• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ipah Budi Minarti 1), Muhammad Syaipul Hayat 2), Sumarno 3), 2), 3) Pendidikan Biologi, FPMIPA Universitas PGRI Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ipah Budi Minarti 1), Muhammad Syaipul Hayat 2), Sumarno 3), 2), 3) Pendidikan Biologi, FPMIPA Universitas PGRI Semarang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA ICT DENGAN

MODEL LEARNING CYCLE UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

Ipah Budi Minarti1), Muhammad Syaipul Hayat2), Sumarno3)

1),2),3)Pendidikan Biologi, FPMIPA

Universitas PGRI Semarang ipeh_mi2n@yahoo.co.id1)

Abstrak-Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran biologi di SMA Hidayatullah belum melatihkan penguasaan konsep, prinsip-prinsip biologi, dan kemampuan berpikir kritis secara optimal. Indikator ketidakoptimalan pembelajaran biologi ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan pembelajaran secara klasikal yang hanya mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8 pada kelas X. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran secara tatap muka lebih banyak menyajikan konsep dan prinsip biologi, sehingga siswa cenderung tidak terlibat dalam mentransformasi pengetahuan melalui proses kognitif yang kompleks sehingga siswa terhabituasi berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dengan pemilihan sampel secara acak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan, tindakan (learning cycle 5E), pengamatan, dan refleksi. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan: secara individu apabila seorang siswa telah mendapat nilai 65 untuk rentang ideal 100 dan secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%. Metode pengumpulan data meliputi dokumentasi dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif terhadap hasil resume, Lembar Diskusi Siswa, instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah dengan rata-rata klasikal 51%. Pada siklus II, tanggapan siswa dalam grup facebook sudah mulai menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus I dengan rata-rata klasikal 62%. Penguasaan konsep belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal yaitu 71%. Pada siklus III keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa sangat meningkat. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus II dengan rata-rata klasikal 67% dan penguasaan konsep 88%. Jadi melalui

(2)

penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.

Kata Kunci : keterampilan berpikir kritis, learning cycle, media ICT, dan penguasaan konsep.

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari kurikulum di SMA yang bertujuan mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya; mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi; serta memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Tujuan mata pelajaran biologi tersebut belum optimal dicapai, meskipun telah memanfaatkan ICT dalam pembelajaran biologi. Indikasi ketidakoptimalan pembelajaran biologi ditunjukkan dengan

rendahnya tingkat ketuntasan

pembelajaran secara klasikal yang hanya mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8 pada kelas X.

Hasil penelusuran dokumen penilaian, banyak siswa hanya mampu

menyelesaikan soal-soal atau

permasalahan pada level rendah, sedangkan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang menuntut kemampuan menganalisis dan berpikir kritis serta mengaplikasikan pemahamana konsep dan prinsip biologi masih kurang. Penelusuran terhadap media ICT yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran biologi menunjukkan bahwa guru masih sebatas memanfaatkan ICT untuk mengunggah bahan ajar dan siswa dapat mendownloadnya untuk dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa media ICT bagi siswa masih sebatas memperoleh kumpulan bahan ajar, sedangkan siswa belum terlibat secara interaktif terhadap sumber belajar maupun interaktif secara diskusi on-line. Di sisi lain melalui diskusi termasuk secara on line dan interaksi yang terstruktur terhadap bahan ajar akan membangun wacana argumentatif yang mampu melatihkan berpikir kritis. Dengan demikian perlu dipertimbangkan bahan

ajar perlu disajikan dengan

memperhatikan langkah-langkah

pembelajaran, sehingga siswa terlibat dalam proses belajar secara mandiri dan

(3)

terstruktur dan sistematis terhadap bahan ajar tersebut.

Richard (2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis ICT agar lebih efektif, guru perlu mendesain ulang strategi

pembelajaran yang tepat untuk

pembelajaran yang memanfaatkan ICT dan menghindari kecenderungan ICT hanya untuk mengupload tugas dan materi pembelajaran. Strategi pedagogis yang digunakan dalam pembelajaran berbasis ICT saat ini terkait dengan paradigma konstruktivisme. Menurut konstruktivisme, pengetahuan dianggap secara sosial dan individual dibangun, belajar adalah akuisisi kompetensi bermakna dalam konteks yang realistis, belajar dapat dikembangkan melalui pengalaman interaktif dan otentik dengan kepentingan siswa dan melalui pembelajaran aktif. Jadi

fokusnya adalah pengembangan

lingkungan yang sesuai untuk membangun pengetahuan bukan untuk transfer (Alimissis, 2007). Dengan demikian model pembelajaran yang memungkinkan untuk terintegrasi dengan ICT dan konstruktivis di antaranya model learning cycle.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

belajar biologi di SMA Hidayatullah kelas X melalui penggunaan media ICT dan model learning cycle.

Media adalah segala sesuatu alat komunikasi, baik cetak maupun audio

visual, yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan dan merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran dapat

dikembangkan dengan berbasis

Information and Communication Technology (ICT). ICT didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), komputer, komunikasi, elektronik digital, suara, data, jaringan, satelit dan teknologi komunikasi lainnya termasuk di dalamnya perangkat-perangkat pengembangan aplikasi dan multimedia (Syahrul et al., 2004).

Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagai pembelajar.

Tahapan-tahapan pada model

pembelajaran learning cycle mengalami perkembangan dari tiga tahapan menjadi 5 tahapan (Dasna et al., 2006), yaitu :

1. Fase engage (menarik

perhatian-mengikat), fase engage merupakan fase awal yaitu menarik minat siswa. Pada fase ini guru menciptakan

(4)

2. situasi teka-teki yang sesuai dengan

topik yang akan dipelajari siswa. 3. Fase exploration (eksplorasi), siswa

harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya

semaksimal mungkin dalam

berinteraksi dengan lingkungan. 4. Fase explain (menjelaskan), pada fase

ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

5. Fase extend (perpanjangan), pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah dimiliki terhadap situasi lain.

6. Fase evaluate (evaluasi), dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi

terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang

mendorong siswa melakukan

investigasi lebih lanjut.

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003).

Berpikir kritis adalah sebuah proses di mana seseorang mencoba untuk menjawab secara rasional pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak tersedia (Inch et al., 2006).

(5)

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Dimodifikasi dari Fungsi Berpikir Kritis Inch et al. (2006)

No Fungsi Berpikir Kritis

menurut Inch et al. Indikator Berpikir Kritis

1 Pertanyaan terhadap masalah

 Membuat pertanyaan terhadap masalah;  Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi. 2 Tujuan  Menjelaskan tujuan masalah;

 Mengidentifikasi ciri-ciri masalah;  Merancang proses yang ingin dicapai. 3 Informasi  Mendeskripsikan informasi;

 Mempertimbangkan kredibilitas sumber;  Menjelaskan hasil observasi.

4 Konsep  Mendefinisikan istilah;

 Mendeskripsikan teori dan konsep;

 Mengaitkan hasil observasi dengan konsep.

5 Asumsi  Mengidentifikasi asumsi;

 Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. 6 Sudut pandang  Mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya;

 Membuat argumen terhadap masalah. 7 Interpretasi dan menarik

kesimpulan

 Menginterpretasikan pernyataan/gambar;  Menginterpretasikan hasil observasi;  Membuat dan menilai keputusan. 8 Implikasi dan

akibat-akibat

 Memprediksi kemungkinan terhadap masalah;  Mengidentifikasi sumber-sumber masalah;

 Mengantisipasi dan mencari solusi terhadap masalah. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMA Hidayatullah Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI program IPA dengan pemilihan sampel secara acak. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dimaksudkan

untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa melalui penggunaan media ICT dalam pembelajaran dengan model Learning Cycle. Adapun prosedur pelaksanaan PTK dideskripsikan dalam gambar 1 berikut.

(6)

Gambar 1. Siklus PTK pada pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model learning cycle

Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase dengan cara mengubah skor menjadi nilai. Siswa dikatakan memiliki

tingkat keaktifan yang tinggi jika aktivitas siswa kelas eksperimen mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa. Untuk menganalisis aktivitas klasikal siswa, maka sebelumnya

Observasi keadaan awal di SMA

Analisis awal penyebab masalah:

Pemanfaatan ICT sebagai media dalam pembelajaran biologi belum optimal (baru sebatas unggah bahan ajar), belum ada model pembelajaran yang efektif dalam penerapan

pembelajaran berbasis ICT, keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa masih belum terlihat meningkat secara signifikan dengan pembelajaran ICT.

SIKLUS I

Rencana Tindakan I:  Merumuskan masalah

Solusi pemecahan masalah terhadap pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle

Pelaksanaan tindakan I dan observasi: Guru melaksanakan pembelajaran

dengan media ICT berbasis model Learning cycle

 Guru melakukan penilaian terhadap

keterampilan berpikir kritris dan

penguasaan konsep siswa

 Melakukan pengamatan terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi I:

Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus II.

SIKLUS II

Rencana Tindakan II:

Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi I

Pelaksanaan tindakan II dan observasi:

 Guru melaksanakan pembelajaran

berdasarkan rencana tindakan II

 Guru melakukan penilaian kembali

terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-II

 Melakukan pengamatan terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi II:

Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus III.

SIKLUS III

Rencana tindakan III:

Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi II

Pelaksanaan tindakan III dan observasi:

 Guru melaksanakan pembelajaran

berdasarkan rencana tindakan III  Guru melakukan penilaian kembali

terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-III

 Melakukan pengamatan terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi III:

Mengkaji hasil pengamatan dan diharapkan setelah akhir pembelajaran siklus III mencapai tujuan yang diharapkan

(7)

dihitung terlebih dahulu aktivitas individu dengan rumus berikut ini.

Kriteria tingkat keaktifan menurut Arikunto (2006) sebagai berikut.

Jumlah skor yg diperoleh %Aktivitas = --- X 100%

Jumlah Skor maksimal

Kriteria tingkat keaktifan menurut Arikunto (2006) sebagai berikut.

85%-100% : sangat aktif 70%-84% : aktif

60%-69% : cukup aktif 50%-59% : kurang aktif <50% : tidak aktif

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Sebagai kriteria keberhasilan belajar atau disebut

ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut.

1. Secara individu apabila seorang siswa telah mendapat nilai 65 untuk rentang ideal 100 (minimal telah menyerap materi 65%).

2. Secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%.

Apabila dua hal tersebut telah dipenuhi, maka pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model Learning cycle tersebut dinyatakan sudah tuntas.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan catatan lapangan. Analisis data yang dilakukan dari hasil penelitian ini adalah analisis data kuantitatif terhadap hasil resume pada akhir setiap pembelajaran, Lembar Diskusi Siswa (LDS), instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil refleksi keterampilan berpikir kritis pada ketiga siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 3. Grafik % Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Gambar 2. Grafik Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan berpikir kritis siswa

ditinjau dari beberapa aspek antara lain: clarity, accuracy, precision, relevance, depth, breadth, dan logic. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa secara umum, keterampilan berpikir kritis siswa pada ketiga siklus mengalami peningkatan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa keterampilan berpikir kritis memerlukan proses latihan dari cara berpikir konseptual ke cara berpikir kritis. Hasil refleksi ketiga siklus juga dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang tersaji dalam grafik berikut ini.

(9)

Berdasarkan grafik 3, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada ketiga siklus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dalam proses diskusi, siswa diberikan kesempatan untuk

mengemukakan ide, gagasan,

pendapatnya dalam menanggapi

permasalahan yang diajukan. Interaksi siswa dalam diskusi dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep siswa.

Pembahasan

Penelitian ini terdiri atas 3 siklus yang setiap siklus terdiri atas 3 tahap yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, dan refleksi. Tahap pelaksanaan meliputi 5 tahap sesuai dengan model learning cycle yaitu engange, explore, explain, elaboration, dan evaluation. Pada siklus I, tahap engange guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip hewan”. Siswa melakukan kajian mandiri terhadap permasalahan yang diberikan guru. Pada tahap explore, siswa diminta melakukan kajian teori pada sumber-sumber ajar. Tahap explain, pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh siswa sebelum tatap muka kemudian dibahas bersama di dalam kelas. Guru melakukan scaffolding pada setiap kelompok siswa

dengan memberikan bimbingan dan arahan terhadap kesulitan siswa dalam pemecahan masalah. Tahap elaboration, setelah diskusi berlangsung masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan penguatan konsep terkait materi yang dibahas. Tahap evaluation, penilaian yang dilakukan guru pada pembelajaran dengan model ini antara lain: keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa, kinerja siswa dalam pemecahan masalah baik secara online maupun offline, dan aktivitas belajar siswa.

Hasil refleksi pelaksanaan siklus I antara lain: tanggapan siswa terhadap permasalahan yang diposting belum menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa yang hanya sekedar copy paste dari literature, sehingga belum menunjukkan hasil pemikiran sendiri. Keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah dengan rata-rata klasikal 51%. Hal ini disebabkan karena siswa masih beradaptasi dengan proses pembelajaran yang baru. Penguasaan konsep siswa pada siklus I dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal

(10)

penguasaan konsep siswa masih <85%. Akan tetapi, penguasaan konsep siswa menjadi lebih meningkat berdasarkan hasil penilaian Lembar Diskusi Siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai kategori cukup aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 61.94%. Penyesuaian siswa terhadap model pembelajaran yang baru menyebabkan siswa belum aktif dalam pembelajaran. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I adalah ketentuan yang mengharuskan guru untuk tidak diperkenankan ikut berkomentar dalam grup menyebabkan siswa kurang terarah dan permasalahan yang dibahas di kelas menjadi kurang sinkron antara guru dan siswa. Kalimat pertanyaan yang

digunakan dalam mengemas

permasalahan juga dirasakan oleh siswa sebagai kalimat yang sulit dipahami karena menuntut untuk proses analisis yang mendalam.

Pada siklus II, tahap engage guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip jamur”, sedangkan tahap-tahap selanjutnya serupa dengan siklus I. Hasil refleksi pelaksanaan siklus II antara lain: proses pembelajaran lebih terarah dan lebih sinkron antara guru dan siswa karena kalimat pertanyaan tentang permasalahan dikemas lebih sederhana

sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, guru diperkenankan untuk ikut menanggapi komentar siswa sehingga dapat mengarahkan alur berpikir siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya dengan rata-rata klasikal 62%. Hal ini disebabkan karena siswa telah beradaptasi dengan proses pembelajaran yang baru. Penguasaan konsep siswa pada siklus II dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal yaitu 71%. Aktivitas belajar siswa pada siklus II mencapai kategori aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 70.83%. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya di dalam kelas. Kendala yang dihadapi pada siklus II adalah pembagian waktu. Kegiatan diskusi yang berbantuan Lembar Diskusi Siswa (LDS) dengan jumlah pertanyaan yang terlalu banyak cukup menyita waktu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan konten LDS disesuaikan dengan alokasi waktu yang ada sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

Pada siklus III, tahap engange, guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip tumbuhan”, sedangkan tahap selanjutnya serupa dengan siklus II.

(11)

Hasil refleksi pelaksanaan siklus III antara lain: LDS telah disederhanakan dari siklus sebelumnya sehingga pembagian alokasi waktu lebih terstruktur. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya dengan rata-rata klasikal 67%. Hal ini tampak dari tanggapan siswa terhadap permasalahan online yang sudah mengarah ke pemecahan masalah dan analisis. Penguasaan konsep siswa pada siklus III dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan telah mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal penguasaan konsep siswa yaitu 88%. Aktivitas belajar siswa pada siklus III mencapai kategori aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 73.89%. Siswa semakin aktif dalam menanggapi permasalahan yang didiskusikan di kelas. SIMPULAN

Penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep.

DAFTAR PUSTAKA

Alismissis, D. (2007) Teacher Education to Promote Constructivist Use of ICT: Study of a Logo-based Project. Department of Education, School of Pedagogical &

Technological Education, Patras, Greece.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Willis. 2003. Aneka

Wacana Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Dasna, et al. 2006. Pembelajaran dengan Model Learning Cycle (Siklus Belajar). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Dasna, I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM-Dirjen Dikti Depdiknas.

Inch, E.S. et al. 2006. Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 th Ed. Boston: Pearson Education, Inc. Richard, Cameron (2005), The design of

effective ict-supported learning activities: exemplary models, changing requirements, and new possibilities, Languange Learning & Technology Journal. vol 9 no.1. Syahrul A dan Saleh. 2004. Teknologi Informasi dan Pendidikan. Jurnal Digital Al Manar Edisi I. Online at http://mirror.unpad.ac.id/orari/libr ary/cd-al-manaardigilib/bahan/2.%20IN%2 0FOCUS/TEKNOLOGI%20INF ORMASI%20DAN%20PENDIDI KAN.pdf [diakses tanggal 21 Agustus 2013].

Gambar

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Dimodifikasi dari Fungsi Berpikir Kritis Inch et al
Gambar 1. Siklus PTK pada pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model learning cycle
Gambar 3. Grafik % Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Für die Vergabe von Leistungspunkten muss die erbrachte Gesamtleistung der Modulprüfung mit mindestens der Note „ausreichend“ (4 Punkte nach dem Notensystem der Universität zu

Norma subyektif merupakan faktor social yang mengacu pada tekanan social yang dirasakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 1991: 188),

Pemakaian faktor air semen yang tinggi mengakibatkan sifat mekanik beton menurun.. sangat signifikan dibandingkan

Pada tahun 2013, lewat beasiswa peningkatan profesi guru dari P2TK Dikdas Kemendikbud, Penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan pascasarjana program magister

Subagyo, Pangestu., Asri, Marwan., Handoko, Tani..

[r]

menduga umur simpan kerupuk bawang kentang yang dikemas dalam kemasan.. polypropylene, polyethylene, dan metalized plastic dengan

(3) Rencana Kebutuhan Biaya KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan Panwaslu untuk pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum sesuai dengan yang tercantum