• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI PENDAHULUAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... 2 PENDAHULUAN ... 3 A. Deskripsi Materi ... 3 B. Relevansi ... 4 C. Petunjuk Belajar ... 5

SASARAN KESELAMATAN PASIEN ... 7

a) Capaian pembelajaran ... 7

b) Sub Capaian Pembelajaran ... 7

c) Pokok-Pokok Materi ... 7

d) Uraian Materi ... 7

1. Tingkatkan akurasi identifikasi pasien. ... 8

2. Peningkatan komunikasi yang efektif ... 10

3. Tingkatkan keamanan menggunakan obat-obatan ... 14

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi ... 17

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan ... 21

6. Pengurangan risiko jatuh ... 22

e) Rangkuman... 24

f) Tugas ... 25

g) Tes formatif ... 25

(3)

3 PENDAHULUAN

A. Deskripsi Materi

Di seluruh dunia, pengiriman perawatan kesehatan ditantang oleh berbagai masalah keamanan. Sumpah medis tradisional "Pertama tidak membahayakan" jarang dilanggar secara sengaja oleh dokter, perawat, atau praktisi lain, tetapi kenyataannya tetap bahwa pasien dirugikan setiap hari di setiap negara di seluruh dunia selama menerima perawatan kesehatan. Hal-hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengakui kebenaran yang mengganggu ini; untuk menolak gagasan bahwa status quo dapat diterima; dan, mungkin yang paling penting, bertindak untuk memperbaiki masalah yang berkontribusi terhadap perawatan yang tidak aman.

Gambar Patient Safety Goals.

Sumber: https://www.linkedin.com/pulse/knowing-doing-gap-international-patient-safety-goals-ipsg-zakirul

Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut

(4)

4 meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Modul ini bertujuan untuk memperkenalkan poin penting diantaranya adalah Tingkatkan akurasi identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Tingkatkan keamanan menggunakan obat-obatan; Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi; Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; Pengurangan risiko jatuh.

B. Relevansi

Keselamatan pasien adalah disiplin yang menekankan keselamatan dalam perawatan kesehatan melalui pencegahan, pengurangan, pelaporan, dan analisis kesalahan medis yang sering menyebabkan efek buruk. Frekuensi dan besarnya efek samping yang dapat dihindari yang dialami oleh pasien tidak diketahui dengan baik sampai tahun 1990-an, ketika beberapa negara melaporkan jumlah pasien yang mengejutkan yang dirugikan meninggal oleh kesalahan medis. Menyadari bahwa kesalahan kesehatan berdampak 1 pada setiap 10 pasien di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia menyebut keselamatan pasien sebagai masalah endemik. [1] Memang, keselamatan pasien telah muncul sebagai disiplin kesehatan yang berbeda didukung oleh kerangka kerja ilmiah belum matang belum berkembang. Ada tubuh transdisiplin yang signifikan dari literatur teoritis dan penelitian yang menginformasikan ilmu keselamatan pasien. [2] Pengetahuan keselamatan pasien yang dihasilkan terus menerus menginformasikan upaya peningkatan seperti: menerapkan pelajaran yang didapat dari bisnis dan industri, mengadopsi teknologi inovatif, mendidik penyedia dan konsumen, meningkatkan sistem pelaporan kesalahan, dan mengembangkan insentif ekonomi baru.

Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan

(5)

5 kesehatan. dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dibutuhkan tindakan yang (1) komprehensif dan responsif terhadap kejadian tidak diinginkan di fasilitas pelayanan kesehatan agar kejadian serupa tidak terulang kembali Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien. Penyelenggaraan keselamatan pasien tersebut dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan, yang menerapkan: 1) standar keselamatan pasien, 2) tujuh langkah menuju keselamatan pasien; dan 3) sasaran keselamatan pasien (PMK. No. 11 Tahun 2017).

Sasaran keselamatan pasien adalah syarat yang harus diterapkan di semua rumah sakit. Tujuan SKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaran sasaran dalam SKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem (PMK. No. 11 Tahun 2017). Sasaran keselamatan pasien (SKP) di Indonesia mengacu kepada Internatinal Patient Safety Goals (IPSG) merupakan hal sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam praktik asuhan keperawatan.

C. Petunjuk Belajar

Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :

1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami tentang sasaran keselamatan pasien.

2) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara seksama apa yang akan dicapai.

3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika

(6)

6 pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang.

4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa atau dosen.

(7)

7 INTI MATERI

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

a) Capaian pembelajaran

Setelah mempelajari modul berikut diharapkan peserta PPG menjelaskan sasaran keselamatan pasien (patient safety).

b) Sub Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul berikut diharapkan peserta PPG mampu: 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasienyang benar

5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan 6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

c) Pokok-Pokok Materi

1. Tingkatkan akurasi identifikasi pasien. 2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Tingkatkan keamanan menggunakan obat-obatan

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi 5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 6. Pengurangan risiko jatuh

d) Uraian Materi

Untuk mengikuti meteri tentang sasaran keselamatan pasien (patient safety) perlu mengetahui bebrapa tahapan belajar meliputi: 1). Tingkatkan akurasi identifikasi pasien; 2). Peningkatan komunikasi yang efektif; 3). Tingkatkan keamanan menggunakan obat-obatan; 4). Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi; 5). Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; 6). Pengurangan risiko jatuh.

(8)

8 Kegiatan Belajar 1: Tingkatkan akurasi identifikasi pasien.

Apakah kalian tau bagaimana mengidentifikasi pasien dengan benar? Dalam mengidentifikasi pasien gunakanlah setidaknya dua pengidentifikasi pasien saat memberikan perawatan, perawatan, dan layanan. Kesalahan salah pasien terjadi pada hampir semua tahap diagnosis dan pengobatan. Maksud untuk tujuan ini adalah dua kali: pertama, untuk mengidentifikasi individu secara terpercaya sebagai orang yang ditujukan untuk layanan atau perawatan; kedua, untuk mencocokkan layanan atau perawatan kepada individu itu. Pengenal yang dapat diterima mungkin adalah nama individu, yang ditetapkan nomor identifikasi, nomor telepon, atau pengidentifikasi khusus orang lain. Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.

Gambar: The Right Patient Identity Sumber: https://opentextbc.ca/clinicalskills/wp-content/uploads/sites/82/2015/09/Sept-22-2015-029.jpg

(9)

9 Gunakan setidaknya dua pengidentifikasi pasien saat memberikan obat, darah, atau komponen darah;

1) Saat mengumpulkan contoh darah dan spesimen lain untuk uji klinis; dan saat memberikan perawatan atau prosedur. Nomor kamar atau lokasi fisik pasien tidak digunakan sebagai identifier.

2) Label wadah yang digunakan untuk darah dan spesimen lainnya di hadapan pasien.

Tujuan dari mengidentifikasi pasien dengan benar adalah:

1) Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/reliable,

2) Untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. 3) Untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi

pasien selama perawatan di rumah sakit.

4) Mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi.

5) Kesalahan ini dapat berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik. 6) Mengurangi kejadian cidera pada pasien

Mengidentifikasi pasien dengan benar merupakan sasaran keselamatan pasien yang pertama yang harus dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan oleh semua tenaga kesehatan, yang bertujuan mengidentifikasi pasien sebagai individu yang mendapatkan pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/ reliable, mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut, memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit, mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi (salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik), dan mengurangi kejadian cidera pada pasien. Kegiatan yang harus dilakukan pada saat mengidentifikasi pasien dengan benar, meliputi: pasien

(10)

10 diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien, pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah. pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur, serta kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Kegiatan Belajar 2. Peningkatan komunikasi yang efektif

Laporkan hasil penting dari tes dan prosedur diagnostik secara tepat waktu. Hasil penting dari tes dan prosedur diagnostik turun secara signifikan di luar rentang normal dan dapat menunjukkan situasi yang mengancam kehidupan. Tujuannya adalah untuk memberikan perawatan pemberi lisensi yang bertanggung jawab hasil ini dalam jangka waktu yang ditetapkan sehingga pasien dapat segera diobati.

Komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan Hardjana, 2003) Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect). Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994). Komunikasi efektif merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi pelayanan yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan secara verbal/ lisan, tertulis dan atau elektronik (RSUP Fatmawati, 2012).

(11)

11 yang jelek dapat membahayakan pasien. Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan adalah saat perintah lisan atau perintah melalui telepon, komunikasi verbal, saat menyampaikan hasil pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telpon. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Pengucapan juga dapat menyulitkan penerima perintah untuk memahami perintah yang diberikan. Misalnya, nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look alike, sound alike), seperti phenobarbital dan phentobarbital, serta lainnya.

Gambar: Komunikasi Effectif

Sumber: https://www.health.qld.gov.au/multicultural/support_tools/wct

Elemen kinerja dalam SKP dalam komunikasi antara lain:

a. Kembangkan prosedur tertulis untuk mengelola hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik itu alamat berikut:

• Definisi hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik

• Oleh siapa dan kepada siapa hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik dilaporkan

• Jangka waktu yang dapat diterima antara ketersediaan dan pelaporan hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik

(12)

12 b. Menerapkan prosedur untuk mengelola hasil penting dari tes dan prosedur

diagnostik.

c. Evaluasi ketepatan waktu pelaporan hasil kritis dari tes dan prosedur diagnostik.

Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman dilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari;

• Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi elektronik tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya meliputi permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan dalam keadaan darurat, identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kritis dilaporkan;

• Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan secara lengkap permintaan atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi, penerima membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat.

Penggunaan singkatan-singkatan yang tidak ditetapkan oleh rumah sakit sering kali menimbulkan kesalahan komunikasi dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, rumah sakit diminta memiliki daftar singkatan yang diperkenankan dan dilarang.

Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi antar-PPA seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf medis dan staf keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA lainnya pada saat pertukaran shift; antarberbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit

(13)

13 darurat ke kamar operasi; dan dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti radiologi atau unit terapi fisik.

Gangguan komunikasi dapat terjadi saat dilakukan serah terima asuhan pasien yang dapat berakibat kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) atau kejadian sentinel. Komunikasi yang baik dan terstandar baik dengan pasien, keluarga pasien, dan pemberi layanan dapat memperbaiki secara signifikan proses asuhan pasien.

Ada 5 (lima) hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.Hukum komunikasi efektif yang pertama adalah :

a) Respect: Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

b) Empathy: Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Untuk bisa berempati, salah satu prasyarat utamanya adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

c) Audible: Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti

(14)

14 pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Pesan harus disampaikan melalui media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu sedemikian hingga pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.

d) Clarity: Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, pesan yang disampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.

Humble: humble atau sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari olehsikaprendahhati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pernah yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, menetapkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas pemberi perawatan semakin efektif. Kegiatan yang dilaksanakan, adalah: 1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, 2) Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, 3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, 4) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.

Kegiatan Belajar 3: Tingkatkan keamanan menggunakan obat-obatan Obat-obatan atau solusi lain dalam wadah tanpa label tidak dapat diidentifikasikan. Kesalahan, kadang-kadang tragis, dihasilkan dari obat-obatan dan solusi lain yang dikeluarkan dari wadah aslinya dan ditempatkan ke dalam wadah yang tidak berlabel. Praktik yang tidak aman ini mengabaikan

(15)

prinsip-15 prinsip dasar manajemen pengobatan yang aman, namun ini rutin di banyak organisasi. Pelabelan semua obat, wadah obat, dan solusi lainnya adalah aktivitas pengurangan risiko yang konsisten dengan manajemen pengobatan yang aman. Praktek ini membahas titik risiko yang diakui dalam administrasi obat di perioperatif dan pengaturan prosedural lainnya. Label untuk obat dan wadah obat. Label semua obat, wadah obat, dan solusi lainnya di dalam dan di luar bidang steril di perioperatif dan pengaturan prosedural lainnya. Catatan: Wadah obat termasuk spuit, cangkir obat, dan baskom.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, disebutkan bahwa sasaran keselamatan ketiga adalah meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai dan fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant patient harm when they are used in error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices). Obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM atau Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.

Tujuan penerapan sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai, adalah:

a) Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit.

b) Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.

c) Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome

(16)

16 diwaspadai kepada pasien.

e) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Elemen kinerja pada keamanan obat:

1) Dalam pengaturan prosedural perioperatif dan lainnya baik di dalam dan di luar bidang steril, label obat dan solusi yang tidak segera diberikan. Ini berlaku bahkan jika hanya ada satu obat yang digunakan.

Catatan: Obat yang segera diberikan adalah obat yang disiapkan atau diperoleh anggota staf yang berwenang, dibawa langsung ke pasien, dan diberikan kepada pasien tersebut tanpa istirahat dalam prosesnya. Untuk informasi tentang waktu pelabelan.

2) Dalam pengaturan prosedural perioperatif dan lainnya baik di dalam dan di luar bidang steril, pelabelan terjadi ketika obat atau solusi apa pun ditransfer dari kemasan asli ke wadah lain.

3) Dalam pengaturan prosedural perioperatif dan lainnya baik on dan off bidang steril, obat atau solusi label termasuk yang berikut:

• Obat atau nama solusi • Kekuatan

• Jumlah obat atau larutan yang mengandung obat (jika tidak terlihat dari wadah)

• Diluent nama dan volume (jika tidak terlihat dari kontainer) • Tanggal kadaluarsa bila tidak digunakan dalam 24 jam

• Waktu kedaluwarsa ketika kedaluwarsa terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam

Catatan: Tanggal dan waktu tidak diperlukan untuk prosedur singkat, seperti yang ditentukan oleh rumah sakit.

4) Verifikasi semua obat atau label solusi baik secara lisan maupun visual. Verifikasi dilakukan oleh dua individu yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam prosedur setiap kali orang yang menyiapkan obat atau solusi bukanlah orang yang akan mengaturnya.

(17)

17 5) Tandai setiap obat atau larutan segera setelah disiapkan, kecuali jika segera

diberikan.

Catatan: Obat yang segera diberikan adalah obat yang disiapkan oleh anggota staf yang berwenang atau memperoleh, mengambil langsung ke pasien, dan mengatur kepada pasien itu tanpa istirahat dalam proses. 6) Segera buang obat atau larutan apa pun yang ditemukan tidak berlabel. 7) Hapus semua kontainer berlabel di bidang steril dan buang isinya pada akhir

prosedur.

Catatan: Ini tidak berlaku untuk botol multi guna yang ditangani sesuai dengan praktik pengendalian infeksi.

8) Semua obat dan solusi baik di dalam dan di luar bidang steril dan label mereka ditinjau oleh masuk dan keluar staf yang bertanggung jawab untuk pengelolaan obat.

Kegiatan Belajar 4: Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

Layanan kesehatan harus memastikan lokasi, prosedur, dan tepat-pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.

Maksud dan Tujuan

• Salah-lokasi, salah-prosedur, dan salah-pasien yang menjalani tindakan serta prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi. Kesalahan ini terjadi antara lain akibat komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antaranggota tim;

• Tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ketepatan lokasi operasi dan tidak ada prosedur untuk verifikasi;

• Asesmen pasien tidak lengkap;

• Catatan rekam medik tidak lengkap;

• Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim;

• Masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas, dan tidak lengkap;

(18)

18 Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan atau memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui mengiris, mengangkat, memindahkan, mengubah atau memasukkan alat laparaskopi/ endoskopi ke dalam tubuh untuk keperluan diagnostik dan terapeutik.

Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah sakit yang melakukan tindakan bedah dan prosedur invasif. Sebagai contoh, kateterisasi jantung, radiologi intervensi, laparaskopi, endoskopi, pemeriksaan laboratorium, dan lainnya. Ketentuan rumah sakit tentang Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien berlaku di semua area rumah sakit di lokasi tindakan bedah dan invasif dilakukan.

Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai berikut:

• Beri tanda di tempat operasi;

• Dilakukan verifikasi praoperasi;

• Melakukan time out sebelum insisi kulit dimulai.

Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi atau prosedur invasif melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikenali. Tanda yang dipakai harus konsisten digunakan di semua tempat di rumah sakit, harus dilakukan oleh individu yang melakukan prosedur operasi, saat melakukan pasien sadar dan terjaga jika mungkin, serta harus masih terlihat jelas setelah pasien sadar. Pada semua kasus, lokasi tempat operasi harus diberi tanda, termasuk pada sisi lateral (laterality), daerah struktur multipel (multiple structure), jari tangan, jari kaki, lesi, atau tulang belakang.

Tujuan proses verifikasi praoperasi adalah

• Memastikan ketepatan tempat, prosedur, dan pasien;

• Memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imajing), dan hasil pemeriksaan yang relevan diberi label dengan benar dan tersaji;

• Memastikan tersedia peralatan medik khusus dan atau implan yang dibutuhkan.

(19)

19 Beberapa elemen proses verifikasi praoperasi dapat dilakukan sebelum pasien tiba di tempat praoperasi, seperti memastikan dokumen, imajing, hasil pemeriksaaan, dokumen lain diberi label yang benar, dan memberi tanda di tempat (lokasi) operasi.

Time-Out yang dilakukan sebelum dimulainya insisi kulit dengan semua anggota tim hadir dan memberi kesempatan untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum terjawab atau ada hal yang meragukan yang perlu diselesaikan. Time-Out dilakukan di lokasi tempat dilakukan operasi sesaat sebelum prosedur dimulai dan melibatkan semua anggota tim bedah. Rumah sakit harus menetapkan prosedur bagaimana proses Time-Out berlangsung.

Salah-lokasi, salah-prosedur, dan salah-pasien operasi adalah kejadian yangmengkhawatirkan dan dapat terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibatkomunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu, juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim bedah, permasalahan yangberhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting), dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam meminimalkan risiko ini. Kebijakan termasuk definisi operasi yang memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan atau mengobati penyakit serta kelainan/disorder pada tubuh manusia. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit bila prosedur ini dijalankan.

Praktik berbasis bukti ini diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety terkini.

(20)

20

• Ada regulasi untuk melaksanakan penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking). (R)

• Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di empat sayatan operasi pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali dengan cepat sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan rumah sakit. (D,O).

• Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking) dilakukan oleh staf medis yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan pasien. (D,O,W)

Rumah sakit memastikan dilaksanakannya proses Time-out di kamar operasi atau ruang tindakan sebelum operasi dimulai.

• Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan “surgical check list ” (Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009). (R)

• Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit menyediakan “check list” atau proses lain untuk mencatat, apakah informed consent sudah benar dan lengkap, apakah Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah teridentifikasi, apakah semua dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi dengan baik. (D,O)

• Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi Tepat-Pasien, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Lokasi, persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan sebelum melakukan irisan. (D,O,W,S).

• Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat-Lokasi, Tepat- Prosedur, dan Tepat-Pasien jika operasi dilakukan di luar kamar operasi termasuk prosedur tindakan medis dan gigi. (D,O,W)

(21)

21 Kegiatan Belajar 5: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan evidence based hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.

Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel), tersedia di lokasi sesuai dengan pedoman.

Elemen Penilaian

• Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO terkini.

• Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi.

(22)

22

• Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur.

• Ada bukti staf melaksanakan lima moment saat cuci tangan.

• Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan regulasi.

• Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Kegiatan Belajar 6: Pengurangan risiko jatuh

Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.

Maksud dan Tujuan

Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh.. Berbagai faktor yang meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain: kondisi pasien; gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, atau perubahan status kognitif); lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit; riwayat jatuh pasien; konsumsi obat tertentu; konsumsi alkohol. Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh. Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi. Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi, atau waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa radiologi.

Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan rawat inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunakan pasien yang dapat menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars, freestanding staircases, dan peralatan lain untuk latihan. Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya mengurangi risiko pasien jatuh. Rumah sakit membuat program untuk

(23)

23 mengurangi pasien jatuh yang meliputi manajemen risiko dan asesmen ulang secara berkala di populasi pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan dan asuhan itu diberikan. Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (pasien datang dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart), tipe pasien, serta gangguan fungsional pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh. Rumah sakit menjalankan program pengurangan risiko jatuh dengan menetapkan kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan lingkungan dan fasilitas rumah sakit. Program ini mencakup monitoring terhadap kesengajaan dan atau ketidakkesengajaan dari kejadian jatuh. Misalnya, pembatasan gerak (restrain) atau pembatasan intake cairan.

Kondisi Pasien yang berisiko jatuh a. Riwayat jatuh sebelumnya

b. Gangguan kognitif atau perubahan status mental secara tiba-tiba (Sudden mental status changes)

c. Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan d. Gangguan mobilitas

e. Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson

f. Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi, deformitas g. Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit

paru, dan diabetes h. Masalah nutrisi

i. Medikamentosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)

Elemen Penilaian SKP 6

• Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh.

• Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai dengan regulasi.

(24)

24

• Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh.

• Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh.

Dan menurut Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), upaya-upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit, yaitu:

a) Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya. b) Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat. c) Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan. d) Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.

e) Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.

f) Posisikan sandaran tempat tidur di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur.

g) Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit. h) Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.

i) Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien. j) Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.

k) Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan.

l) Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.

m) Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.

e) Rangkuman

Selamat, peserta PPG sudah mempelajari modul Modul 15 tentang sasaran keselamatan pasien. Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Tujuan identifikasi pasien secara benar bertujuan untuk mengidentifikasi

(25)

25 perawatan; dan untuk mencocokkan layanan atau perawatan kepada individu itu.

2) Komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity).

3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengembangkan pendekatan dan memperbaiki keamanan obat-obatan.

4) Layanan kesehatan harus memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.

5) Layanan kesehatan menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan evidence based hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

6) Layanan kesehatan atau rumah sakit harus melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.

f) Tugas

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut:

1) Buatlah sarana promosi kesehatan dalam bentuk poster atau leaflet tentang sasaran keselamatan pasien?

2) Buatlah SOP tentang sasaran keselamatan pasien?

g) Tes formatif

1. Salah satu aturan dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai dan menghormati setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Sikap seperti disebut adalah

a) Respect b) Empathy c) Audible d) Clarity

(26)

26 2. Pada saat dinas di ruang perawatan RS Anda mendapatkan seorang pasien

mengalami kondisi kritis. Tindakan Anda setelah memeriksa pasien, adalah: a) Melakukan intervensi sesuai instruksi dokter

b) Melaporkan kondisi pasien dengan komunikasi sbar c) Melakukan observasi tanda vital dan tingkat kesadaran

d) Melaporkan kondisi pasien kepada DPJP dengan teknik TBAK

3. Kegiatan yang benar agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengidentifikasi pasien dengan benar

a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, diantaranya menggunakan nama pasien dan nomor kamar atau lokasi pasien.

b) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis

c) Pasien tanpa identitas diidentifikasi sama dengan pasien lain yaitu dengan gelang identitas.

d) Pasien dengan risiko jatuh diberi gelang warna abu-abu

4. Seorang pasien laki-laki umur 65 tahun dengan diagnosa medis stroke. Saat dikaji diperoleh data kesadaran pasien menurun, Bagaimanakan cara perawat mengidentifikasi pasien agar terhindar dari jatuh?

a) Memasang klip hijau b) Memasang klip kuning c) Memasang klip abu-abu

d) Memasang klip ungu dan kuning

5. Seorang pasien baru laki-laki umur 45 tahun masuk dengan diagnosa medis Hepatitis. Gelang identitas yang manakah yang akan perawat pasangkan kepada pasien

a) Warna merah b) Warna biru muda c) Warna merah muda

d) Warna biru muda dan klip kuning

6. Perawat A masih asing dengan obat yang diresepkan untuk Pasien dengan Sarcoidosis.

(27)

27 a) Buku Referensi Obat Dokter yang ada di ruangan

b) Buku Farmakologi dari perpustakaan

c) Panduan obat perawat yang telah disahkan oleh rumah sakit d) Informasi yang didapat dari website pabrik obat tersebut

7. Perawat B menyiapkan pemberian obat antibiotic kapsul untuk seorang pasien. Di lemari obat pasien, Perawat B mengenali bentuk dan warna kapsul, tetapi dosis kapsul tersebut tidak tercantum pada bungkusnya. Perawat B harus: a) Berikan saja obat tersebut karena penampilan kapsulnya sama seperti

penampilan dosis yang lalu.

b) Menghubungi petugas farmasi untuk dosis yang baru dan lengkap dengan labelnya.

c) Minta pada dokter untuk memverifikasi kapsul yang benar

d) Minta perawat jaga untuk menghubungi departemen manajemen risiko 8. Perawat-perawat Ruang Penyakit Dalam mencatat adanya peningkatan

Phlebitis di area pemasangan infus. Sebagai bagian dari proyek peningkatan kualitas yaitu Rencana (Plan), Lakukan (Do), Pelajari (Study), dan Tindakan (Act), langkah manakah yang mulai lebih dulu?

a) Lakukan audit catatan keperawatan b) Analisa data

c) Memutuskan untuk memonitor kassa balutan infus

d) Menulis standard operasional prosedur pemasangan infus yang baru

9. Selama pemasangan kateter infus perifer, Perawat C mencatat bahwa Perawat D yang memasang telah membuat sarung tangan steril terkontaminasi. Keluarga ada di ruangan. Perawat C harus:

a) Secara verbal mengatakan bahwa sarung tangannya telah terkontaminasi b) Minta keluarga untuk meninggalkan ruangan, lalu katakan pada Perawat

D bahwa sarung tangannya telah terkontaminasi c) Laporkan kejadian ini pada perawat pengawas

d) Tidak mengatakan apa-apa, dan memonitor pasien terhadap tanda infeksi selama dirawat di ruangan tersebut

(28)

28 10. Selama pemasangan kateter infus perifer, Perawat C mencatat bahwa Perawat D yang memasang telah membuat sarung tangan steril terkontaminasi. Keluarga ada di ruangan. Perawat C harus:

a) Secara verbal mengatakan bahwa sarung tangannya telah terkontaminasi b) Minta keluarga untuk meninggalkan ruangan, lalu katakan pada

Perawat D bahwa sarung tangannya telah terkontaminasi c) Laporkan kejadian ini pada perawat pengawas

d) Tidak mengatakan apa-apa, dan memonitor pasien terhadap tanda infeksi selama dirawat di ruangan tersebut

(29)

29 h) Daftar pustaka

The Join Commission Hospital Acrediation. 2018. Hospital

National Patient Safety Goals.

https://www.jointcommission.org/assets/1/6/2018_HAP_NPSG_goal s_final.pdf

Nursing Care Center. National Patient Safety Goals

https://tcps-us.com/GO/dwnld/NPSG_Summary.pdf?iframe=true

Patient safety. https://en.wikipedia.org/wiki/Patient_safety

WHO Multi-professional Patient Safety Curriculum Guide

http://www.who.int/patientsafety/education/mp_curriculum_guide/en/ Video:

WHO: Medication Without Harm

https://www.youtube.com/watch?time_continue=11&v=MWUM7LI XDeA

Reducing medication error https://www.youtube.com/watch?v=QRGG1Y06xfI

Medication Safety & Communication

https://www.youtube.com/watch?v=OkqzzWh2Dlg

WHO: Prevention of surgical site infections (WHO Global Guidelines 2016) https://www.youtube.com/watch?v=wf6MYI5IKPg&list=PL9S6xGs oqIBUFvH_jJS-RG_MGi0YTQdSX

WHO: Safe Hands in Surgery - A patient's journey

https://www.youtube.com/watch?v=H1COk9QA3JY&list=PL9S6xGsoqIBUF vH_jJS-RG_MGi0YTQdSX&index=2

WHO: How to handwash? With soap and water

https://www.youtube.com/watch?v=3PmVJQUCm4E&index=3&list=PL9S6x GsoqIBUFvH_jJS-RG_MGi0YTQdSX

WHO: How to handrub? With alcohol-based formulation

https://www.youtube.com/watch?v=ZnSjFr6J9HI&list=PL9S6xGsoqIBUFvH _jJS-RG_MGi0YTQdSX&index=4

WHO: SAVE LIVES - Clean Your Hands - No action today; no cure tomorrow https://www.youtube.com/watch?v=kOKeFv5VvY4&list=PL9S6xGs oqIBUFvH_jJS-RG_MGi0YTQdSX&index=5

WHO: Health care without avoidable infections - peoples' lives depend on it

(30)

2XWtEjfl8&list=PL9S6xGsoqIBUFvH_jJS-30 RG_MGi0YTQdSX&index=8

WHO: Making injections safe, we all have a part to play

https://www.youtube.com/watch?v=3QmvhlG5oIw&list=PL9S6xGsoqIBUFv H_jJS-RG_MGi0YTQdSX&index=9

WHO: What are the core components for effective infection prevention and control?

https://www.youtube.com/watch?v=LZapz2L6J1Q&index=10&list= PL9S6xGsoqIBUFvH_jJS-RG_MGi0YTQdSX

WHO: How to give a safe injection?

https://www.youtube.com/watch?v=nzv4wkQkqQo&list=PL9S6xGsoqIBUFv H_jJS-RG_MGi0YTQdSX&index=11

WHO: LQSI series - Implementing a laboratory quality management system https://www.youtube.com/watch?v=rl9vKY3FJUs&index=12&list=PL9S6xG

Gambar

Gambar Patient Safety Goals.

Referensi

Dokumen terkait

3.Cara KOLOH, dengan memakai tempat lain besi aji yang telah diputihkan dimasukkan dalam larutan warangan jeruk nipis encer yang diberi cemengan.. Setelah beberapa menit besi

Penelitian ini mendeskripsikan data tentang kepribadian guru aqidah akhlak dan tingkah laku siswa menggunakan penilaian absolut yaitu norma yang ditetapkan secara mutlak oleh

Tahap evaluation, penilaian yang dilakukan guru pada pembelajaran dengan model ini antara lain: keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa, kinerja siswa dalam

Penilaian resiko : proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh suatu bahaya dengan Penilaian resiko : proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh suatu bahaya

Wilayah pedesaan sebagai unit perencanaan tersusun atas unsur-unsur penyusunan potensi wilayah yang meliputi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia(SDM)

Kontribusi Pemikiran merupakan sumbangan berupa pemikiran, ide atau gagasan yang dapat diberikan oleh buruh batu bata perempuan dalam kehidupan ekonomi

yang bersumber dari akal dan nalar manusia, fiqih bersumber dari wahyu Allah, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Setiap ahli fiqih atau mujtahid pasti memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan tranparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara