• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMASI INDUSTRI FURNITURE YANG BARBASIS BAHAN BAKU LOKAL DENGAN PENDEKATAN ANOVA (ANALYSIS OF VARIANCE) Sutrisno Badri 1) Pujo Darmo 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERFORMASI INDUSTRI FURNITURE YANG BARBASIS BAHAN BAKU LOKAL DENGAN PENDEKATAN ANOVA (ANALYSIS OF VARIANCE) Sutrisno Badri 1) Pujo Darmo 2)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

241

PERFORMASI INDUSTRI FURNITURE YANG BARBASIS BAHAN BAKU LOKAL DENGAN PENDEKATAN ANOVA (ANALYSIS OF VARIANCE)

Sutrisno Badri 1) Pujo Darmo 2)

1)

Prodi Manajemen – Fakultas Ekonomi,

2)

. Prodi PPKn – Fakultas Keguruan &Ilmu Pendidikan Universitas Widya Dharma Klaten

Email. sutrisno_badri@unwidha.ac.id

Abstrak

Performansi pengembangan Competitiveness industri furniture di Kabupaten Klaten didominasi oleh empat indicator variable utama yaitu: (1). Competitiveness

Competitiveness yakni: kondisi yang dinamis, yang harus terus menerus dipelihara dan dikembangkan melalui perencanaan dan strategi pemasaran, yang meliputi empat sub-indikator yaitu: Market competitiveness, Financial competitiveness, Human Resources competitiveness, Social contribution and other competitiveness .(2). Kerja sama (net working ) Kerja sama (net working ) dengan supplier, konsumen, antar industri pendukung, industri terkait. (3). Kemampuan managerial dan entrepreneurship dalam mengembangkan industri furniture (4). Ketersedian bahan baku dan bahan penolong untuk menjamin kontinuitas produksi .

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variansi terhadap industry furniture yang menggunakan bahan baku berbeda yaitu: furniture berbasis dengan kayu, banbu dan rotan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu menerima Ho, yang menunjukkan bahwa empat indikator keberhasilan persaiangan yaitu berlaku untuk tiga industri furniture. Pada hipotesis kedua menghasilkan perhitungan bahwa ketiga industri memiliki tingkat keberhasilan yang tidak sama, terbukti menolak Ho. Hal ini dibuktikan bahwa

hipotesis pertama ( ) . Maka diterima. Dengan demikian rata-rata industri furniture sama untuk keberhasilan persaingan tersebut tersebut, dan perhitungan pada hipotesis kedua ( ) . Maka ditolak. Yang berarti rata-rata keberhasilan persaiangan untuk ketiga jenis industrii furniture tidak sama.

Key word: Competetiveness, Furniture, Anova

I. PENDAHULUAN

Pembangunan Furniture diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antar budidaya, pasca panen, dan proses pengolahan. Disamping itu pembangunan Furniture di harapkan mampu melakukan penguasaan teknologi

dan terciptanya keterkaitan secara vertikal dan horizontal antar industri inti, industri terkait dan industri pendukung dengan prinsip saling menguntungkan. Konsep

Local Economic Development (LED) telah

memperoleh pengakuan luas selama dekade terakhir ini dan kemunginan akan segera menggantikan Konsep Spatial

Economic. LED yaitu, proses dimana

(2)

242 didasarkan komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk ke dalam susunan kerjasama (kemitraan) dengan sektor swasta atau dengan diantara mereka untuk: (1).Menciptakan pekerjaan baru , (2). Merangsang kegiatan ekonomi

Furniture dengan bahan kayu menghasilkan score tertinggi, furniture berbasis bahan baku kayu, urutan kedua furniture berbasis bahan baku bamboo dan scor yang paling bawah adalah furniture berbasis bahan baku rotan. Keberhasilan pengembangan Competitiveness industri furniture di Kabupaten Klaten didominasi oleh empat indicator variable utama yaitu: (1). Competitiveness Competitiveness

yakni: kondisi yang dinamis, yang harus terus menerus dipelihara dan dikembangkan melalui perencanaan dan strategi pemasaran, yang meliputi empat sub-indikator yaitu: Market competitiveness, Financial competitiveness, Human Resources competitiveness, Social contribution and other competitiveness .(2). Kerja sama (net working ) Kerja sama (net working ) dengan supplier, konsumen, antar industri pendukung, industri terkait. (3).

Kemampuan managerial dan

entrepreneurship dalam mengembangkan

industri furniture (4). Ketersedian bahan baku dan bahan penolong untuk menjamin kontinuitas produksi .

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Competitiveness

Competitiveness sebagai ukuran dari kinerja bisnis diukur dengan menyeimbangkan posisi atau kinerja yang sudah dicapai dan kemampuan untuk berkompetisi di masa depan.Upaya untuk meningkatkan competitiveness secara terus menerus diperlukan strategi yaitu: Pertama, competition enthusiastic and

entrepreneurship. Sikap pandang terhadap kompetisi bisa beragam antar orang dalam satu perusahaan, apalagi antar perusahaan. Kedua, business strategic planning. Pelaku usaha di

Indonesia perlu didorong terus untuk

meningkatkan daya saingnya dengan terbiasa melakukan perencanaan bisnis. Ketiga, competition strategy. Dengan menggunakan konsep '7n1' Competition Strategy, maka perumusan strategi kompetisi diawali dengan penetapan main target competitor yang dilanjutkan dengan pemilihan generic competition strategy. Keempat, customer attentiveness. Perhatian pada konsumen

terlihat dari program market driven atau customer driven yang dibuat oleh perusahaan melalui riset pasar, pengembangan produk baru yang merespon ekspektasi konsumen, peningkatan customer satisfaction, pengembangan loyalitas pelanggan dan customer relationship management. Kelima, human resource attentiveness. Perhatian pada SDM dalam rangka membangun kompetensi dan menciptakan employee value harus diarahkan pada program dengan dimensi waktu ke depan yang mendorong perusahaan semakin adaptif dan cepat merespon perubahan, sehingga mampu menjadi creative and learning organization. Keenam, financial soundness. Pengelolaan likuiditas perusahaan termasuk manajemen utang perlu mendapat perhatian besar dari pelaku usaha di Indonesia sehingga tidak terjadi krisis ekonomi 'jilid kedua'. Ketujuh, leadership. Kepemimpinan yang efektif akan mampu menyelaraskan perencanaan dan pencapaian rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

2.2. Analisis Variansi Dua Arah (Anova)

Anakova merupakan

kombinasi antara analisis varians dan analisis regresi. Analisis Kovarians (Anakova), fungsinya sama dengan ANAVA, hanya saja dalam ANAKOVA ditambah pengendalian secara statistik terhadap variabel numerik. Variabel numerik

(3)

243 dimasukkan sebagai kovariabel dengan tujuan untuk menurunkan error varianss, dengan jalan menghilangkan

pengaruh variable tersebut. Termasuk salah satu statistik yang kuat. Berguna untuk penelitian eksperimen maupun non eksperiment. Dengan menggunakan Rancangan Anakova, pengambilan sampel secara acak tidak lagi sangat diperlukan.

Anova Dua Arah sering disebut Rancangan Faktorial yang dititik beratkan pada pengujian ANOVA dua arah yaitu pengujian ANOVA yang didasarkan pada pengamatan dua kriteria. Setiap

kriteria dalam pengujian ANOVA mempunyal level/interaksi. Rancangan faktorial merupakan perluasan rancangan satu faktor. Dalam rancangan faktorial, sampel-sampel diklasifikasi atas dasar lebih dari satu variabel. Untuk klasifikasi sampel yang terdiri atas dua variabel, rancangan faktorialnya disebut rancangan faktorial dua faktor. Jika dua faktor itu diberi lambang menurut abjad, yaitu A dan B, maka nama rancangannya disebut rancangan AB. Efek interaksi diperoleh setelah setiap kolom [perlakuan] dan blok [baris] diulang. Interaksi dinyatakan sebagai perkalian Baris x Kolom [rc].

(4)

244 III. ALGORITMA PEMECAHAN MASALAH

Algoritma pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

Gambar-1 Algoritma Pemecahan Masalah Pengolahan data yang digunakan untuk

melakukan penelitian adalah kombinasi analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif difokuskan pada analisa co-variance (analisis ragam), sedangkan teknik kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan hasil perhitungan secara statistik. Permasalahan Penelitian Perumusan Permasalahan Studi Pendahuluan Penelitian Terdahulu Tujuan Penelitian

Desain Instrumen Penelitian:  Membuat Matrik

 Identifikasi Industri Furniture

 Identifikasi Variabel

 Menghitung JKT, JKK, JKB, JKr.c, JKG

Observasi

Pengumpulan Data Studi Pustaka,

Lab Komputer

Pengolahan Data

JKG = JKT - JKB - JKK - JK[rc]

(5)

245 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Prakarsa dalam pengembangan Competitiveness industri adalah proses dimana industri yang berperan secara bersama-sama mengidentifikasi tantangan dan peluang yang mengarah pada semakin efektifnya bekerjasama dibandingkan dengan bekerja secara sendiri-sendiri. Kerjasama yang dimaksud adalah: Kerjasama pengusaha

furniture dengan (1) supplier (2)

konsumen, (3) Institusi riset (4) Institusi finansial (5) Asosiasi Perdagangan (6) Perusahaan. Sedangkan Kemampuan

Managerial menyangkut (1)

Kemampuan dan keahlian manajemen yang dimiliki pengusaha (2) Inovasi, riset dan pengembangan (3) Keberadaan pasar lokal, regional dan global. Selanjutnya Ketersediaan bahan baku dan bahan penolong akan menjamin keberlangsungan proses produksi & operasi, sehingga mampu mendukung tingkat persaingan industri furniture.

Tabel-2 Indikator Keberhasilan Furniture Bahan Baku

Industri Furniture

Persaingan Industri Furniture

Total Competitiveness Kerjasama Kemampuan

Managerial Ketersediaan bahan baku Kayu 140 140 109 81 470 Bambu 140 125 66 80 411 Rotan 107 94 80 67 411 Total 450 359 255 228 1292

Nilai keberhasilan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dengan tingkat kepenting untuk masing-masing industry furniture. Dengan menggunakan taraf nyata 0.05 maka pengujian hipotesis di jelaskan sebagai berikut:

a. Keempat indicator keberhasilan industry furniture itu mempunyai tingkat

kesulitan yang sama!

b. Keempat indicator itu mempunyai kemampuan yang sama!

4.2. Pembahasan.

Tabel-3 Interaksi keberhasilan persaiangan antar Industri Furniture Sumber Varians Jumlah

kuadrat

Derajat bebas Rata-rata kuadrat

Rata-Rata Baris Rata-Rata Kolom Error ( )( ) Total

(6)

246 Baris : = dan = ( )( ) Kolom : = dan =

( )( )

Keterangan : T = total

Dari tabel-2 diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1. Hipotesis a. b. 2. Taraf nyata ( ) ( ) : a. Untuk baris ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) b. Untuk kolom ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) 3. Kriteria pengujian a. b. 4. Perhitungan Tabel-3 Hasil Perhitungan Variansi Sumber Varians Jumlah

kuadrat

Derajat bebas Rata-rata kuadrat

Rata-Rata Baris 580,2 290,1 0,791 Rata-Rata Kolom 10.358 3.452,67 Error 2.199,5 ( )( ) 366.58 9,42 Total 13.137,7 1194.336 1. Kesimpulan Karena ( ) . Maka diterima. Dengan demikian rata-rata industri furniture sama untuk

keberhasilan persaingan tersebut tersebut. Karena ( ) . Maka ditolak. Maka rata-rata keberhasilan persaiangan untuk ketiga jenis industrii furniture tidak sama.

Sesuai dengan hipotesis pertama yaitu menerima Ho, yang menunjukkan bahwa

empat indikator keberhasilan persaiangan yaitu berlaku untuk tiga industri furniture. Pada hipotesis kedua menghasilkan perhitungan bahwa ketiga industri memiliki tingkat keberhasilan yang tidak sama, terbukti menolak Ho.

(7)

247 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Industri furniture dari kayu di Kabupaten KLaten, diketahui bahwa (a) kerjasama dalam klaster masih kurang, (b) rendahnya kemampuan inovasi produk dan proses produksi, (c) kemampuan yang rendah dalam mengakses berbagai sumber informasi, ketiga permasalahan tersebut memberi dampak kurang menguntungkan bagi peningkatan persaingan

2. Industri furniture berbasis bahan baku kayu terutama industri kerajinan bisa dikatakan hampir tidak mempunyai batasan jenis dan ukuran. Bahkan, limbah kayu pun dapat dimanfaatkan. Desain produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang dinamis, karena dari waktu ke waktu desain produk sangat cepat berubah sesuai dengan selera pasar, khususnya dengan pasar orientasi ekspor.

3. Masing-masing industri furniture dalam menghadapi tingkat persaingan (Competitiveness) yang sama untuk empat indikator keberhasilan yaitu: (1).

Competitiveness (2). Kerja sama (net

working ) (3). Kemampuan

managerial.(4). Ketersedian bahan baku dan bahan penolong, hal ini sesuai dengan hipotesis pertama yaitu menerima Ho,

yang menunjukkan bahwa empat indikator keberhasilan persaiangan yaitu berlaku untuk tiga industri furniture. Pada hipotesis kedua menghasilkan perhitungan bahwa ketiga industri memiliki tingkat keberhasilan yang tidak sama, terbukti menolak Ho.

5.2 Saran

1. Mengembangkan kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga

penelitian untuk mengadakan penelitian teknologi dan produk dengan cara memfasilitasi pertemuan antara pengusaha dengan institusi riset sehingga mereka dapat berdialog dan bekerjasama dalam menghadapi persaingan dan teknologi yang aplikatif dan relevan guna menghadapi persaingan yang makin tajam.

2. Pemerintah dapat memfasilitasi perluasan akses pasar dengan cara : mendorong spesialisasi produk rotan, penguatan kemitraan dan kerjasama pemasaran antara pengusaha furniture dengan industri besar,

3. Memberikan insentif pada usaha furniture untuk berinovasi, memfasilitasi promosi dan pemasaran produk, menyediakan fasilitas pameran dan trading house.

4.

Daftar Pustaka

Isdianto, Drs. Budi MSn, (2008),

Mensejahterakan Masyarakat melalui Pengembangan Industri Kreatif – Sektor Kerajinan, Fak.

Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Mudrajad Kuncoro, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Erlangga, Jakarta

Prawirokusumo 2001 Ekonomi Kerakyatan, Edisi pertama, UGM, Yogyakarta

Singgih Santoso, 2003, SPSS Statistik Multivariate, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Walpole, R.E. & Myers, R.H., (1995), Ilmu

Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, edisi ke 4,

Terjemahan, ITB, Bandung .

(8)

Gambar

Tabel -1 Struktur Data

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh data yang terkumpul akan dikupas pada pembahasan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian tentang penggunaan prinsip-prinsip Islam dalam mendidik lanjut usia

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan

Harmony dan Variety Menurut Matulka, Deniese, I.2008 harmony dan variety merupakan prinsip yang berdekatan karena keduanya menggabungkan elemen-elemen desain seperti warna, garis,

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada guru Sekolah Dasar yang telah

Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan luka, responden 1 mencapai fase proliferasi yang ditandai dengan granulasi pada hari ke 8, responden 2 mencapai

Kim (32) dan Huang (33) mengamati apoptosis pada kanker servik yang diberi perlakuan dengan radioterapi dan memperoleh bahwa indeks apoptosis spontan yang rendah mencerminkan

Perusahaan Belanda, yang kini hampir selama satu abad memperluas perdagangan- nya di Kerajaan Siam di bawah nenek moyang Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang sangat luhur,

Pasien anak umur kurang dari 14 tahun yang memenuhi kriteria klinis demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan sindrom syok dengue (SSD) menurut WHO (1997) disertai