523
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pengolahan singkong
sebagai Potensi Lokal Di Desa Teke Kabupaten Bima
Sri Ernawati*, M. Badar, Teke Squard
Jurusan Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima, Kota Bima, Indonesia
Kata Kunci: potensi lokal, pelatihan, kemasan, peningkatan pendapatan.
Abstrak: Melihat potensi yang besar ini alangkah baiknya di ciptakan peluang untuk menambah nilai jual singkong melalui inovasi menjadi bahan makanan lain. Tujuan utama program pengabdian kepada masyarakat adalah untuk meningkatkan kreatifitas sekaligus dapat di jadikan tambahan penghasilan bagi ibu-ibu rumah tangga di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima. 90% warga yang berada di lingkungan ini hanya berkerja di sektor non formal dan ibu rumah tangga. Kegiatan yang di lakukan adalah dengan memberikan pelatihan pengolahan singkong menjadi Siba( Singkong Bayam), Stik singkong berbagai rasa, Kerupuk singkong, kripik singkong Harapan setelah dilakukan pelatihan ini, warga masyarakat khususnya ibu-ibu di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima,memiliki life skill mengolah singkong sekaligus dapat menambah sumber penghasilan di luar penghasilan utamanya.
Korspodensi email: sriernawati.stiebima@gmail.com
PENDAHULUAN
Indonesia berada di wilayah khatulistiwa. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia menjadi sebuah negara beriklim tropis yang mendapat curah hujan tinggi. Selain itu, karena berada di jalur vulkanis yang cukup aktif, menjadikan Indonesia memiliki banyak gunung berapi. Artinya Indonesia memiliki tanah yang akan mineral dan subur, dan itu sangat baik untuk pertanian. Salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan dan mempunyai potensi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ubi kayu. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama ubi kayu di dunia. Perdagangan ubi kayu saat ini semakin berkembang yang ditandai dengan semakin meningkatnya permintaan ubi kayu oleh negara-negara konsumen dan semakin banyaknya jumlah negara pengekspor ubi kayu di dunia, (Fahrisa, et al, 2017). Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Produksi Ubi kayu nasional pada tahun 2018 mencapai 19,3 juta ton dimana sebesar 64,63%, disumbangkan oleh Lampung, lalu Jawa Tengah dan Jawa Timur berturut-turut adalah 34,55,61%, 16,89% dan 13,19% (Pusat data dan Informasi Pertanian, 2018). Produksi Ubi kayu di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat, pada tahun 2015 mencapai 22 juta ton dan pada tahun 2016 diprediksikan mencapai 23 juta ton (Setiarto & Widhyastuti, 2018).
Karbohidrat singkong yang tinggi (63,6 gram) dengan kandungan lemak yang rendah (0,3 gram) mampu menstimulasi perubahan kadar glukosa dalam darah (Mutiyani et al., 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa singkong berpotensi untuk meningkatkan indeks ketahanan pangan di Indonesia karena jumlah produksinya yang tinggi dan sehat untuk dikonsumsi. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 menyebutkan bahwa
524 seandainya kondisi perdagangan komoditas tanaman pangan Indonesia dalam posisi defisit atau net importer, maka komoditas pangan penyumbang impor terbesar adalah gandum, kedelai, jagung, dan beras, sedangkan komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah singkong.( Pradiptya dan Amam, 2019)
Dari sisi potensi nilai ekonomi dan sosial, ubi kayu merupakan bahan pangan yang berdaya guna karena dari 300 juta ton ubi-ubian yang dihasilkan di dunia dijadikan sebagai bahan makanan bagi sepertiga penduduk di negaranegara tropis. Di samping itu, sekitar 45% dari total produksi ubi – ubian dunia langsung dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori di beberapa negara (Thamrin,dkk. 2013) Berbagai upaya telah dilakukan dan dikembangkan untuk menghasilkan teknologi pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah, nilai gizi dan mengangkat citra dari Ubi kayu. Hal tersebut untuk menutupi kekurangan Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi) Volume 11 No. 2 Desember 2019 45 yang ada antara lain kandungan proteinnya yang rendah, rasa, aroma kurang diminati serta memiliki daya simpan yang singkat (Herawati, 2012).
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya pada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya, yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya, ekonomi, politik, keamanan, dan lingkungan.( Aleksius et al, 2012). Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi sesuai dengan pendapat para ahli dari aliran teori strukturalis. Hadi Prayitno dan Budi Santoso (1998:50) mengemukakan bahwa strategi pembangunan di negara berkembang akan lebih baik jika menggunakan strategi pembangunan berupa pen ciptaan lapangan kerja, reinvestasi, pemenuhan kebutuhan hidup pokok, pengembangan sumberdaya manusia, mengutamakan sektor petanian, mengembangkan sektor pedesaan terpadu dan penataan ekonomi nasional, sedangkan strategi pembangunan dalam era otonomi harus mengacu kepada perkembangnya otonomi daerah dan semakin meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam penyelenggaraan pembangunan, yang bermuara kepada tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, meningkatnya tarap hidup dan kesejah teraan masyarakat, berkuranggnya penduduk miskin dan desa tertinggal serta meningkatnya partisipasi aktif dari masyarakat
Selama ini ibu-ibu rumah tangga hanya mengetahui bahwa singkong hanya untuk di goreng dan dibuat tape. Keterbatasan untuk mengolah singkong menjadi sesuatu yang mempunyai nilai lebih kurang karena kurangnya pemberdayaan ibu rumah tangga. Padahal potensi pangan ini cukup besar karena panen tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang rendah. Hasil panen yang yang melimpah membuat tamanan ini bernilai rendah di pasar. harga jual hanya mencapai 5.000/kg, sehingga tak jarang dianggap tamananya yang kurang ekonomis, sehingga perlu diberikan pelatihan bagaimana cara pengolahan singkong menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomis.
Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabuapeten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dengan total mencapai 12.000 jiwa. Dalam hal pekerjaan, hanya kurang lebih 15 % wanita yang bekerja di sektor formal seperti Pegawai Negeri, dan Karyawan Swasta. Sisanya 85% dari jumlah penduduk wanita yang sudah
525 berkeluarga bekerja di sektor non formal seperti buruh cuci, pedagang, dan termasuk didalamnya yang hanya sebagai ibu rumah tangga.
Fenomena ini menjadikan wilayah tersebut masih minim dalam melakukan pemberdayaan wanita. Masih dapat jurang perbedaan antara masyarakat diwilayah ini. Masalah ini dapat dilihat melalui kurangnya kemampuan atau keterampilan masyarakat khususnya wanita dalam bentuk hardskill dan softskill untuk menciptakan suatu produk yang nantinya dapat dijadikan bisnis. Ibu-ibu rumah tangga juga masih kurang produktif dalam membantu perekonomian keluarga. Selain itu, masih banyak ditemukan jenjang pendidikan yang rendah, sejalan dengan kemampuannya menguasai teknologi informasi, sehingga tidak dapat memanfaatkannya menjadi sumber penunjang ekonomi. Perekonomian warga masyarakat yang masih rendah membuat kesulitan untuk berwiraswasta karena tidak memiliki modal yang cukup. Apalagi di Desa Teke ini belum terbentuk UKM karena belum cukupnya biaya dan orang-orang yang berkompeten untuk memajukan UKM.
METODE KEGIATAN
Lokasi mitra berada di Desa Teka Kabupaten Bima, dengan jarak tempuh dari kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima dengan lokasi mitra Desa Teke 15 Km dengan jarak
tempuh 33 menit. Luas wilayah Desa Teke 10,37 km2
Gambar 1. Peta Lokasi
Kegiatan pengabdian terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu tahap pelaksaan survey,tahap pendataan dan sosialisasi, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Pada tahap pelaksaan survey dimulai dengan meminta ijin kepada kepala desan Desa Teke, melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui potensi local dan masalah yang dihadapai masyarakat. Pada tahap pendataan dan sisoalisasi melakukana perteuan dengan masyarakat untuk memaparkan maksuda dan tujuan melakukan pelatihan pengolahan dari bahan baku singkong. Pada tahap pelaksanaan dilakukan pelatihan pembuatan olahan singkong dengan berbagai macam produk. Selanjutnya di tahap evaluasi dilakukan pendampingan kelompok untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap hasil pelatihan dan keadaan pasar produk yang dihasilkan dari kegiatan ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini terdiri dari 4 tahap. Masing-masing tahap kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
526 Pengabdian yang berada di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima. proses selanjutnyaa adalah meminta izin kerjasama kepada kepala Desa Teke yang terkait langsung terhadap warga masyarakatnya untuk dilaksanakan program Pelatihan tersebut. Pada Tahap survey lokasi di maksud untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakay Desa Teke dan mementukkan masyarakat yang akan mendapatkan pelatihan pengolahan singkong.Dimana yang menjadi sasaran pengabdian kami adalah ini ibu-ibu rumah tangga yang kurang produktif secara ekomoni dan sosial. Tim telah melakukan survey dan memperoleh fakta bahwa kondisi inu-ibu rumah tangga Desa Teka Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima belum ada yang diberdayakan secara maksimal.
2. Pendataan dan sosialisasi
Tahap ini kami melakukan kepada masyarakat yang membutuhkan pelatihan pengolahan potensi lokal berupa singkong. pada tahap ini melakukan persiapan dengan mendata ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai penghasilan minim dan tidak memiliki usaha. Tim pengusul juga menyediakan fasilitas berupa lokasi kegiatan yang bertepat di Rumah kepala Desa Teke
Jumlah penduduk yang cukup besar yang hampir mencapai 12.000 jiwa Hanya 15% penduduk wanita yang berkerja disektor formal, sedangkan sisanya bekerja disektor non formas sebagai IRT, buru cuci, petani, pedagang bakulan dan pedagang kecil. Kebanyakan ibu-ibu rumah tangga hanya menghabiskan waktu di rumah dan bertani jika waktu panen padi. bahkan tak jarang ibu – ibu malah menghabiskan waktu hanya dengan berkumpul dengan tetangga tanpa melakukan kegiatan berarti karena tidak memiliki keterampilan berarti yang dapat menambah pendapatan keluarga.
3. Pelaksanaan Pelatihan
Pada tahap ini dilakukan pelatihan pengolahan produk dimana pada tahap ini demo pembuatan produk olahan dari singkong seperti Siba( Singkong Bayam), Stik singkong berbagai rasa, Kerupuk singkong, kripik singkong. Jika ditilik dari kondisi seperti, jelaslah produk ini berpeluang untuk dijadikan bisnis bagi kalangan ibu-ibu rumah tangga. Mengingat modal biaya, bahan, serta alat yang dibutuhkan sangat mudah diperoleh dan terjangkau. Diharapkan ibu-ibu di desa teke memiliki tambahan keterampilan, selain dapat dikonsumsi untuk kebutuhan sendiri, juga dapat dijual yang dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga yang selama ini banyak bergantung pada penghasilan suami sebagai kepala keluarga.
527 Dalam hal pembuatan kemasan produk, kami membantu dalam proses inivasi kemasan agar mempunyai nilai jual yang tinggi, kemasan yang kami sarankan menggunakan plastik pounch untuk kemasan makan ringgan agar lebih tahan lama dan menarik dengan memberikan label nama dan informasi mengenai produk pada setiap label produk yang dihasilkan, agar konsumen bisa mengenal dan familiar dengan produk yang dihasilkan masyarakat Desa Teke, karena semakin lengkapnya informasi yang diberikan dalam kemasan maka akan semakin besar pula kemasan tersebut dapat dikenali tempat asalnya oleh konsumen (Wijaya et al, 2015).
Gambar 3. Gambar produk dalam kemasak pouch
4. Evaluasi, untuk menmgetahui kemampuan dan keterampilan ibu-ibu setelah melakukan pelatihan dan keadaan produk dipasar setelah dipasasarkan. Dari evaluasi yang dilakukan dapat diketahui beberapa hal seperti :
a. Peserta pelatihan dapat menerima hasil pelatihan dengan baik, hal ini terbukti dengan antusias dan semangat masyarakat yang mengikuti, sehingga mereka bias membuat olahan singkong sesuai dengan petunjuk pelatihan.
b. Kemasan produk yang dilengkapi label sangat menunjang keadaan produk di pasar. produk banyak dikenal masyarakat luas dan dijadikan sebagai produk unggulan Desa ketika mengikuti perlombaan antar desa.
c. Dari biaya total biaya pembuatan berbagai olahan singkong sebsar RP. 591.000, masyarakat mendapatkan keuntungan sebesar 950.000. yang bersasal dari 95 buah kemasan pouch produk olahan dengan harga RP. 10.000/kemasan pouch
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahawa pelatihan pengolahan potensi local berupa singkong dapat meningkatkan skill dan pendapatkan masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga yang tidak mempunyai penghasilan, sehingga dari produk yang dihasilkanan dan dijual dapat membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga.Saran yang bisa diberikan semoga pelatihan yang serupa bisa terus dijalankan oleh pemerintah kabupaten Bima sebagai wilayah administratif yang menaunggi Desa Teke dan pepberian bantuan peralatan untuk menunjang produksi olahan singkong serta diversifikasi produk dari berbagai olahan potensi lokal yang lain yang ada di kawasan Desa.
528 DAFTAR PUSTAKA
Aleksius Beatus Ringgi Soka, Totok Sasongko, Dody Setyawan . Strategi Pemerintahan Desa Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Sektor Home Industry. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 1, No. 1 (2012)
Fahrisa Surya Pramesti, Endang Siti Rahayu Dan Agustono. Analisis Daya Saing Ubi Kayu Indonesia Di Pasar Internasional .SEPA Vol. 14 No.1 September 2017 : 1 – 7 ISSN : 1829-9946
Herawati, H. (2012). Teknologi Proses Produksi Food Ingredient Dari Tapioka Termodifikasi. Litbang Pertanian, 31(12), 68–76.
Mutiyani, M., Soeatmadji, Dan D. Wahono. 2014. Efek Diet Tinggi Karbohidrat Dan Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar Glukosa Darah Dan Kepadatan Sel Beta. Indonesian Journal Of Human Nutrition. 1 (2): 106-113.
Pradiptya Ayu Harsita dan Amam .Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk Olahan Singkong AGRISOCIONOMICS Jurnal Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian 3(1): 19-27. ISSN 2580-0566 EISSN 2621-9778
Prayitno, adi Dan Budi Santoso, 1998. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Ghalia Indonesia
Setiarto, R. H. B., & Widhyastuti, N. (2018). Ubi Kayu Termodifikasi Melalui Fermentasi Dan Pemanasan Bertekanan-Pendinginan. Biopropal Industri, 9 No 1(Juni 2018), 9–23 Thamrin, M, Mardhiyah. Dan Marpaung. (2013). Analisis Usahatani Ubi Kayu. 18(434), 57– 64.
Widjaya Octavia Dessy, Yuwono Elisabeth Christine dan Mardiono Bambang. Peranvangan Redesain Kemasan makanan ringgan roti kecik merek ganep sebagai buah tangan khas kota Surakarta. Jurnal DKV Adiwarna Vol 1 No. 8