PENGGUNAAN MEDIA ICT DENGAN
MODEL LEARNING CYCLE UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
Ipah Budi Minarti1), Muhammad Syaipul Hayat2), Sumarno3)
1),2),3)Pendidikan Biologi, FPMIPA
Universitas PGRI Semarang ipeh_mi2n@yahoo.co.id1)
Abstrak-Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran biologi di SMA Hidayatullah belum melatihkan penguasaan konsep, prinsip-prinsip biologi, dan kemampuan berpikir kritis secara optimal. Indikator ketidakoptimalan pembelajaran biologi ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan pembelajaran secara klasikal yang hanya mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8 pada kelas X. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran secara tatap muka lebih banyak menyajikan konsep dan prinsip biologi, sehingga siswa cenderung tidak terlibat dalam mentransformasi pengetahuan melalui proses kognitif yang kompleks sehingga siswa terhabituasi berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dengan pemilihan sampel secara acak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan, tindakan (learning cycle 5E), pengamatan, dan refleksi. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan: secara individu apabila seorang siswa telah mendapat nilai 65 untuk rentang ideal 100 dan secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%. Metode pengumpulan data meliputi dokumentasi dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif terhadap hasil resume, Lembar Diskusi Siswa, instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah dengan rata-rata klasikal 51%. Pada siklus II, tanggapan siswa dalam grup facebook sudah mulai menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus I dengan rata-rata klasikal 62%. Penguasaan konsep belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal yaitu 71%. Pada siklus III keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa sangat meningkat. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus II dengan rata-rata klasikal 67% dan penguasaan konsep 88%. Jadi melalui
penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.
Kata Kunci : keterampilan berpikir kritis, learning cycle, media ICT, dan penguasaan konsep.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari kurikulum di SMA yang bertujuan mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya; mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi; serta memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Tujuan mata pelajaran biologi tersebut belum optimal dicapai, meskipun telah memanfaatkan ICT dalam pembelajaran biologi. Indikasi ketidakoptimalan pembelajaran biologi ditunjukkan dengan
rendahnya tingkat ketuntasan
pembelajaran secara klasikal yang hanya mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8 pada kelas X.
Hasil penelusuran dokumen penilaian, banyak siswa hanya mampu
menyelesaikan soal-soal atau
permasalahan pada level rendah, sedangkan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang menuntut kemampuan menganalisis dan berpikir kritis serta mengaplikasikan pemahamana konsep dan prinsip biologi masih kurang. Penelusuran terhadap media ICT yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran biologi menunjukkan bahwa guru masih sebatas memanfaatkan ICT untuk mengunggah bahan ajar dan siswa dapat mendownloadnya untuk dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa media ICT bagi siswa masih sebatas memperoleh kumpulan bahan ajar, sedangkan siswa belum terlibat secara interaktif terhadap sumber belajar maupun interaktif secara diskusi on-line. Di sisi lain melalui diskusi termasuk secara on line dan interaksi yang terstruktur terhadap bahan ajar akan membangun wacana argumentatif yang mampu melatihkan berpikir kritis. Dengan demikian perlu dipertimbangkan bahan
ajar perlu disajikan dengan
memperhatikan langkah-langkah
pembelajaran, sehingga siswa terlibat dalam proses belajar secara mandiri dan
terstruktur dan sistematis terhadap bahan ajar tersebut.
Richard (2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis ICT agar lebih efektif, guru perlu mendesain ulang strategi
pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran yang memanfaatkan ICT dan menghindari kecenderungan ICT hanya untuk mengupload tugas dan materi pembelajaran. Strategi pedagogis yang digunakan dalam pembelajaran berbasis ICT saat ini terkait dengan paradigma konstruktivisme. Menurut konstruktivisme, pengetahuan dianggap secara sosial dan individual dibangun, belajar adalah akuisisi kompetensi bermakna dalam konteks yang realistis, belajar dapat dikembangkan melalui pengalaman interaktif dan otentik dengan kepentingan siswa dan melalui pembelajaran aktif. Jadi
fokusnya adalah pengembangan
lingkungan yang sesuai untuk membangun pengetahuan bukan untuk transfer (Alimissis, 2007). Dengan demikian model pembelajaran yang memungkinkan untuk terintegrasi dengan ICT dan konstruktivis di antaranya model learning cycle.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
belajar biologi di SMA Hidayatullah kelas X melalui penggunaan media ICT dan model learning cycle.
Media adalah segala sesuatu alat komunikasi, baik cetak maupun audio
visual, yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan dan merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran dapat
dikembangkan dengan berbasis
Information and Communication Technology (ICT). ICT didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), komputer, komunikasi, elektronik digital, suara, data, jaringan, satelit dan teknologi komunikasi lainnya termasuk di dalamnya perangkat-perangkat pengembangan aplikasi dan multimedia (Syahrul et al., 2004).
Siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagai pembelajar.
Tahapan-tahapan pada model
pembelajaran learning cycle mengalami perkembangan dari tiga tahapan menjadi 5 tahapan (Dasna et al., 2006), yaitu :
1. Fase engage (menarik
perhatian-mengikat), fase engage merupakan fase awal yaitu menarik minat siswa. Pada fase ini guru menciptakan
2. situasi teka-teki yang sesuai dengan
topik yang akan dipelajari siswa. 3. Fase exploration (eksplorasi), siswa
harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya
semaksimal mungkin dalam
berinteraksi dengan lingkungan. 4. Fase explain (menjelaskan), pada fase
ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
5. Fase extend (perpanjangan), pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah dimiliki terhadap situasi lain.
6. Fase evaluate (evaluasi), dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi
terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang
mendorong siswa melakukan
investigasi lebih lanjut.
Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003).
Berpikir kritis adalah sebuah proses di mana seseorang mencoba untuk menjawab secara rasional pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak tersedia (Inch et al., 2006).
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Dimodifikasi dari Fungsi Berpikir Kritis Inch et al. (2006)
No Fungsi Berpikir Kritis
menurut Inch et al. Indikator Berpikir Kritis
1 Pertanyaan terhadap masalah
Membuat pertanyaan terhadap masalah; Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi. 2 Tujuan Menjelaskan tujuan masalah;
Mengidentifikasi ciri-ciri masalah; Merancang proses yang ingin dicapai. 3 Informasi Mendeskripsikan informasi;
Mempertimbangkan kredibilitas sumber; Menjelaskan hasil observasi.
4 Konsep Mendefinisikan istilah;
Mendeskripsikan teori dan konsep;
Mengaitkan hasil observasi dengan konsep.
5 Asumsi Mengidentifikasi asumsi;
Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. 6 Sudut pandang Mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya;
Membuat argumen terhadap masalah. 7 Interpretasi dan menarik
kesimpulan
Menginterpretasikan pernyataan/gambar; Menginterpretasikan hasil observasi; Membuat dan menilai keputusan. 8 Implikasi dan
akibat-akibat
Memprediksi kemungkinan terhadap masalah; Mengidentifikasi sumber-sumber masalah;
Mengantisipasi dan mencari solusi terhadap masalah. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMA Hidayatullah Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI program IPA dengan pemilihan sampel secara acak. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dimaksudkan
untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa melalui penggunaan media ICT dalam pembelajaran dengan model Learning Cycle. Adapun prosedur pelaksanaan PTK dideskripsikan dalam gambar 1 berikut.
Gambar 1. Siklus PTK pada pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model learning cycle
Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase dengan cara mengubah skor menjadi nilai. Siswa dikatakan memiliki
tingkat keaktifan yang tinggi jika aktivitas siswa kelas eksperimen mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa. Untuk menganalisis aktivitas klasikal siswa, maka sebelumnya
Observasi keadaan awal di SMA
Analisis awal penyebab masalah:
Pemanfaatan ICT sebagai media dalam pembelajaran biologi belum optimal (baru sebatas unggah bahan ajar), belum ada model pembelajaran yang efektif dalam penerapan
pembelajaran berbasis ICT, keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa masih belum terlihat meningkat secara signifikan dengan pembelajaran ICT.
SIKLUS I
Rencana Tindakan I: Merumuskan masalah
Solusi pemecahan masalah terhadap pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle
Pelaksanaan tindakan I dan observasi: Guru melaksanakan pembelajaran
dengan media ICT berbasis model Learning cycle
Guru melakukan penilaian terhadap
keterampilan berpikir kritris dan
penguasaan konsep siswa
Melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi I:
Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus II.
SIKLUS II
Rencana Tindakan II:
Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi I
Pelaksanaan tindakan II dan observasi:
Guru melaksanakan pembelajaran
berdasarkan rencana tindakan II
Guru melakukan penilaian kembali
terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-II
Melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi II:
Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus III.
SIKLUS III
Rencana tindakan III:
Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi II
Pelaksanaan tindakan III dan observasi:
Guru melaksanakan pembelajaran
berdasarkan rencana tindakan III Guru melakukan penilaian kembali
terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-III
Melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran Refleksi III:
Mengkaji hasil pengamatan dan diharapkan setelah akhir pembelajaran siklus III mencapai tujuan yang diharapkan
dihitung terlebih dahulu aktivitas individu dengan rumus berikut ini.
Kriteria tingkat keaktifan menurut Arikunto (2006) sebagai berikut.
Jumlah skor yg diperoleh %Aktivitas = --- X 100%
Jumlah Skor maksimal
Kriteria tingkat keaktifan menurut Arikunto (2006) sebagai berikut.
85%-100% : sangat aktif 70%-84% : aktif
60%-69% : cukup aktif 50%-59% : kurang aktif <50% : tidak aktif
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Sebagai kriteria keberhasilan belajar atau disebut
ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut.
1. Secara individu apabila seorang siswa telah mendapat nilai 65 untuk rentang ideal 100 (minimal telah menyerap materi 65%).
2. Secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%.
Apabila dua hal tersebut telah dipenuhi, maka pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model Learning cycle tersebut dinyatakan sudah tuntas.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan catatan lapangan. Analisis data yang dilakukan dari hasil penelitian ini adalah analisis data kuantitatif terhadap hasil resume pada akhir setiap pembelajaran, Lembar Diskusi Siswa (LDS), instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil refleksi keterampilan berpikir kritis pada ketiga siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 3. Grafik % Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Gambar 2. Grafik Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan berpikir kritis siswa
ditinjau dari beberapa aspek antara lain: clarity, accuracy, precision, relevance, depth, breadth, dan logic. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa secara umum, keterampilan berpikir kritis siswa pada ketiga siklus mengalami peningkatan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpikir kritis memerlukan proses latihan dari cara berpikir konseptual ke cara berpikir kritis. Hasil refleksi ketiga siklus juga dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang tersaji dalam grafik berikut ini.
Berdasarkan grafik 3, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada ketiga siklus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dalam proses diskusi, siswa diberikan kesempatan untuk
mengemukakan ide, gagasan,
pendapatnya dalam menanggapi
permasalahan yang diajukan. Interaksi siswa dalam diskusi dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep siswa.
Pembahasan
Penelitian ini terdiri atas 3 siklus yang setiap siklus terdiri atas 3 tahap yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, dan refleksi. Tahap pelaksanaan meliputi 5 tahap sesuai dengan model learning cycle yaitu engange, explore, explain, elaboration, dan evaluation. Pada siklus I, tahap engange guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip hewan”. Siswa melakukan kajian mandiri terhadap permasalahan yang diberikan guru. Pada tahap explore, siswa diminta melakukan kajian teori pada sumber-sumber ajar. Tahap explain, pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh siswa sebelum tatap muka kemudian dibahas bersama di dalam kelas. Guru melakukan scaffolding pada setiap kelompok siswa
dengan memberikan bimbingan dan arahan terhadap kesulitan siswa dalam pemecahan masalah. Tahap elaboration, setelah diskusi berlangsung masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan penguatan konsep terkait materi yang dibahas. Tahap evaluation, penilaian yang dilakukan guru pada pembelajaran dengan model ini antara lain: keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa, kinerja siswa dalam pemecahan masalah baik secara online maupun offline, dan aktivitas belajar siswa.
Hasil refleksi pelaksanaan siklus I antara lain: tanggapan siswa terhadap permasalahan yang diposting belum menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa yang hanya sekedar copy paste dari literature, sehingga belum menunjukkan hasil pemikiran sendiri. Keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah dengan rata-rata klasikal 51%. Hal ini disebabkan karena siswa masih beradaptasi dengan proses pembelajaran yang baru. Penguasaan konsep siswa pada siklus I dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal
penguasaan konsep siswa masih <85%. Akan tetapi, penguasaan konsep siswa menjadi lebih meningkat berdasarkan hasil penilaian Lembar Diskusi Siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai kategori cukup aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 61.94%. Penyesuaian siswa terhadap model pembelajaran yang baru menyebabkan siswa belum aktif dalam pembelajaran. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I adalah ketentuan yang mengharuskan guru untuk tidak diperkenankan ikut berkomentar dalam grup menyebabkan siswa kurang terarah dan permasalahan yang dibahas di kelas menjadi kurang sinkron antara guru dan siswa. Kalimat pertanyaan yang
digunakan dalam mengemas
permasalahan juga dirasakan oleh siswa sebagai kalimat yang sulit dipahami karena menuntut untuk proses analisis yang mendalam.
Pada siklus II, tahap engage guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip jamur”, sedangkan tahap-tahap selanjutnya serupa dengan siklus I. Hasil refleksi pelaksanaan siklus II antara lain: proses pembelajaran lebih terarah dan lebih sinkron antara guru dan siswa karena kalimat pertanyaan tentang permasalahan dikemas lebih sederhana
sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, guru diperkenankan untuk ikut menanggapi komentar siswa sehingga dapat mengarahkan alur berpikir siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya dengan rata-rata klasikal 62%. Hal ini disebabkan karena siswa telah beradaptasi dengan proses pembelajaran yang baru. Penguasaan konsep siswa pada siklus II dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal yaitu 71%. Aktivitas belajar siswa pada siklus II mencapai kategori aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 70.83%. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya di dalam kelas. Kendala yang dihadapi pada siklus II adalah pembagian waktu. Kegiatan diskusi yang berbantuan Lembar Diskusi Siswa (LDS) dengan jumlah pertanyaan yang terlalu banyak cukup menyita waktu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan konten LDS disesuaikan dengan alokasi waktu yang ada sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Pada siklus III, tahap engange, guru mengunggah permasalahan tentang “Protista mirip tumbuhan”, sedangkan tahap selanjutnya serupa dengan siklus II.
Hasil refleksi pelaksanaan siklus III antara lain: LDS telah disederhanakan dari siklus sebelumnya sehingga pembagian alokasi waktu lebih terstruktur. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya dengan rata-rata klasikal 67%. Hal ini tampak dari tanggapan siswa terhadap permasalahan online yang sudah mengarah ke pemecahan masalah dan analisis. Penguasaan konsep siswa pada siklus III dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan telah mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal penguasaan konsep siswa yaitu 88%. Aktivitas belajar siswa pada siklus III mencapai kategori aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar klasikal 73.89%. Siswa semakin aktif dalam menanggapi permasalahan yang didiskusikan di kelas. SIMPULAN
Penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep.
DAFTAR PUSTAKA
Alismissis, D. (2007) Teacher Education to Promote Constructivist Use of ICT: Study of a Logo-based Project. Department of Education, School of Pedagogical &
Technological Education, Patras, Greece.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Willis. 2003. Aneka
Wacana Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Dasna, et al. 2006. Pembelajaran dengan Model Learning Cycle (Siklus Belajar). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Dasna, I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM-Dirjen Dikti Depdiknas.
Inch, E.S. et al. 2006. Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 th Ed. Boston: Pearson Education, Inc. Richard, Cameron (2005), The design of
effective ict-supported learning activities: exemplary models, changing requirements, and new possibilities, Languange Learning & Technology Journal. vol 9 no.1. Syahrul A dan Saleh. 2004. Teknologi Informasi dan Pendidikan. Jurnal Digital Al Manar Edisi I. Online at http://mirror.unpad.ac.id/orari/libr ary/cd-al-manaardigilib/bahan/2.%20IN%2 0FOCUS/TEKNOLOGI%20INF ORMASI%20DAN%20PENDIDI KAN.pdf [diakses tanggal 21 Agustus 2013].