran
Gambar 2. Skema Penilaian Pengetahuan
Gambar 3. Skema Penilaian Keterampilan
Tabel 1. Contoh Lembar Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

semester dan ujian kenaikkan kelas. Instrumen penilaian dapat berbentuk tes tertulis, tes lisan, tes tindakan/unjuk kerja/praktikum. Sedangkan untuk menilai

1) Tes lisan yaitu siswa membaca kitab yang diajarkan oleh guru (Sorogan), tes ini dilakukan setelah materi selesai. 2) Tes tertulis, yaitu dilakukan pada waktu harian

Untuk itu penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa

Penilaian lisan dinyatakan dalam skor yang diperoleh mengacu pada kriteria penilaian yang ditetapkan. Pengolahan nilai tes lisan serupa dengan pengolahan nilai tes tulis.

Pengalaman selama belajar jarak jauh bentuk penilaian yang dilaksanakan adalah dalam bentuk tes tertulis berbentuk pilihan ganda, uraian dan penugasan lainnya, tetapi

SPI setelah menyelesaikan penugasan harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada auditee dalam bentuk lisan dan tertulis. Setelah melakukan komunikasi lisan, auditor

- Mengakses internet untuk mendapatkan informasi dan bahan bacaan yang sesuai materi pembelajaran Mengasosiasi: - Penugasan - Tes  Tes tulis  Lisan 6 x 40 Menit -

Guru mengajukan pertanyaan lisan untuk mengetahui ketercapaian pemahaman materi pembelajaran PENILAIAN PENGETAHUAN Nilai Tes Tertulis/Penugasan Tabel 1.0 Indikator Penilaian